Anda di halaman 1dari 28

KESELAMATAN PASIEN

Nomor : PED/K3/010/VI/2016
Terbit ke :1
No.Revisi :0
PEDOMAN
Tgl.Diberlakukan : 1 Juni 2016
DINKES KAB. UPTD
KEBUMEN Halaman : 1 -28
PUSKESMAS KEBUMEN III
Ditetapkan Kepala
H.Tri Tunggal E.S.,SKM.MPH
UPTD Puskesmas
NIP. 197201051994031006
Kebumen III

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman
yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) yaitu: keselamatan pasien (patient safety),
keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di Puskesmas yang bisa
berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang
berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan ”bisnis” yang terkait dengan kelangsungan hidup
Puskesmas. Kelima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan. Namun harus diakui
kegiatan institusi kesehatan dapat berjalan apabila ada pasien oleh karena itu keselamatan pasien merupakan
prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra puskesmas. Harus diakui,
pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan
Hiprocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu Primum, non nocere (First, do no harm).
Namun diakui dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan kesehatan menjadi semakin
kompleks dan berpotensi terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan - KTD (Adverse event) apabila tidak dilakukan
dengan hati-hati. Di puskesmas terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak alat dengan
teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam .
Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat terjadi KTD.
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat maka pelaksanaan program
keselamatan pasien perlu dilakukan. Karena itu diperlukan acuan yang jelas untuk melaksanakan keselamatan
pasien tersebut.

B. Tujuan Pedoman
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas
2. Meningkatnya akuntabilitas Puskesmas terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di Puskesmas.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
KESELAMATAN PASIEN
Nomor : PED/K3/010/VI/2016
Terbit ke :1
No.Revisi :0
PEDOMAN
Tgl.Diberlakukan : 1 Juni 2016
DINKES KAB. UPTD
KEBUMEN Halaman : 2 - 28
PUSKESMAS KEBUMEN III

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan keselamatan pasien meliputi pelayanan di pendaftaran, ruangan pemeriksaan
umum,ruang kesehatan gigi dan mulut, ruangan KIA & KB, laboratorium, ruang farmasi, ruang tindakan, ruang
konsultasi.

D. Batasan Operasional
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan pasien lebih
aman. Sistem tersebut meliputi : asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindaklanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan
tindakan yang seharusnya dilakukan.

E. Landasan Hukum
1. Undang Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1691 Tahun 2011 Tentang Keselamatan Pasien
KESELAMATAN PASIEN
Nomor : PED/K3/010/VI/2016
Terbit ke :1
No.Revisi :0
PEDOMAN
Tgl.Diberlakukan : 1 Juni 2016
DINKES KAB. UPTD
KEBUMEN Halaman : 3 - 28
PUSKESMAS KEBUMEN III

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Tim Keselamatan pasien puskesmas terdiri dari:
1. Penanggung Jawab: Kepala puskesmas
2. Ketua Tim
3. Anggota Tim:
a. Dokter Umum
b. Dokter gigi
c. Petugas Pendaftaran
d. Bidan
e. Perawat umum
f. Perawat gigi
g. Asisten apoteker
h. Petugas laboratorium
i. Petugas sanitarian
j. Nutrisionis

B. Distribusi Ketenagaan
Pada jam kerja (07.00 – 14.00) distribusi ketenagaan adalah sbb:
1. Pendaftaran : 3 petugas pendaftaran
2. BP Umum : 1 dokter dan 3 perawat
3. BP Gigi : 1 dokter gigi dan 1 perawat gigi
4. KIA : 3 bidan
5. Laboratorium : 1 petugas laboratorium
6. Farmasi : 1 asisten apoteker
7. Kesling : 1 sanitarian
8. Gizi : 1 Nutrisionis

C. Jadwal Kegiatan
1. Pengaturan jadwal jaga dokter, perawat dan bidan dibuat bersama-sama dan dipertanggung jawabkan oleh
Koordinator Ruangan Pemeriksaan Umum, Kordinator Bidan, dan Kordinator Perawat.
KESELAMATAN PASIEN
Nomor : PED/K3/010/VI/2016
Terbit ke :1
No.Revisi :0
PEDOMAN
Tgl.Diberlakukan : 1 Juni 2016
DINKES KAB. UPTD
KEBUMEN Halaman : 4 - 28
PUSKESMAS KEBUMEN III

2. Jadwal dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan didistribusikan pada akhir bulan sebelum pelaksanaan
jadwal.
3. Untuk tenaga bidan maupun perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka petugas
perawat tersebut dapat bertukar jadwal dengan sejawatnya dan mencatatkan perubahan jaga tersebut di
lembar jadwal jaga.
4. Untuk tenaga dokter atau dokter gigi, pada saat petugas tersebut tidak berada di tempat pelayanan, maka
pelayanan dilaksanakan oleh petugas paramedis, baik perawat, bidan, atau perawat gigi.
KESELAMATAN PASIEN
Nomor : PED/K3/010/VI/2016
Terbit ke :1
No.Revisi :0
PEDOMAN
Tgl.Diberlakukan : 1 Juni 2016
DINKES KAB. UPTD
KEBUMEN Halaman : 5 - 28
PUSKESMAS KEBUMEN III

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan
KESELAMATAN PASIEN
Nomor : PED/K3/010/VI/2016
Terbit ke :1
No.Revisi :0
PEDOMAN
Tgl.Diberlakukan : 1 Juni 2016
DINKES KAB. UPTD
KEBUMEN Halaman : 6 - 28
PUSKESMAS KEBUMEN III

B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dan sarana
Ruang pelayanan pasien dibagi menjadi 5 gedung. Gedung 1 (satu) terletak paling depan pada bagian
Puskesmas untuk Ruangan Pendaftaran dan Rekam Medis, Ruangan Pemerikaan Umum, Ruangan Tindakan,
Ruangan Kesehatan Gigi dan Mulut, dan Ruang Farmasi. Gedung 2 (dua) berlokasi di bagian tengah – barat
yang digunakan untuk Ruangan KIA dan Kb, Ruangan Konsultasi, Ruangan MTBS, dan gudang penyimpanan
obat. Gedung 3 berada di bagian tengah – timur untuk Ruangan Pelayanan TB, Laboratorium, dan Ruangan
Rapat. Gedung 4 berada di belakang – timur untuk Ruangan Kepala Puskesmas, Ruangan Kasubag TU, dan Staf
TU. Sementar gedung 5 berada di sebelah belakang – barat untuk Sekretariat UKM, Mushola, dan Guang.
Pembagian kelima gedung ini bermaksud untuk memudahkan pasien untuk mengakses pelayanan kesehatan.
Ruangan pendaftaran terletak di depan. Didalam ruangan ini terdapat 1 meja dan 1 komputer untuk
mendukung proses pelayanan pendaftaran. Di sebelahnya terdapat Rekam Medis. Di dalam ruangan ini
terdapat rak penyimpanan rekam medis, alat tulis dan register pencatatan pasien, serta 1 laptop dan 1 unit
komputer untuk pendaftaran pasien, serta pencatatan dan penomoran rekam medis.
Ruangan Pemeriksaan Umum terdiri dari ruang pengkajian awal dan ruang pemeriksaan dokter. Di
dalam ruang pengkajian awal terdapat 1 buah meja untuk melakukan pengkajian awal dan tanda-tanda vital,
almari arsip, timbangan dewasa dan alat ukur tinggi badan, serta kursi tunggu pasien sebelum masuk ke ruang
pemeriksaan dokter. Di dalam ruang pemeriksaan dokter terdapat 1 meja untuk pemeriksaan dokter , 1 meja
administrasi, dan 1 bed untuk pemeriksaan. Ruangan ini memiliki wastafel sebagai sarana cuci tangan bagi
petugas.
Ruangan Tindakan terletak di sebelah depan Ruang Pemeriksaan Umum. Di dalam ruangan ini terdapat
bed untuk tindakan, 1 meja administrasi, lampu tindakan, meja instrument dan obat, serta kursi dorong.
Ruangan Kesehatan Gigi dan Mulut terleka di sebelah Ruangan Pendaftaran dan Rekam Medis. Di dalam
ruangan ini dilengkapi peralatan yang sudah memadai seperti satu dental unit, almari alat, sterilisator,
wastafel dan 1 (satu) meja administrasi. Ruangan ini juga dilengkapi dengan komputer sebagai pendukung
sistem informasi Puskesmas.
Ruang farmasi terdiri dari 1 ruangan untuk pelayanan obat dan gudang obat, namun letaknya terpisah
(berlainan gedung). Ruang pelayanan obat terletak di depan berdekatan dengan ruang pelayanan BP umum
dan ruang pelayanan Gigi. Ruangan ini dilengkapi dengan almari obat, meja peracikan obat dan seperangkat
laptop untuk mendukung sistem informasi Puskesmas. Ruang penyimpanan obat terletak di gedung 3 yang
dilengkapi dengan rak-rak penyimpanan obat.
KESELAMATAN PASIEN
Nomor : PED/K3/010/VI/2016
Terbit ke :1
No.Revisi :0
PEDOMAN
Tgl.Diberlakukan : 1 Juni 2016
DINKES KAB. UPTD
KEBUMEN Halaman : 7 - 28
PUSKESMAS KEBUMEN III

Di dalam Ruangan Pelayanan TB terdapat meja, kipas angina, almari arsip, dan almari obat TB (OAT). Di
sebelahnya adalah ruang laboratorium. Di dalam Laboratorium terdapat fasilitas berupa 1 meja kerja yang
digunakan untuk penerimaan pasien, 1 meja permanen untuk pemeriksaan, wastafel, dan beberapa peralatan
pemeriksaan laboratorium.
Ruang pelayanan KIA, KB, pemeriksaan IVA, MTBS, dan ruang laktasi berada dalam satu gedung. Hal ini
memudahkan pemberian pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak, seperti pemeriksaan ibu hamil, pelayanan KB,
pemeriksaan IVA, pemeriksaan calon pengantin. Di dalam ruang KIA terdapat ruang tunggu, 1 bed untuk
pemeriksaan ibu hamil, timbangan berat badan dewasa, dan 1 meja pemeriksaan. Ruang KB terdapat 1 (satu)
tempat tidur tindakan dan 1 (satu) tempat tidur ginekologi, sterilisator, wastafel dan lemari. Ruang MTBS
terdapat timbangan bayi, stetotoskop anak, ARI-Timer, thermometer digital, senter, serta 1 meja untuk
pemeriksaan. Selain itu juga terdapat lemari peralatan dan 1 perangkat komputer pendukung sistem
informasi puskesmas.
Ruangan Konsultasi terdiri dari Meja Konsultasi Gizi, Meja Konsultasi Santitasi, dan Meja Petugas
Promosi Kesehatan. Ruangan ini digunakan untuk konsultasi gizi dan sanitasi sesuai jadwal. Di dalam ruangan
ini terdapat seperangkat komputer yang digunakan untuk konsultasi gizi.
2. Peralatan
Ruang Alat

Ruangan Pendaftaran dan Rekam 1. Alat tulis


Medis 2. Buku register
3. Rak status
4. Komputer
5. Nomor antrian
6. Lemari
Ruangan Pemeriksaan Umum Baki logam tempat alat steril bertutup

Buku Ishihara Tes

Nierbeken besar

1. Tensimeter
2. Stetoskop
3. Termometer
4. Senter
5. Timbangan
6. Pengukur tinggi badan
Ruang Tindakan 1. Tabung O2
2. Bed tindakan
3. Lampu tindakan
4. Sterilisator Kering
5. Heacting set
6. Spuit
7. Nierbeken
8. Kom
KESELAMATAN PASIEN
Nomor : PED/K3/010/VI/2016
Terbit ke :1
No.Revisi :0
PEDOMAN
Tgl.Diberlakukan : 1 Juni 2016
DINKES KAB. UPTD
KEBUMEN Halaman : 8 - 28
PUSKESMAS KEBUMEN III

9. Tromol kassa
10. Timbangan bayi
11. Timbangan dewasa
12. Stetoscope
13. Tensimeter
14. Termometer
15. Nebulizer
16. Tiang infus
Ruangan Kesehatan Gigi dan 1. Scaling elektric
Mulut 2. Light curing
3. Cabut gigi permanen
4. Tang cabut gigi decidui
5. Plastis instrumen
6. Sonde
7. Exavator
8. Pincet
9. Kaca mulut
10. Scalpel
11. Elevator
12. Tensimeter
13. Stetoscope
Ruang Farmasi 1. Blender
2. Laminator
3. Plastik obat
4. Kertas puyer
5. Label obat
6. Sendok obat
7. Rak obat
Ruangan KIA dan KB 1. Tensimeter
2. Stetoskop
3. Stetoskop laennec
4. Termometer
5. Doppler
6. KB set
7. USG
8. Midline
9. Spuit
10. Pita pengukur lila
11. Hammer
12. Pengukur panggul
13. Timbangan bayi
14. Timbangan dewasa
15. Pengukur tinggi badan
Ruangan MTBS 1. Meja pemeriksaan set
2. Stetoscope anak
3. Manset anak
4. ARI-Timer
5. Timbangan Dewasa
6. Timbangan bayi
7. Senter
8. Thermometer
KESELAMATAN PASIEN
Nomor : PED/K3/010/VI/2016
Terbit ke :1
No.Revisi :0
PEDOMAN
Tgl.Diberlakukan : 1 Juni 2016
DINKES KAB. UPTD
KEBUMEN Halaman : 9 - 28
PUSKESMAS KEBUMEN III

9. Meja pemeriksaan
Ruangan Konsultasi 1. Meja Konsultasi
2. 1 unit Komputer dan printer
3. Timbangan Dewasa
4. Alat Ukur Tinggi Badan (microtoys)
5. Food model
Laboratorium 6. Centrifuge darah
7. Centrifuge urine
8. Box fiksasi
9. Lampu spiritus
10. Objek glass
11. Deck galass
12. Tabung
13. Mikroskop
14. Spuit
KESELAMATAN PASIEN
Nomor : PED/K3/010/VI/2016
Terbit ke :1
No.Revisi :0
PEDOMAN
Tgl.Diberlakukan : 1 Juni 2016
DINKES KAB. UPTD
KEBUMEN Halaman : 10 - 28
PUSKESMAS KEBUMEN III

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan programpeningkatan
keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

B. Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut :


1. Hak pasien
a. Standar:
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil
pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.
b. Kriteria:
1) Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
2) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
3) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada
pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien
termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.
2. Mendidik pasien dan keluarga
a. Standar:
Puskesmas harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien
b. Kriteria:
KESELAMATAN PASIEN
Nomor : PED/K3/010/VI/2016
Terbit ke :1
No.Revisi :0
PEDOMAN
Tgl.Diberlakukan : 1 Juni 2016
DINKES KAB. UPTD
KEBUMEN Halaman : 11 - 28
PUSKESMAS KEBUMEN III

Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang
merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di puskesmas harus ada sistem dan mekanisme
mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat:
1) Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
4) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan puskesmas.
6) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7) Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
a. Standar:
Puskesmas menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit
pelayanan.
b. Kriteria:
1) Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk, pemeriksaan,
diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari
Puskesmas.
2) Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya
secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat
berjalan baik dan lancar.
3) Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk memfasilitasi dukungan
keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan
primer dan tindak lanjut lainnya.
4) Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat tercapai proses
koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi danprogram peningkatan
keselamatan pasien
a. Standar:
Puskesmas harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor
danmengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif Kejadian
TidakDiharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
b. Kriteria:
KESELAMATAN PASIEN
Nomor : PED/K3/010/VI/2016
Terbit ke :1
No.Revisi :0
PEDOMAN
Tgl.Diberlakukan : 1 Juni 2016
DINKES KAB. UPTD
KEBUMEN Halaman : 12 - 28
PUSKESMAS KEBUMEN III

1) Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan yang baik, mengacu pada visi, misi, dan
tujuan puskesmas, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis
yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan ”Tujuh Langkah
Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas”.
2) Setiap Puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait dengan:
pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
3) Setiap Puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua Kejadian Tidak Diharapkan,
dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
4) Setiap Puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk menentukan
perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
a. Standar:
1) Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara terintegrasi
dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas ”.
2) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan pasien dan
program menekan atau mengurangi Kejadian Tidak Diharapkan.
3) Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu berkaitan
dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.
4) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan meningkatkan
kinerja Puskesmas serta meningkatkan keselamatan pasien.
5) Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja Puskesmas
dan keselamatan pasien.
b. Kriteria:
1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program meminimalkan insiden,
yang mencakup jenis-jenis Kejadian yang memerlukan perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris Cedera”
(Near miss) sampai dengan “Kejadian Tidak Diharapkan’ (Adverse event).
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari Puskesmas terintegrasi dan
berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.
4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang terkena
musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk
keperluan analisis.
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden termasuk penyediaan
informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar Masalah (RCA) “Kejadian Nyaris Cedera” (Near
miss) dan “Kejadian Sentinel’ pada saat program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
KESELAMATAN PASIEN
Nomor : PED/K3/010/VI/2016
Terbit ke :1
No.Revisi :0
PEDOMAN
Tgl.Diberlakukan : 1 Juni 2016
DINKES KAB. UPTD
KEBUMEN Halaman : 13 - 28
PUSKESMAS KEBUMEN III

6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya menangani “Kejadian Sentinel”
(Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko, termasuk mekanisme untuk
mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”.
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar pengelola pelayanan
di dalam Puskesmas dengan pendekatan antar disiplin.
8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan perbaikan kinerja
Puskesmas dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupansumber
daya tersebut.
9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif untuk
mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja Puskesmas dan keselamatan pasien, termasuk rencana
tindak lanjut dan implementasinya.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
a. Standar:
1) Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup
keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas
2) Puskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan dan
memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
b. Kriteria:
1) Setiap Puskesmas harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru yang
memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing.
2) Setiap Puskesmas harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice
training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
3) Setiap Puskesmas harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan pasien
a. Standar:
1) Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien untuk
memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
2) Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
b. Kriteria:
1) Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk
memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi manajemen
informasi yang ada.
KESELAMATAN PASIEN
Nomor : PED/K3/010/VI/2016
Terbit ke :1
No.Revisi :0
PEDOMAN
Tgl.Diberlakukan : 1 Juni 2016
DINKES KAB. UPTD
KEBUMEN Halaman : 14 - 28
PUSKESMAS KEBUMEN III

BAB V
LOGISTIK

Tidak kalah penting dalam pedoman keselamatan pasien ini adalah tentang ketersediaan logistik, yang antara
lain berupa form-form pelaporan maupun sarana yang dibutuhkan untuk pencatatan dan pelaporan kejadian
maupun hasil diskusi adanya potensi yang mampu mempengaruhi keselamatan pasien, meliputi:
A. Form pelaporan insiden KTD, KNC, KPC, resiko medik
B. Form petunjuk keselamatan dalam gedung
C. Peralatan kebersihan lingkungan
D. Petunjuk lantai basah
E. Petunjuk-petunjuk lain sesuai dengan kondisi Puskesmas.
KESELAMATAN PASIEN
Nomor : PED/K3/010/VI/2016
Terbit ke :1
No.Revisi :0
PEDOMAN
Tgl.Diberlakukan : 1 Juni 2016
DINKES KAB. UPTD
KEBUMEN Halaman : 15 - 28
PUSKESMAS KEBUMEN III

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Langkah-Langkah Kegiatan Keselamatan Pasien


Langkah-langkah kegiatan dalam keselamatan pasien adalah sebagai berikut:
1. Puskesmas membentuk Tim Keselamatan Pasien, dengan susunan tim terdiri dari dokter, dokter gigi,
perawat, tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya.
2. Puskesmas mengembangkan sistem informasi pencatatan dan pelaporan internal tentang insiden.
3. Puskesmas melakukan pelaporan insiden ke Komite Keselamatan Pasien Dinas Kesehatan Kabupaten/kota
secara rahasia.
4. Puskesmas memenuhi standar keselamatan pasien dan menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan
pasien

B. Tujuh Langkah Keselamatan Pasien


Tujuh langkah keselamatan pasien Puskesmas merupakan panduan yang komprehensif untuk menuju
keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh puskesmas.
Uraian tujuh langkah menuju keselamatan pasien adalah sebagai berikut:
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Pimpin dan dukung staf
3. Integrasikan aktivitas
4. Kembangkan system pelaporan
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan Pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Cegah cedera melalui implementasi system keselamatan pasien.
Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus serentak. Pilih langkah-
langkah yang paling strategis dan paling mudah dilaksanakan di Puskesmas. Bila langkah-langkah ini berhasil
maka kembangkan langkah-langkah yang belum dilaksanakan. Bila tujuh langkah ini telah dilaksanakan dengan
baik Puskesmas dapat menambah penggunaan metoda metoda lainnya.

C. Sasaran keselamatan pasien


KESELAMATAN PASIEN
Nomor : PED/K3/010/VI/2016
Terbit ke :1
No.Revisi :0
PEDOMAN
Tgl.Diberlakukan : 1 Juni 2016
DINKES KAB. UPTD
KEBUMEN Halaman : 16 - 28
PUSKESMAS KEBUMEN III

Ada enam sasaran keselamatan pasien, yaitu:


1. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien
2. Komunikasi efektif
3. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat
4. Tidak terjadinya ke salahan prosedur tindakan medis dan keperawatan
5. Pengurangan terjadinya resiko infeksi di Puskesmas
6. Tidak Terjadinya pasien jatuh

D. Upaya pencapaian sasaran keselatan pasien


Upaya Puskesmas untuk mencapai enam sasaran keselamatan pasien tersebut adalah :
1. Melakukan identifikasi pasien dengan benar
a. Indikator melakukan identifikasi pasien secara benar adalah:
1) Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, seperti nama pasien dan alamat tempat
tinggal pasien.
2) Pasien diidentifikasi sebelum memberikan pelayanan pemeriksaan umum
3) Pasien diidentifikasi sebelum memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
4) Pasien diidentifikasi sebelum memberikan pelayanan tindakan medis dan keperawatan.
5) Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah, dan spesimen lain untuk keperluan pemeriksaan.
6) Pasien diidentifikasi sebelum melakukan pemberian obat.
7) Pasien diidentifikasi sebelum memberikan pelayanan kesehatan ibu
8) Pasien diidentifikasi sebelum memberikan pelayanan KB
9) Pasien diidentifikasi sebelum memberikan pelayanan MTBS
10) Pasien diidentifikasi sebelum memberikan pelayanan konsultasi
b. Prosedur dalam identifikasi pasien :
Ada 2 identitas yaitu menggunakan nama dan alamat tempat tinggal yang disesuaikan dengan tanda
pengenal resmi.
Beberapa hal yang dapat dilakukan petugas adalah:
1) Petugas Puskesmas mengidentifikasi pasien dimulai saat pasien mendaftar, memperoleh pelayanan
sampai pasien pulang terutama pasien anak dan bayi.
2) Petugas Puskesmas mengawali dengan memperkenalkan diri pada pasien.
3) Petugas Puskesmas menanyakan data pasien meliputi: nama lengkap pasien, alamat tempat tinggal
dan pernah di berobat di Puskesmas Kebumen III untuk pencarian nomor rekam medis yang lama
(Jangan menyebutkan nama atau menanyakan apakah nama pasien sudah benar. Sebaliknya,
minta pasien untuk menyebutkan namanya).
4) Setiap sebelum memberikan pelayanan pasien, petugas harus melakukan identifikasi pasien.
KESELAMATAN PASIEN
Nomor : PED/K3/010/VI/2016
Terbit ke :1
No.Revisi :0
PEDOMAN
Tgl.Diberlakukan : 1 Juni 2016
DINKES KAB. UPTD
KEBUMEN Halaman : 17 - 28
PUSKESMAS KEBUMEN III

5) Petugas Puskesmas menggunakan komunikasi aktif (berupa pertanyaan terbuka) dalam


mengidentifikasi pasien,
6) Petugas memberikan pertanyaan terbuka menanyakan nama lengkap pasien; “Siapa nama lengkap
Bapak/Ibu?”
7) Saat pasien menyebutkan nama lengkapnya, petugas mencocokkan dengan data yang ada di rekam
medis.
8) Petugas Puskesmas memberikan pertanyaan terbuka menanyakan alamat tempat tinggal pasien ; “Di
mana Bapak /Ibu tinggal?”
9) Saat pasien menyebutkan alamat tempat tinggalnya, Petugas Puskesmas mencocokkan dengan data
yang ada di rekam medis.
10) Petugas Puskesmas dapat melanjutkan pelayanan medis yang akan diberikannya bila kedua identitas
yang disebutkan pasien telah sesuai dengan yang tercantum.
11) Petugas Puskesmas melakukan konfirmasi dengan keluarga bila salah satu identitas yang disebutkan
pasien tidak sesuai dengan yang tercantum dalam data yang ada di rekam medis.
12) Petugas Puskesmas menjelaskan kepada pasien mengenai pelayanan medis yang akan diberikannya.
13) Pada kondisi pasien yang tidak dapat berkomunikasi misal pada pasien tidak sadar, tidak dapat
berkomunikasi karena terhalang masalah bahasa dan tidak ada penterjemah, karena usia (bayi),
gangguan kognitif (dementia atau kelainan mental), identifikasi dilakukan dengan memeriksa nama
lengkap pasien dan identitas lain pada kartu identitas yang dibawa pasien (missal KTP), dan dicocokkan
dengan informasi yang ada data yang ada di rekam medis.
14) Untuk kasus pasien terlantar/tidak ada keluarga, petugas Puskesmas dalam mengidentifikasi pasien
tersebut sebagai Mr X (Mr X1, Mr X2 dan seterusnya).
2. Meningkatkan komunikasi effektif
Prosedur komunikasi yang efektif di puskesmas adalah menggunakan teknik SBAR (Situation –
Background – Assessment – Recomendation) dalam melaporkan kondisi pasien untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi antar pemberi layanan.

S Situasi

Saya melaporkan tentang (nama pasien, umur, dan lokasi)

Masalah yang ingin disampaikan

Tanda- tanda vital :

B Background/ latar belakang


KESELAMATAN PASIEN
Nomor : PED/K3/010/VI/2016
Terbit ke :1
No.Revisi :0
PEDOMAN
Tgl.Diberlakukan : 1 Juni 2016
DINKES KAB. UPTD
KEBUMEN Halaman : 18 - 28
PUSKESMAS KEBUMEN III

Status mental pasien :

Kulit:

Alat Bantu:

A Assesment/ Penilaian

Sampaikan masalah yang sedang terjadi dan katakan penilaian anda.

R Rekomendasi

Apakah (katakan apa yang ingin disarankan)

Apakah diperlukan pemeriksaan tambahan?

Jika ada perubahan tatalaksana, tanyakan

Metode komunikasi yang digunakan meliputi:


a. Komunikasi Verbal (Write down/tulis, Read back/baca kembali)
1) Petugas unit pelayanan melaporkan kondisi pasien/hasil test laboratorium yang kritis kepada
dokter/petugas penanggung jawab.
2) Dokter/petugas penanggung jawab memberi instruksi verbal kepada petugas yang melaporkan.
3) Petugas unit pelayanan yang menerima instruksi secara verbal/lisan menerapkan teknik write down
read back/ TBaK (Tulis Baca Kembali).
4) Petugas unit pelayanan yang menerima instruksi secara verbal/lisan menuliskan (Tulis/write down)
pesan yang disampaikan pengirim di status rekam medis.
5) Petugas unit pelayanan yang menerima instruksi secara verbal/lisan bertanggung jawab untuk
mencatat instruksi tersebut pada lembar catatan terintegrasi di status rekam medis pasien meliputi :
6) Tanggal dan jam pesan diterima.
7) Instruksi yang diberikan harus spesifik untuk menghindari kesalahan penafsiran.
8) Petugas unit pelayanan yang menerima instruksi secara verbal/lisan membacakan kembali (BaK/read
back) kepada pemberi instruksi verbal untuk konfirmasi kebenaran pesan yang dituliskan, termasuk
nama pasien, alamat tempat tinggal dan diagnosis.
9) Dokter/petugas pemberi instruksi verbal mengkonfirmasi kebenaran yang dibacakan kembali oleh
petugas unit pelayanan yang menerima instruksi.
10) Untuk istilah yang sulit atau obat – obatan kategori LASA (Look Alike Sound Alike) diminta penerima
pesan mengeja kata tersebut perhuruf, misalnya: UBRETID.
11) Petugas unit pelayanan yang menerima instruksi secara verbal/lisan menulis nama dokter yang
memberikan instruksi secara verbal.
KESELAMATAN PASIEN
Nomor : PED/K3/010/VI/2016
Terbit ke :1
No.Revisi :0
PEDOMAN
Tgl.Diberlakukan : 1 Juni 2016
DINKES KAB. UPTD
KEBUMEN Halaman : 19 - 28
PUSKESMAS KEBUMEN III

12) Petugas unit pelayanan yang menerima instruksi secara verbal/lisan menulis nama dan tanda tangan
sebagai tanda yang menerima pesan.
13) Petugas unit pelayanan yang menerima instruksi secara verbal/lisan memverifikasi dokter pengirim
pesan dengan menandatangani catatan pesan yang ditulis penerima pesan sebagai tanda persetujuan
dalam waktu 1 x 24 jam.
b. Metode Komunikasi Tertulis:
1) Dokter/petugas pemberi instruksi menuliskan instruksi harus dilakukan secara lengkap dapat terbaca
dengan jelas agar sumber instruksi dapat dilacak bila diperlukan verifikasi.
2) Dokter/petugas pemberi instruksi harus menuliskan nama lengkap dan tanda tangan penulis, serta
tanggal dan waktu penulisan instruksi setiap penulisan instruksi.
3) Dalam menuliskan instruksi, dokter/petugas pemberi instruksi hendaknya menghindari penggunaan
singkatan, akronim, dan simbol yang berpotensi menimbulkan masalah dalam penulisan instruksi dan
dokumentasi medis (misalnya catatan lanjutan keperawatan, anamnesis, pemeriksaan fisis, pengkajian
awal keperawatan).
4) Koordinator unit pelayanan melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan komunikasi efektif di tiap-
tiap unit masing-masing.
5) Koordinator unit pelayanan merencanakan tindak lanjut jika pelaksanaan tidak sesuai dengan tujuan.
3. Penerapan tujuh (7) benar dalam menunjang medication safety
Prosedurnya meliputi:
a. Benar Pasien:
1) Petugas menggunakan minimal 2 identitas pasien dalam mengidentifikasi pasien, yaitu nama dan
alamat tempat tinggal.
2) Petugas mencocokkan obat yang akan diberikan dengan instruksi terapi tertulis,
3) Petugas menganamnesis riwayat alergi pasien,
4) Petugas menganamnesis kehamilan/menyusui,
5) Petugas menganamnesis lengkap riwayat obat/ penggunaan obat saat ini dan membuat daftar obat-
obat tersebut,
6) Petugas membandingkan pemberian obat saat ini dengan daftar obat yang digunakan pasien di rumah
(termasuk kelalaian, duplikasi, penyesuaian, kehilangan/menghilangkan, interaksi, atau tambahan
obat).
7) Petugas mengidentifikasi pasien yang akan mendapat obat dengan kewaspadaan tinggi dilakukan oleh
dua orang yang kompeten (double check).
b. Benar Obat
1) Petugas memberi label semua obat dan tempat obat (syringes, cangkir obat, baskom obat) dan larutan
lain.
KESELAMATAN PASIEN
Nomor : PED/K3/010/VI/2016
Terbit ke :1
No.Revisi :0
PEDOMAN
Tgl.Diberlakukan : 1 Juni 2016
DINKES KAB. UPTD
KEBUMEN Halaman : 20 - 28
PUSKESMAS KEBUMEN III

2) Petugas menuliskan pada label nama obat, kekuatan, jumlah, kuantitas, pengenceran dan volume,
tanggal persiapan, tanggal kadaluarsa.
3) Petugas melakukan verifikasi semua obat dan larutan secara verbal dan visual jika orang yang
menyiapkan obat bukan yang memberikannya ke pasien.
4) Petugas melakukan pemberian label tiap obat atau larutan segera setelah obat disiapkan jika tidak
segera diberikan.
5) Petugas memberi label pada syringes setelah obat disiapkan/diisi (jangan pada saat syringe masih
kosong).
6) Petugas menyiapkan satu obat atau larutan pada satu saat. Beri label hanya untuk satu obat atau
larutan pada satu saat.
7) Petugas membuang segera setiap obat atau larutan yang tidak ada labelnya.
8) Saat pergantian tugas, petugas mereview semua obat dan larutan oleh petugas lama dan petugas baru
secara bersama.
9) Petugas mengubah daftar obat/kardeks jika terdapat perubahan obat.
10) Dua petugas yang berkompeten mengecek kebenaran jenis obat yang perlu kewaspadaan tinggi.
c. Benar Dosis
1) Dua orang yang berkompeten mengecek dan menghitung (double cek) untuk dosis/volume obat yang
memerlukan kewaspadaan tinggi.
2) Petugas mengkonsultasikan dengan dokter yang menuliskan resep jika ragu.
3) Petugas saat menyiapkan obat berkonsentrasi penuh untuk menghindari gangguan.
d. Benar Waktu
1) Petugas memberikan obat dan menginformasikan sesuai waktu yang ditentukan:
a) Sebelum makan.
b) setelah makan.
c) saat makan.
2) Perhatikan waktu pemberian:
a) 3 x sehari  tiap 8 jam.
b) 2 x sehari  tiap 12 jam.
c) Sehari sekali  tiap 24 jam.
d) Selang sehari  tiap 48 jam
3) Petugas memberikan obat dengan segera setelah diinstruksikan oleh dokter.
4) Petugas meneliti dengan benar bahwa obat belum memasuki masa kadaluarsa.
e. Benar Cara/ Route Pemberian
1) Petugas memberikan obat sesuai dengan cara pemberian obat, bentuk dan jenis obat :
a) Slow-Release tidak boleh digerus.
KESELAMATAN PASIEN
Nomor : PED/K3/010/VI/2016
Terbit ke :1
No.Revisi :0
PEDOMAN
Tgl.Diberlakukan : 1 Juni 2016
DINKES KAB. UPTD
KEBUMEN Halaman : 21 - 28
PUSKESMAS KEBUMEN III

b) Enteric coated tidak boleh digerus.


c) Obat-obat yang akan diberikan per NGT sebaiknya adalah obat cair/ sirup.
2) Petugas dalam memberikan obat sedapat mungkin berjarak dan jadwal pemberian obat dan nutrisi
juga berjarak.
f. Benar Dokumentasi
1) Petugas mendokumentasikan setiap perubahan yang terjadi pada pasien setelah mendapat obat.
2) Petugas langsung menuliskan bukti nama dan tanda tangan/paraf setelah memberikan obat pada
dokumen rekam medik.
3) Petugas/dokter menuliskan nama dan paraf jika ada perubahan jenis/dosis/jadwal/cara pemberian
obat.
4) Dokter memberikan coretan dan terakhir garis( ujungnya) diberi paraf jika penulisan resep salah,
Contoh:
Amoksisilin tab, 3 x 500 mg pc
5) Petugas mendokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan: Efek Samping Obat (ESO) dicatat
dalam rekam medik, Form Pelaporan Insiden, dan Formulir Pelaporan Efek Samping Obat.
6) Petugas melaporkan insiden kepada Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien.
7) Petugas mendokumentasikan KNC terkait pengobatan:
a) Dokumentasikan Kejadian Tidak Diharapkan.
b) Format Pelaporan Insiden diserahkan ke Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien.
g. Benar Informasi
1) Petugas mengkomunikasikan semua rencana tindakan/pengobatan kepada pasien dan atau
keluarganya.
2) Petugas menjelaskan tujuan dan cara mengkonsumsi obat yang benar.
3) Petugas menjelaskan efek samping yang mungkin timbul.
4) Petugas mengkomunikasikan rencana lama terapi pada pasien.
4. Pengkajian resep obat
Prosedur pengkajian resep meliputi:
a. Pengkajian resep dari aspek administratif dan farmasetik:
1) Petugas memeriksa identitas pasien: nama pasien, alamat pasien, nomor rekam medis, berat badan
(terutama pada pasien pediatri),
2) Petugas memeriksa kelengkapan resep: nama dokter/petugas pemeriksa, nama obat, bentuk sediaan
obat, jumlah obat, dan aturan pakai.
3) Jika tertera pada aturan pakai “p.r.n” (“pro re nata” atau jika perlu), maka petugas mengkonfirmasi ke
dokter yang bersangkutan untuk mengetahui dosis maksimal sehari sehingga etiket bisa dilengkapi dan
diketahui jumlah obat yang dibutuhkan.
KESELAMATAN PASIEN
Nomor : PED/K3/010/VI/2016
Terbit ke :1
No.Revisi :0
PEDOMAN
Tgl.Diberlakukan : 1 Juni 2016
DINKES KAB. UPTD
KEBUMEN Halaman : 22 - 28
PUSKESMAS KEBUMEN III

4) Petugas memeriksa adanya masalah, misalnya masalah keuangan atau kelengkapan persyaratan resep
jaminan.
5) Petugas memeriksa adanya kesesuaian dengan pedoman pelayanan/peraturan yang berlaku.
b. Pengkajian dari aspek klinik
1) Petugas memeriksa ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat, terutama untuk pasien
pediatri dan geriatri.
2) Petugas memeriksa adanya duplikasi obat.
3) Petugas memeriksa adanya alergi pada pasien disesuaikan dengan rekam medik.
4) Petugas memeriksa adanya interaksi obat.
5) Petugas memeriksa adanya kontraindikasi.
6) Petugas mengidentifikasi masalah-masalah yang berkaitan dengan resep/instruksi pengobatan.
c. Penanganan Resep yang Bermasalah
1) Apoteker/asisten apoteker menghubungi dokter/petugas penulis resep.
2) Dokter/petugas mencoret tulisan yang tidak jelas tersebut dan menulis perbaikan di atas coretan
kemudian membubuhkan paraf dan tidak boleh menindih dengan tulisan yang baru.
3) Jika dokter tidak dapat datang untuk memperbaiki resep, apoteker/asisten apoteker/perawat dapat
mengubah resep dokter dengan memberi catatan nama dokter dan waktu (tanggal dan jam)
dilakukannya konfirmasi.
4) Jika dalam menulis resep dokter/perawat terdapat lebih dari 2 (dua) coretan maka harus diganti
dengan lembar resep baru.
5. Pengurangan Terjadinya Resiko Infeksi di Puskesmas
a. Penerapan kebiasaan cuci tangan
1) Indikator Usaha Menurunkan Infeksi Nosokomial:
a) Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakui umum.
b) Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif.
2) Lima (5) momen yang wajib bagi petugas untuk melakukan cuci tangan:
a) Sebelum kontak dengan pasien.
b) Sesudah kontak dengan pasien.
c) Sebelum tindakan asepsis.
d) Sesudah terkena cairan tubuh pasien.
e) Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.
3) Prosedur cuci tangan:
a) Semua petugas dan mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan pada lima (5) momen yang
telah ditentukan.
KESELAMATAN PASIEN
Nomor : PED/K3/010/VI/2016
Terbit ke :1
No.Revisi :0
PEDOMAN
Tgl.Diberlakukan : 1 Juni 2016
DINKES KAB. UPTD
KEBUMEN Halaman : 23 - 28
PUSKESMAS KEBUMEN III

b) Koordinator tiap unit pelayanan mengecek ketersediaan adanya handrub, poster tentang
kebersihan tangan di dinding setiap ruang unit pelayanan masing-masing.
c) Semua petugas dan mahasiswa melepaskan perhiasan atau jam tangan saat mencuci tangan.
d) Semua petugas dan mahasiswa harus memotong kuku jika kuku panjang.
e) Semua petugas dan mahasiswa mencuci tangan dengan air yang mengalir selama 40-60 detik, dan
selama 20-30 detik jika dengan handrub.
f) Semua petugas dan mahasiswa melakukan kebersihan tangan dengan 7 (tujuh) langkah sesuai
dengan langkah yang sudah ditetapkan.
Prosedur 7 (Tujuh) Langkah Cuci Tangan
NO. LANGKAH GAMBAR
1. Basahkan kedua telapak tangan setinggi
pertengahan lengan dengan air mengalir,
kemudian ambil sabun.

2. Usap dan gosok kedua telapak tangan


secara lembut, kemudian gosok juga
kedua punggung tangan secara
bergantian.

3. Gosok sela-sela jari hingga bersih.

4. Bersihkan ujung jari secara bergantian


dengan mengatupkan.

5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara


bergantian.
KESELAMATAN PASIEN
Nomor : PED/K3/010/VI/2016
Terbit ke :1
No.Revisi :0
PEDOMAN
Tgl.Diberlakukan : 1 Juni 2016
DINKES KAB. UPTD
KEBUMEN Halaman : 24 - 28
PUSKESMAS KEBUMEN III

6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan


kemudian gosok perlahan.

7. Bilas seluruh bagian tangan dengan air


bersih yang mengalir, lalu keringkan
memakai handuk atau tisu. Kemudian,
matikan kran dengan tisu dan tangan
bersih terjaga

b. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) untuk melindungi petugas dari pajanan darah, cairan tubuh,
ekskreta, dan selaput lendir pasien. APD meliputi penggunaan sarung tangan, masker, tutup kepala,
kacamata pelindung, apron/jas, dan sepatu pelindung.

6. Penilaian pasien jatuh pada anak, dewasa dan geriatri


Indikator usaha menurunkan risiko cidera karena jatuh:
a. Semua pasien baru dinilai risiko jatuhnya dan penilaian diulang jika diindikasikan oleh perubahan kondisi
pasien atau pengobatan, dan lainnya.
b. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat risiko jatuh pasien guna mencegah pasien
jatuh serta akibat tak terduga lainnya.
KESELAMATAN PASIEN
Nomor : PED/K3/010/VI/2016
Terbit ke :1
No.Revisi :0
PEDOMAN
Tgl.Diberlakukan : 1 Juni 2016
DINKES KAB. UPTD
KEBUMEN Halaman : 25 - 28
PUSKESMAS KEBUMEN III

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat maka tuntutan pengelolaan
program Keselamatan Kerja di puskesmas semakin tinggi, karena Sumber Daya Manusia (SDM) puskesmas,
pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar puskesmas ingin mendapatkan perlindungan dari
gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun
karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di puskesmas yang tidak memenuhi standar.
Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang
dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat
agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal 165 :”Pengelola tempat kerja
wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan
pemulihan bagi tenaga kerja”. Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di puskesmas mempunyai
kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui upaya kesehatan kerja disamping
keselamatan kerja. Puskesmas harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan
atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di puskesmas.
Program keselamatan kerja di puskesmas merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan
puskesmas, khususnya dalam hal kesehatan dan keselamatan bagi SDM puskesmas, pasien, pengunjung/pengantar
pasien, masyarakat sekitar.
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan,
dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek.Tujuan K3 adalah untuk
memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja. K3 juga melindungi rekan kerja, keluarga pekerja,
konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial. Semua organisasi memiliki
kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman
sepanjang waktu. Praktek K3 (keselamatan kesehatan kerja) meliputi pencegahan, pemberian sanksi, dan
KESELAMATAN PASIEN
Nomor : PED/K3/010/VI/2016
Terbit ke :1
No.Revisi :0
PEDOMAN
Tgl.Diberlakukan : 1 Juni 2016
DINKES KAB. UPTD
KEBUMEN Halaman : 26 - 28
PUSKESMAS KEBUMEN III

kompensasi, juga penyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja dan menyediakan perawatan kesehatan dan cuti
sakit.

A. Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM puskesmas, aman dan sehat bagi
pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan lingkungan sekitar sehingga proses pelayanan puskesmas
berjalan baik dan lancar.

B. Tujuan khusus
1. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat Kerja) dan KAK (Kecelakaan Akibat
Kerja).
2. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas puskesmas.

C. Alat Keselamatan Kerja


1. Pemadam kebakaran (hidrant)
2. Jas
3. Peralatan pembersih
4. Obat-obatan
5. Kapas
6. Plaster pembalut

D. Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja


1. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk memudahkan pertolongan saat terjadi
kecelakaan kerja.
2. Pakailah jas (dokter, dokter gigi, analis) saat bekerja
3. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam kebakaran, eye shower, respirator, dan alat
keselamatan kerja yang lainnya.
4. Buanglah sampah pada tempatnya.
5. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik.
6. Dilarang merokok
KESELAMATAN PASIEN
Nomor : PED/K3/010/VI/2016
Terbit ke :1
No.Revisi :0
PEDOMAN
Tgl.Diberlakukan : 1 Juni 2016
DINKES KAB. UPTD
KEBUMEN Halaman : 27 - 28
PUSKESMAS KEBUMEN III

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu sistem kegiatan  teknis yang
bersifat rutin yang dirancang  untuk mengukur dan menilai mutu produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan.
Pengendalian mutu pada pelayanan klinis diperlukan agar produk layanan klinis terjaga kualitasnya sehingga
memuaskan masyarakat sebagai pelanggan.
Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah pelaksanaan langkah-langkah yang telah
direncanakan secara terkendali agar semuanya berlangsung sebagaimana mestinya, sehingga mutu produk yang
direncanakan dapat tercapai dan terjamin. Dalam pengertian Ishikawa tersirat pula bahwa pengendalian mutu itu
dilakukan dengan orientasi pada kepuasan konsumen. Dalam bahasa layanan kesehatan keseluruhan proses yang
diselenggarakan oleh puskesmas ditujukan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai konsumen.
Pada setiap ruangan pelayanan di Puskesmas Kebumen III selalu dilakukan survey kepuasan pelanggan untuk
mengetahui tingkat kepuasan pelanggan di Puskesmas Kebumen III. Hasil dari survey pelanggan dianalisa sehingga
dapat merumuskan follow up dari permasalahan yang ada.

Untuk menjamin pengendalian mutu keselamatan pasien, maka yang harus dilakukan adalah:
A. Setiap unit kerja di puskesmas mencatat semua kejadian terkait dengan keselamatan pasien (Kejadian
Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) pada formulir yang sudah disediakan
oleh puskesmas.
B. Setiap unit kerja melaporkan semua kejadian terkait dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera,
Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) kepada Tim Keselamatan Pasien pada formulir yang sudah
disediakan.
C. Tim Keselamatan Pasien menganalisis akar penyebab masalah semua kejadian yangdilaporkan oleh unit kerja.
D. Berdasarkan hasil analisis akar masalah maka Tim Keselamatan Pasien merekomendasikan solusi pemecahan dan
mengirimkan hasil solusi pemecahan masalah kepada Pimpinan puskesmas.
KESELAMATAN PASIEN
Nomor : PED/K3/010/VI/2016
Terbit ke :1
No.Revisi :0
PEDOMAN
Tgl.Diberlakukan : 1 Juni 2016
DINKES KAB. UPTD
KEBUMEN Halaman : 28 - 28
PUSKESMAS KEBUMEN III

E. Pimpinan puskesmas melaporkan insiden dan hasil solusi masalah ke Komite Keselamatan Pasien setiap
terjadinya insiden dan setelah melakukan analisis akar masalah yang bersifat rahasia.
F. Pimpinan puskesmas melakukan monitoring dan evaluasi pada unit kerja-unit kerja di Puskesmas, terkait dengan
pelaksanaan keselamatan pasien di unit kerja

BAB IX
PENUTUP

Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan di Puskesmas makapelaksanaan


kegiatan keselamatan pasien Puskesmas sangatlah penting. Melalui kegiatan ini diharapkan terjadi
penekanan/penurunan insiden sehingga dapat lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap puskesmas di
Indonesia. Program Keselamatan Pasien merupakan never ending process, karena itu diperlukan budaya termasuk
motivasi yang cukup tinggi untuk bersedia melaksanakan program keselamatan pasien secara berkesinambungan dan
berkelanjutan.

Pedoman Keselamatan Pasien di Puskesmas ditetapkan sebagai acuan pelaksanaan program keselamatan
pasien di Puskesmas. Untuk keberhasilan pelaksanaan program keselamatan pasien di Puskesmas ini diperlukan
komitmen dan kerja sama semua pihak yang terkait, sehingga hal tersebut akan menjadikan pelayanan klinis di
Puskesmas dapatoptimal dan dapat memberikan kepuasan kepada pasien atau masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai