Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PARAMETER ANALISIS DAN PEMETAAN RESIKO BENCANA


D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

KELOMPOK : DELAPAN (8)


NAMA KELOMPOK : PUTRI FADIAH ARDIINI (2111102010004)
OJA NUR HIJJAH (2111102010039)
DIVA PUTRI PIANDA (2111103010001)
LUTFIAH FARHANNAH R (2111103010007)
MATA KULIAH : PENGETAHUAN KEBENCANAAN & LINGKUNGAN
DOSEN PENGAMPU : Yaumil Istiqlal M.Nur.M.pd

FAKULTAS KELAUTAN & PERIKANAN


PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
limpahan rahmat-Nya maka Penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah untuk memenuhi salah satu tugas
pada mata kuliah Pengetahuan Kebencanaan dan Lingkungan dan semoga dengan dibuatnya
makalah ini dapat membantu menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca.
Melalui kata pengantar ini penulis terlebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan baik dalam isi maupun penulisan. Oleh
karena itu, kami sangat mengaharapkan kritik dan saran untuk kami lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya untuk kami dan umumnya untuk kita
semua.

Banda Aceh,17 Februari 2022

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................i
DATAR ISI.......................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................3
2.1 Definisi Bencana...............................................................................................................3
2.2 Konsep Peta Resiko..........................................................................................................4
2.3 Sifat Risk Map...................................................................................................................5
2.4 Manfaat Risk Map............................................................................................................5
2.5 Metodologi.......................................................................................................................6
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................8
3.2 Saran................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Bencana alam adalah salah satu fenomena yang dapat terjadi setiap saat, dimanapun dan
kapanpun sehingga menimbulkan risiko atau bahaya terhadap kehidupan manusia, baik
kerugian harta benda maupun korban jiwa manusia (Nugroho. dkk, 2009). Bencana tanah
longsor merupakan salah satu bencana alam geologi yang dapat menimbulkan korban jiwa dan
kerugian material yang sangat besar, seperti terjadinya pendangkalan, terganggunya jalur lalu
lintas, rusaknya lahan pertanian, permukiman, jembatan, saluran irigasi dan prasarana fisik
lainnya.
Pengertian tanah longsor itu sendiri adalah perpindahan material pembentuk lereng
berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah
atau ke luar lereng (SNI 13-7124-2005). Tanah longsor terjadi kerena ada gangguan kestabilan
pada tanah/ batuan penyusun lereng. Gangguan kestabilan lereng tersebut dapat dikontrol oleh
kondisi morfologi (terutama kemiringan lereng), kondisi batuan/tanah penyusun lereng, dan
kondisi hidrologi atau tata air pada lereng. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua
faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang
mepengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang
menyebabkan bergeraknya material tersebut.
Potensi terjadinya pada lereng tergantung pada kondisi batuan dan tanah
penyusunannya, struktur geologi, curah hujan dan penggunaan lahan. Tanah longsor umumnya
terjadi pada musim hujan dengan curah hujan yang tinggi. Tanah yang kasar akan lebih berisiko
terjadi longsor karena tanah tersebut mempunyai kohesi agregat tanah yang rendah.
Mengingat kejadian bencana alam di daerah Kota Semarang beberapa akhir ini seperti
tanah longsor yang terjadi di beberapa kecamatan. Dan juga I-2 dilihat dari karateristik wilayah
Kota Semarang maka dilakukan pemetaan daerah risiko tanah longsor dengan pemanfaatan
Sistem Informasi Geografis (SIG) yang bertujuan untuk memberikan informasi lokasi-lokasi yang
memiliki risiko bencana tanah longsor. Pada kenyataannya Badan Penanggulangan Bencana
Daerah belum memiliki peta risiko bencana. Padahal adanya pemetaan risiko bencana menjadi
sangat penting dalam penataan penanggulangan bencana yang matang, terarah dan terpadu
(Nugraha, 2013).
Pemetaan risiko bencana adalah kegiatan pembuatan peta yang merepresentasikan
dampak negatif yang dapat timbul berupa kerugian materi dan non materi pada suatu wilayah
apabila terjadi bencana (Aditya, 2010). Diperlukan data yang valid diperlukan untuk proses
pemetaan risiko sehingga dapat mempresentasikan kondisi sebenarnya di lapangan.
1
Sistem Informasi Geografis adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang
memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit adalah
sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan
menampilkan informasi berefrensi geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut
lokasinya, dalam sebuah database. Para praktisi juga memasukkan orang yang membangun dan
mengoperasikannya dan data sebagai bagian dari sistem ini.

1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut:
1. bagaimana tingkat risiko dan sebaran daerah bencana longsor di Kecamatan Tirtomoyo,
Kabupaten Wonogiri tersebut ?
2. faktor paling dominan apakah yang mempengaruhi risiko longsor di daerah tersebut ?.

1.3Tujuan
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut:
1. bagaimana tingkat risiko dan sebaran daerah bencana longsor di Kecamatan Tirtomoyo,
Kabupaten Wonogiri tersebut ?
2. faktor paling dominan apakah yang mempengaruhi risiko longsor di daerah tersebut ?.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
(UU No. 24 Th. 2007).
Bencana adalah suatu gangguan yang hebat terhadap keberfungsian suatu masyarakat,
yang menyebabkan korban manusia, kerusakan harta dan lingkungan, yang melebihi
kemampuan masyarakat tersebut untuk mengatasinya hanya dengan mengandalkan
kemampuan sumberdayanya sendiri (UNISDR 2009).
Sekecil apapun peristiwanya dapat dikatankan sebagai bencana apabila memenuhi satu
atau lebih unsur yang terdapat dalam definisi diatas. Seseorang yang kehilangan Hp misalnya,
bagi dirinya dapat dikatakan sebagai bencana kalua HP tersebut dapat mengganggu kehidupan
dan penghidupannya. Suatu keluarga yang rumahnya tertimpa pohon sehingga merugikan harta
bendanya dapat di katakana bencana bagi keluarganya. Ambruknya suatu jembatan yang
mengganggu penghidupan suatu desa dapat dikatakan bencana bagi warga desa tersebut.
Dari kedua definisi dan contoh tersebut diatas, bencana memiliki arti yang berbeda dalam
pandangan mereka yang terdampak maupun pandangan orang lain yang tidak terdampak
bencana. Di Indonesia tentu perpegang pada definisi bencana menurut UU Nomor 24 Tahun
2007. Pemerintah dalam menangani suatu bencana tidak hanya berdasar definisi saja, tetapi
harus didukung adanya penetapan status oleh pemerintah setempat.

3
2.2 Konsep Peta Resiko
Risiko bencana dapat dinilai tingkatannya berdasarkan besar kecilnya tingkat ancaman
dan kerentanan pada suatu wilayah. Analisis risiko bencana dapat dilakukan dengan berbagai
metode salah satunya adalah metode pemetaan berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG).
Dewasa ini berbagai pihak telah mencoba untuk menyusun peta risiko bencana, belum adanya
standarisasi dalam metode penyusunan peta risiko menyebabkan setiap lembaga atau institusi
memiliki metode yang berbeda dalam penyusunan peta risiko. Secara mendasar pemahaman
tentang konsep bencana menjadi dasar yang kuat dalam melakukan pemetaan risiko bencana
yang dapat diaplikasikan kedalam Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dapat ditampilkan
secara spasial dan menghasilkan peta ancaman, peta kerentanan, peta kapasitas dan peta risiko
bencana. Peta Ancaman adalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang
menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu ancaman atau bahaya tertentu. Misalnya :
Peta KRB Gunungapi Kelud, Peta KRB Gunungapi Merapi, Peta bahaya longsor, Peta kawasan
Rawan BanjirPeta Kerentanan adalah : gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi
yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kerentanan tertentu pada aset-aset
penghidupan dan kehidupan yang dimiliki yang dapat mengakibatkan risiko bencana. Contoh :
Peta kerentanan penduduk, peta kerentanan aset, peta kerentanan pendidikan, peta
kerentanan lokasi Peta Kapasitas adalah : gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi
yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kapasitas tertentu yang dapat
mengurangi risiko bencana. Contoh : peta sarana kesehatan, peta alat peringatan dini, peta
evakuasi, peta pengungsian, peta jumlah tenaga medis, peta tingkat ekonomi masyarakat. Peta
Risiko Bencana adalah :gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan
kondisi wilayah yang memiliki tingkat risiko tertentu berdasarkan adanya parameter-parameter
ancaman, kerentanan dan kapasitas yang ada di suatu wilayah. Contoh : peta risiko bencana
banjir, peta risiko bencana longsor, peta risiko bencana gempa.Dalam metode análisis risiko
dengan menggunakan GIS untuk menghasilkan peta risiko, yang paling utama adalah pemilihan
parameter dan indikator masing-masing análisis risiko :
1. Analisis ancaman gempa misalnya : sejarah kejadian gempa, zonasi patahan, struktur
geologi, jenis batuan, geomorfologi wilayah, dll 
2. Analisis ancaman banjir misalnya : peta rawan banjir, jumlah rata-rata curah hujan,
sejarah kejadian banjir, luasan wilayah yang terkena dampak,jumlah curah hujan, jenis
batuan, jenis tanah, morfologi, kemiringan lereng, densitas sungai dalam suatu DAS, dll 
3. Parameter ancaman longsor misalnya sejarah kejadian longsor, jenis batuan,
kemiringan lereng, morfologi, jenis tanah, curah hujan, dll 

4
4. Parameter kerentanan misalnya : jumlah penduduk, kepadatan penduduk, kepadatan
pemukiman, jumlah KK miskin, jumlah kelompok rentan, jumlah rumah di kawasan
rawan bencana, jumlah KK di kawasan rawan bencana, jauh dekatnya pemukiman dari
daerah rawan, jumlah penduduk tidak bisa baca tulis, penggunaan lahan di kawasan
rawan, tingkat mata pencaharian,dll 
5. Parameter kapasitas misalnya : jumlah tenaga kesehatan, jumlah sarana kesehatan,
jumlah penduduk yang sekolah, jumlah sekolah, desa yang punya kebijakan PB, desa
yang pernah mendapat pelatihan PB, keberadaan organisasi PB di masyarakat,
keberadaan alat peringatan dini.

2.3 Sifat Risk Map

1. Dinamis : analisis risiko bukan sesuatu yang mati tetapi suatu anlisis yang dinamis dapat
berubah setiap saat tergantung upaya-upaya yang sudah dilakukan untuk PRB. Dalam
hal ini konsultan menawarkan bagaimana konsep update able analisis risiko dengan
peta risiko bencana di daerah yang dapat dilakukan setiap saat oleh isntansi yang
berwenang di daerah, karna dalam GIS proses penyusunan database menjadi dasar yang
kuat untuk analisis spasial 
2. Partisipatif : konsultan menawarkan bukan hanya sekedar hasil peta risiko dan laporan
semata, tapi lebih pada proses yang partisipatif dan berkelanjutan 
3. Akuntabel : hasil peta risiko dapat dipertanggungjawakan, data-data yang diperoleh dari
seluruh instansi di kabupaten  harus melalui proses validasi dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenaran, sehingga hasil analisis risiko bisa berkelanjutan. 

2.4 Manfaat Risk Map


1. Terpetakannya sebaran-sebaran ancaman yang ada, kondisi kerentanan dan kapasitas
aset penghidupan dan kehidupan  masyarakat (aset alam, aset ekonomi, aset manusia,
aset infrastruktur, dan aset sosial) yang berada di darah rawan bencana 
2. Sebagai alat análisis risiko bencana berbasis spasial dan database meliputi análisis
ancaman dan sebarannya, análisis kerentanan dan análisis kapasitas dari masing-masing
ancaman yang ada di suatu wilayah 
3. Untuk análisis risiko pada suatu wilayah berdasarkan ancaman yang ada sebagai dasar
pijakan bagi pemerintah dalam membuat perencanaan penanggulangan bencana,
meliputi kebijakan PB, RAD, RPB, Kontinjensi.

5
2.5 Metodologi 
Penyusunan peta risiko bencana dilandaskan pada formula yang disepakati dalam Hyogo
Framework yang memasukkan parameter  ancaman, kerentanan dan kapasitas dengan
melakukan penyusunan database pada setiap komponen-komponen dan memilah data
berdasarkan parameter-parameter yang ditentukan yang diformulasikan kedalam rumus :
Risiko Bencana = Ancaman x Kerentanan / Kapasitas
Penentuan parameter dilakukan berdasarkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi masing-
masing parameter yang dipilih. Setiap parameter akan diskor berdasarkan pembagian nilai yang
ditentukan oleh peneliti secara kuantitatif dan dibagi dalam tiga tingkatan :  tinggi (3), sedang
(2) dan rendah(1). Hasil skoring ini kemudian dibobot. Besar kecilnya pembobotan dilakukan
berdasarkan besar kecilnya faktor yang mempengaruhi risiko bencana, dimana faktor
terbesarnya adalah ancaman akan dibobot lebih tinggi dan faktor terkecil adalah kerentanan
dan kapasitas yang akan di bobot lebih kecil. Semua parameter yang dipilih akan di hitung skor
total dan skor bobot total dan di tumpang susun dengan data spasial (peta geologi, peta
geomorfologi, peta KRB, peta tataguna lahan, peta kelerengan, dan peta administrasi).  Dari
analisa spasial menghasilkan peta kerentanan, peta kapasitas, peta ancaman. Peta risiko
bencana didapat dari hasil penggabungan parameter ancaman, parameter kerentanan,
parameter kapasitas dan data spasial dari masing-masing objek dalam aplikasi sistem informasi
geografis.

Tahapan Penyusunan Peta Risiko Bencana


1. Studi literatur  dan pengumpulan data sekunder  (buku, jurnal, data podes, peta dasar,
peta geologi, peta tatagunalahan, peta tanah, peta morfologi, data demografi dan
monografi) 
2. Analisis risiko bencana berdasarkan ancaman yang ada sebagai dasar awal untuk
melangkah dalam melakukan analisis risiko berbasis peta/GIS 
3. Penentuan parameter berdasarkan data-data primer dan sekunder (parameter
ancaman, parameter kerentanan dan parameter kapasitas) dilakukan secara partisipatif
dalam suatu FGD 
4. Pengambilan data primer di lapangan 
5. Penyusunanan database dan data spasial dalam Sistem Informasi Geografis 
6. Skoring dan pembobotan pada setiap parameter 
7. Pembuatan Peta Tematik dengan metode tumpang susun (overlay) meliputi Peta
Ancaman, Peta Kerentanan, Peta Kapasitas 
8. Pembuatan peta risiko bencana dengan metode tumpang susun dari total ancaman,
total kerentanan dan total kapasitas. 
9. Deseminasi kepada semua pihak dalam suatu FGD 

6
10. Publikasi dan evaluasi dalam suatu kegiatan seminar hasil Hubungan Peta Risiko Dengan
Kebijakan PB dan Pembangunan DaerahPeta risiko bencana merupakan alat analisis
risiko spasial dan database yang dapat diintegrasikan dalam perencanaan tataruang
untuk mengoptimalkan pembangunan berkelanjutan  dalam perspektif pengurangan
risiko bencana. Dalam kontek risiko, bencana dapat memberi peluang terhadap
pembangunan atau dapat memundurkan pembangunan, untuk itu pentingnya
pemetaan risiko bencana dilakukan agar dapat menjadi acuan bagi daerah dalam
perencanaan pembangunan yang berperspektif penanggulangan bencana dan
pengurangan risiko bencana berbasiskan tataruang. 

Sasaran kebijakan dan pembangunan akan menjadi lebih jelas


1. Untuk menagani ancaman seperti melakukan mitigasi pada daerah-daerah rawan
bencana 
2. Untuk menangani kerentanan dan kapasitas seperti peningkatan kapasitas lokal,
pengamanan aset penghidupan dan kehidupan, menekan laju pertumbuhan penduduk
pada darah rawan, membangun kesiapsiagaan di masyarakat, membangun sistem
peringatan dini, melakukan rencana aksi PB-PRB.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Penentuan daerah risiko bencana tanah longsor dilakukan dengan pembobotan
parameter menggunakan overlay. Nilai bobot pada setiap kelas parameternya
menggunakan pembobotan sesuai PERKA BNPB No.2 Tahun 2012 untuk pemetaan
kerentanan dan kapasitas bencana tanah longsor.
2. Pemodelan risiko bencana tanah longsor Kota Semarang dengan pemetaan ancaman,
kerentanan dan kapasitas.
3. Hasil penilaian tingkat risiko bencana tanah longsor kota semarang dengan dua metode
yaitu VCA modifikasi dan PERKA BNPB menujukkan bahwa menggunakan metode VCA
modifikasi hasilnya lebih sesuai dengan kondisi sebenarnya.
4. Hasil sebaran peta risiko bencana tanah longsor Kota Semarang terdapat tingkat risiko
rendah seluas 126,003 hektar di delapan kelurahan, tingkat risiko sedang seluas 323,141
hektar di sepuluh kelurahan dan lima belas kelurahan pada 475,127 hektar ditingkat
risiko tinggi. Daerah yang memiliki tingkat risiko bencana tanah longsor tinggi adalah
Kelurahan Gajahmungkur dengan luas 94,579 Ha, tingkat risiko sedang Kelurahan
Srondol Kulon yang mempunyai luas 81.839 Ha dan tingkat risiko rendah dengan luas
35.456 Ha yaitu Kelurahan Gedawang. Hasil sebaran lokasi risiko bencana tanah longsor
Kota Semarang menunjukkan bahwa pada daerah Semarang bagian bawah berisiko
rendah terhadap tanah longsor namun untuk Semarang bagian atas dan tengah
cenderung berisiko sedang dan tinggi.

3.2 Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Kepada lembaga pemerintah terutama perangkt desa,perlu melakukan pengawasan dan
sosialisasi pemanfaatan lahan pada daerah bahaya bencana.
2. Peningkatan kapasitas bencana harus dilakukan guna mengurangi tingkat resiko
bencana,seperti melakukan sosialsasi,pendidikan kebencanaan pada tingkat
RT,meningkatkan jumblah relawan,reboisasi pada lereng terjal,pembuatan
tanggul/dinding penahan tebing,dan pembuatan jalur evakuasi pada setiap
dusun.sehingga tingkat resiko bencana tanah longsor dapat dikurangi agar tidak
menimbulkan kerugian maupun korban jiwa.

8
DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Trias. 2010. Visualisasi Risiko Bencana di Atas Peta. Yogyakarta : Jurusan Teknik Geodesi,
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
Arminah, Valentina. 2012. Model Spasial Penggunaan Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kecamatan
Kledung Kabupaten Temanggung. Yogyakarta : STPN Press.
Bernhardsen, T. 1992. Geographic Information System. VIAK IT and Norwegian Mapping Autshority.
Hardiyatmo, Hary Christady. 2006. Penanganan Tanah Longsor Dan Erosi. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Jati, Indra Permana. 2005. Laporan Penelitian : Pengaruh Stratigrafi Lereng Dan Sifat-Sifat Mekanika
Tanah Pada Gerakan Tanah di Dusun Kedungrong Desa Purwoharjo Kecamatan Samigaluh
Kabupaten Kulon Progo Propinsi DIY. Yogyakarta : Program Pasca Sarjana UGM.
Karnawati, Dwikorita. 2005. Laporan Penelitian : Bencana Alam Gerakan Massa Tanah di Indonesia Dan
Upaya Penanggulangannya. Yogyakarta : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM.
Lestari F.F. 2008. Penerapan Sistem Informasi Geografis dalam Pemetaan Daerah Rawan Longsor di
Kabupaten Bogor. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Marsaid. 2010. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Purworejo dalam Penanggulangan Bencana Alam
Tanah Longsor. Yogyakarta : Pusat Studi Bencana Alam Universitas Gadjah Mada.
Martia, N, dkk. 2011. Studi Kawasan Kerentanan Longsor Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera
Barat. Institut Teknologi Sepuluh November.
Muntohar, Agus Setyo. 2010. Tanah Longsor Analisis, Prediksi, Mitigasi. Yogyakarta : Omah Buku.
Nawawi, Hadari. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press. Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Nugroho, J. A. 2009. Pemetaan Daerah Rawan Longsor dengan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi
Geografi (Studi Kasus Hutan Lindung Kabupaten Mojokerto). Institut Teknologi Sepuluh
November.

Anda mungkin juga menyukai