Anda di halaman 1dari 100

5

BAB II
TINJAUAN LAHAN RUMAH SAKIT

2.1 Profil dan Gambaran Umum Rumah Sakit dan Ruang IRNA B
RSUD Awet Muda Narmada
2.1.1 Profil Rumah Sakit
a. Dokumentasi
Bedasarkan hasil wawancara kepada Kepala
ruangan IRNA B yang dilakukan pada tanggal 15 Juli
2020 bahwa RSAM Narmada mulai beropersional dan
memberikan pelayanan pada masyarakat sejak 27
Desember 2016, rumah sakit ini merupakan rumah
sakit milik pemerintah Lombok Barat yang terletak
kurang lebih 5 kilometer dari pusat Kota Mataram,
Rumah Sakit Awet Muda Narmada Merupakan Rumah Sakit
tipe D yang disahkan berdasarkan peraturan daerah
Kabupaten Lombok Barat No. 2 Tahun 2016.
b. Dokumentasi
Berdasarkan hasil observasi profil rumah sakit
didapatkan bahwa RSAM Narmada merupakan salah satu
rumah sakit milik pemerintah Kabupaten Lombok Barat
yang terletak di Jln Ahmad Yani No.69 Narmada.
Berdiri dilahan seluas 34.500 m 2
dengan luas
bangunan 3.655 m2. Lokasi ini sangat strategis,
selain mudah dijangkau juga terletak dijalur wisata
dan juga alur lalu lintas kabupaten yang
menghubungkan beberapa kabupaten bahkan dua pulau
besar di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Rumah Sakit Awet Muda Narmada mulai
beroperasional pada tanggal 27 Desember 2016.
dilakukan soft Opening yang dibuka oleh Bupati
Kabupaten Lombok Barat H. Fauzan Khalid,
S.Ag.,M.Si. Pada Tanggal 28 Maret 2017 Rumah Sakit
6

Umum Daerah Pratama Awet Muda Narmada Grand


openingnya di resmikan oleh menteri Kesehatan RI,
Prof. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M. Pada Tanggal
16 Nivember 2018, ditetapkan keputusan Bupati
Lombok Barat tentang penetapan status Rumah Sakit
Umum Daerah Awet Muda Narmada menjadi PPK BLUD
dengan No. Izin RS: 503/456/DPM-PTSP-LB/V/2018.
2.2.2 Motto, Visi, Misi, dan Tujuan RSUD Awet Muda Narmada
a. Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan
ruang IRNA B Rumah Sakit Awet Muda Narmada, Rumah
sakit ini sudah memiliki motto, visi, misi dan
tujuan yang jelas selain itu visi, misi dan tujuan
rumah sakit juga dipajang dalam bentuk mading
disetiap ruangan.
b. Observasi
Berdasarkan hasil observasi di RSUD Awet Muda
Narmada sudah memiliki dan memajang motto, visi,
misi dan tujuan di sudut rumah sakit dalam mading.
Adanya motto, visi, misi dan tujuan Rumah Sakit
Awet Muda Narmada, yang didapatkan di profil rumah
sakit diantaranya sebagai berikut :
a. Motto, Visi, Misi, dan Tujuan
1) Motto
Memberikan Pelayanan yang “CEMERLANG” (Cepat,
Efektif, Mudah, Efisien, Ramah, Lancar, Aman,
Nyaman dan Gairah).
2) Visi
“TERWUJUDNYA RSUD AWET MUDA NARMADA YANG MAMPU
BERSAING, UNGGUL, MODEREN DAN TERDEPAN.”.
3) Misi
a) Memberikan Pelayanan Prima yang berbasis
kepada profesionalisme.
7

b) Meningkatkan kelancaran dan ketepatan


pelayanan kedokteran yang profesional selaras
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran dan keperawatan
c) Meningkatkan kualitas Sumber Daya
Manusiadengan pelatihan berkelanjutan dan
mengikuti perkembangan teknologi.
d) Mendorong kelancaran dan ketertiban
administrasi ketatausahaan yang paripurna.
e) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
paripurna, bermutu dan terjangkau oleh semua
lapisan masyarakat yang berorientasi pada
keselamatan dan kepuasan pasien.
4) Tujuan
a) Tujuan Umum
Memberikan pelayanan kesehatan paripurna yang
berkualitas dan memuaskan bagi pasien
b) Tujuan Khusus
- Meningkatkan kualitas dan mempertahankan
standar pelayanan rumah sakit
- Mengembangkan pelayanan rumah sakit seiring
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
- Penyelenggaraan kegiatan manajemen rumah
sakit secara profesional, efisien dan
efektif.
- Terwujudnya kepuasaan bekerja sebagai
ibadah dan kesejahteraan seluruh pegawai.

Sumber : Dokumen buku Profil RSAMNarmada 2019.

c. Teori
Berdasarkan pendapat PERSADA rumah sakit,
Visi adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi
8

masa depan yang ingin dicapai Rumah Sakit melalui


penyelenggaraan tugas dan fungsi dalam kurun waktu
5 (lima) tahun yang akan datang. Visi menjelaskan
arah atau suatu kondisi ideal dimasa depan yang
ingin dicapai (clarity of direction) berdasarkan
kondisi dan situasi yang terjadi saat ini yang
menciptakan kesenjangan (GAP) antara kondisi saat
ini dan masa depan yang ingin dicapai. Visi dan
Misi Rumah Sakit menunjukkan apa yang menjadi cita-
cita layanan terbaik Rumah Sakit dalam upaya
mewujudkan visi dan misi kepala daerah maupun dalam
upaya mencapai kinerja pembangunan daerah pada
aspek kesejahteraan, layanan dan peningkatan daya
saing daerah dengan mempertimbangkan permasalahan
dan isu strategis yang relevan.
Penyusunan misi dan visi rumah sakit
merupakan fase penting dalam tindakan strategis
rumah sakit.Hal ini sebagai hasil penafsiran
terhadap lingkungan yang berubah. Penafsiran-
penafsiran yang dilakukan dengan cerdas akan
mendorong pemimpin untuk berpikir mengenai misi
organisasi dan keadaan organisasi yang dicita-
citakan. Pemikiran ini merupakan dasar untuk
menetapkan strategi pengembangan lembaga.Lebih
lanjut, pemimpin rumah sakit memerlukan pernyataan
misi dan visi sebagai isi komunikasi dalam
meningkatkan komitmen seluruh pihak
terkait.Berdasarkan konsep dari Kaplan dan Norton
terdapat hubungan misi dan visi sampai pada
strategi, hasil pelaksanaan strategi harus dapat
mencerminkan berjalannya misi dan juga merupakan
langkah-langkah untuk tercapainya visi lembaga.
Menetapkan misi dan visi bukanlah proses yang
mudah.
9

Pernyataan misi dan visi tidak dianjurkan


disusun atas dasar tugas pelatihan ataupun tuntutan
akreditasi.Pernyataan misi dan visi merupakan hasil
pemikiran bersama dan disepakati oleh seluruh
anggota rumah sakit. Dalam konsep learning
organization menurut Senge, diperlukan suatu visi
bersama (shared vision). Visi bersama ini
memberikan fokus dan energy untuk pengembangan
organisasi.
Misi rumah sakit merupakan pernyataan
mengenai mengapa sebuah rumah sakit didirikan, apa
tugasnya, dan untuk siapa rumah sakit tersebut
melakukan kegiatan. Sebagai contoh, salah satu misi
rumah sakit keagamaan adalah melayani masyarakat
miskin dan membutuhkan pertolongan
kesehatan.Sementara itu, misi sebuah rumah sakit
for profit salah satunya adalah melayani masyarakat
dengan sebaik-baiknya.Rumah sakit for-profit juga
berusaha memenuhi harapan pemegang saham yaitu
memperoleh keuntungan.Dengan demikian pernyataan
misi tergantung pada sifat lembaga dan pemilik
rumah sakit.Misi sebaiknya dapat menggambarkan
tugas, cakupan tindakan yang dilakukan, kelompok
masyarakat yang dilayaninya, pengguna yang harus
dipuaskan, dan nilainya.
Perincian misi mencakup pernyataan mengenai
tujuan yang akan dicapai oleh lembaga. Beberapa
sifat misi adalah sebagai berikut (Ginter dan
Duncan):
1) Misi merupakan pernyataan tujuan rumah sakit
secara luas, tetapi jelas batasannya. Dalam misi
Henry Ford Health Service secara jelas diungkap
tujuan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan
penelitian. Sementara itu, RSUD Banyumas
10

terbatas mencantumkan tugas pelayanan kesehatan.


RS ini tidak mempunyai tugas penelitian maupun
pendidikan. Pernyataan misi ditulis untuk
dikomunikasikan ke seluruh sumber daya manusia
serta seluruh stakeholder.
2) Pernyataan misi sebaiknya bersifat tahan lama
tetapi dapat berubah. Tujuan organisasi yang
tercakup dalam misi dapat berubah tetapi tidak
terlalu sering berganti. Dengan sifat misi yang
dapat bertahan lama maka sumber daya manusia
rumah sakit dapat mempunyai komitmen terhadap
tujuan lembaga. Sebagai contoh, misi rumah sakit
pendidikan harus dipahami, sehingga dokter yang
bekerja pada rumah sakit pendidikan akan
mempunyai komitmen sebagai seorang
pendidik. Komitmen sebagai pendidik ini bersifat
spesifik dan harus bertahan lama. RSUD Banyumas,
di tahun 2000 sedang merintis menjadi rumah
sakit pendidikan untuk Fakultas Kedokteran UGM.
Apabila hal ini benar terjadi maka misi rumah
sakit akan ditambah dengan misi pendidikan dan
penelitian.
3) Misi sebuah rumah sakit sebaiknya menggaris
bawahi keunikan lembaga. Hal ini dilihat pada
pergantian misi sebuah rumah sakit kusta.
Setelah penyakit kusta berkurang drastis, rumah
sakit kusta berubah misi menjadi rumah sakit
umum. Akan tetapi, rumah sakit tersebut masih
mempunyai keunikan karena merupakan rumah sakit
umum yang dikenal mempunyai misi
rehabilitasinya.
4) Pernyataan misi sebaiknya mencantumkan jangkauan
pelayanan, kelompok masyarakat yang dilayani dan
pasar penggunanya. Misi sebuah lembaga sebaiknya
11

menyatakan kebutuhan manusia akan peran lembaga.


Penulisan misi sebenarnya merupakan proses yang
penting dan sebaiknya melibatkan pemimpin puncak
serta para stakeholder kunci. Pengamatan
menunjukkan bahwa penulisan misi sering
dilakukan secara mendadak atau didasarkan pada
kebutuhan untuk lulus akreditasi dan mengikuti
pelatihan.
5) Proses penyusunan misi sebaiknya memperhatikan
berbagai hal. Pernyataan-pernyataan ini dapat
dianggap sebagai check list untuk penyusunan
misi yang benar (Ginter dkk, 1995; Truitt,
2001).Cara Menulis Visi Visi dapat digambarkan
sebagai konsep keadaan masa depan yang
diinginkan oleh lembaga. Guna mencapai tujuan
ini, beberapa hal yang perlu dicermati dalam
menulis visi. Penulisan visi merupakan suatu
seni yang tidak mempunyai aturan tentang
panjang-pendek kalimat, mencakup berbagai hal
secara komprehensif ataupun hanya sebagian saja.
Akan tetapi, yang perlu bahwa penulisan visi
harus menggugah semangat, inspirasi, dan
komitmen. Beberapa hal yang perlu dicermati
dalam menulis visi antara lain sebagai berikut:
1) Penulisan visi sebaiknya menggunakan bahasa
yang sederhana, jelas, dan mudah dipahami.
Elemen kunci suatu visi adalah kenyataan
bahwa visi mampu menterjemahkan keadaan masa
depan yang kompleks menjadi pernyataan yang
mudah untuk dimengerti dan dipahami oleh
semua orang.
2) Penyusunan visi sebaiknya memperhitungkan
jangkauan waktu. Dalam hal ini visi disusun
dengan jangkauan waktu yang cukup lama untuk
12

dapat mengadakan perubahan dramatis, tetapi


cukup cepat untuk mendapatkan komitmen
dari anggota organisasi. Penulisan visi itu
haruslah realistis, dapat dipercaya, serta
mempunyai nalar.
3) Penetapan visi sebaiknya memenuhi syarat
sebab-akibat yang hipotetis. Sebagai contoh,
keadaan keuangan rumah sakit yang membaik
akan dapat tercapai apabila mutu pelayanan
semakin bertambah tinggi.
4) Visi tersebut harus pula menciptakan suasana
mendesak untuk dilaksanakan. Penulisan visi
sebaiknya tidak berdasarkan pada formalitas
dokumen, tetapi berdasarkan kebutuhan
lembaga.
5) Visi yang ditulis dengan baik dapat digunakan
oleh pihak manajemen untuk mendapatkan
konsensus yang solid bahwa visi tersebut
merupakan hal yang dikehendaki dan
dapat dicapai. Oleh karena itu, pemimpin
tertinggi harus dapat mengembangkan visi dan
menggunakannya secara dinamis.
Ciri-ciri sebuah visi:
1) Visi haruslah memberi ilham, tidak hanya
berupa sasaran-sasaran kuantitatif untuk
dicapai tahun depan. Oleh karena itu, visi b
aiasanya tidak ditulis dalam angka
kuantitatif.
2) Visi harus jelas, menantang, dan mengarah ke
pelayanan yang prima.
3) Visi harus bermakna untuk pihak yang terkait,
luwes, dan berlaku untuk suatu periode waktu.
Visi dapat mengalami perubahan dan harus
selalu ditantang terus.
13

4) Visi merupakan lampu pengarah yang harus


dicapai oleh seluruh anggota rumah sakit.
5) Visi harus dapat memberi kekuatan dan
pemberdayaan bagi semua pihak.
6) Visi bersifat mempersiapkan masa depan tanpa
meninggalkan pengalaman masa lalu.
7) Visi haruslah dapat terukur secara detail,
bukan sesuatu yang abstrak. Dengan syarat ini
maka pencapaian visi merupakan sesuatu yang
nyata dan terukur.

b) Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan


a. Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat
ruang IRNAB RS Awet Muda Narmada, RS Awet Muda
Narmada memiliki jenis pelayanan diantaranya
Pelayanan Gawat Darurat yang terdiri dari Instalasi
Gawat Darurat (IGD), Instalasi Bedah Sentral (IBS),
Pelayanan Rawat Inap terdiri dari ruang Rawat Inap
Kelas A, B dan C. Pelayanan Ruang Bersalin, Nifas
dan Peristi, Pelayanan Rawat Jalan yang terdiri dari
Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Anak,
Poliklinik Bedah, Poliklinik Gigi, dan poliklinik
kandungan (Obgyn).Pelayananpenunjang yang terdiri
dari Instalasi Laboratorium, Instalasi Gizi,
Instalasi Farmasi, Rekam Medis , Instalasi
CSSD,Instalasi Perawatan Sarana Rumah Sakit (IPSRS),
Radiologi, Gas medis, Loundry, Pelayanan
Transportasi, Instalasi Pengelolaan Air Limbah
(IPAL)dan Pemulasaran Jenazah.
14

b. Observasi

Berdasarkan hasil observasi profil ruangan dan


pengecekan langsung yang dilakukan oleh Baiq Hilda
Septiana tanggal 13 juli 2020 didapatkan data
ruangan yaitu sebagai berikut :
a) PELAYANAN GAWAT DARURAT
1) Instalasi Gawat Darurat (IGD)
b) PELAYANAN RUANG OPERASI:
1) Instalasi Bedah Sentral
c) PELAYANAN RAWAT INAP
1) Rawat Inap IRNAA, B dan C
2) Ruang Peristi
d) PELAYANAN RUANG BERSALIN dan NIFAS
e) PELAYANAN RAWAT JALAN
1) Poliklinik Bedah
2) Poliklinik Kandungan
3) Poliklinik Penyakit Dalam
4) Poliklinik Anak
5) Poliklinik Gigi
f) PELAYANAN PENUNJANG
1) Instalasi Farmasi
2) Instalasi Laboratorium
3) Instalasi Radiologi
4) Instalasi Gizi
5) Instalasi Pengelolaan Air Limbah(IPAL)
6) Instalasi Perawatan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)
7) Rekam Medis
8) Instalasi CSSD
9) Laundry
10) Gas Medis
11) Pelayanan Transportasi
12) Pemulasaran Jenazah
15

c. Teori
Persyaratan teknis ruang dalam bangunan rumah sakit
Ruang rawat jalan berdasrakan UU No. 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit.
a) Letak ruang rawat jalan harus mudah diakses dari
pintu masuk utama rumah sakit dan memiliki akses
yang mudah ke ruang rekam medis, ruang farmasi,
ruang radiologi, dan ruang laboratorium.
b) Ruang rawat jalan harus memiliki ruang tunggu
dengan kapasitas yang memadai dan sesuai kajian
kebutuhan pelayanan.
c) Desain ruangan pemeriksaan pada ruang rawat jalan
harus dapat menjamin privasi pasien.
d) Dalam hal terdapat ruangan pemeriksaan untuk pasien
menular pada ruang rawat jalan, letak dan desain
ruangan pemeriksaan untuk pasien menular harus
dapat mengontrol penyebaran infeksi.
Standar ruangan yang ada di rumah sakit :
1) Rawat Jalan
2) Ruang Rawat Inap
3) Ruang Gawat Darurat
4) Ruang Operasi
5) Ruang Perawatan Intensif
6) Ruang Kebidanan dan Penyakit Kandungan
7) Ruang Rehabilitasi Medik
8) Ruang Radiologi
9) Persyaratan Ruang Radioterapi
10) Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)
11) Ruang Sterilisai
12) Ruang Farmasi
13) Ruang Tenaga Kesehatan
14) Ruang Pendidikan dan Latihan
15) Ruang Kantor dan Administrasi
16

16) Ruang Penyuluhan Kesehatan


Masyarakat Rumah Sakit
17) Ruang Mekanik
18) Ruang Instalasi Gizi
19) Laundry
20) Kamar Jenazah
21) Ruang Pengelolaan Limbah
22) Pelataran Parkir yang mencuku
17

B. Pengumpulan Data
1. Data Umum Ruangan
- UNSUR INPUT / MASUKAN

a. Ketenagaan dan Pasien (M1-Man)

1) Distribusi Tenaga perawat dan non perawat Perawat di


Rumah Sakit Awet Muda Narmada

a) Kajian data
- Wawancara :
Berdasartkan hasil wawancara kepada bagian
Kepegawaian didapatkan bahwa jumlah tenaga
keperawatan S1+Ners Sebanyak orang, dan D3
Keperawatan sebanyak orang.
- Observasi :
Berdasarkan hasil observasi di RSUD Awet Muda
Narmada didapatkan datasebagai berikut :
Tabel 2.1 Distribusi Tenaga Kerja Kesehatan
berdasarkan tingkat pendidikan RSAM Narmada
No Kualifikasi Jumlah Persentase
%
1 S1 Keperawatan+Ners 34 46 %

2 D3 Keperawatan 37 50 %

3 D4 Keperawatan 2 2,7 %
4 S2 Keperawatan 1 1,3
Manajemen1
Jumlah 74 100%

Sumber data RSAM

Non Perawat
- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepegawaian, RSUD
Awet Muda Narmada memiliki dokter umum sebanyak 15
18

orang, dokter spesialis 9 orang, tenaga administrasi


sebanyak 5 orang, cleaning service 14 sebanyak
orang, Apoteker sebanyak 10 orang, dan Ahli Gizi
sebanyak 5 orang, Kesling sebanyak 3 orang, Tata
boga sebanyak 2 orang, akuntan sebanyak 2 orang,
analis sebanyak 9 orang, radiologi sebanyak 6 orang,
bidan sebanyak 33 orang, satpam 8 orang, tukang
kebun 6 orang. Perawat gigi 2 orang, Rekam Medis 7
orang, Dokter gigi 1 orang.

- Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang disesuaikan dengan
data hasil wawancara didapatkan bahwa jumlah tenaga
non perawat dapat dilihat di tabel dibawah :
Tabel 2.2 Distribusi tenaga non keperawatan
berdasarkan tingkat pendidikan diruang RSAM Narmada

No Klasifikasi Jumlah Persentase


%
1 Dokter Umum 15 orang 10,8%
2 Dokter Spesialis 10 orang 7,2 %
3 Tenaga administrasi 5 orang 3,7 %
4 Apoteker 10 0rang 7,2 %
6 Ahli Gizi 5 orang 3,7 %
7 Kesling 3 orang 2,2%
8 Tata boga 2 orang 1,5%
9 Akuntan 2 orang 1,5%
10 Analis 9 orang 6,6%
11 Radiologi 6 orang 4,4%
12 Bidan 33 orang 24,4%
13 Satpam 8 orang 5,9%
14 Tukang kebun 6 orang 4,4%
15 Rekam Medis 7 orang 5,1%
16 Cleaning service 14 orang 10,4%
Jumlah 135 orang 100 %
Sumber: Data primer yang diolah dari dokumentasi
19

b) Analisis data
Berdasarkan tabel 2.1 dapat dilihat bahwa tingkat
pendidikan perawat RSAM Narmada yang paling banyak
adalah d3 yaitu sebanyak orang dengan persentasse 50%
dan S1 Keperawatan sebanyak orang yaitu 46 %.Berdasarkan
table 2.2 data tenaga non medis dapat dilihat bahwa
tenaga non keperawatan dokter umum yaitu sebanyak 15
orang, spesialis 9 orang, tenaga administrasi 5 orang,
cleaning service sebanyak 14 orang

2) Distribusi Tenaga perawat dan non perawat Perawat di


Ruang IRNA B (isolasi) RSUD Awet Muda Lombok barat.

c) Kajian data
- Wawancara :
Berdasartkan hasil wawancara kepada kepala ruangan
IRNA B didapatkan bahwa jumlah tenaga keperawatan
S1+Ners Sebanyak 8 orang, dan D3 Keperawatan
sebanyak 3 orang.
- Observasi :
Berdasarkan hasil observasi di ruang IRNA B
didapatkan datasebagai berikut :
Tabel 2.1 Distribusi tenaga keperawatan berdasarkan
tingkat pendidikan diruang IRNA B RSAM Narmada
No Kualifikasi Jumlah Persentase
%
2 S1 Keperawatan+Ners 8 67 %

3 D3 Keperawatan 3 33 %

Jumlah 11 100%

Sumber data : jadwal sift ruangan

Non Perawat
- Wawancara
20

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan,


ruang IRNA B memiliki dokter umum sebanyak 1 orang,
dokter spesialis 1 orang, tenaga administrasi
sebanyak 1 orang, cleaning service sebanyak 2 orang,
Apoteker sebanyak 1 orang, dan Ahli Gizi sebanyak 1
orang.Di ruang IRNA Btidak ada dokter umum dan
dokter spesialis yang tetap berada diruang, dokter
umum dan dokter spesialis datang keruangan ketika
ada pasien yang ditangani.

- Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang disesuaikan dengan
data hasil wawancara didapatkan bahwa jumlah tenaga
non perawat dapat dilihat di tabel dibawah :
Tabel 2.2 Distribusi tenaga non keperawatan
berdasarkan tingkat pendidikan diruang IRNA B RSAM
Narmada

No Klasifikasi Jumlah Persentase


%
1 Dokter Umum 1 orang 14,2%
2 Dokter Spesialis 1 orang 16,6%
3 Tenaga administrasi 1 orang 16,6 %
4 Apoteker 0 0
6 Ahli Gizi 0 0
7 Cleaning service 3 orang 29%
Jumlah 6 orang 100%
Sumber: Data primer yang diolah dari dokumentasi
d) Analisis data
Berdasarkan tabel 2.1 dapat dilihat bahwa tingkat
pendidikan perawat diruang IRNA B RSAM Narmada yang
paling banyak adalah S1yaitu sebanyak 8 orang dengan
persentasse67% dan D3 Keperawatan sebanyak 3 orang
yaitu 33%. Dimana latar belakang kepala ruangan adalah
S1 keperawatan. Berdasarkan table 2.2 data tenaga non
medis dapat dilihat bahwa tenaga non keperawatan
dokter umum yaitu sebanyak 1 orang, spesialis 1 orang,
21

tenaga administrasi 1 orang, cleaning service sebanyak


2 orang.

e) Kajian Pustaka
Keberhasilan rumah sakit dalam memberikan
pelayanan kesehatan salah satu indikator ditentukan
oleh pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas.
Asuhan keperawatan yang berkualitas memerlukan sumber
daya yang sesuai kualitas dan profesional perawat
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Praktik
profesional yang merupakan yang harus tetap dipelihara
dan ditingkatkan dalam rangka mempertahankan
akuntabilitas dan standar kinerja yang
tinggi(Nursalam, (2015).

1) Kebutuhan Tenaga Perawat di Ruang IRNA B ( Isolasi) RSAM


a)Kajian Data
Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara di perawat IRNA B
tanggal 13 Juli 2020 dengan kepala ruangan, untuk
perhitungan jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan
dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan pasien.
Observasi
Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil
perhitungan kebutuhan jumlah perawat sesuai dengan
tingkat ketergantungan pasien pada tanggal 13 Juli 2020
dengan tingkat ketergantungan pasien yaitu minimal.
Tabel 2.3.Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan
tenaga perawat tannga 13 Juli 2020 di Ruang IRNA B RSAM
Narmada.
Tingkat
Jumlah Kebutuhan Tenaga
ketergantungan
Tingkat
ketergan Jumlah Pagi Sore Malam
tungan
Minimal 7 7 ×0,17= 7×0,14= 7×0,07
1,19 0,98 = =0,49 =
22

1 1
Parsial 0 0 0 0
Total 0 0 0 0
Jumlah 7 2 1 1

Total tenaga keperawatan:


Pagi : 2 orang
Siang : 1 orang
Malam : 1 orang +
4 orang perawat
Jumlah tenaga lepas per hari
86×19 = 5,86 orang = 1,23 orang
279
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas
pada tanggal 13 Juli 2020 di Ruang IRNA B RSAM
Narmada adalah:
= 4 orang + 3 orang struktural (kepala Ruangan +, PP
I dan PP II) + 1 orang lepas dinas = 7 orang

Sumer Data : Data Rekam Medis Pasien


b) Analisa data
Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa kebutuhan
tenaga kesehatan di Ruang IRNA B RSAM Narmada pada
tanggal 13 Juli 2020 sebanyak 7 orang, hal ini
ditentukan berdasarkan tingkat ketergantungan pasien.
c) Kajian Pustaka
Penetapan jumlah tenaga keperawatan adalah
suatu proses membuat perencanaan untuk menentukan
berapa banyak dan dengan kriteria tenaga yang seperti
apa pada suatu Ruangan pada setiap shiftnya. Beberapa
ahli mengembangkan beberapa formula untuk menetapkan
jumlah tenaga tersebut.Formula juga dapat digunakan
untuk menilai dan membandingkan apakah tenaga yang ada
saat ini sesuai, kurang atau berlebihan.
Beberapa ahli telah mengembangkan formula
untuk menetapkan jumlah tenaga tersebut. Formula
tersebut antara lain:
23

(1) Menurut Gillies (1982)


Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif
dapat dirumuskan dengan perhitungan sebagai
berikut:

Tenaga perawat = A x B x 365


(365 – C) x jam kerja/hari

Keterangan :
A : Jam efektif/24 jam
B : (BOR x jumlah TT)  jumlah pasien
rata-rata/hari
C : Jumlah hari libur

(2) Menurut Douglas (1984)


Penghitungan jumlah tenaga keperawatan menurut Douglas
dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan pasien untuk setiap
shiftnya seperti tabel 2.3 berikut
Tabel 2.4 Klasifikasi Ketergantungan Pasien Menurut Douglas

Kebutuhan perawat
Klasifikasi
Pagi Sore Malam
Minimal 0,17 0,14 0,07
Intermediate 0,27 0,15 0,10
Maksimal 0,36 0,3 0,20

Sumber: Douglas (1984)


Sedangkan klasifikasi derajat
ketergantungan pasien terhadap keperawatan
berdasarkan kriteria sebagai berikut:
(1) Perawatan minimal memerlukan waktu 1–2 jam/24
jam, dengan kriteria:

- Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian


dilakukan sendiri
24

- Makan, minum dilakukan sendiri

- Ambulasi dengan pengawasan

- Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap


shiftt

- Pengobatan minimal, status psikologi stabil

- Persiapan pengobatan memerlukan prosedur

(2) Intermediate memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam


dengan kriteria:

- Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu

- Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam

- Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari


sekali

- Folley kateter, intake output dicatat

- Pasien dengan pemasangan infus, persiapan


pengobatan memerlukan prosedur

(3) Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu


5-6 jam/24 jam dengan kriteria:

- Segala diberikan atau dibantu

- Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital


tiap 2 jam

- Makan memerlukan NT, menggunakan terapi intra


vena

- Pemakaian suction

- Gelisah/disorientasi

2) Pembagian Jam Kerja (Shift)


a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan Perawat IRNA B
RSAM Narmada pada tanggal 13 Juli 2020 Kepala Ruangan
6 hari kerja, Katim 6 hari kerja, perawat pelaksana
dinas 6 hari kerja dalam 1 minggu.
25

b) Observasi
Dari hasil observasi jadwal dinas di Ruang IRNA B RSAM
Narmada pada tanggal 13 Juli 2020 jumlah tenaga dalam
satu hari, yaitu:
- Pagi :4 orang yang terdiri dari 1 Kepala ruangan, 1
Ketua tim, 2 Perawat Asociate
- Siang : 2 orang yang terdiri dari Perawat Pelaksana
- Malam : 2 orang yang terdiri dari Perawat pelaksana
- Libur : 2 orang yang terdiri dari Perawat Pelaksana
c) Kajian Pustaka
Berdasarkan Paragraf 4 UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan “Undang-undang ketenagakerjaan “
khususnya Pasal 77 Ayat (1) UUK mewajibkan setiap
pengusaha untuk melaksanakan ketentuan waktu kerja.
Ketentuan waktu kerja ini telah diatur oleh
Pemerintah, yaitu :
 Waktu kerja 7 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1
minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu.
 Waktu kerja 8 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1
minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.

3) Pasien
a) Kajian Data Psien di RSUD Awet Muda Narmada
Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan Pihak terkait
tanggal 13 Juli 2020, RSAM adalah Rumah Sakit yang
memberikan pelayanan perawatan rawat jalan dan rawat
inap.
Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan Pada
tanggal 13 Juli 2020 pada buku register pasien bahwa
Jumlah pasien yang dirawat selama periode Mei-Juli
2020 yaitu:
Tabel 2.5 Distribusi Jumlah Pasien di RSAM Narmada
Periode Mei - Juli 2020
26

total
Jumlah pasien lama baru
NO

1 Rawat inap 945 1275 2220

2 Rawat jalan 179 359 538

Jumlah 1124 1634 2758

Analisis data
Dari tabel 2.5 di atas dapat dilihat bahwa jumlah
pasien yang berkunjung ke RSAM Narmada dalam 3 bulan
terakhir adalah 2758 pasien dengan rata-rata
perbulannya.

Kajian Pustaka
Menurut WHO pasien adalah seseorang yang sedang ke
instansi kesehatan yang membutuhkan pelayanan medis
atau keperawatan yang terganggu kondisi kesehatannya
baik jasmani maupun rohani

b) Kajian Data
- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan Perawat tanggal
13 Juli 2020, ruang IRNA Bmerupakan ruang rawat inap
yang memberikan pelayanan perawatan isolasi di
khususkan untuk pasien covid-19 dengan OTG.
- Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan Pada
tanggal 13 Juli 2020pada buku register pasien bahwa
Ruang IRNA B merupakan ruang rawat gabung dan Khusus
Isolaso covid 19 Jumlah pasien yang dirawat selama
periode April - Juni 2020 yaitu:
Tabel 2.5 Distribusi Jumlah Pasien di Ruang IRNA B
RSAM Narmada Periode April - Juni 2020

No Bulan Jumlah (orang) Persentasi


%
1 April 15 orang 28,3%
27

2 Mei 20 orang 37,7%


3 Juni 18 orang 34%
Jumlah 53 orang 100%
Sumber: Buku Register Pasien
c) Analisis data
Dari tabel 2.5 di atas dapat dilihat bahwa jumlah
pasien yang berkunjung ke RSAM Narmada dalam 3 bulan
terakhir adalah53 pasien dengan rata-rata perbulannya
± 17 orang.
d) Kajian Pustaka
Menurut WHO pasien adalah seseorang yang sedang ke
instansi kesehatan yang membutuhkan pelayanan medis
atau keperawatan yang terganggu kondisi kesehatannya
baik jasmani maupun rohani.

4) Penyakit

a) Kajian data RSAM

- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak terkait
untuk data 10 daftar penyakit terbanyak.
- Observasi :
Berdsarkan hasil observasi yang dilakukan, didaptkan
data sebagai berikut:
Jumlah penyakit terbanyak selama periode Mei-Juli
2020 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.6 Distribusi Jenis Penyakit Terbesar Di RSUD Awet


Muda Narmada selama bulan Mei-Juli 2020
No Jenis penyakit Jumlah Persentase %
1 COVID-19 40 29,4%
2 DHF 27 19,8%
3 GENERAL EXAMINATION 25 18,3%
4 PDP 22 16%
5 THYPOID 5 3,7%
6 TOKSIX EFEK 5 3,7%
7 PNEUMONIA 4 2,9%
28

8 ANEMIA 3 2,2%
9 FEVER NON SPESIFIK 3 2,2%
10 DENGUE FEVER 2 1,5
Jumlah 136 100%

Sumber: Data Primer RSAM


a) Analisa data
Berdasarkan tabel 2.6 diatas dapat diketahui 10 besar
penyakit di Ruang IRNA B periode bulan Mei Juli 2020 ,
kasus terbanyak dan yang satu-satunya ada di RS adalah
Covid 19 dikarenakan situasi yang pandemic saat ini
dan disusul oleh penyakit lainnya.

b) Kajian Data Ruangan IRNA B

- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan pearawat IRNA B
semua pasien diruangan isolasi tersebut menderita
covid-19
- Observasi :
Berdsarkan hasil observasi yang dilakukan, didaptkan
data sebagai berikut:
Jumlah penyakit terbanyak selama periode April-Juni
2020 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.6 Distribusi Jenis Penyakit Terbesar Di Ruang


IRNA B RSUD Awet Muda Narmada selama bulan Maret-Juni
2020
No Jenis penyakit Jumlah Persentase %
1 COVID-19 53 100%
2 SNH (Stroke Non 0 0
Hemoragik)
3 Pneumonia 0 0
CHF (congestif 1
hearth failure)
5 CKD (chronic kidney 0 0
29

disease)
6 Post SC 3 0
7 GE 1 0
8 Abortus 1 0
Jumlah 53 100%

Sumber: Data Primer Ruang IRNA B


b) Analisa data
Berdasarkan tabel 2.6 diatas dapat diketahui 10 besar
penyakit di Ruang IRNA B periode bulan Maret-Juni 2020
, kasus terbanyak dan yang satu-satunya ada diruangan
adalah Covid 19 dikarenakan ruang Irna B memang
diperuntukan sebagai ruangan isolasi pasien covid 19
dengan presentase 100% atau 53 kasus.

c) Kajian Data Ruang Irna B RSAM

- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan pearawat IRNA B
semua pasien diruangan isolasi tersebut menderita
covid-19
- Observasi :
Berdsarkan hasil observasi yang dilakukan, didaptkan
data sebagai berikut:
Jumlah penyakit terbanyak selama periode April-Juni
2020 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.6 Distribusi Jenis Penyakit Terbesar Di Ruang


IRNA B RSUD Awet Muda Narmada selama bulan Maret-Juni
2020
No Jenis penyakit Jumlah Persentase %
1 COVID-19 53 100%
2 SNH (Stroke Non 0 0
Hemoragik)
3 Pneumonia 0 0
CHF (congestif 1
hearth failure)
30

5 CKD (chronic kidney 0 0


disease)
6 Post SC 3 0
7 GE 1 0
8 Abortus 1 0
Jumlah 53 100%

Sumber: Data Primer Ruang IRNA B


c) Analisa data
Berdasarkan tabel 2.6 diatas dapat diketahui 10 besar
penyakit di Ruang IRNA B periode bulan Maret-Juni 2020
, kasus terbanyak dan yang satu-satunya ada diruangan
adalah Covid 19 dikarenakan ruang Irna B memang
diperuntukan sebagai ruangan isolasi pasien covid 19
dengan presentase 100% atau 53 kasus.

d) Kajian Teori
Penyakit adalah perihal hadirnya sekumpulan
respon tubuh yang tidak normal terhadapt agen, dimana
manusia memiliki toleransi yang sangat terbatas atau
bahkan tidak memiliki toleransi sama sekali (Elizabeth
J. Crown, 2011).

5) Pelatihan Tenaga Keperawatan


a) Kajian Data
- Wawancara
Berdasartkan hasil wawancara pada tanggal 13 Juli
2020 kepada perawat Ruangan IRNA B di dapatkan
bahwa, perawat yang mengikuti pelatihan komunikasi
efektif 6 orang, pelatihan EKG sebanyak 2 orang,
pelatihan BHD 6 orang, MPKP 6 orang.
- Observasi :
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada
tanggal 29 julli 2019 didapatkan data catatan
riwayat pelatihan tenaga keperawatan, yang dapat
dilihat di tabel dibawah.
31

Tabel 2.7 Distribusi Pelatihan yang Dilakukan Oleh


Tenaga Keperawatan di Ruang IRNA B RSAM Narmada
No Jenis Pelatihan Sudah mengikuti
1 KOMUNIKASI EFEKTIF 6 Orang
2 EKG 2 Orang
3 BHD 6 Orang
4 MPKP 6 Orang

Sumber : data catatan riwayat pelatihan


b) Analisa data
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tenaga
keperawatan di IRNA B RSAM Narmada yang telah
mengikuti pelatihan, komunikasi efektif 6 orang, EKG 2
orang, BHD 6 orang, dan yang mengikuti pelatihan MPKP
6 orang
c) Kajian Pustaka
Sumber daya manusia atau tenaga kerja adalah
unsur terpenting dalam institusi. Salah satu indikator
keberhasilan rumah sakit/pelayanan sosial dalam
memberikan pelayanan kesehatan ditentukan oleh
pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas. Asuhan
keperawatan yang berkualitas memerlukan SDM yang
sesuai dengan kualitas yang tinggi dan profesional
sesuai dengan tugas dan fungsinya.Dan Kualitas yang
tinggi dan professional dikembangkan melalui pelatihan
Medis dari dalam dan luar Rumah Sakit. Menurut
Djojoibroto (1997) konsep pengembangan SDM atau
disebut juga Human Resource Development (HRD)
mempunyai tiga program, yaitu:
1) Training, yaitu aktifitas dimana proses belajar
diarahkan kepada pekerjaan saat ini.
2) Education, yaitu aktifitas dimana proses belajar
diarahkan pada pekerjaan yang akan datang.
3) Development, yaitu aktifitas dimana proses belajar
tidak diarahkan untuk pekerjaan pegawai yang
bersangkutan secara langsung.
32

6) Sistem Rujukan Kesehatan

a) Kajian Data

- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat IRNA
Bpasien terbanyak berasal dari rujukan puskesmas,
kemudian IGD, dan rujukan rumah sakit terdekat.
- Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diruangan
pasien terbanyak berasal dari Puskesmas.

Tabel 2.8 Jumlah asal pasien IRNAB selama Periode


bulan April-Juni 2020 dapat dilihat pada tabel
Jumlah Prosentase
Asal Rujukan
No (Orang) (%)
1 Puskesmas 36 Orang 68%
2 IGD 10 orang 19%
3 Rumah sakit lain 7 orang 13%
Jumlah 53 100%

Sumber : Data RM bulan Mei-Juli 2019


b) Analisa data

Dari data diatas dapat dilihat bahwa asal rujukan


pasien pada bulan Aril-Juni 2020 di ruang IRNA B RSAM
Narmada dapat dilihat bahwa asal rujukan tertinggi
adalah Puskesmas yaitu sebanyak 36 orang dengan
persentase 68%.

c) Kajian Teori

Sistem Rujukan Kesehatan merupakan suatu


sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanaakan
pelimpahan wewenang atau tanggung jawab timbal balik,
terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan
secara vertikal dalam arti dari unit terkecil atau
berkemampuan kurang kepada unityang lebih mampu atau
33

secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang


setingkat kemampuannya (Trihono, 2005).

7) Mahasiswa praktik
a) Kajian data RSAM
Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat IRNA B
bahwa tidak ada mahasiswa praktik periode bulan April-
Juni 2020 yang ada saat periode Juli ini dengan jumlah
131 mahasiswa.

Analisa data
Berdasarkan observasi bahwa tidak ada mahasiswa
praktik dari institusi profesi ners, Keperawatan dalam
periode April-Juni tidak ada , baru Juli ini dari
instansi STIKES Mataram sejumlah 131 mahasiswa.

b) Kajian Data Ruangan IRNA B


Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat IRNA B
bahwa tidak ada mahasiswa praktik periode bulan April-
Juni 2020.
c) Analisa data
Berdasarkan observasibahwa tidak ada mahasiswa praktik
dari institusi profesi ners, Keperawatan, Maupun
Kebidanan.

d) Kajian pustaka
Pendidikan dan praktik keperawatan profesional
merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dalam
mengembangkan calon perawat secara komprehensif dalam
hal pengetahuan (Sardtjito, 2011).Mahasiswa
keperawaran berhak mendapatkan bimbingan yang optimal
dari pembimbing, baik pembimbing klinik maupun
pembimbing akademik (Pusdiknakes). Ikatan rumah sakit
pendidikan Indonesia (IRSPI) yang dikutip oleh Aditama
2011 menyatakan bahwa untuk menjadi rumah sakit
34

pendidikan perlu memiliki sumber daya yang profesional


seperti di bawah ini:
 Organisasi
 Sarana fasilitas medik maupun penunjang
 Jumlah dan pariasi teaching material
 Budaya profesional dan atmosfir akademik
 Transformasi prilaku pada peserta didik
 Perpustakaan

Masalah Yang Muncul pada (M1-Man):

a. Pelatihan-pelatihan yang diikuti Oleh Tenaga Keperawatan


di IRNA B masih belum optimal
b. Kurangnya Struktur MPKP diruangan irna B (Isolasi)
c. Beban Kerja perawat yang melebihi ketetapan jam kerja
perminggunya menurut undang undang ketenaga kerjaan.
35

Material(M2)
1. Bangunan
a) Kajian Data RSUD Awet Muda Narmada
Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian Managemen
pada tanggal 13 Juli 2020 di RSUD Awet Muda Narmada

OBSERVASI
Berdasarkan hasil observasi tanggal 13 Juli 2020
bagian managemen memiliki 4 ruang inap dengan
kapasitas 60 bed, dan tedapat beberapa ruangan
sepertin instalasi laboratorium, instalasi Gizi,
instalasi Farmasi, Rekam Medis, Central sterilisasi
supply department (CSSD),Instalasi Prasarana Dan
Sarana Rumah Sakit (IPSRS), Instalasi Radiologi , Gas
Medis, Laundry, Instalasi pengelolaan Air limbah
(IPAL), IGD, dan gedung managemen, terdiri dari:

No Ruangan Jumlah bed


1 VIP 1
2 VIP 2
36

3 VIP 3 3
4 Telage kembar 1 3
5 Telage kembar 2 3
6 Telage kembar 3 2
7 Telage kembar 4 3
8 Telage kembar 5
9 Telage kembar 6
10 Telage kembar 7 3
11 Telage kembar 8 3
12 Telage kembar 9 3
13 Anggrek 3
14 Melati 3
15 Dalia 3
16 Telage duyung 1 5
17 Telage duyung 2 5
18 Telage duyung 3 4
19 Telage belek 1 4
20 Telage belek 2 3
21 Telage belek 3 4
22 Telage belek 4 3
23 Telage wangi 3 5
24 PPATSR 4
25 Peristi 1
TOTAL 60

b) Analisis data
RSUD Awet Muda Narmada memiliki 25 ruangan terdapat
60 bed, VIP 1, VIP 2, VIP 3 ada 3 bed , Telage kembar
1 ada 3 bed, Telage kembar 2 ada 3 bed, Telage kembar
3 ada 2 bed, Telage kembar 4 ada 3, Telage kembar 5,
Telage kembar 6, Telage kembar 7 ada 3 bed, Telage
kembar 8 ada 3 bed, Telage kembar 9 ada 3 bed, Anggrek
ada 3 bed, Melati ada 3 bed, Dalia ada 3 bed, Telage
duyung 1 ada 5 bed, Telage duyung 2 ada 5 bed, Telage
duyung 3 ada 4 bed, Telage belek 1 ada 4 bed, Telage
belek 2 ada 3 bed, Telage belek 3 ada 4 bed, Telage
37

belek 4 ada 3 bed, Telage wangi 3 ada 5 bed, PPATSR


ada 4 bed, Peristi ada 1 bed.

c) Kajian Pustaka
Standar ruang rawat inap berdasarkan permenkes nomor
24 tahun 2016.
a. Letak ruang rawat inap harus di lokasi yang tenang,
aman, dan nyaman.
b. Ruang rawat inap harus memiliki akses yang mudah ke
ruang penunjang pelayanan lainnya.
c. Ruangan perawatan pasien di ruang rawat inap harus
dipisahkan berdasarkan jenis kelamin, usia, dan
jenis penyakit.

1. Ruangan Perawatan
a. Ukuran ruangan rawat inap tergantung kelas perawatan
dan jumlah tempat tidur.
b. Jarak antar tempat tidur 2,4 m atau antar tepi
tempat tidur minimal 1,5 m.
c. Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki
tingkat porositas yang tinggi.
d. Antar tempat tidur yang dibatasi oleh tirai maka rel
harus dibenamkan / menempel di plafon, dan sebaiknya
bahan tirai non porosif.
e. Setiap tempat tidur disediakan minimal 2 (dua) kotak
kontak dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan
langsung tanpa pengamanan arus.
f. Harus disediakan outlet oksigen. Jumlah tempat tidur
menyesuaikan dengan klasifikasi RS dan kajian
kebutuhan pelayanan.
g. Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara
baik alami maupun mekanik. Untuk ventilasi mekanik
minimal total pertukaran udara 6 kali per jam, untuk
ventilasi alami harus lebih dari nilai tersebut.
h. Ruangan perawatan pasien harus memiliki bukaan
jendela yang aman untuk kebutuhan pencahayaan dan
ventilasi alami.
38

i. Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami.


Untuk pencahayaan buatan dengan intensitas cahaya
250 lux untuk penerangan, dan 50 lux untuk tidur.
j. Ruang perawatan harus menyediakan nurse call untuk
masing-masing tempat tidur yang terhubung ke pos
perawat (nurse station).
k. Di setiap ruangan perawatan harus disediakan kamar
mandi. Kamar mandi ini mengikuti persyaratan kamar
mandi aksesibilitas.
2. Ruangan Pos Perawat (Nurse Station)
a) Luas ruangan pos perawat minimal 8 m2 atau 3-5 m2
per perawat, disesuaikan dengan kebutuhan. Satu pos
perawat melayani maksimal 25 tempat tidur.
b) Luas ruangan harus dapat mengakomodir lemari arsip
dan lemari obat.
c) Disediakan instalasi untuk alat komunikasi.
d) Disediakan fasilitas desinfeksi tangan (handsrub).
e) Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami.
Untuk pencahayaan buatan dengan intensitas cahaya
200 lux untuk penerangan.
3. Ruangan Tindakan
a) Luas ruangan per tempat tidur resusitasi 12-20 m2.
b) Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki
tingkat porositas yang tinggi. Jumlah ruangan
tindakan menyesuaikan dengan kajian kebutuhan
kapasitas
c) Setiap tempat tidur disediakan minimal 5 (lima)
kotak kontak dan tidak boleh ada
percabangan/sambungan langsung tanpa pengamanan
arus.
d) Harus disediakan outlet gas medik yang terdiri dari
oksigen, udara tekan medik dan vakum medik.
e) Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara
baik alami maupun mekanik dengan total pertukaran
udara minimal 15 kali per jam.
f) Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami.
39

g) Untuk pencahayaan buatan dengan intensitas cahaya


300 lux.

4. Ruang Isolasi.
a) Syarat Kamar lsolasi
1. Lingkungan harus tenang
2. Sirkulasi udara harus baik
3. Penerangan harus cukup baik
4. Bentuk ruangan sedemikian rupa sehingga memu-
dahkan untuk observasi pasien dan pembersihannya
5. Tersedianya WC dan kamar mandi
6. Kebersihan lingkungan harus dijaga
7. Tempat sampah harus tertutup
8. Bebas dari serangga
9. Tempat alat tenun kotor harus ditutup
10. Urinal dan pispot untuk pasien harus dicuci
dengan memakai disinfektan.
b) Ruang Perawatan isolasi ideal terdiri dari :
1. Ruang ganti umum
2. Ruang bersih dalam
3. Stasi perawat
4. Ruang rawat pasien
5. Ruang dekontaminasi
6. Kamar mandi petugas
c) Kriteria Ruang Perawatan Isolasi ketat yang ideal
 Perawatan Isolasi (Isolation Room)
1. Zona Pajanan Primer / Pajanan Tinggi
2. Pengkondisian udara masuk dengan Open
Circulation System
3. Pengkondisian udara keluar melalui Vaccum
Luminar Air Suction System
4. Air Sterilizer System dengan Burning & Filter
5. Modular minimal = 3 x 3 m2
 Ruang Kamar Mandi / WC Perawatan Isolasi
(Isolation Rest Room)
1. Zona Pajanan Sekunder / Pajanan Sedang
2. Pengkondisian udara masuk dengan Open
Circulation System
40

3. Pengkondisian udara keluar melalui Vaccum


Luminar Air Suction System
4. Modular minimal = 1,50 x 2,50 m2
 Ruang Bersih Dalam (Ante Room / Foyer Air Lock)
1. Zona Pajanan Sekunder / Pajanan Sedang
2. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open
Circulation System
3. Pengkondisian udara keluar ke arah inlet
saluran buang ruangrawat isolasi
4. Modular minimal = 3 x 2,50 m2
 Area Sirkulasi (Circulation Corridor)
1. Zona Pajanan Tersier / Pajanan Rendah / Tidak
Terpajan
2. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open
Circulation System
3. Pengkondisian udara keluar dengan sistem
exhauster
4. Modular minimal lebar = 2,40 m
 Ruang Stasi Perawat (Nurse Station)
1. Zona Pajanan Tersier / Pajanan Rendah / Tidak
Terpajan
2. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open
Circulation System
3. Pengkondisian udara keluar dengan sistem
exhauster
4. Modular minimal = 2 x 1,5 m2 / petugas
(termasuk alat)
d) Syarat Petugas Yang Bekeja Di Kamar Isolasi
1. Cuci tangan sebelum meninggalkan kamar isolasi
2. Lepaskan barrier nursing sebelum keluar kamar
isolasi
3. Berbicara seperlunya
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
5. Pergunakan barrier nursing seperti pakaian khusus,
topi, masker, sarung tangan, dan sandal khusus
6. Cuci tangan sebelum masuk kamar isolasi
7. Kuku harus pendek
41

8. Tidak memakai perhiasan


9. Pakaian rapi dan bersih
10. Mengetahui prinsip aseptic/ antiseptic
11. Harus sehat

2. Peralatan Medis dan Non-Medis


a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian managemen
RSUD Awet Muda Narmada pada tanggal 13 Juli 2020 alat
medis dan alat non medis sudah memenuhi standard rumah
sakit.
3. Peralatan Medis dan Non-Medis
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian managemen
RSUD Awet Muda Narmada pada tanggal 13 Juli 2020 alat
medis dan alat non medis sudah memenuhi standard rumah
sakit.
b) Observasi :
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di RSUD
Awet Muda Narmada didapatkan data alur mendapatkan
alat medis dan non medis sebagai berikut :

Alur dana medis dan non medis

Pasien BPJS Bansos Persal

≥ 10 jta = Ekatalog
≤ 10 jta = langsung ke toko

alur mendapatkan obat dan BHP sebagai berikut:

Dana Obat dan BHP

RS PEMDA Pemerintahan pusat

Umum, BPJS, Alokasi


bansos, Persal Khusus
42

c) Analisa data
Berdasarkan grafik dana alat medis dan non medis
dapat dilihat bahwa dana non medis di dapatkan dari
pasien umum, BPJS, BANSOS, Persal, jika dana ≥ 10 jta
menggunakan Ekatalog, ≤10 jta langsung ke toko.
Berdasarkan grafik dana obat dan BHP di dapatkan
dari RS, PEMDA, Pemenrintah pusat. Dana dari RS yaitu
dari pasien UMUM , BPJS, BANSOS, persal. Sedangkan dana
dari pemda yaitu dananya alokasi khusus. Alur obat
diperoleh apotik kemudian di bawa ke BPOM untuk di cek,
lalu ke RS.

4. Administrasi penunjang
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 13 juli dengan
perawat di RSUD Awet Muda Narmada, sudah memiliki
administrasi penunjang seperti lembar dokumentasi, buku
operan (LES), TTV
b) Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan tanggal 13
juli 2020, RSUD Awet Muda Narmada memiliki administrasi
penunjang seperti :
- Lembar dokumentasi
- Buku TTV
- Buku timbang terima (LES)
- SOP
c) Kajian Pustaka
Pelaksanaan proses manajemen pelayanan keperawatan
sangat memerlukan adanya pengelolaan fasilitas dan
peralatan sebagai faktor pendukung dan penunjang
terlaksananya pelayanan keperawatan yang efektif.
Standar fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun
keperawatan telah ditetapkan oleh masing-masing
institusi dengan memperhatikan jenis alat, bahan /
warna, ukuran, jenis kegiatan, jumlah yang dibutuhkan,
juga didasarkan atas pertimbangan bahan yang dipakai,
disimpan maupun dicuci. Penyediaan alat-alat
43

menggunakan pedoman buku standar Fasilitas dan


Peralatan Keperawatan RSUD Awet Muda narmada. Standar
tersebut meliputi alat medis dan non medis.

B. Kajian data Ruang IRNA B (isolasi)

Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepada ruangan IRNA
B pada tanggal 13 Juli 2020 Ruangan IRNA B merupakan
salah satu ruangan isolasi COVID di RSUD AWET MUDA
NARMADA yang melayani perawatan pasien rawat gabung.

OBSERVASI

VIP 1 VIP 2 VIP 3 TK 1 TK 2 TK 3 TK 4

R.JAGA R.GANTI R.SWAB+ R.SWAB+ R.SWAB+ R.PDP R. TINDAKAN


BERSIH

1 7 13 19
S
2 8 14 MEJA GYN

T B 3 9 15 20

4 10 16

5 11 17

6 12 18

NERS R.JAGA R.SWAB+ R.SWAB+ R.SWAB+ R.TUNGGU R.SRINNING


STATION INFEKSIUS

NERS TK 10 TK 9 TK 8 TK 7 TK 6 TK 5
STATION
44

Berdasarkan hasil observasi tanggal 13 Juli 2020 ruang


IRNA B memiliki 8 ruangan dengan kapasitas 23 bed,
terdiri dari:

No Ruangan Jumlah bed


1 VIP 3 3
2 TK 1 3
3 TK 2 3
4 TK 3 2
7 TK 7 3
8 TK 8 3
9 TK 9 3
TOTAL 20

d) Analisis data
Ruang IRNA B memiliki 14 ruangan terdapat 25 bed, di
antaranya ada ruangan untuk pasien sebanyak 9 ruangan
isolasi dengan kapasitas 20 bed ruang VIP 3 ada 3 bed
pasien, TK 1 ada 3 bed pasien, TK 2 ada 3 bed pasien,
TK 3 ada 2 bed pasien , TK 7 ada 3 bed pasien, TK 8
ada 3 bed pasien, TK 9 ada 3 bed pasien . Jarak bad
antara bed 1 dengan yg lain yaitu 1M en di, Ruang IRNA
B RSUD Awet Muda Mataram di pimpin oleh kepala
ruangan, dan perawat terbagi menjadi 4 TIM. Di ruang
IRNA B terdapat 1 kepala ruangan dan 10 perawat.
e) Kajian Pustaka
Standar ruang rawat inap berdasarkan permenkes nomor
24 tahun 2016.
a. Letak ruang rawat inap harus di lokasi yang tenang,
aman, dan nyaman.
b. Ruang rawat inap harus memiliki akses yang mudah ke
ruang penunjang pelayanan lainnya.
c. Ruangan perawatan pasien di ruang rawat inap harus
dipisahkan berdasarkan jenis kelamin, usia, dan
jenis penyakit.
45

1. Ruangan Perawatan
a. Ukuran ruangan rawat inap tergantung kelas perawatan
dan jumlah tempat tidur.
b. Jarak antar tempat tidur 2,4 m atau antar tepi
tempat tidur minimal 1,5 m.
c. Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki
tingkat porositas yang tinggi.
d. Antar tempat tidur yang dibatasi oleh tirai maka rel
harus dibenamkan / menempel di plafon, dan sebaiknya
bahan tirai non porosif.
e. Setiap tempat tidur disediakan minimal 2 (dua) kotak
kontak dan tidak boleh ada percabangan/ sambungan
langsung tanpa pengamanan arus.
f. Harus disediakan outlet oksigen. Jumlah tempat tidur
menyesuaikan dengan klasifikasi RS dan kajian
kebutuhan pelayanan.
g. Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara
baik alami maupun mekanik. Untuk ventilasi mekanik
minimal total pertukaran udara 6 kali per jam, untuk
ventilasi alami harus lebih dari nilai tersebut.
h. Ruangan perawatan pasien harus memiliki bukaan
jendela yang aman untuk kebutuhan pencahayaan dan
ventilasi alami.
i. Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami.
Untuk pencahayaan buatan dengan intensitas cahaya
250 lux untuk penerangan, dan 50 lux untuk tidur.
j. Ruang perawatan harus menyediakan nurse call untuk
masing-masing tempat tidur yang terhubung ke pos
perawat (nurse station).
k. Di setiap ruangan perawatan harus disediakan kamar
mandi. Kamar mandi ini mengikuti persyaratan kamar
mandi aksesibilitas.
5. Ruangan Pos Perawat (NurseStation)
46

f) Luas ruangan pos perawat minimal 8 m2 atau 3-5 m2


per perawat, disesuaikan dengan kebutuhan. Satu pos
perawat melayani maksimal 25 tempat tidur.
g) Luas ruangan harus dapat mengakomodir lemari arsip
dan lemari obat.
h) Disediakan instalasi untuk alat komunikasi.
i) Disediakan fasilitas desinfeksi tangan (handsrub).
j) Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami.
Untuk pencahayaan buatan dengan intensitas cahaya
200 lux untuk penerangan.
6. Ruangan Tindakan
h) Luas ruangan per tempat tidur resusitasi 12-20 m2.
i) Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki
tingkat porositas yang tinggi. Jumlah ruangan
tindakan menyesuaikan dengan kajian kebutuhan
kapasitas
j) Setiap tempat tidur disediakan minimal 5 (lima)
kotak kontak dan tidak boleh ada
percabangan/sambungan langsung tanpa pengamanan
arus.
k) Harus disediakan outlet gas medik yang terdiri dari
oksigen, udara tekan medik dan vakum medik.
l) Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara
baik alami maupun mekanik dengan total pertukaran
udara minimal 15 kali per jam.
m) Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami.
n) Untuk pencahayaan buatan dengan intensitas cahaya
300 lux.
5. Peralatan Medis dan Non-Medis
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat IRNA B RSUD
Awet Muda Narmada pada tanggal 13 Juli 2020 alat medis
dan alat non medis sudah memenuhi standard rumah sakit.
b) Observasi :
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Ruang
IRNA B didapatkan data sebagai berikut :
47

Tabel 2.10 Distribusi Alat Medis Ruang IRNA B RSUD


Awet Muda Mataram

Keterangan
No Nama Alat Jumlah Baik Kurang Rusak
Baik
1 Stetoskop 2 2 0 0

2 Tensi Air 2 1 0 0
raksa
3 Tensi Digital 2 2 0 0
4 GDS 1 1 0 0

5 Gunting 1 1 0 0
Plester
6 Torniket 1 1 0 0

7 Troli 1 1 0
8 O2 Mobile 3 3 0 0

9 Syringe pump 1 1 0 0

10 Nebulizer 1 1 0 0
11 Thermometer 2 2 0 0

12 Infus pump 1 1 0 0
13 Oksimetry 1 1 0 0
(SP02)
14 Ambubag 1 1 0 0
15 Tabung 1 1 0 0
suction
16 EKG 1 1 0 0
17 Dc Shock 0 0 0 0
18 vein viewer 0 0 0 0
48

Jumlah 22 22 0 0

Tabel 2.11 Distribusi Alat Non Medis Ruang IRNA B RSUD


Awet Muda Kab Lombok barat.
Keterangan

No Nama Alat Jumlah Baik Kurang Rusak


Baik

1 Bed Pasien 20 20 0 0

2 Selimut 3 3 0 0

3 Sprei 20 20 0 0

4 Sarung 20 20 0 0
Bantal

5 Sarung 0 0 0 0
Bantal
Guling

6 Perlak 15 15 0 0

7 Tiang 20 20 0 0
Infus

8 Lemari 20 20 0 0
Pasien

9 Lemari 3 3 0 0
Alat

10 Lemari 1 1 0 0
Linen

11 Meja 3 3 0 0

12 Kursi Roda 1 1 0 0

13 Kursi 0 0
Plastik

14 Komputer 1 1 0 0
49

15 Bak Sampah 13 13 0 0

16 Handrub 7 7 0 0

17 Jam 1 1 0 0
dinding

18 Kipas 7 7 0 0
Angin

19 AC 7 7 0 0

20 Kulkas 1 1 0 0

21 Wastafel 9 9 0 0

22 Bantal 21 21 0 0

23 Bantal 0 0 0 0
guling

24 Timbangan 0 0 0 0

25 Celemek 2 2 0 0

26 Mesin 1 1 0 0
Suction

27 Alat 0 0 0 0
sterilisas
i (Sinar
UV)

28 Cool Box 0 0 0 0

29 Box Alat 3 3 0 0

30 Sepatu 13 13 0 0
Bots

31 Ember/Bak 0 0

33 Appar 3 3 0 0

34 Troli 1 1 0 0
Emergency

35 Buku TTV 1 1 0 0
50

35 Buku 1 1 0 0
register

Jumlah 223 223 0 0

c) Analisa data
Berdasarkan tabel alat medis dapat dilihat bahwa alat
medis dapat digunakan dalam kategori baik sebanyak 65
alat dan alat thermometer terbatas hanya 1 alat.
Sedangkan berdasarkan tabel alat non medis dapat dilihat
bahwa dari fasilitas ruangan yang ada sudah cukup
lengkap, namun masih perlunya penambahan untuk alat non
medis seperti cool box selain itu perlunya perawatan
yang baik untuk alat-alat medis tersebut sehingga dapat
berfungsi dengan baik

6. Administrasi penunjang
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 13 juli dengan
perawat di ruang IRNA B, sudah memiliki administrasi
penunjang seperti lembar dokumentasi, buku operan
(LES), TTV
b) Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan tanggal 13
juli 2020, ruang IRNA B memiliki administrasi penunjang
seperti :
- Lembar dokumentasi
- Buku TTV
- Buku timbang terima (LES)
- SOP
c) Kajian Pustaka
Pelaksanaan proses manajemen pelayanan keperawatan
sangat memerlukan adanya pengelolaan fasilitas dan
peralatan sebagai faktor pendukung dan penunjang
terlaksananya pelayanan keperawatan yang efektif.
Standar fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun
keperawatan telah ditetapkan oleh masing-masing
51

institusi dengan memperhatikan jenis alat, bahan /


warna, ukuran, jenis kegiatan, jumlah yang dibutuhkan,
juga didasarkan atas pertimbangan bahan yang dipakai,
disimpan maupun dicuci. Penyediaan alat-alat
menggunakan pedoman buku standar Fasilitas dan
Peralatan Keperawatan Ruang IRNA B RSUD Awet Muda
narmada. Standar tersebut meliputi alat medis dan non
medis.

7. Masalah Yang muncul pada (M2-Material)

a. Jarak bad pasien belum sesuai dengan standar ruangan.


b. Kurangnya SAK diruangan perihal penyakit penyerta
klien

Metode(M3-Methode)

1) Aplikasi MPKP DI RSAM Narmada


Dari hasil wawancara dengan bagian manajemen RSAM
Narmada untuk pengorganisasian perawatan klien sudah
dibagi oleh bagian manajemen sesuai dengan tingkat
ketergantungan pasien dan jumlah pasien.
a)Observasi
Berdasarkan Hasil pengamatan pada 4 rawat inap di
RSAM Narmada yang dibuat sesuai tugas sehari-hari.
Pembagian tanggung jawab terhadap pasien disesuaikan
dengan tim dan tugas masing-masing.
52

2) Aplikasi MPKP
b)Wawancara
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan untuk
pengorganisasian perawatan klien sudah dibagi oleh
kepala ruangan sesuai dengan tingkat ketergantungan
pasien dan jumlah pasien.
c)Observasi
Berdasarkan Hasil pengamatan ada 4 Ketua tim dan 6
perawat asociate diruangan IRNA B yang dibuat sesuai
tugas sehari-hari. Pembagian tanggung jawab terhadap
pasien disesuaikan dengan tim dan tugas masing-
masing.

PENANGGUNG JAWAB

KEPALA RUANGAN
SARANA/
PRASARANA

TIM I TIM II TIMIII TIMIV

ADMINISTRASI

Berdasarkan observasi yang diproleh dapat dianalisa bahwa


Ruang IRNA B telah di terapkan Model MAKP Metode Tim (Modul),
dan sudah berjalan sesuai prosedur MPKP Pemula.
53

Hambatan yang dialami dalam pengembangan MPKP Metode Tim


di IRNA B adalah keterbatasan SDM dan belum semua perawat
mengikuti pelatihan MAKP Metode Tim serta tidak semua perawat
memiliki kewenangan klinis karena belum mengikuti uji
kredensial sehingga uraian tugas juga belum ada.
d) Kajian pustaka
Metode Modifikasi: MAKP Tim-Primer (Moduler) Model MAKP Tim
dan Primer digunakan secara kombinasi dari kedua sistem.
Menurut Sitoris (2002) penetapan system model MAKP ini
didasarkan pada beberapa alasan berikut:
1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S-
1 Keperawatan atau setara.
2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena
tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi
pada berbagai tim
3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatam
terdapat pada primer, karena saat ini perawat yang ada di
RS sebagian besar adalah lulusan D-3 Keperawatan, bimbingan
tentang asuhan keperawatan diberikan oleh perawat
primer/ketua tim.
2) APLIKASI TIMBANG TERIMA DI RSAM
b) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian manajemen rumah
sakit untuk timbang terima dilakukan di tempat jaga
perawat di karnakan di tempat ruang rawat inap RSAM adalah
ruangan tidak memungkinkan untuk masuk diruangan pasien
untuk melakukan timbang terima.
c) Observasi
Berdasarkan hasil pengamatan terkadang tidak di pimpin
lansung oleh kepala ruangan dan setiap TIM penyampaikan
hasil tindakan yang dilakukan.
3) APLIKASI TIMBANG TERIMA DI RUANGAN IRNA B (ISOLASI)
a) Wawancara
Berdasarjan hasil wawancara dengan kepala ruangan untuk
timbang terima dilakukan di tempat nurstation di karnakan
54

di ruang irna B RSAM adalah ruangan isolasi pasien covid 19


dan tidak memungkinkan untuk masuk diruangan pasien untuk
melakukan timbang terima

b) Observasi
Berdasrkan hasil pengamatan untuk timbang terima terkadang
tidak pimpin lansung oleh kepala ruangan dan setiap TIM
penyampaikan hasil tindakan yang dilakukan.
c) Kajian teori
 Standar timbang terima:
1) Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift.
2) Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab
pasien (PP/Katim).
3)Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas
4)Informasi yang disampaikan harus akurat,
singkat,sistematis dan menggambarkan kondisi pasien
saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
5)Operan harus berorientasi pada permasalahan pasien
6)Pada saat overan di kamar pasien, menggunakan volume
suara yang cukup sehingga pasien disebelahnya tidak
mendengar sesuatu yang rahasia bagi klien. Sesuatu
yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan
secara lansung didekat klien
7)Sesuatu yang diangggap membuat klien terkejut dan syok
sebaiknya dibicarakan di Nurse Station.
 Tahapan dan Bentuk Pelaksanaan Operan
Operan memiliki 3 tahapan yaitu:
1) Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan
melimpahkan tanggung jawab. Meliputi factor informasi
yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya.
2) Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan
pulang dan dating melakukan pertukaran informasi.
Waktu terjadinya operan itu sendiri yang berupa
pertukaran informasi yang mungkin adanya komunikasi
dua arah anatar perawat yang shift sebelumnya kepada
perawat shift yang datang.
55

3) Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang


tentang tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan.
Merupakan aktivitas dari perawat yang menerima operan
untuk melakukan pengecekan data informasi pada medical
record atau pada pasien lansung.
Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam melakukan
pergantian shift atau operan jaga, diantaranya (Nursalam.
2002):
a) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
b) Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu
mempersiapkan hal-hal apa yang disampaikan.
c) Perawat yang bertanggung jawab menyampaikan kepada
penanggung jawab shift yang selanjutnya meliputi:
 Kondisi atau keadaan klien secara umum
 Tidak lanjut untuk dinas yang menerima operan
 Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
d) Penyampain operan di atas (point c) harus dilakukan
secara jelas dan tidak terburu-buru
e) Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari kedua shift
bersama-sama secara lansung melihat keadaan klien.
 Efek Shift Kerja atau Operan
Shift kerja atau operan memiliki efek-efek yang
sangat mempengaruhi diri seorang perawat sebagai
pemberi pelayanan kepada pasien. Efek-efek dari shift
kerja atau operan:
a) Efek fisiologis
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak
seefektif tidur malam, banyak gangguan dan biasanya
diperlukan waktu istirahat umtuk menebus kurang
tidur selama kerja malam.Menurunnya kapasitas fisik
kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan
lelah.Menurunnya nafsu makan dan gangguan
pencernaan.
b) Efek psikologis
Efek ini berpengaruh adanya gangguan kehidupan
keluarga, efek fisiologis hilangnya waktu luang,
kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman,
56

dan mengganggu aktivitas kelompok dalam


masyarat.Saksonno (1991) mengemukakan pekerjaan
malam berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang
biasanya dilakukan pada siang atau sore
hari.Sementara pada saat itu bagi pekerja malam
dipergunakan untuk istirahat atai tidur, sehinggga
tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan
tersebut, akibat tersisih dari lingkungan
masyarakat.
c) Efek kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang
diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek
psikologis. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan
kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap
perilau kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas
kendali pemantauan.
d) Efek terhadap kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan
gastrointestinal, masalah ini cendrung terjadi pada
usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi
maalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah
bagi penderita diabetes.
e) Efek terhadap keselamatan kerja
Survey pengaruh shift kerja terhadap kesehatan
dan keselamatan krja yang dilakukan Smith et. Al
(dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa frekuensi
kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi
shift kerja (malam) dengan rata-rata jumlah
kcelakaan 0,69% pertenaga kerja. Tetapi tidak semua
penilaian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat
kecelakaan industry terjadi pada shift malam.
Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cendrung
banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak
terjadi pada shift malam.

3) RONDE KEPERAWATAN DI RSAM NARMADA


a) Wawancara
57

Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian manajemen di


RSAM ronde keperawatan untuk melakukan ronde
keperawatan punya kriteria masing-masing dan adanya
beberapa kendala seperti jadwal visite dokter yang
tidak menentu dan kesiapan dari tenaga medis maupun
paramedis lainnya.
b) Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 3
hari di RSAM pernah dilakukan ronde keperawatan.
4) RONDE KEPERAWATAN DI RUANG IRNA B (ISOLASI)
c) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan, di
IRNA B RSAM tidakpernah dilakukan ronde keperawatan
dikarenakan untuk melakukan ronde keperawatan punya
kriteria masing-masing dan adanya beberapa kendala
seperti jadwal visite dokter yang tidak menentu dan
kesiapan dari tenaga medis maupun paramedis lainnya.
d) Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 3
hari di ruang IRNA B RSAM tidak pernah dilakukan ronde
keperawatan.
e) Kajian Teori
Ronde keperawatan merupakan metode untuk
menggali dan membahas secara mendalam masalah
keperawatan yang terjadi pada pasien dengan melibatkan
tim keperawatan, kepala ruangan, dokter, ahli gizi dan
melibatkan pasien secara langsung sebagai fokus
kegiatan.

5) PROGRAM SENTRALISASI OBAT RSAM NARMADA


d) Kajian data
Berdasarkan observasi dan wawancara alur
sentralisasi obat yang terdapat di RSAM Narmada
berawal dari adanya resep yang dibuat oleh dokter
yang selanjutnya resep obat diserahkan kebagian
farmasi oleh perawat dan setelah obat didapatkan,
58

obat tersebut diserahkan ke (perawat) diruangan dan


diberikan sesuai jadwal pemberian obatnya.

Alur pelaksanaan sentralisasi obat RSAM Narmada

Dokter
Kordinasi dengan
perawat
Farmasi/apotik

Keluarga pasien - Surat perstujuan


setralisasi obat
dari perawat
PP/Perawat yang menerima - Lembar serah terima
obat
- Buku serah
Pengaturan & pengelolaan terima/masuk obat
obat oleh perawat

Obat Minum/Oral Obat Injeksi

Pasien/keluarga Perawat

a) Kajian teori
Sentralisasi obat adalah pengelolahan obat
dimana seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien
diserahkan pengelolahan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam, 2002). Tujuan penggelolaan obat adalah
menggunakan obat secara bijaksana dan menghindari
pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan
pasien dapat terpenuhi. Hal-hal berikut ini adalah
beberapa alasan yang paling sering mengapa obat perlu
disentralisasikan:
1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien
2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal
obat standar yang lebih murah dengan mutu yang
terjamin memiliki efektifitas dan keamanan yang
sama.
59

3. Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat


“hanya untuk mencoba”
4. Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang
diperlukan
5. Memberikan obat kepada pasien yang tidak
mempercayainya, dan yang akan membuang atau lupa
untuk minum
6. Memesan obat lebih dari pada yang dibutuhkan,
sehingga banyak yang tersisa sesudah batas
kadaluarsa
7. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan
obat menjadi tidak efektif
8. Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena
cahaya ataupanas
9. Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan)
terlalu banyak pada suatu waktu sehingga dipakai
berlebihan atau dicuri(Mc. Mahon, 1990).
Tekhnik Pengelolaan Obat (sentralisasi):
1. Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan
oleh perawat.
2. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala
ruangan yang secara operasional dapat didelegasikan
kepada staf yang ditunjuk
3. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta
menggontrol penggunaan obat
4. Penerimaan obat
5. Obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada
perawat dan obat yang telah diambil oleh keluarga
diserahkan kepada perawat dengan menerima lembar
obat.
6. Perawat menuliskan nama pasien, register jenis
obat, jumlah dan sediaan (bila perlu) dalam kartu
kontrol, dan diketahui (ditanda tangani) oleh
keluarga atau pasien dalam buku masuk obat. Keluar
pasien selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan
atau bila obat tersebut akan habis, serta
60

penjelasan tentang 5 T (Jenis, dosis, waktu, pasien


dan cara pemberian).
7. Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan
salinan obat yang harus diminum beserta kartu
sediaan obat
8. Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan
oleh perawat dalam kontak obat.

4) PROGRAM SENTRALISASI OBAT DI RUANG IRNA B (ISOLASI)


a) Kajian data
Berdasarkan observasi dan wawancara alur
sentralisasi obat yang terdapat di Ruang IRNA B RSAM
berawal dari adanya resep yang dibuat oleh dokter
yang selanjutnya resep obat diserahkan kebagian
farmasi oleh perawat dan setelah obat didapatkan,
obat tersebut diserahkan ke (perawat) diruangan
dikrenakan tidak melibatkan keluarga , kemudian
perawat ruangan menerima obat dan disimpan dilemari
obat (loker), dan untuk jadwal pemberian obarnya itu
jam 11.00 dan jam 16.00
b) Kajian teori
Sentralisasi obat adalah pengelolahan obat
dimana seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien
diserahkan pengelolahan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam, 2002). Tujuan penggelolaan obat adalah
menggunakan obat secara bijaksana dan menghindari
pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan
pasien dapat terpenuhi. Hal-hal berikut ini adalah
beberapa alasan yang paling sering mengapa obat perlu
disentralisasikan:
10. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu
pasien
11. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek,
padahal obat standar yang lebih murah dengan mutu
yang terjamin memiliki efektifitas dan keamanan
yang sama.
61

12. Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat


“hanya untuk mencoba”
13. Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada
yang diperlukan
14. Memberikan obat kepada pasien yang tidak
mempercayainya, dan yang akan membuang atau lupa
untuk minum
15. Memesan obat lebih dari pada yang dibutuhkan,
sehingga banyak yang tersisa sesudah batas
kadaluarsa
16. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin
dan obat menjadi tidak efektif
17. Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena
cahaya ataupanas
18. Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan)
terlalu banyak pada suatu waktu sehingga dipakai
berlebihan atau dicuri(Mc. Mahon, 1990).
Tekhnik Pengelolaan Obat (sentralisasi):
9. Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan
oleh perawat.
10. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah
kepala ruangan yang secara operasional dapat
didelegasikan kepada staf yang ditunjuk
11. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta
menggontrol penggunaan obat
12. Penerimaan obat
13. Obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada
perawat dan obat yang telah diambil oleh keluarga
diserahkan kepada perawat dengan menerima lembar
obat.
14. Perawat menuliskan nama pasien, register jenis
obat, jumlah dan sediaan (bila perlu) dalam kartu
kontrol, dan diketahui (ditanda tangani) oleh
keluarga atau pasien dalam buku masuk obat. Keluar
pasien selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan
atau bila obat tersebut akan habis, serta
62

penjelasan tentang 5 T (Jenis, dosis, waktu, pasien


dan cara pemberian).
15. Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan
salinan obat yang harus diminum beserta kartu
sediaan obat
16. Obat yang telah diserahkan selanjutnya
disimpan oleh perawat dalam kontak obat.
Alur pelaksanaan sentralisasi obat

Dokter
Kordinasi dengan
perawat
Farmasi/apotik

- Surat perstujuan
setralisasi obat
PP/Perawat yang menerima dari perawat
- Lembar serah terima
obat
- Buku serah
Pengaturan & pengelolaan terima/masuk obat
obat oleh perawat

Obat Minum/Oral Obat Injeksi

Pasien/keluarga
Pembagian Obat Perawat

Bagan 2.1 sentralisasi obat

a) Obat telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam


buku daftar pemberian obat.
b) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan
oleh perawat dengan memperhatikan aluryang tercantum
dalam buku daftar pemberian obat dengan terlebih

dahulu dicocokan dengan terapi yang diinstruksikan


dokter dan kartu obat yang ada pada pasien
63

c) Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam


obat, kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping.
Usahakan tempat atau wadah obat kembali ke perawat
setelah obat dikonsumsi. Pantau efek samping pada
pasien.
d) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap
pagi oleh kepala ruang atau petugas yang ditunjuk
kepada dokter penanggung jawab pasien.
 Penambahan Obat Baru
a) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis,
dosis atau perubahan alur pemberian obat, maka
informasi ini akan dimasukkan dalam buku masuk obat
dan sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sediaan
obat.
b) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu
saja)

 Obat Khusus
a) Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki
harga, yang cukup mahal, menggunakan alur pemberian
yang cukup, besar atau hanya diberikan dalam waktu
tertentu/sewaktu saja.
b) Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu
khusus obat dilaksanakan oleh perawat ketua tim
c) Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga,
nama obat, kegunaan obat, waktu pemberian, efek
samping, penanggung jawab pemberian dan wadah obat
sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan kepada keluarga
setelah pemberian. Usahakan terdapat saksi dari
keluarga saat pemberian obat.
 Menyimpan Persediaan Obat
a) Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat,
jumlah obat dan menulis etiket dan alamat pasien
pasien. Penyimpanan stok (persediaan) yang teratur
dengan baik merupakan bagian penting dari manejemen
obat. Obat yang diterima dicatat dalam buku besar
persediaan atau dalam kartu persediaan.
64

b) Sistem kartu persediaan.


Sebuah kartu pesediaan (kartu stok) kadang-
kadang digunakan untuk menggantikan buku besar
persediaan.Kartu ini berfungsi seperti seperti buku
besar persediaan, yakni neraca dikeseimbangkan dengan
menambahkan barang yang diterima dan mengurangi dengan
jumlah barang ditempatkan pada, halaman yang terpisah,
tetapi dalam sistem kartu persediaan, masing-msing
barang dituliskan dalam kartu yang terpisah.
c) Lemari obat
Periksa keamanan mekanisme kunci dan
penerangan lemari obat serta lemari pendingin.Periksa
persediaan obat, pemisahan antara, obat untuk
penggunaan oral (untuk diminum) dan obat luar (pedoman,
1990).Manajemen rumah sakit perlu dilengkapi dengan
manajemen farmasi yang sistematis karena obat sebagai
salah satu bahan yang dapat menyembuhkan penyakit tidak
dapat diadakan tanpa sistematika perencanaan tertentu.
Obat harus ada, dalam persediaan setiap rumah sakit
sebagi bahan utama dalam rangka mencapai misi utamanya
sebagai health provider.Menejemen farmasi rumah sakit
adalah seluruh upaya dan kegiatan yang dilaksanakan di
bidang farmasi sebagi salah satu penunjang untuk
tercapainya tujuan. Upaya dan kegiatan ini meliputi:
penetapan standart obat, perencanaan, pengadaan obat,
penyimpanan, pendistribusian/saran/informasi tentang
obat, monitoring efek camping obat. Faktor kunci yang
perlu diperhatikan dalam pelayanan kepada pasien
meliputi: pelayanan yang cepat, ramah yang baik (Yoga,
2003). Obat akan memberi manfaat kepada para pengguna
dan juga bermanfaat dalam pengendalian biaya runah
sakit. Persediaan obat, baik dari segi jenis maupun
volume, harus selalu mencukupi kebutuhan tanpa ada efek
samping seperti kadaluarsa dan rusak, tujuan obat
adalah penggunaan obat yang tepat untuk pasien yang
memerlukan penggobatan.Obat-obatan dikeluarkan dari
tempat penyimpanan yang terkunci atau dari lemari
65

penyimpanan, oleh orang bertugas menangani persediaan


obat kepada bagian yang menggunakan. Obat digunakan
secara teratur dan dalam jumlah yang diketahui: hal ini
memungkinkan pemantauan (observasi) dan pengawasan
penggunaan obat. Kegiatan yang dilakukan dalam
mengawasi pengeluaran obat akan memungkinkan perawat
mengetahui kapan melakukan pemesanan ulang, mencocokan
pemakaian obat dengan pengobatan pasien, segera sadar
akan ketidakcocokan dalam pemberian obat, memeriksa
perubahan pemakaian obat.

7. SUPERVISI DI RSAM NARMADA


a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan tim
manajemen RSAM Narmada yang dilakukan pada tanggal
13 Juli 2020, tim manajemen RSAM mengatakan
supervisi keperawatan sudah dilakukan oleh tim
dari pihak RS sesuai dengan standart keperawatan,
rumah sakit juga memiliki seksi keperawatan yang
setiap hari melakukan supervisi ke setiap ruangan.
b) Observasi
Berdasarkan hasil observasi supervisi sudah
dilakukan oleh tim supervisi RSUD Awet Muda
Narmada.

5) SUPERVISI DI RUANGAN IRNA B (ISOLASI)


a) Kajian Data
- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat
ruang IRNA B RSAM yang dilakukan pada tanggal
13Juli 2020, kepala ruangan mengatakan supervisi
keperawatan sudah dilakukan oleh Kaepala ruangan
dan tim dri pihak RS sesuai dengan standart
keperawatan, Namun supervisi yang dilakukan di
Ruang IRNA B hanya bersifat tidak langsung sesuai
dengan keadaan ruangan dan tidak ada penjadwalan
66

yang rutin tentang kegiatan supervisi karna


apabila terjadwal perawat bisa menyiapkan dirinya,
supervisi kapanpun bisa dilakukan baik itu pagi
atau pun siang, selain itu tidak ada
pendokumentasian kegiatan yang sudah di supervisi,
rumah sakit juga memiliki seksi keperawatan yang
setiap hari melakukan supervisi ke setiap ruangan.
- Observasi
Berdasarkan hasil observasi supervisi sudah
dilakukan dengan system tidak menentu oleh tim PPI
RSUD Awet Muda Narmada, supervisi juga dilakukan
oleh kepala ruangan.
b) Kajian Teori
Supervisi merupakan upaya untuk membantu
pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak yang di
supervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas
kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan
efektif (Sudjana, 2012).
6) Masalah Yang Muncul
a. Pelaksanaan modal MAKP sudah dilaksanakan namun
belum di sosialisasikan dengan baik
b. Ruangan menggunakan metode tim, tapi tidak memiliki
katim yang tetap
c. Timbang terima dan pre post conference belum
dilakukan dengan optimal .
d. Ronde keperawatan yang tidak pernah dilaksanakan
dilaksanakan
e. Visi misi ruangan belum ada diruangan

a.Sumber Dana (M4-Money)

a) Kajian Data RSAM Narmada


Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat RSAM
Narmada sumber dana untuk operasional berasal dari
Retribusi BLUD. Tidak ada sumber dana lain. Sehingga
berdampak pula pada minimnya anggaran operasional.Dan
67

pengelolaan keuangan dilakukan secara mandiri oleh


RSAM Narmada. Segala kebutuhan dilakukan dengan
pengusulan dari ruangan yang di sampaikan ke perawat
penunjang yang kemudian perawat penunjang menyampaikan
ke bagian keuangan dengan menyesuaikan dengan kondisi
keuangan yang ada. Kemudian standarisasi gaji tenaga
perawat belum menggunakan standar UMR. Gaji tenaga
perawat PNS: Gaji pokok PNS + Remunerasi, sedangkan
untuk perawat kontrak: Gaji kontrak + Remunerasi.

- Observasi
Tabel 2.12 Distribusi Pasien Yang Berkunjung
Menggunakan Jasa Kesehatan RSAM Narmada Pada bulan
Mei-Juli 2020
total
Jumlah pasien lama baru
NO

1 Rawat inap 945 1275 2220

2 Rawat jalan 179 359 538

Jumlah 1124 1634 2758

a) Kajian Data di Ruang IRNA B (Isolasi)


- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat IRNA B
RSAM Narmada sumber dana untuk operasional berasal
dari Kementrian kesehatan. Tidak ada sumber dana lain.
Sehingga berdampak pula pada minimnya anggaran
operasional.Dan pengelolaan keuangan tidak dilakukan
secara mandiri oleh ruangIRNA B RSAM Narmada.Segala
kebutuhan dilakukan dengan penyusulan ulang dari
ruangan yang di sampaikan ke perawat penunjang yang
kemudian perawat penunjang menyampaikan ke bagian
keuangan dengan menyesuaikan dengan kondisi keuangan
yang ada. Kemudian standarisasi gaji tenaga perawat
belum menggunakan standar UMR. Gaji tenaga perawat
68

PNS: Gaji pokok PNS + Remunerasi, sedangkan untuk


perawat kontrak: Gaji kontrak + Remunerasi.
Berdasarkan wawancara yang diperoleh dari perawat
ruang IRNA B RSAM Narmada bahwa ruangan mempunyai
catatan untuk uang iuran (KAS) setiap bulannya.

- Observasi
Tabel 2.12 Distribusi Pasien Yang Berkunjung
Menggunakan Jasa Kesehatan di Ruang IRNA B RSAM
Narmada Pada bulan Juni-Juli 2020
Presentase
Sumber Dana Jumlah
NO (%)
1 Kemenkes 32 100%

Jumlah 32 100%

b) Analisa Data
Dari data diatas dapat dilihat bahwa sumber dana
pada bulan Juni-Juli 2020 di ruang IRNA B RSAM Narmada
terbanyak dari Kementerian Kesehatan dengan presentase
100%
c) Kajian Pustaka
Sesuai dengan ketentuan umum PP No. 6 Tahun 2000
perjan adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagaimana
diatur dalam UU no 9 tahun 1969 dimana seluruh modalnya
oleh pemerintah dan merupakan kekayaan negara yang tidak
dipisahkan serta tidak terbagi atas saham-saham, jadi
rumah sakit perjan tetap merupakan aset dari Depkes.
Pengelolaan RS perjan dilakukan oleh direksi serta
dibentuk dewan pengawas untuk melakukan pengawasan (Djoyo
Sugito, 2002).
Salah satu fungsi rumah sakit adalah memberikan
pelayanan kesehatan, baik medis maupun non medis, dalam
kagitan tersebut agar pelayanan Rumah Sakit dapat
berjalan seoptimal mungkin dan dapat dirasakan oleh
69

masyarakat maka untuk itu Rumah Sakit perlu mempersiapkan


peralatan atau bahan medis, non medis atau jasa
pemborongan.

 Sumber dana Rumah Sakit yaitu:


1) Daftar isian proyek pemerintah pusat dari anggaran
pendapatan Belanja Negara (APBN)
2) Daftar isian kegiatan dari anggaran pendapatan
belanja negara
3) Pendapatan fungsional dari pendapatan pelayanan
rumah sakit
4) Dana Alokasi Umum (DAU)
5) Dana Alokasi Khusus (DAK)
6) Dana Insentif Daerah (DID)
7) Badan Layanan Unit Daerah (BLUD)

d) Masalah yang muncul


1. Keuangan ruangan masih sepeuhnya diatur oleh Rumah
Sakit.
70

 M5 (Marketing)
a. Kajian Data RSAM

- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan Manajemen RSUD
Awet Muda Narmada, Pemasaran RSAM dengan cara informasi
di media TV, Website, Leaflet RS, Forum kegiatan
baksos, Sosialisasi dinas terkait, Majalah dll. Setiap
ruangan tidak melakukan marketing secara khusus, hanya
saja sejak adanya Covid-19 perawat melakukan himbauan
kepada pasien dan keluarga pasien yang berada di RSAM
agar memakai masker, dan cuci tangan dan pembatasan
pengunjung.
- Observasi RSAM
Pihak Rumah Sakit Awet Muda Narmada sudah
menyediakan alat-alat promosi dimasing-masing ruangan,
seperti poster dan leaflet.

b. Kajian Data Rangan IRNA B (isolasi)

- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang IRNA
B RSUD Awet Muda Narmada, diruangan tidak melakukan
marketing secara khusus. Ruang IRNA B merupakan ruangan
isolasi untuk pasien yang terkonfirmasi positif COVID-
19, sehingga ketika perawat melakukan discharge
planning untuk pasien yang diperbolehkan pulang perawat
memberikan selebaran yang berisi himbauan kepada pasien
tentang apa yang harus dilakukan pasien setelah pulang,
seperti himbauan untuk isolasi mandiri selama 14 hari,
pemakaian masker, dan cuci tangan.
- Observasi
Sudah di maksimalkannya alat-alat promosi kesehatan,
di ruang IRNA B terdapat beberapa poster seperti cara
pemasangan dan pelepasan APD serta leaflet 10
penyakit terbanyak belum dilengkapi.
i. Kajian Pustaka
Pada hakikatnya pemasaran adalah proses social
dimana individu-individu dan kelompok-kelompok dalam
71

masyarakat berupaya untuk memenuhi kebutuhan dan


mendapatkan apa yang diingininya melali penciptaan,
penawaran, dan tukar menukar barang dan jasa secara
bebas (Kotler dan Keller, 2009). Pemasaran adalah
salah satu kegiatan dalam perekonomian yang membantu
dalam menciptakan nilai ekonomi. Nilai ekonomi itu
sendiri menentukan harga barang dan jasa. Factor
penting dalam menciptakan nilai terebut adalah
produksi, pemasaran dan konsumsi. Pemasaran menjadi
penghubung antara kegiatan produksi dan komsumsi.
Selain itu, American Marketing Association,sebagaimana
dikutip oleh Philip Kotler dan Kevin L. Keller (2009),
menyatakan bahwa pemasaran adalah fungsi organisassi
yang berupa seperangkat proses untuk menciptakan,
mengkomunikasikan, dan menyampaikan kepada pelanggan
sesuatu yang bernilai, serta mengelola hubungan dengan
pelanggan tersebut dengan cara-cara yang menguntungkan
bagi kedua belah pihak.
Sedangkan rumah sakit sebagai salah satu penyedia
layanan kesehatan merupakan institusi yang penting
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Jumlah rumah sakit yang semakin meningkat membuat
setiap rumah sakit saling bersaing untuk mendapatkan
pelanggan. Oleh karena itu, pemasaran rumah sakit yang
baik akan dapat membantu rumah sakit untuk terus
bertahan dalam persaingan dan berkembang menjadi lebih
baik. Keluarnya peremenkes No.80/Menkes/Per/III/90
yang menyatakan bahwa badan hukum termasuk perorangan
diperkenankan memiliki dan mengelola rumah sakit
dengan sifat profit oriented, membuat rumah sakit
sadar untuk menerapkan menajemen pemasaran untuk bias
mempertahankan eksistensinya. Sehingga tidak
mengherankan jika keadaan ini memaksa pihak rumah
sakit, baik rumah sakit swasta maupun rumah sakit
pemerintah untuk menerapkan manajemen pemasaran yang
modern, dengan melaksanakan proses pemasaran yang
baik, termasuk promosi yang termasuk kedalam bauran
72

pemasaan. Artinya, rumah sakit akan melakukan berbagai


upaya promosi dalam rangka menarik minat consoling
sebanyak-banyaknya.
Managemen pemasaran adalah proses perencanaan dan
pemekiran, pnetapan harga, promosi, serta penyaluran
gagasan, harga, serta penyaluran gagasan, barang, dan
jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuasakan
tujuan-tujuan individu dan orgnisasi (cotlete,1997).
Promosi dapat di lakukan dengan berbagai cara,salah
satunya adalah iklan. Namaun bolehkan rumah sakit
beriklan? Selama ini pengelola rumah sakit, baik
Pemeritah maupun swasta berpedoman dan meyakini bahwa
rumah sakit tidak boleh beriklan. Banyak alasan yang
di kemukakan antara lain tidak etis jika rumah sakit
mengharapkan kesakitan dari pasien untuk kemudian
pasien tersebut dating kerumah sakit yang mereka
kelola. Namun ketika rumah sakit memutuskan untuk
beriklan,rumah sakit harus benar-benar siap. Jika
tidak, mereka akan berhadapan dengan undang-undang
perlindungan konsumen seperti yang dialami oleh RS
Siloamgeleneages, Hiffokaruaci yang pernah memiliki
pengalaman tidak menyenangkan saat mereka berusaha
melakukan promosi di media massa. Saat pembukaan, RS
Siloam berupaya untuk menarik minat pelanggan dengan
memasang iklan pemberitahuan dan informasi sebanyak
setengah halaman di salah media cetak, pada iklan
tersebut di cantumkan mengenai fasilitas kesehatan dan
tenaga medis yang di miliki oleh rumah sakit tersebut.
Tetapi ternyata iklan tersebut mendapat sambutan yang
tidak menyenangkan dari anggota DPR karna dinilai
tidak etis. Dengan adanya kejadian ini, Rumah sakit
lainnya berfikir dua kaliuntuk meiklankan rumah sakit
mereka karena takut akan menjadi masalah dengan
anggota dewan.
73

B. Masalah

1. Belum tersedia leaflet untuk dibawa pulang saat


pasien selesai perawatan .
2. Promosi kesehatan di ruangan IRNA B belum
dilakukan secara optimal saat pasien pulang.
3. Leaflet mengenai Covid 19, cuci tangan 6
langkah dan PHBS masih kurang.

C. Data Khusus Ruangan (Fungsi Manajemen Keperawatan Diruangan)

a) FUNGSI PERENCANAAN

1. PROSES MANAJEMEN PELAYANAN/OPERASIONAL

Manajemen pelayanan keperawatan merupakan proses


pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf
keperawatan: asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa
aman kepada klien, keluarga dan masyarakat. Manajer
keperawatan harus merencanakan, organisir, mengarahkan
dan mengontrol serta efektif dan ekonomis. Swanburg
mengatakan manajemen pelayanan keperawatan berhubungan
dengan fungsi manajemen: perencanaan, pengorganisasian,
pengaturan staf, memimpin dan mengendalikan aktivitas
upaya keperawatan.
1. Perencanaan
a) Kajian data
Visi, misi organisasi.
1)Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan,
Ruangan IRNA B belum memiliki Visi Misi, karena
selama ini mengikuti dan menerapkan visi misi rumah
sakit.
2)Observasi
Hasil pengamatan diruangan IRNA B tidak terlihat visi
misi keperawatan yang terpajang di dinding ruangan
yang dapat terbaca dengan mudah oleh semua orang yang
melewatinya.
74

b) Peraturan organisasi
1)Wawancara
Menurut kepala ruangan rumah sakit memiliki peraturan
yang merujuk ke depkes, permenkes, tetapi dalam
pelaksanaannya tetap mengikuti aturan yang ada Di RS.
2)Observasi
Ada uraian peraturan kepegawaian yang sudah
ditetapkan dirumah sakit.
c) Pembuatan rencana harian
1)Wawancara
Menurut Kepala Ruangan diruangan sudah membuat RKK
(Loog book)
2)Observasi
Dari hasil observasi dari aktivitas harian perawat
ruangan sudah sesuai dengan rencana aktivitas yang
diberikan dan sudah memiliki log book.

3)Kajian teori
Planning (perencanaan) sebuah proses yang dimulai
dengan merumuskan tujuan organisasi, sampai dengan
menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk
mencapainya. Melalui perencanaan akan dapat
ditetapkan tugas–tugas staf. Dengan tugas –tugas ini
seorang pemimpin akan mempunyai pedoman untuk
melakukan supervisi dan evaluasi serta menetapkan
sumber daya yang dibutuhkan oleh staf dalam
menjalankan tugas–tugasnya.

b) PROSES ASUHAN KEPERAWATAN


1) Kajian Data
a) Pengkajian
Setelah dilakukan observasi dan wawancara
dengan kepala ruangan IRNA B RSUD Awet Muda Narmada
menggunakan format pengkajian asuhan keperawatan
untuk setiap pasien yang sudah baku (Nanda NIC NOC).
b) Diagnosa keperawatan
75

Setelah dilakukan observasi dan wawancara


dengan kepala ruangan IRNA B RSUD Awet Muda Narmada
menggunakan format diagnosa keperawatan untuk setiap
pasien yang sudah baku (Nanda NIC NOC).
c) Perencanaan
Setelah dilakukan observasi dan wawancara
dengan kepala ruangan IRNA B Awet Narmada
menggunakan format rencana keperawatan untuk setiap
pasien yang sudah baku (Nanda NIC NOC).

d) Implementasi
Setelah dilakukan observasi dan wawancara
dengan kepala ruangan IRNA B RSUD Awet Muda Narmada
menggunakan format implementasi yang dilakukan
sesuai dengan perencanaan yang ditulis di Nanda NIC
NOC.

e) Evaluasi
Setelah dilakukan observasi dan wawancara
dengan kepala ruangan IRNA B RSUD Awet Muda Mataram
menggunakan format evalusi keperawatan dengan
menggunakan SOAP.

2) Kajian Teori
 Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan
kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental,
sosial dan lingkungan. Pengkajian merupakan langkah
pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan
data-data yang akurat dari klien sehingga akan
diketahui berbagai permasalahan yang ada (Pengantar
Konsep Dasar Keperawatan). Pengkajian keperawatan
adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi
76

dan komunikasi data tentang klien (Fundamental


Keperawatan).
Tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data
objektif dan subjektif dari klien.Adapun data yang
terkumpul mencakup klien, keluarga, masyarakat,
lingkungan, atau kebudayaan.(Mc Farland & mc Farlane).
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan selama
pengkajian antara lain:
b) Memahami secara keseluruhan situasi yang sedang
dihadapi oleh klien dengan cara memperhatikan
kondisi fisik, psikologi, emosi, sosialkultural, dan
spiritual yang bisa mempengaruhi status
kesehatannya.
c) Mengumpulkan semua informasi yang bersangkutan
dengan masa lalu, saat ini bahkan bahkan sesuatu
yang berpotensi menjadi masalah bagi klien guna
membuat suatu database yang lengkap. Data yang
terkumpul berasal dari perawat-klien selama
berinteraksi dan sumber yang lain.
d) Memahami bahwa klien adalah sumber informasi primer.
e) Sumber informasi sekunder meliputi anggota keluarga,
orang yang berperan penting dan catatan kesehatan
klien.
Metode pengumpulan data meliputi:
o Melakukan interview/wawancara.
o Riwayat kesehatan/keperawatan
o Pemeriksaan fisik
o Mengumpulkan data penunjang hasil laboratorium
dan diagnostik lain serta catatan kesehatan
(rekam medik).
 Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data
subjektif dan objektif untuk membuat diagnosa
keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses
berpikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari
klien, keluarga, rekam medik, dan pemberi pelayanan
kesehatan yang lain.
77

The North American Nursing Diagnosis


Association (NANDA, 2010) mendefinisikan diagnosa
keperawatan semacam keputusan klinik yang mencakup
klien, keluarga, dan respon komunitas terhadap sesuatu
yang berpotensi sebagai masalah kesehatan dalam proses
kehidupan. Dalam membuat diagnosa keperawatan
dibutuhkan ketrampilan klinik yang baik, mencakup
proses diagnosa keperawatan dan perumusan dalam
pembuatan pernyataan keperawatan. Proses diagnosa
keperawatan dibagi menjadi kelompok interpretasi dan
menjamin keakuratan diagnosa dari proses keperawatan
itu sendiri. Perumusan pernyataan diagnosa keperawatan
memiliki beberapa syarat yaitu mempunyai pengetahuan
yang dapat membedakan antara sesuatu yang aktual,
risiko, dan potensial dalam diagnosa keperawatan.

- Perumusan diagnosa keperawatan:


o Actual: Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai
dengan data klinik yang ditemukan.
o Resiko: Menjelaskan masalah kesehatan nyata akan
terjadi jika tidak dilakukan intervensi.
o Kemungkinan: Menjelaskan bahwa perlu adanya data
tambahan untuk memastikan masalah keperawatan
kemungkinan.
o Wellness: Keputusan klinik tentang keadaan
individu, keluarga atau masyarakat dalam transisi
dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat
sejahtera yang lebih tinggi.
o Syndrom: diagnose yang terdiri dar kelompok
diagnosa keperawatan actual dan resiko tinggi
yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu
kejadian atau situasi tertentu.
 Perencanaan
Perencanaan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan, untuk
78

menanggulangin masalah sesuai dengan diagnosis


keperawatan yang telah ditentukan.
Tujuan perencanaan yakni Untuk mengidentifikasi
tujuan klien, Untuk menentukan prioritas
asuhan.Menentukan hasil yang diperkirakan, Untuk
merancang strategi keperawatan, Untuk mencapai tujuan
keperawatan.
Langkah-langkahnya yakni Menentukkan urutan
prioritas masalah, Merumuskan tujuan keperawatan yang
akan dicapai, Menentukan rencana tindakan yang akan
dicapai.
 Implementasi
Implementasi Merupakan inisiatif dari rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.Tahap
pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun
dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu
rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan klien.Adapun tahap-tahap dalam tindakan
keperawatan adalah sebagai berikut:
- Tahap 1: Persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut
perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada
tahap perencanaan.
- Tahap 2: Intervensi
Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan
adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari
perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi
tindakan: Independen, dependen, dan interdependen.

- Tahap 3: Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti
oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap
suatu kejadian dalam proses keperawatan.
79

 Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat kriteria
keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan
jalan membandingkan antara proses dengan
pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam
kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan
sebelumnya. Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut:
- Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/
rencana yang telah disusun.
- Hasil tindakan keperawatan,berdasarkan criteria
keberhasilan yang telah di rumuskan dalam rencana
evaluasi.
 Hasil Evaluasi
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu:
- Tujuan tercapai, apabila pasien telah menunjukan
perbaikan/kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
- Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak
tercapai secara maksimal, sehingga perlu di cari
penyebab dan cara mengatasinya.
- Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak
menunjukan perubahan/kemajuan sama sekali bahkan
timbul masalah baru. Dalam hal ini perawat perlu
untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat
data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-
faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab
tidak tercapainya tujuan. Setelah seorang perawat
melakukan seluruh proses keperawatan dari pengkajian
sampai dengan evaluasi kepada pasien, seluruh
tindakannya harus didokumentasikan dengan benar
dalam dokumentasi keperawatan.
80

c) Evaluasi Penerapan SAK


1) Kajian Teori
Instrumen A adalah instrumen untuk melihat
pendokumentasian asuhan keperawatan pada status
pasien. Melalui instrumen ini bisa dinilai kelengkapan
dan sistematika dari pengkajian, perumusan masalah dan
diagnosa keperawatan, penyusunan tujuan dari
intervensi yang akan dilaksanakan, penetapan rencana
intervensi, implementasi dari rencana serta evaluasi
dari asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat
kepada pasien. Selain itu juga mengetahui apakah
terdapat kesinambungan dari keseluruhan proses
keperawatan.

Dokumentasi keperawatan adalah sistem pencatatan


kegiatan sekaligus pelaporan semua kegiatan asuhan
keperawatan sehingga terwujud data yang lengkap, nyata
dan tercatat bukan hanya tingkat kesakitan dari
pasien, tetapi juga jenis, kualitas dan kuantitas
pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan
pasien.Dokumentasi keperawatan merupakan suatu yang
mutlak yang harus ada untuk perkembangan keperawatan,
khususnya proses profesionalisme keperawatan serta
upaya untuk membina dan mempertahankan akuntabilitas
perawat dan keperawatan. Dalam membuat dokumentasi
harus memperhatikan aspek-aspek:

1) Keakuratan data
2) Breavity (ringkas)
3) Legibility (mudah dibaca)
Komponen Dokumentasi Keperawatan:

1) Pengkajian: meliputi pengumpulan data,


pengorganisasian data. Pengumpulan data dari hasil
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan
penunjang dari data pengkajian bisa diketahui
masalah yang dialami klien, sehingga merupakan
dasar untuk merumuskan diagnosa keperawatan.
81

2) Diagnosa keperawatan: menggambarkan masalah pasien


baik aktual maupun potensial berdasarkan hasil
pengkajian data. Perumusan diagnosa didasarkan pada
data status kesehatan klien dianalisa untuk
kemudian dibandingkan dengan fungsi normal
kehidupan klien. Diagnosa keperawatan mengandung
unsur problem, penyebab dari masalah serta sindrom
atau tanda dan gejala dari masalah yang dialami
klien. Dalam proses keperawatan dikenal tiga macam
diagnosa yaitu diagnosa untuk masalah keperawatan
aktual, potensial dan resiko.

3) Rencana keperawatan: menentukan prioritas, tujuan,


kemungkinan pemecahan, metode pendekatan pemecahan
masalah. Menurut NIC (Nursing Intervension
Clasification) tujuan terdiri dari label tujuan dan
kriteria hasil.

4) Implementasi/tindakan: pemberian tindakan


keperawatan. Ini merupakan pelaksanaan dari rencana
intervensi yang sudah disusun.

5) Evaluasi: memeriksa kembali hasil pengkajian awal


dan intervensi awal untuk mengidentifikasi masalah
dan rencana keperawatan pasien termasuk strategi
keperawatan yang telah diberikan untuk memecahkan
masalah pasien. evaluasi dilaksanakan secara
periodik, sistematis, dan berencana untuk menilai
perkembangan pasien dan sejauh mana keberhasilan
pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan. Evaluasi
juga bermanfaat untuk menentukan perencanaan
berikutnya sesuai dengan kondisi klien.

6) Catatan Asuhan Keperawatan: pencatatan merupakan


data tertulis tentang kesehatan pasien dan
perkembangan pasien selama dalam pemberian asuhan
keperawatan. Selain itu catatan merupakan data
otentik tindakan yang sudah dilakukan perawat
terhadap klien.
82

2) Kajian Data
Tabel 2.13 Distribusi penerapan Asuhan Keperawatan Di
Ruang IRNA B Awet Muda Narmada Tanggal 13-15 Juli 2020

No Aspek yang dinilai Persentase


1 Pengkajian 100 %
2 Diagnosa Keperawatan 100 %
3 Rencana Keperawatan 88,3 %
4 Tindakan Keperawatan 87,5 %
5 Evaluasi 100 %
6 Dokumentasi Keperawatan 100 %
Rata-rata 95,97 %

Tabel 2.14 Distribusi Sub Aspek yang dinilai dalam


Penerapan Asuhan Keperawatan Di Ruang IRNA B Awet
Muda Narmada Tanggal 13-15 Juli 2020

Tidak
No Tota
Aspek yang dinilai % dilakuk % %
. l
an
A.
1 Mencatat data yang
dikaji sesuai dengan 100 0 10 100
pedoman pengkajian
2 Data dikelompokan
(bio-psiko-sosial 100 0 0 10 100
spiritual)
3 Data dikaji sejak
pasien masuk sampai 100 0 0 10 100
pulang
4 Masalah dirumuskan 100 0 0 10 100
berdasarkan
kesenjangan antara
status kesehatan
dengan norma dan
pola fungsi
83

kehidupan
Total 100 0 0 40 100
B.
1 Dx. Keperawatan
berdasarkan masalah
100 0 0 10 100
yang telah
dirumuskan
2 Dx. Keperawatan
100 0 0 10 100
mencerminkan PE/PES
3 Merumuskan diagnosa
perawatan 100 0 0 10 100
aktual/potensial
Total 100 0  30 100
C.
1 Berdasarkan dx.
100 0 0 10 100
Keperawatan
2 Disusun berdasarkan
100 0 0 10 100
urutan prioritas
3 Rumusan tujuan
mengandung komponen
pasien/subyek,
3 30 10 100
perubahan, prilaku, 70
kondisi pasien dan
atau kriteria
4 Rencana tindakan
mengacu pada tujuan
dan kalimat
perintah, terinci 80 2 20 10 100
dan jelas dan atau
melibatkan
pasien/keluarga
5 Rencana tindakan
menggambarkan
2 20 10 100
keterlibatan 100
pasien/keluarga
6 Rencana tindakan 0 0 10 100
84

menggambarkan kerja 100


sama dengan tim
kesehatan lain
Total 97,3 0 11,7 60 100
D.
1 Tindakan
dilaksanakan mengacu
100 0 10 100
pada rencana
perawatan
2 Perawat
mengobservasi respon
90 2 20 10 100
pasien terhadap
tindakan keperawatan
3 Revisi tindakan
berdasarkan hasil 70 3 30 10 100
evalusi
4 Semua tindakan yang
telah dilaksanakan
100 0 0 10 100
dicatat ringkas dan
jelas
Total 97,5 5 12,5 40 100
E.
1 Evaluasi mengacu
100 0 0 10 100
pada tujuan
2 Hasil evaluasi
100 0 0 10 100
dicatat
Total 100 0 0 20 100
F.
1 Menulis pada format
100 0 0 10 100
yang baku
2 Pencatatan dilakukan
sesuai dengan
100 0 0 10 100
tindakan yang
dilaksanakan
3 Pencatatan ditulis
100 0 0 10 100
dengan jelas,
85

ringkas, istilah
yang baku dan benar
4 Setiap melakukan
tindakan/kegiatan
perawat mencantumkan
paraf/nama jelas, 100 0 0 10 100
dan tanggal
jamdilakukannya
tindakan
5 Berkas catatan
keperawatan disimpan
sesuai dengan 100 0 0 10 100
ketentuan yang
berlaku
Total 100 0 0 50 100

Berdasarkan tabel diatas, Studi dokumentasi


dilakukan pada semua status pasien yang di rawat di
Ruang IRNA B RSUD Awet pada tanggal 13-15 juli 2020
didapatkan hasil bahwa pada proses pengkajian 100%,
diagnose keperawatan 100%, rencana keperawatan
97,3%, tindakan keperawatan 97,5%, evaluasi 100% dan
dokumentasi keperawatan 100% dengan rata-rata 100%.
Berdasarkan tabel diatas dari sub-aspek yang
dinilai dalam penerapan asuhan keperawatan, perawat yang
tidak merumuskan tujuan mengandung komponen
pasien/subyek, perubahan, prilaku, kondisi pasien.
3) Analisa Data
Penerapan asuhan keperawatan di Ruang IRNA B RSUD
Awet Muda Mataram telah dilakukan dengan baik dengan
nilai rata-rata 95,97%, tetapi di dalam setiap aspek yang
di nilai masih ada yang tidak dilakukan oleh perawat pada
format asuhan keperawatan yang sudah baku seperti perawat
yang tidak merumuskan tujuan yang mengandung
komponen/subjek, perubahan, prilaku, kondisi dan atau
kriteria yang dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian
sebanyak 30% dan yang tidak melakukan rencana tindakan
86

yang Pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang IRNA B


telah menggunakan SOAP, dan dari nilai rata-rata yang
didapatkan dari instrument A yaitu 95,97% dapat
disimpulkan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan di
ruang IRNA B sudah cukup optimal.

o Instrumen C

1. Kajian Teori

Instrumen C yaitu evaluasi tentang pedoman


observasi tindakan keperawatan. Dalam melakukan tindakan
keperawatan yang baik harus sesuai dan mengacu pada
protap-protap atau standar yang telah ditetapkan dengan
hasil tindakan mencapai 100%. Sebagai dasar penilaian
tindakan keperawatan yang mengacu pada instrumen evaluasi
penerapan standar asuhan keperawatan di rumah sakit yang
telah ditetapkan oleh Depkes dan Komite Keperawatan dan
Kelompok Kerja Fungsional Keperawatan Ruang IRNA B RSUD
Awet Muda Narmada.
2. Kajian Data
Data instrumen C diperoleh dengan melakukan
observasi terhadap 5 tindakan keperawatan yang umum
dilakukan diruang di Ruang IRNA B RSUD Awet Muda
Narmada.Adapun hasil dari observasi seperti tercantum
dalam tabel berikut ini.
Tabel 2.16Distribusi tindakan keperawatan di Ruang IRNA
B RSUD Awet Muda Narmada tanggal 29 juli 2019
No Tindakan keperawatan Hasil

1 Memasang Infus 100%

2 Memberikan O2 100%

3 Memberikan injeksi IV 100%

4 Mengukur TD 100%

5 Penggunaan apd 100%

Total 100 %
87

3. Analisa data
Berdasarkan hasil observasi dengan menggunakan
instrumen C, secara umum pelaksanaann 5 tindakan
keperawatan (Memberikan injeksi IV, memberikan kanul O2,
memasang infuse dan mengukur tekanan darah) diRuang IRNA B
RSUD awet mudaNarmada termasuk dalam kategori baik sekali
dengan nilai rata-rata 94,05%. Dari observasi dengan
frekuensi 3 kali pelaksanaan protap memasang infus
mendapatkan nilai tertinggi dengan nilai 98,86% dan
tertinggi untuk protap penggunaan APD disaat masa pandemic
yaitu lengkap memakai APD.
a) Kepuasan Kerja Perawat
1. Kajian Teori
Menurut McGregor (dalam Nursalam, 2012) kepuasan kerja
karyawan dapat diukur dengan pengaplikasian ilmu yang
diperoleh.Kepuasan berhubungan dengan motivasi.
Kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil yang ia rasakan
dibandingkan dengan harapannya (Sutono, 2001).
Kepuasan dipengaruhi oleh Sumber Daya Pendidikan,
Pengetahuan, Sikap, Gaya hidup, Demografi, Budaya,
Sosial Ekonomi, Keluarga dan situasi yang dihadapi.
Pada Survey di Texas (Wandel et al, 1981), menunjukan
bahwa sebab utama ketidakpuasan kerja adalah;
- Upah Kerja Insentif (jasa pelayanan) yang tidak
setimpal dengan beban kerja (lebih kecil/dipukul
ratakan dengan ruang perawatan lain),
- Pekerjaan menulis yang terlalu banyak atau beban
kerja yang tidak sesuai dengan jumlah ketenagaan,
- Penunjang administrasi/peralatan operasional yang
kurang serta rusak dan kurangnya pendidikan yang
menunjang karir,
- Hubungan yang buruk dengan profesi lain,
- Sulitnya mendapat jam dinas yang teratur akhirnya
beberapa perawat meninggalkan rumah sakit dengan
berhenti kerja.
88

Wesley dan Yukl (dalam Nursalam, 2012) juga


mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja dari kondisi sebenarnya adalah;
- Kompensasi: Sikap pekerja terhadap pembayaran yang
diterimanya setelah ia membandingkannya dengan rekan
lain baik didalam maupun di luar organisasi tempat
ia bekerja.
- Supervisi: Tanggapan bahwahan terhadap perilaku
atasan diwaktu memberikan bimbingan
- Pekerjaan itu sendiri: Signifikansi pekerjaan, umpan
balik dari pekerjaan itu sendiri (informasi langsung
dan jelas diperoleh dari pekerja atas efektifitas
dan hasil kerjanya).
- Rekan sekerja : Perilaku rekan sekerja terhadap
individu pekerja yang lain
- Keamanan Kerja : Kepuasan pekerja dalam menduduki
pekerjaannya selama ia mau termasuk imbalan gaji,
pinjaman, hari libur, fasilitas kesehatan, pensiunan
dihari depannya.
- Kesempatan pengembangan diri : Kesempatan untuk maju
atau berprestasi dalam jenjang karir.
Menurut Djojodibroto (dalam Nursalam, 2012),
untuk memperoleh pelayanan asuhan keperawatan baik
diperlukan staf yang mempunyai dedikasi tinggi dan
komitmen terhadap tugas-tugas yang diberikan.
Disamping komitmen yang ada pada staf, diperlukan
juga kepuasan kerja yang akan mendorong staf
melaksanakan komitmennya itu secara baik. Karena
kepuasan kerja karyawan dapat mempengaruhi hasil
mutu asuhan keperawatan yang diberikan.
Pekerja yang baik tentu harus mendapat
imbalan yang baik pula. System penggajian RS
haruslah:
- Memenuhi ketentuan upah minimum
- Sesuai dengan kemampuan anggaran rumah sakit
- Adil, merupakan pengakuan bahwa ada hubungan
antara imbalan jasadengan pekerjaan yang
89

dilakukan dan juga dengan prestasi kerja untuk


itu harus ada gaji dasar.
- Mampu mempertahankan tenaga yang baik
- Mampu menarik tenaga yang baik dari luar
- Sumber daya manusia (SDM)/tenaga kerja adalah
unsur terpenting dalam institusi rumah sakit mutu
pengelolaan dan pelayanan rumah sakit dapat
dipastikan akan rendah. Cara untuk meningkatkan
mutu tenaga kerja dipenuhi dengan:
- Penempatan tenaga yang sesuai
- Pemberian penghargaan yang wajar berdasarkan
prestasi kerja
- Hubungan kerja yang manusiawi
- Adanya usaha untuk peningkatan mutu SDM
- Kejelasan siapa atasan fungsional dan siapa
atasan struktural.

2. Kajian Data
Tabel 2.17 Distribusi Kepuasaan Kerja Perawat di Ruang
IRNA B RSUD Awet Muda Narmada

No Kepuasan Jumlah Persentase


1 Kurang Puas 2 18%
2 Cukup Puas 2 18%
3 Puas 7 63%
Total 11 100

Berdasarkan instrumen yang di bagikan pada 11


perawat pada tanggal 17 Juli 2020 sebanyak 63 %
menyatakan puas, dan menyatakan cukup puas 18 % dan
menyatakan kurang puas 18% .

3. Analisa Data
Dari hasil Pembagian kuisioner terhadap 11 perawat
yang bekerja di Ruang IRNA B RSUD Awet Muda Narmada ,
sebagian besar orang 63%menyatakan puas terhadap kerja
di Ruang IRNA B RSUD Awet Muda Narmada .
90

b) Kepuasan Pasien
1. Kajian Teori
Menurut oliver (dalam Nursalam, 2012) mendefinisikan
kepuasan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakannya dengan
harapannya. Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari
perbedaan antara kinerja yang dirasakan dan harapan

Kepuasan pasien adalah persasaan senang, puas


individu karena terpenuhinya harapan atau keinginan dalam
menerima jasa pelayanan kesehatan (Budi astuti 2002).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien
menurut budi astuti 2002
- Kualitas produk atau jasa
- Kualitas pelayanan
- Faktor emosional
- Biaya
Aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan pasien
menurut Grivihith 1987
- Sikap pendekatan staf kepada pasien
- Kualitas perawatan yang diterima
- Prosedur administrasi yang mudah
- Waktu kunjungan keluarga
- Fasilitas umum yang tersedia
- Fasilitas ruang inap untuk pasien rawat inap
- Hasil trethment atau perawatan yang diterima
2. Kajian Data
Berdasarkan hasil pengkajian data kepada 7 pasien
yang dirawat di ruang RuangIRNA B RSUD Awet Muda Narmada
pada tanggal 17 Juli 2020 didapatkan data sebagai berikut

Tabel 2.18distribusi Kepuasan Pasien Terhadap Kinerja


Perawat Diruang Ruang IRNA III B RSUD Kota Mataram
91

Kepuasan Pasien Rawat Inap 1 % 2 % 3 % 4 %


Kemampuan Perawat/Bidan Melaksanakan Pelayanannya
1 Ketepatan tindakan 100%
perawat/bidan
2 Ketersediaan waktu 100%
perawat/bidan untuk
konsultasi bagi pasien
3 Waktu pelayanan 100%
perawat/bidan sesuai
dengan jam kerja
Kecepatan Tanggapan Perawat Terhadap Kebutuhan Pasien
1 Kecepatan tindakan 100%
perawat/bidan terhadap
kebutuhan pasien
2 Penanganan perawatan yang 100%
cepat, tepat dan
bersahabat
3 Perhatian perawat/bidan 100%
terhadap pasien
Keramahan, Pengetahuan dan Citra Perawat
1 Keramahan dan kesopanan 100%
perawat
2 Pengetahuan dan 100%
keterampilan perawat dalam
pelayanan
3 Citra dan prestasi perawat 100%
Kepedulian Perawat dalam Memberikan Pelayanan
1 Kemudahan perawat/bidan 100%
untuk dihubungi saat
dibutuhkan
2 Komunikasi perawat/bidan 16.5% 83,5%
pada pasien
3 Kepedulian perawat/bidan 100%
untuk meningkatkan
pelayanan
92

Penampilan Perawat
1 Kebersihan perawat/bidan 100%
2 Pakaian seragam yang 100%
dikenakan perawat/bidan
3 Kerapian pakaian 100%
perawat/bidan

Sumber : Observasi kepuasan pasien

3. Analisa Data
Dari hasil pengkajian kepuasan pasien didapatkan
skor 83,5%% pasien menyatakan puas dengan pelayanan di
Ruang IRNA B RSUD Awet Muda Narmada.

2. Pengorganisasian
1)Struktur organisasi
a)Wawancara
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan sudah ada
struktur organisasi diruangan yang terdiri dari 1
Kepala ruangan, 4 katim, 1 administrasi, dan 6
perawat associate untuk menjalankan MPKP Metode Tim
(Modul).
b)Observasi
Adanya struktur organisasi yang dipajang di dinding
ruangan nurse station.
Struktur Organisasi IRNA B RSUD Awet Muda Narmada

Bagan 2.2 Struktur organisasi IRNA B


93

PENANGGUNG JAWAB

KEPALA RUANGAN
SARANA/

TIM I TIM II TIMIII TIMIV


TIM I

ADMINISTRASI

2)Pengorganisasian perawatan klien


e)Wawancara
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan untuk
pengorganisasian perawatan klien sudah dibagi oleh
kepala ruangan sesuai dengan tingkat ketergantungan
pasien dan jumlah pasien.
f)Observasi
Berdasarkan Hasil pengamatan ada 4 Ketua tim dan 6
perawat asociate diruangan IRNA B yang dibuat sesuai
tugas sehari-hari. Pembagian tanggung jawab terhadap
pasien disesuaikan dengan tim dan tugas masing-
masing.

3)Uraian tugas
a)Wawancara
Dari hasil wawancara kepala ruangan semua perawat
memiliki uraian tugas atau kewenangan klinis dan
beberapa perawat kontrak baru belum di kredensial.
Sementara untuk karu dan katim sudah ada uraian
tugas.

b)Observasi
94

Dari hasil observasi sudah ada aturan dalam uraian


tugas dari karu, katim, hingga perawat pelaksana yang
sudah di tetapkan, dan melaksanakan tugas sesuai
dengan uraian tugas.
4)Metode penugasan
a)Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Ruangan
IRNA B, metode penugasan yang diterapkan adalah
metode MPKP Metode Tim(Modul), dibentuk menjadi 4 tim
yang masing-masing tim terdiri dari 1 orang katim
dan 1 orang perawat pelaksana dan dibagi dalam jadwal
shif pagi, siang dan malam.

b)Observasi
Berdasarkan observasi yang diproleh dapat dianalisa
bahwa Ruang IRNA B telah di terapkan Model MAKP
Metode Tim (Modul), dan sudah berjalan sesuai
prosedur MPKP Pemula.
Hambatan yang dialami dalam pengembangan MPKP Metode
Tim di IRNA B adalah keterbatasan SDM dan belum semua
perawat mengikuti pelatihan MPKP Metode Tim serta
tidak semua perawat memiliki kewenangan klinis karena
belum mengikuti uji kredensial sehingga uraian tugas
juga belum ada.
5)Pengaturan Jadwal Dinas
a)Wawancara
Menurut kepala ruangan pengaturan shif dinas sudah
tersusun per satu bulannya, disusun oleh Kepala
ruangan dan disahkan oleh Kasie Keperawatan. Dibentuk
menjadi 4 tim yang masing-masing tim terdiri dari 1
orang katim dan 1 orang perawat pelaksana dan dibagi
dalam jadwal shif pagi, siang dan malam.

b)Observasi
95

Format daftar shif diruangan menggunakan proporsi


jumlah perawat yang ada dan sudah tersusun per satu
bulannya.

3.Pengarahan(Controling)
1. Proses Manajemen Bimbingan Klinik
a. Perencanaan (Planning)
1) Kajian teori
Planning (perencanaan) sebuah proses yang
dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi,
sampai dengan menyusun dan menetapkan rangkaian
kegiatan untuk mencapainya. Melalui perencanaan
akan dapat ditetapkan tugas – tugas staf. Dengan
tugas – tugas ini seorang pemimpin akan
mempunyai pedoman untuk melakukan supervisi dan
evaluasi serta menetapkan sumber daya yang
dibutuhkan oleh staf dalam menjalankan tugas –
tugasnya.
2) Kajian data
Tabel 2.19 Distribusi Kajian Planning Proses
Bimbingan PKK di Ruang IRNA B RSUD Awet Muda
Narmada

No Standar Data Ket


1 Pemberitahuan dari Dilakukan
Institusi ke lahan praktik
sebelum praktik dengan
kerangka acuan lengkap
2 Penentuan lokasi praktik Dilakukan
dengan kompetensi yang
ingin dicapai
3 Penerimaan dan orientasi Dilakukan
mahasiswa
4 Orientasi tugas Dilakukan
5 Penyiapan pembimbing PKK Dilakukan
96

3) Analisa data
Sebelum mahasiswa melakukan praktik di
ruangan, pihak institusi pendidikan mengirimkan
permohonan praktik ke Ruang IRNAB RSUD Awet Muda
Narmada. Setelah mendapatkan persetujuan,
institusi mengirimkan kerangka kajuan
pelaksanaan praktik dan diadakannya pertemuan
antara kedua pihak untuk mendapatkan kesepakatan
dalam melaksanakan praktik. Untuk selanjutnya
sebelum memulai praktik, mahasiswa diterima
pihak Ruang IRNAB RSUD Awet Muda Narmada dan
diorientasikan khusus dipimpin langsung oleh
kepala ruangan atau CI klinik.

b. Pengorganisasian
1) Kajian teori
Organizing (pengorganisasian), adalah
rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun
semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh
organisasi dan memanfatkannya secara efisien
untuk mencapai tujuan organisasi.

2) Kajian data
Tabel 2.20 Distribusi Kajian Organizing Proses
Bimbingan PKK Di Ruang IRNA B RSUD Awet Muda
Narmada

No Standar Data Ket


1 Adanya serah terima Dilakukan
peserta didik
2 Penetapan pembimbing PKK Dilakukan
sesuai kriteria yang
ditetapkan
3 Menjelaskan pelaksanaan Dilakukan
PKK
4 Pembagian jadwal dinas Dilakukan
5 Penentuan sanksi bagi Dilakukan
peserta didik
6 Adanya proses pembimbing Dilakukan
dari pembimbing PKK
sesuai dengan ketentuan
97

3) Analisa data
Dalam melaksanakan manajemen, pembimbing
klinik (CI) keperawatan juga melaksanakan tugas
sebagai kepala ruangan dan memberikan bimbingan
serta arahan kepada praktikan sesuai kompetensi.
Serah terima peserta didik tetap dilakukan.

c. Pengarahan
1) Kajian teori
Actuating (directing, commanding,
coordinating) atau penggerakkan adalah proses
memberikan bimbingan kepada staf agar mereka
mampu bekerja secara optimal dan melakukan tugas
– tugasnya sesuai dengan keterampilan yang
mereka miliki sesuai dengan dukungan sumber daya
yang tersedia.
2) Kajian data

Tabel 2.21 Kajian Actuating Proses Bimbingan PKK


di Ruang IRNAB RSUD Awet Muda Narmada

No Standar Data Ket


1 Pengarahan dilakukan
sesuai dengan metode
pembimbingan yang
dilakukan:
a) Pre-post confrence
Dilakukan
b) Post confrence Dilakukan
c) Ronde keperawatan Belum
dilakukan

2 Monitoring kehadiran Dilakukan


3 Monitoring kompetensi Dilakukan
peserta didik
4 Bimbingan pelaksanaan Dilakukan
tindakan perawatan
98

5 Diskusi laporan dilakukan


individu

3) Analisa data
Dalam pelaksanaan bimbingan, CI klinik
metode yang dilakukan adalah orientasi pre
confrence dan post confrence dilakukan hanya
pada saat praktik dan akhir waktu praktik untuk
mengevaluasi pencapaian kompetensi, sehingga
tidak ada jadwal tersendiri. Dan ronde
keperawatan pernah dilakukan

d. Pengawasan
1) Kajian teori
Controling (pengawasan, monitoring)
adalah proses untuk mengamati secara terus
menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah
disusun dan mengadakan koreksi terhadap
penyimpangan yang terjadi.
2) Kajian data

Tabel 2.22 Kajian Controling Proses Bimbingan


PKK di Ruang IRNA B RSUD Awet Muda Narmada

No Standar Data Ket


1 Memonitor diLakukan
pelaksanaan dinas
peserta didik
- Tata tertib
- Observasi
- Reward dan
punishment

2 Mengetahui pasien Dilakukan


kasus kelolaan
peserta didik
99

3 Mengecek Dilakukan
dokumentasi di
status pasien
kelolaan peserta
didik
4 Memberikan teguran Dilakukan
jika terjadi
pelanggaran

3) Analisa data
Controling terhadap mahasiswa praktik
dilakukan dengan melakukan observasi kehadiran
mahasiswa serta keaktifan dari mahasiswa selama
praktik. Sebelum praktik dimulai mahasiswa sudah
dijelaskan tentang tata tertib yang berlaku.
Penilaian terhadap peserta didik dokumentasikan
dalam buku nilai laporan dan sikap mahasiswa.

4. Fungsi Pengendalian

a) Mutu
b) Patient Safety
1. Medication error/Kesalahan pengobatan
- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan
dan data yang diperoleh dari bulan Maret-Juli 2020
diruang IRNA B didapatkan bahwa tidak pernah terjadi
kesalahan dalam pemberian obat, pemberian obat
dilakukan secara benar sesuai indikasi dokter.

- Observasi
Berdasarkan hasil observasi data anggka kejadian
kesalahan pemberian obat dari bulan Maret-Juli 2020
tidak didapatkan data terjadinya kesalahan pengobatan
(0%).

2) Angka kejadian jatuh


100

- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan dan
data yang diperoleh dari bulan Maret-Juli 2020
diruang IRNA B didapatkan bahwa 100% pasien tidak
pernah mengalami jatuh selama dilakukan perawatan di
ruang IRNA B selalu dilakukan pencegahan sesuai
dengan prosedur yang ada dirumah sakit.
- Observasi
Berdasarkan hasil observasi data anggka kejadian
jatuh diruang IRNA B dari bulan Maret-Juli tidak
didapatkan data terjadinya pasien jatuh ditempat
tidur (0%).

3) Angka kejadian phlebitis


- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dan data yang diperoleh
dari ruang IRNA B dari bulan Maret-Juli 2020
tercatat pasien yang terpasang Intervena line (IVL),
dari paisen yang terpasang IVL tidak ada klien yang
phlebhitis
- Observasi
Berdasarkan hasil observasi data angka kejadian
phlebitis diruang IRNAB dari tanggal 13-15 Juli 2020
tidak didapatkan data terjadinya pasien yang
mengalami plebitis .
101

- UNSUR OUTPUT
a) Efisiensi Ruang Rawat
1) Kajian Teori
Efisiensi pelayanan meliputi 4 (empat) indikator
mutu pelayanan kesehatan yaitu BOR, LOS, TOI dan BTO.
BOR (Bed Occupancy Rate) menunjukkan tinggi
rendahnya pemanfaatan tempat tidur yang tersedia di rumah
sakit dalam jangka waktu tertentu, bila nilai ini
mendekati 100 % berarti ideal. Standar nasional dalam
satu tahun adalah : 75,85 %.
BOR:Jumlah pasien x 100 %
Jumlah TT x hari perawatan

LOS (Length of Stay) menunjukkan rata-rata lamanya


perawatan setiap pasien, Lama waktu rawat yang baik
maksimum 12 hari, standar Nasional untuk rumah sakit
dalam satu tahun adalah 1-3 hari (DEPKES 2006).

LOS:Jumlah lama dirawat_


Jumlah pasien keluar (hidup dan mati)

TOI (Turn Over Interval) menunjukkan waktu rata-rata


suatu tempat tidur kosong atau waktu antara satu tempat
tidur ditinggalkan oleh pasien sampai dengan diisi lagi.
Standar 1-3 hari untuk rumah sakit dalam satu tahun.

TOI : (Jumlah TT x Periode)- Hari perawatan


Jumlah pasien keluar (hidup dan Mati)

BTO (Bed Turn Over) menunjukkan frekuensi pemakaian


tempat tidur rumah sakit dalam satu satuan waktu
tertentu. Jadi BTO memberikan gambaran tentang tingkat
pemakaian tempat tidur rumah sakit. Standar 5 - 45 kali
untuk rumah sakit dalam satu tahun, sedangkan yang baik
lebih dari 40 kali (Djojodibroto, 1997).

BTO:Jumlah pasien keluar (hidup dan mati)


Jumlah tempat tidur
102

Tabel 2.22 Indikator Efisiensi Ruangan IRNA B Standar


Nasional RSUD Awet Muda Narmada

No Indikator Standar

1 BOR 60 – 85 %
2 LOS 1 – 3 hari
3 BTO 40 – 50 kali
4 TOI 1 – 3 hari
Sumber : Depkes RI,2002
2) Kajian Data
b. BOR
Tabel 2.23 Distribusi Efisiensi Ruang IRNA B RSUD
Awet Muda Narmada BOR
BOR pasien pada hari senin 13 juli 2020

Tanggal IRNA B BOR


13 juli 20bed (14 6
2020 kosong)
6 6/20x 100%
= 30%

Sumber: Observasi ruangan tanggal 13 Juli 2020

- BOR pasien pada hari Rabu, 15 Juli 2020


Tanggal IRNA B BOR
13 Juli 20bed (13 kosong) 7
2020 30 7/20 x 100%
= 35 %
Sumber: Observasi ruangan tanggal 15 juli 2020
c. LOS
Tabel 2.24Distribusi LOS diruang IRNA B RSUD Awet
Muda Narmada tanggal 13-15 juli 2020
Bed Pasien MRS KRS Jumlah hari
B1.7 9-07-20
B1.13 9-07-20
103

B1.19 10-07-20
B1.20 10-07-20
B2.10 11-07-20
B4.16 12-07-20
B4.5 14-03-20
LOS
Sumber: Observasi ruangan tanggal 13-15 juli 2020

d. BTO
Tabel 2.25Distribusi BTO Di Ruang IRNA B RSUD Kota
Awet Muda Narmada Tanggal 13-15-2020

Sumber: Observasi Ruangan Tanggal 13-15 Juli 2020


BTO = -
e. TOI
Distribusi TOI di Ruang IRNA B RSUD Awet Muda
Narmada
TOI =

3) Analisa data
a) BOR : Dari hasil perhitungan BOR selama 3 hari (13-15
Juli 2020) didapatkan hasil tertinggi 35% dan 30%
terendah . Hal ini menunjukkan hasil belum mencapai
standar (60%-85%).
b) LOS (lama rata-rata hari perawatan) : Berdasarkan
kajian yang dilakukan dari tanggal 13-15 Juli 2020
terhadap pasien pulang, belum didapatkan untuk
datanya dikarenakan lama perwatan pasien dengan Covid
19 yaitu antara 2 minggu hingga lebih tidak menentu.
c) BTO : berdasarkan kajian yang dilakukan dari tanggal
13-15 Juli 2020 menunjukkan frekuensi pemakaian tempat
tidur rumah sakit di IRNA B RSUD Awet Muda Narmada
ialah belum dapat dipastikan dikarenakan lama perwatan
pasien dengan Covid 19 yaitu antara 2 minggu hingga
lebih tidak menentu,
104

d) TOI :berdasarkan kajian yang dilakukan dari tanggal


13-15 Juli 2020 menunjukkanwaktu rata-rata suatu
tempat tidur kosong atau waktu antara satu tempat
tidur ditinggalkan oleh pasien sampai dengan diisi
lagi. Waktu rata-rata tempat tidur di RSUD Awet Muda
Narmada ruang IRNA B belum dapat dipastikan
dikarenakan lama pearwatan pasien dengan Covid 19
yaitu antara 2 minggu hingga lebih tidak menentu,

Anda mungkin juga menyukai