Anda di halaman 1dari 3

1.

LATAR BELAKANG Akhir-akhir ini, karena maraknya kasus dugaan malpraktek


medik atau kelalaian medik di Indonesia, ditambah “keberanian” pasien yang menjadi
korban untuk menuntut hak-haknya, para dokter seakan baru mulai sibuk berbenah
diri. Terutama dalam menghadapi kasus malpraktek. Kesibukan ini terjadi sejalan
dengan makin baiknya tingkat pendidikan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat.
2. 4. DEFINISI Malpraktek pada dasarnya adalah tindakan tenaga profesional (profesi)
yang bertentangan dengan Standard Operating Procedure (SOP), kode etik profesi,
serta undang-undang yang berlaku baik disengaja maupun akibat kelalaian. Kelalaian
dari seseorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan
ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan
terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama”
(Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California, 1956).
3. 5. KASUS PRITA MULYASARI VS RS OMNI INTERNASIONAL
4. 6. Kronologi 7 Agustus 2008, 20:30 Prita Mulyasari datang ke RS Omni Internasional
dengan keluhan panas tinggi dan pusing kepala. Hasil pemeriksaan laboratorium:
Thrombosit 27.000 (normal 200.000), suhu badan 39 derajat. Malam itu langsung
dirawat inap, diinfus dan diberi suntikan dengan diagnosa positif demam berdarah.  8
Agustus 2008 Ada revisi hasil lab semalam, thrombosit bukan 27.000 tapi 181.000.
Mulai mendapat banyak suntikan obat, tangan kiri tetap diinfus. Tangan kiri mulai
membangkak, Prita minta dihentikan infus dan suntikan. Suhu badan naik lagi ke 39
derajat. 
5. 7. 9 Agustus 2008 Kembali mendapatkan suntikan obat. Dokter menjelaskan dia
terkena virus udara. Infus dipindahkan ke tangan kanan dan suntikan obat tetap
dilakukan. Malamnya Prita terserang sesak nafas selama 15 menit dan diberi oksigen.
Karena tangan kanan juga bengkak, dia memaksa agar infus diberhentikan dan
menolak disuntik lagi.  10 Agustus 2008 Terjadi dialog antara keluarga Prita dengan
dokter. Dokter menyalahkan bagian lab terkait revisi thrombosit. Prita mengalami
pembengkakan pada leher kiri dan mata kiri.
6. 8.  11 Agustus 2008 Terjadi pembengkakan pada leher kanan, panas kembali 39
derajat. Prita memutuskan untuk keluar dari rumah sakit dan mendapatkan data-data
medis yang menurutnya tidak sesuai fakta. Prita meminta hasil lab yang berisi
thrombosit 27.000, tapi yang didapat hanya informasi thrombosit 181.000. Pasalnya,
dengan adanya hasil lab thrombosit 27.000 itulah dia akhirnya dirawat inap. Pihak
OMNI berdalih hal tersebut tidak diperkenankan karena hasilnya memang tidak valid.
Di rumah sakit yang baru, Prita dimasukkan ke dalam ruang isolasi karena dia
terserang virus yang menular.
7. 9.  15 Agustus 2008 Prita mengirimkan email yang berisi keluhan atas pelayanan
diberikan pihak rumah sakit ke customer_care@banksinarmas.com dan ke kerabatnya
yang lain dengan judul “Penipuan RS Omni Internasional Alam Sutra”. Emailnya
menyebar ke beberapa milis dan forum online.  30 Agustus 2008 Prita mengirimkan
isi emailnya ke „Surat Pembaca Detik.com‟  5 September 2008 RS Omni
mengajukan gugatan pidana ke Direktorat Reserse Kriminal Khusus
8. 10. 22 September 2008 Pihak RS Omni International mengirimkan email klarifikasi
ke seluruh costumernya.  8 September 2008 Kuasa Hukum RS Omni Internasional
menayangkan iklan berisi bantahan atas isi email Prita yang dimuat di harian Kompas
dan Media Indonesia.  24 September 2008 Gugatan perdata masuk.  11 Mei 2009
Pengadilan Negeri Tangerang memenangkan Gugatan Perdata RS Omni. Prita
terbukti melakukan perbuatan hukum yang merugikan RS Omni. Prita divonis
membayar kerugian materil sebesar 161 juta sebagai pengganti uang klarifikasi di
koran nasional dan 100 juta untuk kerugian imateril. Prita langsung mengajukan
banding. 
9. 11. 13 Mei 2009 Mulai ditahan di Lapas Wanita Tangerang terkait kasus pidana yang
juga dilaporkan oleh Omni.  2 Juni 2009 Penahanan Prita diperpanjang hingga 23
Juni 2009. Informasi itu diterima keluarga Prita dari Kepala Lapas Wanita Tangerang.
 3 Juni 2009 Megawati dan JK mengunjungi Prita di Lapas. Komisi III DPR RI
meminta MA membatalkan tuntutan hukum atas Prita. Prita dibebaskan dan bisa
berkumpul kembali dengan keluarganya. Statusnya diubah menjadi tahanan kota.  4
Juni 2009 Sidang pertama kasus pidana yang menimpa Prita mulai disidangkan di PN
Tangerang. 
10. 12. TINJAUAN KASUS a. Berdasarkan Sudut Pandang Hukum Dalam Kitab-
Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) kelalaian yang mengakibatkan celaka atau
bahkan hilangnya nyawa orang lain. Pasal 359, misalnya menyebutkan, “Barangsiapa
karena kealpaannya menyebabkan matinya orang lain, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun”. Sedangkan kelalaian
yang mengakibatkan terancamnya keselamatan jiwa seseorang dapat diancam dengan
sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 360 KitabUndang-Undang Hukum
Pidana (KUHP).
11. 13. LANJUTAN... b. Berdasarkan Kode Etik Dalam KODEKI pasal 2 dijelaskan
bahwa; “seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai
denga standar profesi tertinggi”. Jelasnya bahwa seeorang dokter dalam melakukan
kegiatan kedokterannya seebagai seorang proesional harus sesuai dengan ilmu
kedokteran mutakhir, hukum dan agama. KODEKI pasal 7d juga menjelaskan bahwa
“setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup insani”.
Artinya dalam setiap tindakannya, dokter harus betujuan untuk memelihara kesehatan
dan kebahagiaan manusia.
12. 14. c. Berdasarkan Undang-Undang Pasal 14 Permenkes no. 749a/1989 tentang tujuan
dan fungsi rekam medis yaitu sebagai dasar pelayanan kesehatan dan pengobatan,
pembuktian hukum, penelitian dan pendidikan, dasar pembiayaan pelayanan
kesehatan, dan statistik kesehatan. Maka rekam medis harus dibuat relevan,
kronologis dan orisinil. Data yang diberikan haruslah berupa data yang sebenarnya
dan bukan karangan semata.
13. 15. Dalam kasus ini, telah terjadi pemalsuan data tentang kondisi pasien sesuai
dengan pengakuan dari pasien atau si penderita hal tersebut dinilai telah melanggar
hukum adminitrasi, karena data yang dilaporkan dalam rekam medis pasien adalah
fiktif dan tidak sesuai dengan kenyataannya, bersamaan dengan itu juga tenaga
perawatan dinilai telah lalai dari kewajibannya dalam menyediakan rekam medis
pasien. Dari kasus Prita ini, sangat jelas adanya pelanggaran kode Etik oleh serang
dokter dan petugas kesehatan yang terkait, seperti perawat dan bagian administrasinya
pada Rumah sakit OMNI Internasional.
14. 16. SOLUSI Dengan melihat faktor-faktor penyebab dan juga segala macam sanksi
hukum serta segala macam pelanggaran kode etik atas kasus yang kami ambil dalam
hal ini malpraktek administrasi berupa pelanggaran dalam rekam medis dan kesalahan
diagnosis oleh beberapa dokter tersebut, maka pencegahan terjadinya malpraktek
harus dilakukan dengan melakukan perbaikan sistem, mulai dari pendidikan hingga ke
tatalaksana praktek kedokteran. Dan juga penanaman Kode Etik harus lebih
diperhatikan lagi sejak dini.
15. 17. KESIMPULAN Berdasarkan kasus yang telah dikaji maka dapat disimpulkan
bahwa sebagai tenaga medis yang profesional harus dibutuhkan adanya penanam
moral dan penghayatan terhadap Standard Operating Procedure (SOP), kode etik
profesi, undangundang yang berlaku serta menjunjung tinggi kejujuran dan tanggung
jawab sehingga dalam penerapan keprofesian dapat dijalankan dengan sebaik
mungkin tanpa adanya pihak yang dirugikan.

Anda mungkin juga menyukai