Tujuan BPUPKI
Jepang membentuk BPUPKI karena semakin terdesak dalam perang dan ingin mempertahankan
sisa-sisa kekuatannya dengan meraih dukungan rakyat Indonesia. Karena Jepang tahu rakyat
Indonesia ingin merdeka, maka Jepang menjanjikan kemerdekaan itu dan membentuk BPUPKI
sebagai upaya melaksanakan janjinya. BPUPKI beranggotakan 67 orang yang terdiri dari 60 orang
Indonesia dan tujuh orang Jepang yang bertugas mengawasi.
Ketuanya Radjiman Wedyodiningrat dan wakil ketua Hibangase Yosio (Jepang) serta Soeroso.
memiliki tugas utama yaitu mempelajari dan menyelidiki hal penting yang berhubungan dengan
berbagai hal yang menyangkut pembentukan Negara Indonesia.
Sidang BPUPKI
Sidang pertama tersebut dilaksanakan di Gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6, Jakarta yang
Sekarang menjadi Gedung Pancasila.
Sidang diawali pada 29 Mei 1945 dengan tema Dasar Negara. Pada hari itu Mohammad Yamin
menyampaikan lima asas, yaitu:
Peri Kebangsaan
Peri Kemanusiaan
Peri Ketuhanan
Peri Kerakyatan
Kesejahteraan Rakyat (keadilan sosial)
Kemudian tanggal 31 Mei 1945, Soepomo memberikan usulan lima asas sebagai berikut:
Persatuan
Kekeluargaan
Keseimbangan lahir batin
Musyawarah
Keadilan rakyat
Soekarno juga mengusulkan lima asas yang saat ini disebut Pancasila pada 1 Juni 1945, yaitu:
Kebangsaan Indonesia
Kelima asas dari Soekarno disebut Pancasila yang menurut beliau dapat diperas menjadi Trisila
atau Tiga Sila yaitu:
Sosionasionalisme
Sosiodemokrasi
Ketuhanan dan Kebudayaan
PPKI
Pembentukan PPKI
Bom atom yang dijatuhkan sekutu di Hiroshima pada 6 Agustus 1945 makin menyudutkan Jepang
dalam perang. Mengetahui posisi Jepang yang melemah dan nasib Indonesia yang tidak jelas, para
tokoh nasional terus mendesak kemerdekaan. Untuk melunasi janji kemerdekaannya, perwira tinggi
AD Jepang di Saigon, Hisaichi Terauchi menyetujui pembentukan Dokuritsu Junbi Iinkai atau PPKI.
Tugas PPKI adalah melanjutkan tugas BPUPKI dan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. PPKI
diketuai Soekarno dengan wakilnya, Mohammad Hatta. Sementara anggotanya berjumlah 21 orang.
Anggotanya terdiri dari 12 wakil dari Jawa, tiga dari Sumatera, dua dari Sulawesi, serta masing-
masing satu dari Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan satu perwakilan etnis Tionghoa.
Sidang PPKI Dikutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dalam perjalanannya,
PPKI melakukan tiga kali sidang. Sidang ini baru digelar setelah proklamasi kemerdekaan.
Akhirnya, pada 29 Agustus 1945 PPKI dibubarkan bersamaan dengan pelantikan anggota Komite
Nasional Indonesia Pusat.