Anda di halaman 1dari 7

BALOK SKDN

Disusun oleh

Juan Setiaji 030.05.286

Heni Diana 030.07.105

Kelurahan Mampang Prapatan

Bulan November 2012

1
Data Penimbangan

A. Jenis Data
1. Jumlah balita (S) yang ada di wilayah kelurahan Mampang
2. Jumlah balita yang memiliki Kartu Menuju Sehat (K)
3. Jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada bulan penimbangan
4. Jumlah balita yang naik berat badannya (N) pada bulan penimbangan
5. Jumlah anak balita Bawah Garis Merah (BGM)

B. Sumber Data
Data diperoleh dari hasil pemantauan pertumbuhan balita setiap bulan di posyandu
yang ada di kelurahan/wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Mampang

C. Periode Waktu
1. Setiap bulan dikumpulkan melalui Posyandu (November 2012)
2. Setiap hari, untuk kasus BGM yang datang ke petugas kesehatan (bidan desa) dan
ke pelayanan kesehatan di kelurahan Mampang

D. Pengolahan
Dalam Pengolahan penghitungan N dan D harus benar. Misalnya seorang anak
setelah ditimbang mengalami kenaikan berat badan 0,1 kg, ketika data berat badan
tersebut dipindahkan ke KMS ternyata tidak naik mengikuti pita warna, pada contoh
ini anak tidak dikelompokkan sebagai balita yang mengalami kenaikan BB (lihat buku
pemantauan pertumbuhan).
Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya S,K,D,N atau dalam
bentuk proporsi misalnya N/D, D/S, K/S dan BGM/D untuk masing – masing
Posyandu.
Biasanya setelah melakukan kegiatan di Posyandu atau di pos penimbangan
petugas kesehatan dan kader Posyandu (petugas sukarela) melakukan analisis SKDN.
Analisisnya terdiri dari,
1. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Penimbangan Balita
Yaitu jumlah balita yang ditimbang dibagi dengan jumlah balita yang ada di
wilayah kerja Posyandu atau dengan menggunakan rumus (D/S x 100%), hasilnya
minimal harus mencapai 80% , apabila dibawah 80% maka dikatakan partisipasi

2
masyarakat untuk kegiatan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan berat
badan sangatlah rendah. Hal ini akan berakibat pada balita tidak akan terpantau
oleh petugas kesehatan ataupun kader Posyandu dan memungkinkan balita ini
tidak diketahui pertumbuhan berat badannya atau pola pertumbuhan berat
badannya.
2. Tingkat Liputan Program
Yaitu jumlah balita yang mempunyai KMS dibagi dengan jumlah seluruh balita
yang ada di wilayah Posyandu atau dengan menggunakan rumus (K/S x 100%).
Hasil yang didapat harus 100%. Alasannya balita – balita yang telah mempunyai
KMS telah mempunyai alat instrument untuk memantau berat badannya dan data
pelayanan kesehatan lainnya. Apabila tidak digunakan atau tidak dapat KMS
maka pada dasarnya program POSYANDU tersebut mempunyai liputan yang
sangat rendah atau bias juga dikatakan balita yang seharusnya mempunyai KMS
karena memang mereka (Balita) masih dalam fase pertumbuhan ini telah
kehilangan kesempatan untuk mendapat pelayanan sebagaimana yang terdapat
dalam KMS tersebut. Khusus untuk Tingkat Kehilangan Kesempatan ini
menggunakan rumus ((S-K)/S x 100%), yaitu jumlah balita yang ada di wilayah
Posyandu dikurangi Jumlah balita yang mempunyai KMS, hasilnya dibagi dengan
jumlah balita di wilayah posyandu tersebut, semakin tinggi Presentasi Kehilangan
Kesempatan, maka semakin rendah kemauan orang tua balita untuk dapat
memanfaatkan KMS. Padahal KMS sangat baik untuk memantau pertumbuhan
berat badan balita atau juga pola pertumbuhan berat badan balita.
3. Indikator lainnya
Adalah (N/D x 100%) yaitu jumlah balita yang naik berat badannya dibandingkan
dengan jumlah seluruh balita yang ditimbang. Sebaiknya semua balita yang
ditimbang harus mengalami peningkatan berat badannya.
4. Indikator Lainnya dalam SKDN adalah indicator Drop-Out , yaitu balita yang
sudah mempunyai KMS dan pernah dating menimbang berat badannya tetapi
kemudian tidak pernah dating lagi di Posyandu untuk selalu mendapatkan
pelayanan kesehatan. Rumusnya yaitu jumlah balita yang telah mendapatkan
KMS dikurangi dengan jumlah balita yang ditimbang, dan hasilnya dibagi dengan
balita yang mempunyai KMS ((K-D)/K x 100%)
5. Indikator lainnya dalam SKDN adalah indicator perbandingan anatara jumlah
balita yang status gizinya berada di Bawah Garis Merah (BGM) dibagi dengan

3
banyaknya jumlah balita yang ditimbang pada bulan penimbangan (D). rumusnya
adalah (BGM/D x 100%).

E. Penyajian
1. Pemyajian dalam bentuk table dan grafik
2. Di tingkat desa dapat ditampilkan table SKDN dan table proporsi D/S, N/D, K/S
dan BGM/D menurut Posyandu pada grafik 1.

4
Grafik 1. Balok SKDN Puskesmas Kelurahan Mampang

Bulan November 2012

1400

1200

1000

800 S
K

600 D
N

400

200

0
Nov-12

Keterangan

November 2012
S : 1292
K : 1292
D : 1145
N : 849
BGM: 0

5
Proporsi D/S, N/D, K/S, BMG/D, (K-D)/K wilayah cakupan puskesmas kelurahan Mampang
pada bulan November 2012.

Rumus November 2012

D/S 88,6%

N/D 74,1%

K/S 100%

D/K 88,6%

BGM/D 0%

(K-D)/K 11,3%

ANALISA SKDN

Dari data-data yang telah didapatkan untuk setiap indikator kemudian dilakukan analisis
SKDN. Analisis SKDN terdiri dari :

1. Tingkat partisipasi masyarakat dalam penimbangan balita yaitu jumlah balita yang
ditimbang dibagi dengan jumlah balita yang ada diwilayah kerja posyandu atau
dengan menggunakan rumus (D/S x 100%) hasilnya minimal harus mencapai 80%
apabila dibawah 80 % maka dikatakan pertisipasi masyarakat untuk kegiatan
pemantauan pertumbuhan dan perkembangan berat badan sangat rendah. Di
Puskesmas Kelurahan Mampang di dapatkan presentasi tingkat pastisipasi bulan
November 88,6%. Hasil ini menunjukan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam
penimbangan berat badan balita di kelurahan mampang bulan November mencapai
target pencapaian. Hal ini akan berakibat menunjukkan hasil yang baik pada balita
dan pertumbuhannya terpantau oleh petugas kesehatan dan memungkinkan balita di
wilayah ini baik pertumbuhannya.

6
2. Tingkat liputan program yaitu jumlah balita yang mempunyai KMS dibagi dengan
jumlah seluruh balita yang ada di wilayah posyandu atau dengan menggunakan rumus
(K/S x 100 %), hasil yang dicapai harus 100%. Pada hasil perhitungan yang
didapatkan di kelurahan mampang pada bulan November didapatkan 100%. Hasil
tersebut sangat baik bagi balita yang masih dalam fase pertumbuhan karena balita
tersebut telah mendapat pelayanan sebagaimana yang terdapat dalam KMS tersebut.
3. Indikator-indikator lainnya dalam SKDN adalah (N/D x 100%) yaitu jumlah balita
yang naik berat badannya dibandingkan dengan jumlah seluruh balita yang ditimbang.
Pada kelurahan Mampang di dapatkan hasil pada bulan November sebesar 74,1%.
Hasil ini menunjukkan hampir rata-rata 74% balita yang ditimbang berat badannya
meningkat, pencapaian ini cukup baik dimana seharusnya seluruh balita yang
ditimbang mengalami peningkatan berat badan.
4. Indikator lainnya adalah Indikator Drop Out yaitu balita yang sudah mempunyai KMS
dan pernah datang menimbang berat badannya tetapi kemudian tidak pernah datang
lagi di posyandu untuk selalu mendapatkan pelayanan kesehatan. Rumusnya adalah
jumlah balita yang telah mendapat KMS dibagi dengan jumlah balita ditimbang
hasilnya dibagi dengan balita yang punya KMS yaitu (K-D)/ K x 100 %. Pada
kelurahan Mampang di dapatkan presentase drop out pada bulan November sebesar
11.3%. Hasil ini menunjukan bahwa presentase dropout di kelurahan Mampang masih
cukup besar.
5. Indikator lainnya dalam SKDN adalah perbandingan antara jumlah balita yang status
gizinya berada di Bawah Garis Merah (BGM) dibagi dengan banyaknya jumlah balita
yang ditimbang pada bulan penimbangan (D). Dari hasil perhitungan didapatkan
jumlah balita yang berada yang berada di bawah garis merah pada bulan November
0% di Puskesmas Kelurahan Mampang, hal ini menunjukkan tidak ada balita di
kelurahan Mampang yang berada di bawah garis merah, dan pertumbuhan balita
sangat baik, walaupun demikian hal ini tetap memerlukan perhatian khusus dari
tenaga kesehatan untuk menangani balita bila ada pertumbuhan di bawah garis merah.

Anda mungkin juga menyukai