1.Pengertian Gizi
Pengertian zat Gizi atau Nutrisi ialah zat pada makanan yang dibutuhkan oleh
organisme untuk pertumbuhan dan perkembangan yang dimanfaatkan secara
langsung oleh tubuh yang meliputi protein, vitamin, mineral, lemak dan air. Zat gizi
diperoleh dari makanan yang didapatkan dalam bentuk sari makanan dari hasil
pemecahan pada sistem pencernaan
Zat gizi dibagi menjadi dua yaitu zat gizi organik dan zat anorganik. Zat-zat gizi
organik seperti lemak, vitamin, karbohidrat dan protein. Sedangkan zat gizi
anorganik ialah terdiri dari air dan mineral dan tidak itu saja. Zat gizi dikelompokkan
atas beberapa macam seperti macam-macam zat gizi berdarkan sumbernya,
macam-macam zat gizi berdasarkan jumlahnya dan berdasarkan fungsinya.
1. Ilmu Gizi (Nutrience Science) adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu
tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal/ tubuh.
2. Zat Gizi (Nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk
melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan
memelihara jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan.
3. Gizi (Nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan,
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dri
organ-organ, serta menghasilkan energi.
4. Pangan adalah istilah umum untuk semua bahan yang dapat dijadikan
makanan.
5. Pengertian pangan menurut UU No. 7 Tahun 1996 Tentang : Pangan, adalah
segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah
maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman
bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku
pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman.
6. Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau
unsur-unsur/ ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang
berguna bila dimasukkan ke dalam tubuh.
7. Bahan makanan adalah makanan dalam keadaan mentah.
8. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi.
9. Ilmu gizi merupakan ilmu yang menggunakan berbagai disiplin ilmu dasar
seperti : biokimia, ilmu hayat (fisiologi),ilmu pemyakit (patologi), dan beberapa
ilmu lainnyajadi untuk menguasai bagian bagian ilmu dasar tersebut yang
relevan dengan ilmu gizi.
Vitamin A
Fungsi vitamin A antara lain : mengatur dalam kepekaan rangsang
sinar pada syaraf mata, pertumbuhan sel, serta pembentukan warna
pada mata. Sumber vitamin A terdapat pada wortel, telur, kangkung,
susu, dan lain sebagainya. Kekurangan vitamin A dapat
mengakibatkan berbagai macam penyakit, seperti penyakit mata,
kulit menjadi kering, dan pertumbuhan terganggu.
Vitamin B
Vitamin B merupakan gabungan-gabungan dari 15 macam ataupun
lebih vitamin yang dapat dikenal dengan vitamin B komplek, yang
mana memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan
sel darah merah.
1) Vitamin B1 (Tiamin)
Apabila kekurangan vitamin B1 dapat mengakibatkan penyakit beri-
beri. Kebutuhan untuk mencukupi vitamin B1 dalam keadaan normal
sekitar 1-2mg/hari.
2) Vitamin B2 (Riboflavin)
Apabila kekurangan vitamin B2 dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan pola pikir dan penyakit mata.
3) Vitamin B3 (Niasin)
Apabila kekurangan vitamin B3 dapat mengakibatkan gangguan
susunan syaraf pusat serta gangguan saluran pencernaan.
4) Vitamin B6 (Piridoksin)
Apabila kekurangan vitamin B6 dapat mengakibatkan anemia,
depresi, dan sakit kepala.
5) Vitamin B7 (Biotin)
Apabila kekurangan vitamin B7 dapat mengakibatkan kehilangan
nafsu makan, pusing, rambut rontok dan lain sebagainya.
Vitamin C
Vitamin C memiliki fungsi zat gizi untuk menjaga kesehatan gigi dan
gusi, serta menghaluskan kulit. Sumber vitamin C banyak terdapat
pada sayuran, jeruk, pepaya, dan lain sebagainya. Kekurangan
vitamin C dapat mengakibatkan gusi menjadi berdarah, munculnya
sariawan dan skorbut. Kebutuhan akan vitamin C per hari untuk bayi
yaitu 30 mg, anak-anak 60 mg, dewasa sekitar 75 mg, ibu hamil 100
mg, serta ibu menyusui 150 mg.
Vitamin D
Vitamin D memiliki fungsi untuk membantu dalam proses
pembentukan tulang dan gigi, mengatur kadar fosfor yang terdapat
pada darah. Sumber vitamin D banyak terdapat pada ikan, susu,
serta kuning telur. Kekurangan vitamin D dapat mengakibatkan
penyakit rakitis. Kebutuhan akan vitamin D untuk anak-anak sampai
dewasa 400 SI.
Vitamin E
Vitamin E memiliki fungsi untuk mencegah keguguran dan
pendarahan pada ibu hamil. Sumber vitamin E banyak terdapat pada
berbagai jenis sayuran hijau, susu, kuning telur, dan daging.
Kekurangan vitamin E dapat mengakibatkan kemandulan dan
keguguran.
Vitamin K
Vitamin K memiliki fungsi untuk membantu dalam proses pembekuan
darah. Sumber vitamin K banyak terdapat pada bayam, hati, dan
bunga kol. Kekurangan vitamin K dapat mengakibatkan darah
menjadi lebih sukar untuk membeku. Kebutuhan akan vitamin K
perhari adalah 1 miligram.
5. Mineral(Garam-garaman)
Mineral dibutuhkan oleh manusia juga sama dengan vitamin, yaitu
dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Walaupun begitu, kebutuhan
mineral sangatlah penting.
Untuk lebih lengkapnya, berikut macam-macam mineral yang kita
perlukan :
1).Garam Belerang (S)
2).Garam Besi (Fe)
3).Garam Dapur (NaCI)
4).Garam Yodium (I)
5).Garam Kalium (K)
6).Garam kalsium (Ca)
6.Air adalah zat pembangun bagi setiap sel pada tubuh. Setiap sel
tanpa adanya air tidak dapat tumbuh. Air dapat diperoleh secara
langsung dari berbagai jenis buah-buahan serta sayuran. Fungsi air
yaitu untuk membantu mencerna makanan, membentuk cairan tubuh,
serta mengangkut sisa pembakaran yang sudah tidak diperlukan
tubuh. Kebutuhan air rata-rata bagi setiap orang sekitar 2 1/2 liter per
hari yang diambil dari makanan serta minuman. Kekurangan air
dapat mengakibatkan penyakit ginjal.
Prinsip gizi seimbang adalah seimbang dalam jumlah tiap kelompok makanan serta
yang sesuai dengan kebutuhan tubuh kita. Selain mengkonsumsi jenis makanan
yang bergizi seimbang, alangkah baiknya untuk menerapkan pola hidup yang sehat
salah satunya dengan berolahraga dan istirahat yang cukup agar tubuh tetap sehat.
6.Keseimbangan Energi
Energi dibutuhkan oleh setiap sel dalam tubuh untuk mempertahankan
kehidupannya dan melaksanakan fungsinya dengan baik. Sumber energi berasal
dari makanan yang dimakan, diserap, dan kemudian diolah oleh tubuh. 1,2
Hukum pertama termodinamika menyatakan bahwa “total energi di dunia adalah
konstan, energi tidak dapat diciptakan maupun dihancurkan.” Oleh karena itu,
semua energi yang ikut andil dalam hidup kita dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut1:
Energi masuk merupakan energi yang berasal dari makanan yang dimakan yang
merupakan sumber energi. Energi didapatkan dari ikatan kimia pada makanan yang
diuraikan untuk kemudian digunakan dalam bentuk ikatan fosfat berenergi tinggi
pada ATP. Energi ini dapat digunakan untuk melakukan kerja biologis atau disimpan
di dalam tubuh untuk kebutuhan nanti.2
Energi keluar merupakan jumlah energi yang dikeluarkan oleh tubuh, yang
merupakan kombinasi antara kerja dan panas yang dilepaskan ke lingkungan.
Persamaan untuk energi keluar sebagai berikut 1:
7.Antioksidan
Antioksidan Sintetik
Diantara beberapa contoh antioksidan sintetik yang diijinkan untuk makanan, ada
lima antioksidan yang penggunaannya meluas dan menyebar diseluruh dunia, yaitu
Butil Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluen (BHT), propil galat, Tert-Butil
Hidoksi Quinon (TBHQ) dan tokoferol. Antioksidan tersebut merupakan antioksidan
alami yang telah diproduksi secara sintetis untuk tujuan komersial (Buck, 1991).
Menurut Sherwin (1990), antioksidan sintetik BHT memiliki sifat serupa BHA, akan
memberi efek sinergis bila dimanfaatkan bersama BHA, berbentuk kristal padat putih
dan digunakan secara luas karena relatif murah. Propil galat mempunyai
karakteristik sensitif terhadap panas, terdekomposisi pada titik cairnya 148 0C, dapat
membentuk komplek warna dengan ion metal, sehingga kemampuan antioksidannya
rendah. Selain itu, propil galat memiliki sifat berbentuk kristal padat putih, sedikit
tidak larut lemak tetapi larut air, serta memberi efek sinergis dengan BHA dan BHT
(Buck, 1991).
TBHQ dikenal sebagai antioksidan paling efektif untuk lemak dan minyak,
khususnya minyak tanaman karena memiliki kemampuan antioksidan yang baik
pada penggorengan tetapi rendah pada pembakaran. Bila TBHQ direkomendasikan
dengan BHA yang memiliki kemampuan antioksidan yang baik pada pemanggangan
akan memberikan kegunaan yang lebih luas . TBHQ dikenal berbentuk bubuk putih
sampai coklat terang, mempunyai kelarutan cukup pada lemak dan minyak, tidak
membentuk kompleks warna dengan Fe dan Cu tetapi dapat berubah pink dengan
adanya basa (Buck,1991).
Tokoferol merupakan antioksidan alami yang dapat ditemukan hampir disetiap
minyak tanaman, tetapi saat ini telah dapat diproduksi secara kimia. Tokoferol
memiliki karakteristik berwarna kuning terang, cukup larut dalam lipida karena rantai
C panjang. Pengaruh nutrisi secara lengkap dari tokoferol belum diketahui, tetapi -
tokoferol dikenal sebagai sumber vitamin E. Didalam jaringan hidup, aktivitas
antioksidan tokoferol cenderung tokoferol, tetapi dalam makanan aktivitas tokoferol
terbalik tokoferol (Belitz dan Grosch, 1987).
Menurut Sherwin (1990), urutan tersebut kadang bervariasi tergantung pada substrat
dan kondisi-kondisi lain seperti suhu.
Menurut Pratt dan Hudson (1990), kebanyakan senyawa antioksidan yang diisolasi
dari sumber alami adalah berasal dari tumbuhan. Kingdom tumbuhan, Angiosperm
memiliki kira-kira 250.000 sampai 300.000 spesies dan dari jumlah ini kurang lebih
400 spesies yang telah dikenal dapat menjadi bahan pangan manusia. Isolasi
antioksidan alami telah dilakukan dari tumbuhan yang dapat dimakan, tetapi tidak
selalu dari bagian yang dapat dimakan. Antioksidan alami tersebar di beberapa
bagian tanaman, seperti pada kayu, kulit kayu, akar, daun, buah, bunga, biji, dan
serbuk sari (Pratt,1992).
Menurut Pratt dan Hudson (1990) serta Shahidi dan Naczk (1950, senyawa
antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang
dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol, dan
asam-asam organic polifungsional. Ditambahkan oleh Pratt (1992), golongan
flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon,flavonol, isoflavon,
kateksin, flavonol dan kalkon. Sementara turunan asam sinamat meliputi asam
kafeat, asam ferulat, asam klorogenat, dan lain-lain. Senyawa antioksidan alami
polifenolik ini adalah multifungsional dan dapat beraksi sebagai (a) pereduksi, (b)
penangkap radikal bebas, (c) pengkelat logam, (d) peredam terbentuknya singlet
oksigen.
Menurut Markham (1988), kira-kira 2 % dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh
tumbuhan diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya,
sehingga flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar. Lebih lanjut
disebutkan bahwa sebenarnya flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau,
sehingga pastilah ditemukan pula pada setiap telaah ekstrak tumbuhan. Ditulis oleh
Pratt dan Hudson (1990) kebanyakan dari golongan flavonoid dan senyawa yang
berkaitan erat dengannya memiliki sifat-sifat antioksidan baik didalam lipida cair
maupun dalam makanan berlipida.
Ada banyak bahan pangan yang dapat menjadi sumber antioksidan alami, seperti
rempah-rempah, dedaunan, teh, kokoa, biji-bijian, serealia, buah-buahan, sayur-
sayuran dan tumbuhan/alga laut. Bahan pangan ini mengandung jenis senyawa
yang memiliki aktivitas antioksidan, seperti asam-asam amino, asam askorbat,
golongan flavonoid, tokoferol, karotenoid, tannin, peptida, melanoidin, produk-produk
reduksi, dan asam-asam organik lain (Pratt,1992).
Curcumin adalah antioksidan berwarna kuning pekat yang diisolasi dari kunyit,
sementara Capsaicin yang diisolasi dari cabe berasa sangat pedas, warna dan rasa
tersebut menyebabkan kurang praktisnya dalam penggunaan. Oleh karena itu, para
peneliti kemudian mengalihkan perhatian pada isolasi komponen aktif antioksidan
dari fraksi-fraksi non volatile yang memiliki sifat-sifat antioksidan lebih
menyenangkan, tidak berbau, berasa dan tidak berwarna. Kemudian lebih lanjut
penelitian ditekankan pada senyawa-senyawa fenolik non volatil yang memiliki
aktivitas antioksidan (Nakatani,1992).
Ada beberapa senyawa fenolik yang memiliki aktivitas antioksidan telah berhasil
diisolasi dari kedelai (Glycine max L.), salah satunya adalah flavonoid. Flavonoid
kedelai adalah unik dimana dari semua flavonoid yang terisolasi dan teridentifikasi
adalah isoflavon. Isoflavon kedelai terutama berupa 7-O-monoglukosida-isoflavon,
dimana bagian glikosidanya 100 kali bagian aglikonnya. Senyawa antioksidan alami
isoflavon dari kedelai tersebut adalah 5,7,5’-trihidroksiisoflavon-7-0-monoglukosida
(genistein) 7,4’-dihidroksiisoflavon-7-0monoglukosida (daidzein), dan 7,4;-
dihidroksi6-metoksi-isoflavon-7-0-monoglukosida (glycitein). Isoflavon lain dari
kedelai adalah 6,7,4’-trihidroksiisoflavon yang hanya terdapat pada produk-produk
kedelai terfermentasi (Pratt,1992). Menurut Shahidi dan Naczk (1995), selain
isoflavon, kedelai dan produk-produk kedelai merupakan sumber berbagai macam
senyawa antioksidan yang merupakan golongan dari turunan asam sinamat,
fosfolipida, tokoferol, asam amino dan peptida.
Dirangkum oleh Pratt (1992), dari biji kapas dapat diisolasi beberapa antioksidan
alami dari golongan flavonoid, yaitu dari jenis aglikon flavonol, dan dari jenis flavonol
glikosida. Jenis aglikon flavonol dari biji kapas meliputi quersetin, kaemferol,
gosipetin, dan herasetin. Antioksidan flavanonol adalah dihidroquersetin, sedangkan
jenis flavonol glikosida meliputi rutin (quersetin-3-ramnoglukosida), quersetrin
(quersetin-3-ramnoglukosida), dan isoquersitrin (quersetin-3-glukosida).
Pada kacang (Arachis hypogea) ditemukan senyawa antioksidan alami taxifolin, dan
pada wijen (Sesamum indicum) memiliki antioksidan sesamin, sesamolin, dan
sesamol (Sherwin,1990). Sementara dari biji bunga matahari dapat diperoleh
antioksidan alami turunan asam sinamat, yaitu asam klorogenat dan asam kafeat
(Shahidi dan Naczk,1995).
Selain digolongkan menjadi antioksidan sintetik dan anti oksidan alami, anti oksidan
juga digolongkan ke dalam antioksidan enzim dan vitamin.
Sebagai antioksidan, beta karoten adalah sumber utama vitamin A yang sebagian
besar ada dalam tumbuhan. Selain melindungi buah-buahan dan sayuran berwarna
kuning atau hijau gelap dari bahaya radiasi matahari, beta karoten juga berperan
serupa dalam tubuh manusia. Beta karoten terkandung dalam wortel, brokoli,
kentang, dan tomat.
Sifat-sifat Antioksidan
Secara umum, menurut Coppen (1983), antioksidan diharapkan memiliki ciri-ciri
sebagai berikut (a) aman dalam penggunaan, (b) tidak memberi flavor, odor, warna
pada produk, (c) efektif pada konsentrasi rendah, (d) tahan terhadap proses
pengolahan produk (berkemampuan antioksidan yang baik), (e) tersedia dengan
harga yang murah. Ciri keempat merupakan hal yang sangat penting karena
sebagian proses pengolahan menggunakan suhu tinggi. Suhu tinggi akan merusak
lipida dan stabilitas antioksidan yang ditambahkan sebagai bahan tambahan
pangan. Kemampuan bertahan antioksidan terhadap proses pengolahan sangat
diperlukan untuk dapat melindungi produk akhir.
Mekanisme oksidasi lipida tidak jenuh diawali dengan tahap inisiasi, yaitu
berbentuknya radikal bebas (R*) bila lipida kontak dengan panas, cahaya, ion metal
dan oksigen. Reaksi ini terjadi pada group metilen yang berdekatan dengan ikatan
rangkap –C=C- (buck, 1991). Ditambahkan oleh Gordon (1990), tahap inisiasi terjadi
karena bantuan sumber energi ekstenal seperti panas, cahaya atau energi tinggi dari
radiasi, inisiasi kimia dengan terlarutnya ion logam atau metaoprotein seperti haem.
Tahap selanjutnya adalah tahap propagasi dimana autooksidasi berawal ketika
radikal lipida (R*) hasil tahap inisiasi bertemu dengan oksigen membentuk radikal
peroksida (ROO*). Reaksi oksigenasi ini terjadi sangat cepat dengan energi aktivitas
hampir nol sehingga konsentrasi ROO* yang terbentuk jauh lebih besar dari
konsentrasi R* dalam sistem makanan dimana oksigen berada (Gordon, 1990).
Radikal peroksida yang terbentuk akan mengekstrak ion hidrogen dari lipida lain
(R1H) membentuk hidroperoksida (ROOH) dan molekul radikal lipida baru (R1*).
Selanjutnya reaksi autooksidasi ini akan berulang sehingga merupakan reaksi
berantai. Tahap terakhir oksidasi lipida adalah tahap terminasi, dimana
hidroperoksida yang sangat tidak stabil terpecah menjadi senyawa organik berantai
pendek seperti aldehit, keton, alkohol dan asam.
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipida adalah (a)
panas, setiap peningkatan suhu sebesar 10oC laju kecepatan meningkat dua kali,
(b) cahaya, terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat, (c)
logam berat, logam terlarut seperti Fe,Cu merupakan katalisator kuat meski dalam
jumlah kecil, (d) kondisi alkali, kondisi basa, ion alkali merangsang radikal bebas, (e)
tingkat ketidak jenuhan, jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul lipida
berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi, sebagai contoh asam
linoleat lebih rentan dibanding asam oleat (+) ketersediaan oksigen (Buch, 1991).
Penambahan antioksidan (AH) primer dengan konsentrasi rendah pada lipida dapat
menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi lemak dan minyak. Penambahan
tersebut dapat menghalangi reaksi oksidasi pada tahap inisiasi maupun propagasi
(Gambar 1). Radikal-radikal antioksidan (A*) yang terbentuk pada reaksi tersebut
relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat bereaksi dengan
molekul lipida lain membentuk radikal lipida baru (Gordon, 1990). Menurut Hamilton
(1983), radikal-radikal antioksidan dapat saling bereaksi membentuk produk non
radikal.
Inisiasi ; R* + AH ————————–RH + A*
Radikal lipida
AH + O2 —————————– A* + HOO*
Studi lebih lanjut mengamati bahwa ketika atom hidrogen labil pada suatu
antioksidan tertentu diganti dengan deuterium, antioksidan tersebut menjadi tidak
efektif. Hal ini menunjukkan bahwa mekanisme penghambatan dengan pemberian
hidrogen lebih baik dibanding pemberian elektron. Beberapa peneliti percaya bahwa
pemberian hidrogen atau elektron merupakan mekanisme utama, sementara
pembentukan kompleks antara antioksidan dengan rantai lipida adalah reaksi
sekunder.
Antioksidan sekunder, seperti asam sitrat, asam askorbat, dan esternya, sering
ditambahkan pada lemak dan minyak sebagai kombinasi dengan antioksidan primer.
Kombinasi tersebut dapat memberi efek sinergis sehingga menambah keefektifan
kerja antioksidan primer. Antioksidan sekunder ini bekerja dengan satu atau lebih
mekanisme berikut (a) memberikan suasana asam pada medium (sistem makanan),
(b) meregenerasi antioksidan utama, (c) mengkelat atau mendeaktifkan kontaminan
logam prooksidan, (d) menangkap oksigen. (e) mengikat singlet oksigen dan
mengubahnya ke bentuk triplet oksigen (Gordon, 1990).
Antioksidan sebaiknya ditambahkan ke lipida seawal mungkin untuk menghasilkan
efek maksimum. Menurut Coppen (1983), antioksidan hanya akan benar-benar
efektif bila ditambahkan seawal mungkin selama periode induksi, yaitu suasana
periode awal oksidasi lipida terjadi dimana oksidasi masih berjalan secara lambat
dengan kecepatan seragam.
Stress oksidatif sendiri berarti keadaan tidak seimbangnya jumlah oksidan dan
prooksidan dalam tubuh, Pada kondisi ini, aktivitas molekul radikal bebas atau
spesies oksigen reaktif (SOR) dapat menimbulkan kerusakan seluler dan genetika.
Kekurangan zat gizi dan adanya senyawa xenobiotik dari makanan atau lingkungan
yang terpolusi akan memperparah keadaan tersebut.
Peran antioksidan bagi kesehatan tubuh telah banyak mendapat perhatian dari
banyak kalangan ilmuwan sejak beberapa dasawarsa lalu. Ratusan penelitian
antioksidan telah dilaporkan pada forum – forum publik. Di lain pihak, keinginan
masyarakat awam untuk memperoleh khasiat antioksidan pun tak kalah
serunya.”Demam Antioksidan “ini selain terlihat jelas oleh munculnya produk
antioksidan komersial mulai dari pangan fungsional hingga suplemen dalam waktu
singkat, juga terlihat jelas pada keinginan orang untuk berkunjung ke negeri sakura
dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Saat ini tersedia beragam jenis minuman
dan makanan kaya antioksidan. Ada yang sekedar memfortifikasi (memperkaya)
produk dengan komponen-komponen aktif antioksidan dan bahkan ada pula yang
langsung memanfaatkan bahan baku yang kaya akan antioksidan.
Pencernaan dan Antioksidan
Secara terus-menerus, tubuh kita mengalami proses oksidasi setiap hari yang akan
menghasilkan radikal bebas. Namun demikian, pembawa radikal bebas dan SOR
yang dominan berasal dari makanan dan minuman yang kita konsumsi.
Contoh sederhana sumber makanan pembawa radikal bebas adalah makanan yang
digoreng dengan minyak goreng yang telah digunakan berulang, seperti makanan
jajanan tahu, pisang, tempe, bakwan goreng, dan lain-lain.
Hasil penelitian pada pertengahan tahun 80-an yang menunjukkan bahwa beta
karoten mampu mengurangi resiko kanker paru-paru, merupakan ide awal perhatian
terhadap keterkaitan antioksidan dalam menghambat penyakit ini. Mekanisme
aktivitas antitumor atau kanker dengan senyawa kimia dapat melalui 3 cara yaitu :
menghambat bioktifikasi karsinogenesis, menutup jalur pembentukan sel ganas
(blocking agent) oleh antioksidan, serta menekan dan memanipulasi hormon (Okey
dkk,1998 dan Disitir Widjaya, 2003). Jadi aktivitas antioksidan, selain dapat
mencegah autooksidasi yang menghasilkan radikal bebas dan SOR, juga dapat
menekan proliferasi (perbanyakan) sel kanker.
Hasil oksidasi lemak pada makanan ternyata mempunyai dampak yang signifikan
terhadap kesehatan manusia yang mengkonsumsinya. Sehingga mengetahui dan
mengerti tentang pencegahan proses oksidasi ini sangat diperlukan yang pada
gilirannya sangat bermanfaat pada pemeliharaan kesehatan setiap individu. Begitu
pula dengan mengetahui berbagai macam jenis antioksidan yang ada di alam serta
manfaatnya bagi kesehatan tubuh sangat membantu kita dalam mengatur pola
makan untuk mendapatkan tubuh sehat dan bugar serta cantik alami.
Jenis Antioksidan
Secara garis besar terdapat 3 jenis antioksidan yang ada di bumi yaitu:
Enzim ialah jenis antioksidan yang diproduksi oleh tubuh yang berasal dari protein
dan mineral yang dikonsumsi lewat makanan. Enzim bekerja dengan cara
bersintesis dengan zat lain dan dapat mengubah molekul satu ke molekul yang
lainnya.
Bahan utama enzim ialah protein dan terbentuk berkat bantuan beberapa zat
mineral seperti tembaga, selenium, zat besi, magnesium dan zinc. Kualitas enzim
sangat bergantung pada jenis makanan yang masuk ke dalam tubuh. Itulah
sebabnya perlu menjaga pola makan sehat agar proses pembentukan enzim dan
metabolisme bisa berjalan dengan baik pula.
Vitamin
Vitamin juga termasuk antioksidan yang diperoleh dari makanan, vitamin ini tidak
dapat diproduksi tubuh dan hanya didapatkan dari asupan nutrisi yang masuk ke
dalam tubuh. Tidak semua vitamin masuk kategori antioksidan, hanya vitamin A, C,
E, asam folat dan betakaroten yang dapat mencegah kerusakan dan memperbaiki
sel tubuh.
Fitokemikal
Jenis antioksidan ini sebenarnya digunakan oleh tumbuhan dalam melindungi diri
dari radikal bebas. Kabar baiknya setelah diteliti, manfaat ini juga bisa dirasakan
oleh manusia. Caranya dengan cukup mengkonsumsi tumbuhan yang diketahui
memilki zat fitokemikal ini. Fitokemikal sendiri terbagi atas 4 jenis yakni karotenoid,
flavonoid, polifenol dan alil sulfida.
Karotenoid
Flavonoid
Polifenol
Alil Sulfida
Berdasarkan Fungsinya
Adapun berdasarkan fungsinya yaitu:
Antioksidan Primer
Enzim ini sangat berperan penting dalam mencegah kerusakan sel dan
jaringan tubuh. Berfungsi juga dalam menghambat perubahan negatif akibat
radikal bebas. Jenis antioksidan ini dapat bekerja dengan bantuan zat mineral
lain seperti seng, mangan, selenium dan tembaga. Contoh antioksidan primer
ialah enzim katalase, enzim superoksida dismutase, enzim glutation
dimustase.
Antioksidan Sekunder
Jenis antioksidan ini memutus rantai dari pengaruh negatif radikal bebas. Jika
pengaruhnya sudah terlanjur terjadi, maka antioksidan sekunder akan
memutus alurnya agar tidak makin menyebar dana bertambah besar akibat
buruka dari radikal bebas ini. Contoh antioksidan sekunder ialah betakaroten,
vitamin C dan vitamin E.
Antioksidan Tersier
Jenis yang ini fungsinya memperbaiki sel yang sudah rusak, enzim yang
termasuk dalam kategori ini misalnya metonin yang berfungsi dalam
memperbaiki DNA pada inti sel yang rusak. Antioksidan terseir sangat
bermanfaat dalam proses penyembuhan seperti paksa operasi atau pada
orang yang terkena kanker. Contoh antioksidan tersier ialah enzim metionin
sulfoksida reduktase.
Oxygen Scavanger
Antioksidan jenis ini mengikat oksigen sehingga tidak terlibat dalam proses
oksidasi. Contohnya pada vitamin C dan E.
Manfaat Antioksidan
Adapun manfaat antioksidan yang diantaranya yaitu:
DAFTAR PUSTAKA
1.https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-gizi/
2. https://www.dosenpendidikan.co.id/antioksidan-adalah/
3.
https://www.medicinesia.com/kedokteran-dasar/metabolik-endokrin/keseimban
gan-energi-dan-pengaturan-suhu/