Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gerakan Pramuka Indonesia adalah nama organisasi pendidikan


nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di
Indonesia. Kata “Pramuka” merupakan singkatan dari praja muda karana, yang
memiliki arti rakyat muda yang suka berkarya.
Pramuka merupakan sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka, yang
meliputi; Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak dan Pramuka
Pandega. Kelompok anggota yang lain yaitu Pembina Pramuka, Andalan,
Pelatih, Pamong Saka, Staf Kwartir dan Majelis Pembimbing.
Sedangkan yang dimaksud “kepramukaan” adalah proses pendidikan di
luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan
menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam
terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang
sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur.
Kepramukaan adalah sistem pendidikan kepanduan yang disesuaikan dengan
keadaan, kepentingan dan perkembangan masyarakat dan bangsa Indonesia.
Gerakan Kepanduan (b. Inggris: Scouting) adalah sebuah gerakan
pembinaan pemuda yang memiliki pengaruh mendunia. Gerakan kepanduan
terdiri dari berbagai organisasi kepemudaan, baik untuk pria maupun wanita,
yang bertujuan untuk melatih fisik, mental dan spiritual para pesertanya dan
mendorong mereka untuk melakukan kegiatan positif di masyarakat. Tujuan ini
dicapai melalui program latihan dan pendidikan non-formal kepramukaan yang
mengutamakan aktivitas praktis di lapangan. Saat ini, terdapat lebih dari 38 juta
anggota kepanduan dari 217 negara dan teritori. 

B. Rumusan Masalah :

1. Minat peserta didik menurun


2. Jumlah Pembina dan pelatih kurang memadai

C. Pembatasan masalah
1. Minat peserta didik menurun
Menurunnya tingkat partisipasi peserta didik di sekolah terhadap
Ektrakulikuler Pramuka, tentunya  banyak alasan dan banyak bahan untuk

1
menjadikan kegiatan Pramuka sebagai kegiatan " Tidak Kekinian ", mungkin juga
ada yang bilang Pramuka itu " Jadul " dan lain sebagainnya, namun demikian kita
tidak bisa kemudian menyalahkan peserta didik atau murid-murid di sekolah
kenapa tidak tertarik pada Ektrakulikuler Pramuka di Sekolahnya. Banyak hal
yang harus dibenahi di sekolah tersebut agar kegiatan Kepramukaan bisa
menarik minat para peserta didiknya, maka tentunya peran Pembina Pramuka
harus menciptakan motivasi dan suasana latihan yang menarik, kekinian dan
tidak monoton hanya  berbasis Syarat Kecakapan Umum ( SKU ) atau Syarat
Kecakapan Khusus ( SKK ) atau pencapaian lainnya.

2. Jumlah Pembina dan pelatih kurang memadai


Ini mungkin tugas Kwartir dan Pusdiklatnya dalam rangka menciptakan para
Pembina Pramuka dan Pelatih Pembina Pramuka yang handal dan berkualitas,
maka tentunya secara priodik dan berkesinambungan menyelenggarakan
kursus-kursus Pembina maupun Pelatih Pembina seperti KMD, KML, KPD
bahkan KPL, bahkan tidak berhenti di situ saja, banyak kursus Pembina yang
diselenggarakan Pusdiklat demi menjadikan Pembina yang mumpuni bukan saja
menguasai managemen pola pembinaan namun juga ketrampilan diri Pembina
dalam bidang Teknik Kepramukaan (Scouting Skill), karena selama ini banyak
Pembina yang mengikuti kursus Pembina hanya sebatas gugur kewajiban,
implementasi ke peserta didiknya tidak pernah, sehinga sasaran menikuti kursus
tersebut tidak tercapai, maka berdampak pada tingkat kemajuan peserta didik di
gugus depannya yang tidak berjalan dengan baik walaupun ada pembinanya yan
pernah menikuti kursus Pembina Pramuka.

D. Tujuan
1. Meningkatkan kembali Minat peserta didik.
2. Mengadakan kepelatihan untuk untuk pembina dan pelatih.
BAB II. LANDASAN TEORI

Sejarah Pramuka di Indonesia


Sebulan sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, beberapa
tokoh kepramukaan berkumpul di Yogyakarta dan bersepakat untuk membentuk
Panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia sebagai suatu panitia kerja,
menunjukkan pembentukan satu wadah organisasi kepramukaan untuk seluruh
bangsa Indonesia dan segera mengadakan Konggres Kesatuan Kepanduan
Indonesia.
Kongres yang dimaksud, dilaksanakan pada tanggal 27-29 Desember
1945 di Surakarta dengan hasil terbentuknya Pandu Rakyat Indonesia.
Perkumpulan ini didukung oleh segenap pimpinan dan tokoh serta dikuatkan
dengan “Janji Ikatan Sakti”, lalu pemerintah RI mengakui sebagai satu-satunya
organisasi kepramukaan yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Pendidikan,
Pengajaran dan Kebudayaan No.93/Bag. A, tertanggal 1 Februari 1947.
Tahun-tahun sulit dihadapi oleh Pandu Rakyat Indonesia karena serbuan
Belanda. Bahkan pada peringatan kemerdekaan 17 Agustus 1948 waktu
diadakan api unggun di halaman gedung Pegangsaan Timur 56, Jakarta, senjata
Belanda mengancam dan memaksa Soeprapto menghadap Tuhan, gugur
sebagai Pandu, sebagai patriot yang membuktikan cintanya pada negara, tanah
air dan bangsanya. Di daerah yang diduduki Belanda, Pandu Rakyat dilarang
berdiri,. Keadaan ini mendorong berdirinya perkumpulan lain seperti Kepanduan
Putera Indonesia (KPI), Pandu Puteri Indonesia (PPI), Kepanduan Indonesia
Muda (KIM).
Ipindo merupakan federasi bagi organisasi kepramukaan putera, Pada
1953 Ipindo berhasil menjadi anggota kepramukaan sedunia sedangkan bagi
organisasi puteri terdapat dua federasi yaitu PKPI (Persatuan Kepanduan Puteri
Indonesia) dan POPPINDO (Persatuan Organisasi Pandu Puteri Indonesia).
Kedua federasi ini pernah bersama-sama menyambut singgahnya Lady Baden-
Powell ke Indonesia, dalam perjalanan ke Australia.
Dalam peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-10 Ipindo
menyelenggarakan Jambore Nasional, bertempat di Ragunan, Pasar Minggu
pada tanggal 10-20 Agustus 1955, Jakarta.
Ipindo sebagai wadah pelaksana kegiatan kepramukaan merasa perlu
menyelenggarakan seminar agar dapat gambaran upaya untuk menjamin

3
kemurnian dan kelestarian hidup kepramukaan. Seminar ini diadakan di Tugu,
Bogor pada bulan Januari 1957.
Seminar Tugu ini meng-hasilkan suatu rumusan yang diharapkan dapat
dijadikan acuan bagi setiap gerakan kepramukaan di Indonesia. Dengan
demikian diharapkan ke-pramukaan yang ada dapat dipersatukan. Setahun
kemudian pada bulan Novem-ber 1958, Pemerintah RI, dalam hal ini
Departemen PP dan K mengadakan seminar di Ciloto, Bogor, Jawa Barat,
dengan topik “Penasionalan Kepanduan”.
Kalau Jambore untuk putera dilaksanakan di Ragunan Pasar Minggu-
Jakarta, maka PKPI menyelenggarakan perkemahan besar untuk puteri yang
disebut Desa Semanggi bertempat di Ciputat. Desa Semanggi itu terlaksana
pada tahun 1959. Pada tahun ini juga Ipindo mengirimkan kontingennya ke
Jambore Dunia di MT. Makiling Filipina.

Fungsi Gerakan Pramuka di Indonesia


Dengan landasan uraian di atas, maka kepramukaan mempunyai fungsi
sebagai berikut:
1. Kegiatan menarik bagi anak atau pemuda
Kegiatan menarik di sini dimaksudkan kegiatan yang menyenangkan dan
mengandung pendidikan. Karena itu permainan harus mempunyai tujuan dan
aturan permainan, jadi bukan kegiatan yang hanya bersifat hiburan saja. Karena
itu lebih tepat kita sebut saja kegiatan menarik.
2. Pengabdian bagi orang dewasa
Bagi orang dewasa kepramukaan bukan lagi permainan, tetapi suatu tugas yang
memerlukan keikhlasan, kerelaan, dan pengabdian. Orang dewasa ini
mempunyai kewajiban untuk secara sukarela membaktikan dirinya demi
suksesnya pencapaian tujuan organisasi.
3. Alat bagi masyarakat dan organisasi
Kepramukaan merupakan alat bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat setempat, dan juga alat bagi organisasi untuk mencapai tujuan
organisasinya. Jadi kegiatan kepramukaan yang diberikan sebagai latihan
berkala dalam satuan pramuka itu sekedar alat saja, dan bukan tujuan
pendidikannya.
Tujuan Pramuka
Gerakan Pramuka bertujuan mendidik anak-anak dan pemuda Indonesia
dengan prinsip-Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan yang pelaksanaannya
disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa dan
masyarakat Indonesia dengan tujuan agar;
• Anggotanya menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur serta
tinggi mental, moral, budi pekerti dan kuat keyakinan beragamanya.
• Anggotanya menjadi manusia yang tinggi kecerdasan dan keterampilannya.
• Anggotanya menjadi manusia yang kuat dan sehat fisiknya.
• Anggotanya menjadi manusia yang menjadi warga negara Indonesia yang
berjiwa 
Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia;
sehingga menjadi angota masyarakat yang baik dan berguna, yang sanggup dan
mampu menyelanggarakan pembangunan bangsa dan negara’

Tingkatan dalam gerakan pramuka


Tingkatan dalam kepramukaan adalah sebuah tingkatan yang ditentukan
oleh kemampuan anggotanya, kemampuan itu disebut dengan Syarat-syarat
Kecakapan Umum atau SKU. Untuk Pramuka siaga dan penggalang, masing-
masing Kelompok umur memiliki tiga Tingkatan. Untuk Penegak memiliki dua
tingkatan. Sedangkan Pramuka Pandega hanya satu tingkatan.
 Tingkatan Pramuka Siaga : Siaga Mula, Siaga Bantu, Siaga Tata
 Tingkatan Pramuka Penggalang : Penggalang Ramu, Penggalang Rakit,
Penggalang Terap
 Tingkatan Pramuka Penegak : Penegak Bantara, Penegak Laksana
Ada juga sebuah tingkatan khusus yang disebut dengan Pramuka Garuda, yaitu
tingkatan tertinggi dalam setiap kelompok umur dalam kepramukaan.
Kelompok umur adalah sebuah tingkatan dalam kepramukaan yang
ditentukan oleh umur anggotanya.
Kelompok dibagi menjadi 4 :
 Kelompok umur 7-10 tahun disebut dengan Pramuka Siaga
 Kelompok umur 11-15 tahun disebut dengan Pramuka Penggalang
 Kelompok umur 16-20 tahun disebut dengan Pramuka Penegak
 Kelompok umur 21 – 25 tahun disebut dengan Pramuka Pandega

5
Ada juga Kelompok Khusus, yaitu Kelompok yang ditujukan untuk orang yang
memiliki kedudukan dalam kepramukaan. Misalnya Pramuka Pembina, adalah
sebutan untuk orang dewasa yang memimpin Pramuka. Dan Pramuka Andalan,
adalah anggota Pramuka yang mengambil bagian dalam keanggotaan Kwartir
dalam Pramuka. Contoh lainnya adalah Pelatih, Pamong Saka, Staff Kwartir dan
Majelis Pembimbing.
.
BAB III. PEMBAHASAN

Lahirnya Gerakan Pramuka di Indonesia


Gerakan Pramuka lahir pada tahun 1961. Dari ungkapan yang telah
dipaparkan di depan kita lihat bahwa jumlah perkumpulan kepramukaan di
Indonesia waktu itu sangat banyak. Jumlah itu tidak sepandan dengan jumlah
seluruh anggota perkumpulan itu.
Peraturan yang timbul pada masa perintisan ini adalah Ketetapan MPRS
Nomor II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang rencana pembangunan
Nasional Semesta Berencana. Dalam ketetapan ini dapat ditemukan Pasal 330.
C. yang menyatakan bahwa dasar pendidikan di bidang kepanduan adalah
Pancasila. Seterusnya penertiban tentang kepanduan (Pasal 741) dan
pendidikan kepanduan supaya diintensifkan dan menyetujui rencana Pemerintah
untuk mendirikan Pramuka (Pasal 349 Ayat 30). Kemudian kepanduan supaya
dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powellisme (Lampiran C Ayat 8).
Ketetapan itu memberi kewajiban agar Pemerintah melaksanakannya.
Karena itulah Pesiden/Mandataris MPRS pada 9 Maret 1961 mengumpulkan
tokoh-tokoh dan pemimpin gerakan kepramukaan Indonesia, bertempat di Istana
Negara. Hari Kamis malam itulah Presiden mengungkapkan bahwa kepanduan
yang ada harus diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan harus diganti,
seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu yang disebut
Pramuka. Presiden juga menunjuk panitia yang terdiri atas Sri Sultan Hamengku
Buwono IX, Menteri P dan K Prof. Prijono, Menteri Pertanian Dr.A. Azis Saleh
dan Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa,
Achmadi serta mentri sosial Muljadi Djojo Martono. Panitia ini tentulah perlu
sesuatu pengesahan. Dan kemudian terbitlah Keputusan Presiden RI No.112
Tahun 1961 tanggal 5 April 1961, tentang Panitia Pembantu Pelaksana
Pembentukan Gerakan Pramuka dengan susunan keanggotaan seperti yang
disebut oleh Presiden pada tanggal 9 Maret 1961.
Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan
Pramuka, sebagai Lampiran Keputusan Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961,
tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka.

Manfaat Gerakan Pramuka bagi pelajar


Manfaat berorganisasi bagi pelajar tidak hanya sebatas di bangku
sekolah maupun kampus, namun mengubah konsep pemikiran yang akan terus

7
digunakan dalam kehidupan bermasyarakat. Berikut adalah alasan mengapa
pelajar harus ikut / aktiv berorganisasi.
1. Sebagai wadah untuk mengasah minat dan bakat
Setiap orang memiliki bakat, namun sering kali butuh waktu yang lama
bagi kita untuk menyadari bakat apa yang dimiliki. Kesenian, hobi
menulis, Traveling, jiwa relawan, jiwa petualang dan sebagainya, selalu ada
wadah untuk kita mengembangkan minat dan bakat sesuai Fashion kita sendiri.
2. Mampu Memanajemen Waktu
Ketika seseorang sudah aktiv berorganisasi, akan ada masanya
mendapatkan pilihan apakah harus fokus ke belajar saja, atau fokus ke
organisasi atau belajar sambil berorganisasi. Berorganisasi mengajarkan kita
cara menempatkan waktu agar tetap balance antara akademik dan non
akademik, dan mampu memikirkan hal yang mana yang harus diputuskan untuk
diprioritaskan saat itu.
3. Agar percaya diri dan belajar jadi pemimpin
Rapat merupakan agenda yang sakral bagi organisasi, disinilah
seseorang mulai diajarkan bagaimana tata bahasa yang baik dalam
menyampaikan ide/gagasan didepan anggota lainnya, tentunya dimulai dengan
mengumpulkan keberanian terlebih dahulu. Saat seseorang sudah terbiasa
menyampaikan aspirasinya, maka dia sudah selangkah untuk menjadi pemimpin
dan mampu berargumen didepan publik.
4. Mengukur kemampuan diri
Saat didalam kepanitian kegiatan, biasanya seseorang akan memulai
dengan menjadi anggota. Ketika kita berhasil menyelesaikan tugas yang
diberikan selama ini, maka perlu bagi seorang pelajar untuk mengukur
kemampuan dirinya seperti mencoba menjadi ketua bidang, ketua panitia dan
sebagainya.
5. Melatih tanggung jawab
Saat pemilihan menjadi kepanitian atau pemimpin suatu organisasi,
seringkali hanya mengebu-gebu saat diawal pemilihannya saja. Namun setelah
terpilih tidak mampu mempertanggung jawabkan atas apa yang dipilihnya. Jadi
sekecil apapun tugas dan tanggung jawab yang diberikan, sudah menjadi
kewajiban bagi seorang aktivis untuk menyelesaikan dengan sebaik-baiknya.
6. Memperluas hubungan / jaringan
Organisasi membuat kita pergi kemana-mana dan tahu budaya daerah
lain tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar, karena sering kali organisasi
itu sendiri yang memfasilitasi. Selain itu, melalui organisasi banyak
kepala/pemikiran yang kita jumpai dan tentunya menambah teman dan
memperluas jaringan dan pasti akan berguna suatu saat nanti.
7. Menambah wawasan dan Pengalaman
Didalam organisasi kita menjumpai orang dengan berbagai macam
watak, berbagai macam pemikiran dan ide, bermacam daerah dan terkumpul
menjadi satu didalam organisasi yang sama. Disinilah akan kita jumpai
perdebatan / persetujuan dalam berargumen yang mana akan menambah
wawasan dengan berbagai masalah yang ada dan tentunya menjadi pengalaman
yang berharga setiap organisasi yang diikuti.

8. Mengubah pola pikir dan Menjadi Kritis


Seiring berbagai macam organisasi yang diikuti, mengubah pola pikir kita
tentang berbagai aspek kehidupan dan cara menghadapi suatu masalah dan
menyelesaikan sebuah tanggung jawab yang diemban. Ketika harus
memutuskan sesuatu hal perkara, kita akan menjadi kritis yang mana memikirkan
dampak kedepan atas putusan tersebut baik segi positif nya dan negatifnya,
sampai alternatif jika keputusan yang dibuat ternyata salah kedepannya.
9. Terbiasa kerja dengan tekanan
Suatu saat ketika kita terjun ke dunia kerja, yang mana akan ada selalu
tekanan demi tercapainya tujuan instansi tersebut. tidak menjadi hal yang baru
bagi seorang aktivis dengan yang namanya tekanan, karena sudah terbiasa
melewati bahkan berulang-ulang kali kerja dengan tekanan. Mungkin akan
terbesit dipikiran kita nantinya, ingin keluar dari organisasi tersebut karena tidak
tahan dengan berbagai hal. Tapi akan ada jiwa seseorang yang ingin puluhan
kali keluar tapi ada ratusan alasan yang mengagalkan niat tersebut. mungkin
disitu tempat mengasah kemampuan, kekeluargaan yang didapatkan yang tidak
didapatkan diorganisasi lainnya dan sebagainya. Jadi tidak masalah banyak
tekanan dalam organisasi selagi masih bisa diselesaikan dengan baik-baik, karna
kita akan merasakan dampak positif nya dikemudian hari, jadi semakin besar
tekanan seharusnya semakin kuat seseorang untuk membuktikan kalau dia
mampu.
10. Menjadi Terkenal dan menambah daftar pengalaman di CV

9
Ini biasanya menjadi faktor utama bagi seseorang untuk gabung ke suatu
organisasi. Tapi tidak masalah ini menjadi alasan, seiringnya waktu akan ada
masanya kita belajar arti bekerja dengan sukarela tanpa dilihat orang, Tapi
bekerja karena pangilan jiwa. Bekerja dengan hati dan sepenuh jiwa
melaksanakan tugas dan kewajiban, maka ketenaran itu akan bangkit dengan
sendirinya. Selain itu akan berguna menambah CV seseorang yang digunakan
untuk mendaftar beasiswa, organisasi skala besar, dan masih banyak lagi.

Peran Pelatih dan Pembina Pramuka


 Sebagai Pelopor
Dalam ilustrasi sederhana pelopor adalah seseorang yang pertama kali
memasuki daerah tertentu, sehingga ia harus menemukan jalan untuk kemajuan
daerah tersbut. Karakteristik untuk pekerjaan pelopor (yang disebut pionir)
adalah kesulitan yang mereka jalani dan usaha besar yang harus
mempertahankan banyak fitur yang masih hilang. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) pelopor berarti yg berjalan terdahulu; yang berjalan di depan.
Dalam kaitannya dengan pelatih pembina, pelatih pembina harus mampu
menjadi yang pertama dalam menggagas pembinaan Kepramukan yang
berkualitas oleh para pembina. Pelatih pembina harus memastikan bahwa
pembina memiliki kompetensi yang memadai untuk membina satuan Pramuka.
Jadi pelatih pembina identik sebagai sosok individu yang berusia produktif dan
mempunyai karakter khas yang spesifik yaitu revolusioner, optimis, berpikiran
maju, memiliki moralitas, dsb. Kelemahan mecolok dari seorang pelatih pembina
adalah kontrol diri yang matang dengan kelebihan pelatih pembina yang paling
menonjol adalah mau menghadapi perubahan, baik berupa perubahan sosial
maupun kultural dengan menjadi pelopor perubahan itu sendiri.
Peran penting dari seorang pelatih pembina lainnya adalah pada
kemampuannya melakukan perubahan. Perubahan menjadi indikator suatu
keberhasilan dalam Gerakan Pramuka. Perubahan menjadi sebuah kata yang
memiliki daya magis yang sangat kuat sehingga membuat gentar orang yang
mendengarnya, terutama mereka yang telah merasakan kenikmatan dalam iklim
status quo. Kekuatannya begitu besar hingga dapat menggerakkan kinerja
seseorang menjadi lebih produktif. Keinginan akan suatu perubahan melahikar
sosok pribadi yang berjiwa optimis. Optimis bahwa hari depan Gerakan Pramuka
pasti lebih baik.
Pelatih pembina sebagai pelopor menuntut pelatih pembina agar
memberikan kesempatan kepada para pembina untuk mengembangkan
pribadinya, bakatnya, kemampuannya, cita-citanya melalui konsep andragogi.
Dalam hal ini, pelatih pembina mengedepankan proses pendidikan yang
berorientasi pada peserta didik (Students-Centered).
Selain itu, pelatih pembina Pramuka wajib bersikap dan berperilaku yang sesuai
dengan kode kehormatan Pramuka. Kemudian pelatih pembina Pramuka dapat
menerapkan model pembisaaan dalam rangka memainkan perannya sebagai
pelopor. Hal ini sejalan dengan pendidikan karakter dalam Al Quran yang
menekankan keseimbangan antara ilmu dan amal, praktik keilmuan melalui
pembiasaan. Islam sangat memperhatikan aspek penerapan ilmu karena proses
pendidikan perilaku tanpa didukung dengan pembiasaan diri, maka pendidikan
itu hanya menjadi angan-angan belaka (Syafri, 2012).
 Sebagai Mediator
Pelatih pembina sebagai mediator adalah orang yang mampu membantu
menyelesikan permasalahan pembinaan Kepramukaan di satuan atau di
daerahnya. Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam
proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian
sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah
penyelesaian. Jadi, peran mediator hanyalah membantu para pihak dengan cara
tidak memutus atau memaksakan pandangan atau penilaiannya atas masalah-
masalah selama proses mediasi berlangsung kepada para pihak.
Dalam konteks yang lebih luas Gerakan Pramuka bisa digunakan sebagai
mediator pembentukan karakter bangsa untuk menanamkan nilai positif dari
keanekaragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia. oleh karena itu, pelatih
pembina harus lebih dulu mengambil alih peran mediator tersebut sebelum
mendidik dan melatih para pembina Pramuka dan para anggota Pramuka secara
luas agar menjadi agen atau mediator perubahan karakter generasi muda.
Sebagai mediator pelatih pembina hendaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan Kepramukaan karena hal
tersebut merupakan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses
pendidikan Kepramukaan. Dengan demikian jelaslah bahwa Gerakan Pramuka
merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan
merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan di Indonesia.

11
Sebagai mediator pelatih pembina hendaknya menciptakan kualitas lingkungan
yang interaktif secara maksimal, mengatur arus kegiatan pembina, menampung
semua persoalan yang diajukan para pembina dan mengembalikan lagi
persoalan tersebut kepada pembina yang lain untuk dijawab dan
dipecahkannnya, lalu pelatih pembina bersama pembina lainnya harus menarik
kesimpulan atas jawaban masalah sebagai hasil belajar. Untuk itu pelatih
pembina harus terampil mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana orang
berinteraksi dan berkomunikasi.
Pelatih pembina sebagai mediator juga menempatkan pelatih pembina
sebagai sumber belajar yang berarti bahwa mereka menjadi kunci dalam setiap
latihan dan kegiatan Kepramukaan. Pelatih pembina harus merencanakan,
mengimplementasikan, dan mengevaluasi setiap latihan yang diberikan.
Kegiatan Kepramukaan harus dilakukan dalam bentuk kegiatan nyata dengan
contoh-contoh nyata, dimengerti dan dihayati, atas dasar minat dan karsa para
peserta didik.
Dalam hal ini pelatih pembina dituntut untuk memiliki seperangkat
pengetahuan dan wawasan yang luas. Pelatih pembina wajib mempunyai ilmu
dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan dan pelatihan yang
sesuai. Apabila pelatih pembina memiliki kompetensi yang memadai, tentu saja
proses pembinaan Kepramukaan dapat menjamin meningkatnya pengetahuan
dan keterampilan para pembina lainnya. Hal ini sejalan dengan konsep
andragogy bahwa pendidikan ornag dewasa dapat melengkapi keterampilan
yang diperlukan orang dewasa untuk menemukan dan memecahkan masalah
yang menekankan pemecahan dengan keterampilan bukan isi (Suprijanto, 2007).
 Sebagai Motivator
Peran pelatih pembina sebagai motivator harus memastikan para
pembina lain mempunyai semangat dan motivasi yang tinggi. Dalam hal ini,
pelatih Pembina dapat memperhatikan unsur-unsur pendidikan melalui proses (1)
belajar untuk berfikir; (2) belajar untuk melakukan; (3) belajar untuk menjadi
dirinya sendiri; dan (4) belajar untuk hidup bersama. Selain itu, pelatih pembina
dapat pula memperhatikan konsep andragogi seperti yang telah dijelaskan pada
bab dua makalah ini.
Adisusilo (2012) menjelaskan bahwa motivasi adalah daya dorong yang
memungkinkan peserta didik untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Oleh
karena itu, pelatih pembina sangat berperan dalam menumbuhkan motivasi
dengan cara menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi Kepramukaan
bagi kehidupan pembina secara khusus dan peserta didik di kemudian hari.
Dalam Islam, motivasi harus diberikan dengan mengikuti fitrah manusia karena
motivasi menyentuh sifat dasar manusia (fitrah) yang menyukai kebaikan dan
membenci keburukan, motivasi ini akan menyeimbangkan aspek akal, jasmani,
serta jiwa atau hati. Ketiganya harus seimbang, tidak pincang.

13
BAB IV. PENUTUP

Kesimpulan
1. Pendidikan kepramukaan sangat penting dilakukan mengingat perkembangan
masyarakat yang  berjalan. Karakter budaya Indonesia yang  sudah dikagumi
bangsa lain jangan sampai pupus oleh gesekan mental generasi muda yang
lebih menyenangi budaya asing.

2. Menjadikan Pelatih dan Pembina sebagai Pelopor, Mediator, dan Motivator


dalam kegiatan Kepramukaan

Saran
Makalah ini adalah hasil rangkuman dari beberapa referensi, mohon maaf bila
dalam penulisan banyak kesalahan

DAFTAR PUSTAKA
https://www.dediblog.id/makalah-tentang-pramuka-terlengkap/Mursitho, Joko.
2010. Pembaharuan Bahan Kursus KMD Tahun 2010. Jakarta: Pusdiklatnas.

https://www.papermakalah.com/2017/09/makalah-pramuka.htmlNN.
2005. Kepres RI No. 104 Tahun 2004 dan SK Kwarnas No. 086 tahun 2005
tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka.
Jakarta: Kwarnas.

https://www.papermakalah.com/2017/09/makalah-pramuka.htmlSaka Wirakartika
Kayen. 2011. Saka Wirakartika (Online). Dapat diakses
pada:  http://sakawirakartikakayen.blogspot.com/

https://zubarman.wordpress.com/2014/07/21/peran-pelatih-pembina-pramuka-
masa-kini/Syafri, Ulil Amri. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an.
Depok: Rajagrafindo Persada, PT.

15

Anda mungkin juga menyukai