A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah :
C. Pembatasan masalah
1. Minat peserta didik menurun
Menurunnya tingkat partisipasi peserta didik di sekolah terhadap
Ektrakulikuler Pramuka, tentunya banyak alasan dan banyak bahan untuk
1
menjadikan kegiatan Pramuka sebagai kegiatan " Tidak Kekinian ", mungkin juga
ada yang bilang Pramuka itu " Jadul " dan lain sebagainnya, namun demikian kita
tidak bisa kemudian menyalahkan peserta didik atau murid-murid di sekolah
kenapa tidak tertarik pada Ektrakulikuler Pramuka di Sekolahnya. Banyak hal
yang harus dibenahi di sekolah tersebut agar kegiatan Kepramukaan bisa
menarik minat para peserta didiknya, maka tentunya peran Pembina Pramuka
harus menciptakan motivasi dan suasana latihan yang menarik, kekinian dan
tidak monoton hanya berbasis Syarat Kecakapan Umum ( SKU ) atau Syarat
Kecakapan Khusus ( SKK ) atau pencapaian lainnya.
D. Tujuan
1. Meningkatkan kembali Minat peserta didik.
2. Mengadakan kepelatihan untuk untuk pembina dan pelatih.
BAB II. LANDASAN TEORI
3
kemurnian dan kelestarian hidup kepramukaan. Seminar ini diadakan di Tugu,
Bogor pada bulan Januari 1957.
Seminar Tugu ini meng-hasilkan suatu rumusan yang diharapkan dapat
dijadikan acuan bagi setiap gerakan kepramukaan di Indonesia. Dengan
demikian diharapkan ke-pramukaan yang ada dapat dipersatukan. Setahun
kemudian pada bulan Novem-ber 1958, Pemerintah RI, dalam hal ini
Departemen PP dan K mengadakan seminar di Ciloto, Bogor, Jawa Barat,
dengan topik “Penasionalan Kepanduan”.
Kalau Jambore untuk putera dilaksanakan di Ragunan Pasar Minggu-
Jakarta, maka PKPI menyelenggarakan perkemahan besar untuk puteri yang
disebut Desa Semanggi bertempat di Ciputat. Desa Semanggi itu terlaksana
pada tahun 1959. Pada tahun ini juga Ipindo mengirimkan kontingennya ke
Jambore Dunia di MT. Makiling Filipina.
5
Ada juga Kelompok Khusus, yaitu Kelompok yang ditujukan untuk orang yang
memiliki kedudukan dalam kepramukaan. Misalnya Pramuka Pembina, adalah
sebutan untuk orang dewasa yang memimpin Pramuka. Dan Pramuka Andalan,
adalah anggota Pramuka yang mengambil bagian dalam keanggotaan Kwartir
dalam Pramuka. Contoh lainnya adalah Pelatih, Pamong Saka, Staff Kwartir dan
Majelis Pembimbing.
.
BAB III. PEMBAHASAN
7
digunakan dalam kehidupan bermasyarakat. Berikut adalah alasan mengapa
pelajar harus ikut / aktiv berorganisasi.
1. Sebagai wadah untuk mengasah minat dan bakat
Setiap orang memiliki bakat, namun sering kali butuh waktu yang lama
bagi kita untuk menyadari bakat apa yang dimiliki. Kesenian, hobi
menulis, Traveling, jiwa relawan, jiwa petualang dan sebagainya, selalu ada
wadah untuk kita mengembangkan minat dan bakat sesuai Fashion kita sendiri.
2. Mampu Memanajemen Waktu
Ketika seseorang sudah aktiv berorganisasi, akan ada masanya
mendapatkan pilihan apakah harus fokus ke belajar saja, atau fokus ke
organisasi atau belajar sambil berorganisasi. Berorganisasi mengajarkan kita
cara menempatkan waktu agar tetap balance antara akademik dan non
akademik, dan mampu memikirkan hal yang mana yang harus diputuskan untuk
diprioritaskan saat itu.
3. Agar percaya diri dan belajar jadi pemimpin
Rapat merupakan agenda yang sakral bagi organisasi, disinilah
seseorang mulai diajarkan bagaimana tata bahasa yang baik dalam
menyampaikan ide/gagasan didepan anggota lainnya, tentunya dimulai dengan
mengumpulkan keberanian terlebih dahulu. Saat seseorang sudah terbiasa
menyampaikan aspirasinya, maka dia sudah selangkah untuk menjadi pemimpin
dan mampu berargumen didepan publik.
4. Mengukur kemampuan diri
Saat didalam kepanitian kegiatan, biasanya seseorang akan memulai
dengan menjadi anggota. Ketika kita berhasil menyelesaikan tugas yang
diberikan selama ini, maka perlu bagi seorang pelajar untuk mengukur
kemampuan dirinya seperti mencoba menjadi ketua bidang, ketua panitia dan
sebagainya.
5. Melatih tanggung jawab
Saat pemilihan menjadi kepanitian atau pemimpin suatu organisasi,
seringkali hanya mengebu-gebu saat diawal pemilihannya saja. Namun setelah
terpilih tidak mampu mempertanggung jawabkan atas apa yang dipilihnya. Jadi
sekecil apapun tugas dan tanggung jawab yang diberikan, sudah menjadi
kewajiban bagi seorang aktivis untuk menyelesaikan dengan sebaik-baiknya.
6. Memperluas hubungan / jaringan
Organisasi membuat kita pergi kemana-mana dan tahu budaya daerah
lain tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar, karena sering kali organisasi
itu sendiri yang memfasilitasi. Selain itu, melalui organisasi banyak
kepala/pemikiran yang kita jumpai dan tentunya menambah teman dan
memperluas jaringan dan pasti akan berguna suatu saat nanti.
7. Menambah wawasan dan Pengalaman
Didalam organisasi kita menjumpai orang dengan berbagai macam
watak, berbagai macam pemikiran dan ide, bermacam daerah dan terkumpul
menjadi satu didalam organisasi yang sama. Disinilah akan kita jumpai
perdebatan / persetujuan dalam berargumen yang mana akan menambah
wawasan dengan berbagai masalah yang ada dan tentunya menjadi pengalaman
yang berharga setiap organisasi yang diikuti.
9
Ini biasanya menjadi faktor utama bagi seseorang untuk gabung ke suatu
organisasi. Tapi tidak masalah ini menjadi alasan, seiringnya waktu akan ada
masanya kita belajar arti bekerja dengan sukarela tanpa dilihat orang, Tapi
bekerja karena pangilan jiwa. Bekerja dengan hati dan sepenuh jiwa
melaksanakan tugas dan kewajiban, maka ketenaran itu akan bangkit dengan
sendirinya. Selain itu akan berguna menambah CV seseorang yang digunakan
untuk mendaftar beasiswa, organisasi skala besar, dan masih banyak lagi.
11
Sebagai mediator pelatih pembina hendaknya menciptakan kualitas lingkungan
yang interaktif secara maksimal, mengatur arus kegiatan pembina, menampung
semua persoalan yang diajukan para pembina dan mengembalikan lagi
persoalan tersebut kepada pembina yang lain untuk dijawab dan
dipecahkannnya, lalu pelatih pembina bersama pembina lainnya harus menarik
kesimpulan atas jawaban masalah sebagai hasil belajar. Untuk itu pelatih
pembina harus terampil mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana orang
berinteraksi dan berkomunikasi.
Pelatih pembina sebagai mediator juga menempatkan pelatih pembina
sebagai sumber belajar yang berarti bahwa mereka menjadi kunci dalam setiap
latihan dan kegiatan Kepramukaan. Pelatih pembina harus merencanakan,
mengimplementasikan, dan mengevaluasi setiap latihan yang diberikan.
Kegiatan Kepramukaan harus dilakukan dalam bentuk kegiatan nyata dengan
contoh-contoh nyata, dimengerti dan dihayati, atas dasar minat dan karsa para
peserta didik.
Dalam hal ini pelatih pembina dituntut untuk memiliki seperangkat
pengetahuan dan wawasan yang luas. Pelatih pembina wajib mempunyai ilmu
dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan dan pelatihan yang
sesuai. Apabila pelatih pembina memiliki kompetensi yang memadai, tentu saja
proses pembinaan Kepramukaan dapat menjamin meningkatnya pengetahuan
dan keterampilan para pembina lainnya. Hal ini sejalan dengan konsep
andragogy bahwa pendidikan ornag dewasa dapat melengkapi keterampilan
yang diperlukan orang dewasa untuk menemukan dan memecahkan masalah
yang menekankan pemecahan dengan keterampilan bukan isi (Suprijanto, 2007).
Sebagai Motivator
Peran pelatih pembina sebagai motivator harus memastikan para
pembina lain mempunyai semangat dan motivasi yang tinggi. Dalam hal ini,
pelatih Pembina dapat memperhatikan unsur-unsur pendidikan melalui proses (1)
belajar untuk berfikir; (2) belajar untuk melakukan; (3) belajar untuk menjadi
dirinya sendiri; dan (4) belajar untuk hidup bersama. Selain itu, pelatih pembina
dapat pula memperhatikan konsep andragogi seperti yang telah dijelaskan pada
bab dua makalah ini.
Adisusilo (2012) menjelaskan bahwa motivasi adalah daya dorong yang
memungkinkan peserta didik untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Oleh
karena itu, pelatih pembina sangat berperan dalam menumbuhkan motivasi
dengan cara menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi Kepramukaan
bagi kehidupan pembina secara khusus dan peserta didik di kemudian hari.
Dalam Islam, motivasi harus diberikan dengan mengikuti fitrah manusia karena
motivasi menyentuh sifat dasar manusia (fitrah) yang menyukai kebaikan dan
membenci keburukan, motivasi ini akan menyeimbangkan aspek akal, jasmani,
serta jiwa atau hati. Ketiganya harus seimbang, tidak pincang.
13
BAB IV. PENUTUP
Kesimpulan
1. Pendidikan kepramukaan sangat penting dilakukan mengingat perkembangan
masyarakat yang berjalan. Karakter budaya Indonesia yang sudah dikagumi
bangsa lain jangan sampai pupus oleh gesekan mental generasi muda yang
lebih menyenangi budaya asing.
Saran
Makalah ini adalah hasil rangkuman dari beberapa referensi, mohon maaf bila
dalam penulisan banyak kesalahan
DAFTAR PUSTAKA
https://www.dediblog.id/makalah-tentang-pramuka-terlengkap/Mursitho, Joko.
2010. Pembaharuan Bahan Kursus KMD Tahun 2010. Jakarta: Pusdiklatnas.
https://www.papermakalah.com/2017/09/makalah-pramuka.htmlNN.
2005. Kepres RI No. 104 Tahun 2004 dan SK Kwarnas No. 086 tahun 2005
tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka.
Jakarta: Kwarnas.
https://www.papermakalah.com/2017/09/makalah-pramuka.htmlSaka Wirakartika
Kayen. 2011. Saka Wirakartika (Online). Dapat diakses
pada: http://sakawirakartikakayen.blogspot.com/
https://zubarman.wordpress.com/2014/07/21/peran-pelatih-pembina-pramuka-
masa-kini/Syafri, Ulil Amri. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an.
Depok: Rajagrafindo Persada, PT.
15