Anda di halaman 1dari 34

BUKU RUJUKAN MANAGEMAN

LPPBIFBWD

Mengacu pada
PANDUAN MANAGEMEN
ASSOSIASI PELAKSANA PROYEK PJUTS INDONESIA (AP3I)

LEMBAGA PENGELOLA PROYEK


BADAN KONGRES INTERNASIONAL FORUM BUDAYA
DAN WARISAN DUNIA

TAHUN 2021
PANDUAN MANAGEMEN
ASSOSIASI PELAKSANA PROYEK PJUTS
INDONESIA (AP3I)
KOMUNIKASI
AP3I melakukan interaksi
dengan berbagai kelompok
pemangku kepentingan
pelaksana proyek dan fokus
untuk perencanaan jangka
KOMPREHENSIF panjang pemasangan PJUTS
AP3I memahami tentang kemungkinan
perubahan Program managemen
pelaksana proyek percepatan pemasangan KOORDINASI
PJUTS yang dapat terjadi. AP3I menyatukan pemaham
umum pelaksana proyek dari
permasalahan percepatan
pemasangan PJUTS

KOMITMEN
KONSENSUS
arah atau tindakan/aksi yang
AP3I membentuk gambaran yang
harus dilakukan managemen
jelas tentang arah atau
pelaksana proyek pada
tindakan/aksi yang harus dilakukan
percepatan pemasangan PJUTS
managemen pelaksana proyek
untuk percepatan Pemasangan
PJUTS
SAMBUTAN

Alhamdulillah dengan memanjatkan Puji dan Syukur atas


kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan Hidayah-
Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan
menyusun Pedoman ini..
Dalam tata informasi pelaksanaan program AP3I, terdapat
sejumlah dokumen dan produk hukum yang berkaitan dengan
kebijakan penyelenggaraan Managemen Pelaksana Proyek
distribusi dan pemasangan PJUTS di Indonesia, yaitu UUD
1945, Peraturan Pemerintah republik Indonesia Nomor 79
Tahun 2014 Tentang Kebijakan Energi Nasional, Perpres
22/2017: Rencana Umum Energi Nasional, Permen ESDM No
50 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan EBT Untuk Listrik yang
Terjangkau Oleh Rakyat dan Ramah Lingkungan, Permen
ESDM No. 50/2017 tentang Pemanfaatan Sumber Energi
Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik, Permen ESDM
NO 38 Tahun 2016 tentang Percepatan Elektrifikasi di
Perdesaan, Permen ESDM No. 38/2016 tentang Percepatan
Elektrifikasi di Perdesaan Belum Berkembang, Terpencil,
Perbatasan, dan Pulau Kecil, Berpenduduk melalui
Pelaksanaan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Skala
Kecil, Permen ESDM No. 12/2018 tentang perubahan atas
Permen No. 39/2017 tentang Pelaksanaan Kegiatan Fisik
Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (mekanisme berdasarkan
usulan Pemda) dan Peraturan menteri pekerjaan Umum Nomor
154/KPTS/M/2016 Tentang Penetapan Asosiasi Perusahaan
dan Professi yang memenuhi persyaratan untuk menjadi
kelompok unsur Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
Tingkat Nasional Periode 2016 -2020 serta Visi Misi AP3I dan
yang terakhir adalah Naskah pedoman AP3I dalam bentuk
“buku Panduan Managemen Assosiasi Pelaksana Proyek
PJUTS Indonesia”. Muara dari seluruh informasi, dokumen dan
arahan itu adalah Kebijakan Strategis Pembangunan
Managemen Pelaksana Proyek PJUTS Nasional, yang
merupakan pedoman arah, prioritas dan kerangka kebijakan
pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi distribusi dan
pemasangan PJUTS terpadu untuk Pelaksana Proyek PJUTS
tahun 2021-2025.
Mengikuti arahan pembangunan PLTS sebagaimana
digariskan dalam Rencana Pembangunan PLTS dan
dirumuskan strateginya, maka naskah akademik “buku
Panduan Managemen Assosiasi Pelaksana Proyek PJUTS
Indonesia” disusun fokus pada informasi managemen
Pelaksana Proyek PJUTS kepada seluruh anggota AP3I.
Tujuan penting yang hendak dicapai dengan penyusunan
naskah ”buku Panduan ini ” adalah memberikan dukungan
informasi dan landasan pelaksanaan proyek dan juga
memberikan tahapan pencapaian atau ”roadmap” dari strategi
pembangunan Proyek distribusi dan pemasangan PJUTS
terpadu.
Diharapkan melalui pemahaman dan melaksanakannya arahan
Buku ini seluruh pihak yang berkepentingan dengan Pelaksana
Proyek distribusi dan pemasangan PJUTS di Indonesia, baik
pemerintah, swasta, perguruan tinggi maupun lembaga litabang
dapat memanfaatkan sebaikbaiknya informasi yang
disampaikan, untuk diterapkan sebagai bagian strategi yang
disusun oleh masing-masing institusi. Dengan begitu akan
mampu mendukung percepatan Keamanan Ketersediaan
PJUTS IndonesiaTahun 2021 – 2025.

Jakarta,………… 2021
KETUA UMUM
ASSOSIASI PELAKSANA PROYEK PJUTS INDONESIA
ttd
(……………………………)
Daftar Isi
1. LATARBELAKANG
2. DASAR HUKUM
3. PENJELASAN UMUM
3.1. Visi
3.2. Misi
3.3. Tujuan
3.4. Sasaran AP3I
3.5. Metodologi
3.6. Roadmap
3.7. Strategi
1) Pertama – tahap ketahanan administrasi pelaksana
proyek (2021)
2) Kedua – Tahap kreasi kemandirian pelaksanaan
proyek (2022-2023)
3) Ketiga – tahap percepatan kemandirian (2023-
2025)
3.8. Rekomendasi Kebijakan
3.9. Prakondisi dan Indikator Keberhasilan
Prakondisi
Indikator Input
Indikator Proses
Indikator Output
Indikator Outcome

LAMPIRAN

A. DOKUMEN MASTERPLAN DISTRIBUSI DAN


PEMASANGAN PJUTS AP3I INDONESIA
B. DOKUME MANAGEMEN PROYEK AP3I
C. DOKUMEN DAFTAR ANGGOTA PELAKSANA PROYEK
PJUTS INDONESIA
1. LATARBELAKANG

Potensi Energi Surya untuk penerangan di Indonesia cukup


besar. Instalasi tidak terlalu rumit, dan dapat diterapkan secara
sentralisasi atau desentralisasi, serta dapat diterintegrasikan
pada jalan jalan desa tertinggal. Dari sisi teknologi
pengembangan solar PV saat ini cukup cepat sehingga mampu
mendorong harga teknologi solar cell semakin murah, dan
semakin rendahnya biaya EPC untuk membuat listrik dari PV.
Selain itu, adanya dukungan kebijakan/regulasi terkait fasilitas
perpajakan untuk pembangkit tenaga listrik dari Tenaga Surya.
Disisi yang lain, tantangan pengembangan pemasangan
teknologi energi surya terletak pada managemen pelaksana
Kerja Proyeknya . Faktanya Potensi Energi Surya cukup besar,
dan tersebar; sehingga Pembangkit Listrik Penerangan Jalan
Umum Tenaga Surya (PLPJUTS) bersifat intermitten: Untuk
sistem off grid diperlukan teknologi penyimpanan daya yang
lebih handal membutuhkan, back up pembangkit; selain itu
PLPJUTS tidak dapat ditransportasikan (harus dibangkitkan di
lokasi setempat dan terbatasnya kemampuan sistem jaringan
menyerapan PLPJUTS;. AP3I meninjau peluang dan tantangan
ekselerasi pembangunan PLPJUTS dari Pelaksana Kerja
Proyek yang memerlukan pembinaan dan pengawasan
penerapan teknologi. Dalam hal ini, AP3I membuat managemen
proyek yang akan dikordinasikan, disingkronisasikan dan
diintegrasi pada pelaksana proyek khususnya untuk PJUTS.
Diharapkan dengan dukungan managemen AP3I akan
meningkatkan ekselerasi pelaksanaan proyek pemasangan
PJUTS.

2. DASAR HUKUM

2.1. Peraturan Pemerintah republik Indonesia Nomor 79


Tahun 2014 Tentang Kebijakan Energi Nasional
2.2. Perpres 22/2017: Rencana Umum Energi Nasional
2.3. PERMEN ESDM NO 50 TAHUN 2017 tentang
Pemanfaatan EBT Untuk Listrik yang Terjangkau Oleh
Rakyat dan Ramah Lingkungan
2.4. Permen ESDM No. 50/2017 tentang Pemanfaatan
Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga
Listrik
2.5. Permen ESDM NO 38 Tahun 2016 tentang Percepatan
Elektrifikasi di Perdesaan
2.6. Permen ESDM No. 38/2016 tentang Percepatan
Elektrifikasi di Perdesaan Belum Berkembang, Terpencil,
Perbatasan, dan Pulau Kecil, Berpenduduk melalui
Pelaksanaan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk
Skala Kecil
2.7. Permen ESDM No. 12/2018 tentang perubahan atas
Permen No. 39/2017 tentang Pelaksanaan Kegiatan Fisik
Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (mekanisme
berdasarkan usulan Pemda)
2.8. Peraturan menteri pekerjaan Umum Nomor
154/KPTS/M/2016 Tentang Penetapan Asosiasi
Perusahaan dan Professi yang memenuhi persyaratan
untuk menjadi kelompok unsur Lembaga Pengembangan
Jasa Konstruksi Tingkat Nasional Periode 2016 -2020

3. PENJELASAN UMUM
.
Potensi dan implementasi pengembangan energy surya 34
provinsi yang dapat direalisasikan secara teknik sekitar
207,8GW. Dalam perencanaan pemerintah Rasio Elektrifikasi
sebesar 85% (delapan puluh lima persen) pada tahun 2015 dan
mendekati sebesar 100% (seratus persen) pada tahun 2020.
Sebagai mana disebutkan dalam Peraturan Pemerintah republik
Indonesia Nomor 79 Tahun 2014 Tentang Kebijakan Energi
Nasional, perlu diprioritaskan Penyediaan Energi bagi
masyarakat yang belum memiliki akses terhadap Energi listrik
baik untuk PJU, rumah tangga, transportasi, industri, dan
pertanian; Untuk mewujudkan keseimbangan keekonomian
Energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, prioritas
pengembangan Energi nasional didasarkan pada prinsip
memaksimalkan penggunaan Energi Terbarukan dengan
memperhatikan tingkat keekonomian; Dalam Perpres 22/2017:
Rencana Umum Energi Nasional bahwa acuan indicator dari
potensi surya per provinsi yang dapat dikembangkan untuk
penyediaan listrik pada table 1.
Table 1. Ppotensi Tenaga Surya Per Provinsi
Sedangkan acuan indicator dari rencara pengembangan surya
per provinsi berdasarkan konsumsi listrik provinsi per kapita
tahun 2015 sampai tahun 2025 ditunjukkan table 2.

Table 2 . Indikasi Rencana Pengembangan Surya per Provinsi


Tahun 2015 -2025
Lima tahun terakir pencapaian rasio elektrifikasi meningkat 15
% (limabelas persen). Realisasi implementasi tenaga listrik dari
energy surya hingga 2021 baru sekitar 2 persen atau sekitar
9,32 GW dari potensi tenaga surya 207,8GW. Dari kondisi ini
pemerintah melakukan akselerasi Pengembangan Pembangkit
Listrik Tenaga Surya di Indonesia untuk mengujudkan
penyediaan listri dengan tenaga surya. Untuk mendukung
rencana Pemerintah tersebut, AP3I melakukan langkah
dukungan dari Program pengembangan dan penarapan
(Probangrap) Managemen Pelaksana Proyek distribusi dan
pemasangan PJUTS terpadu. Program ini bersifat bantuan
kepada masyarakat untuk mempercepat realisasi “Indonesia
Terang” dari Penerangan jalan umum desa tertinggal.

3.1. Visi
Terwujudnya ketersediaan penerangan jalan umum dengan
tenaga surya (PJUTS) yang didukung kemampuan Managemen
Pelaksana Proyek distribusi dan pemasangan PJUTS secara
terpadu.

3.2. Misi
3.9.1. Menyusun kebijakan dan strategi Program pengembangan
dan penarapan (Probangrap) Managemen Pelaksana
Proyek distribusi dan pemasangan PJUTS terpadu untuk
mendukung dan menjamin ketersediaan penerangan jalan
jalan yang dilalui masyarakat.
3.9.2. Meningkatkan kemampuan Pelaksana Proyek dalam
bidang penerangan Tenaga Surya
3.9.3. Mengoptimalkan Probangrap Managemen Pelaksana
Proyek distribusi dan pemasangan Teknologi penerangan
Tenaga Surya terpadu untuk mendapatkan manfaat
dengan nilai tambah bagi masyarakat indonesia
3.9.4. Melakukan Probangrap Managemen Pelaksana Proyek
distribusi dan pemasangan Teknologi penerangan
Tenaga Surya terpadu untuk mendorong penggunaan
sumber daya energi Surya dan pemanfaatannya .
3.9.5. Meningkatkan pemanfaatan hasil Probangrap
Managemen Pelaksana Proyek distribusi dan
pemasangan Teknologi penerangan Tenaga Surya
terpadu dalam pengelolaan Energi Tenaga Surya secara
berkelanjutan. .
3.9.6. Meningkatkan peran Probangrap Managemen Pelaksana
Proyek distribusi dan pemasangan Teknologi Energi
Tenaga Surya terpadu dalam penyediaan Penerangan
yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

3.3. Tujuan

3.3.1. Mempersiapkan arah dan tahapan pencapaian


pembangunan pemerataan PJUTS secara terpadu
yang mempertimbangkan perkembangan teknologi
dalam pemanfaatan sumber energi Surya .
3.3.2. Menjadi acuan bagi penyusunan strategi
pembangunan PJUTS secara terpadu di tingkat
pusat, daerah dan masyarakat dalam pemanfaatan
sumber energi surya.
3.3.3. Mewujudkan peran Program pengembangan dan
penarapan (Probangrap ) Managemen Pelaksana
Proyek distribusi dan pemasangan PJUTS terpadu
pada pembangunan yang berkesinambungan untuk
meningkatkan daya saing nasional.
3.4. Sasaran AP3I

a. Terwujudnya peran teknologi dan infrastruktur


penerangan bangsa sendiri guna mendukung bisnis
energy masyarakat.
b. Terwujudnya peran Probangrap Managemen
Pelaksana Proyek distribusi dan pemasangan
Teknologi penerangan Tenaga Surya terpadu untuk
mencapai rasio elektrifikasi jalan jalan masyarakat
c. Terwujudnya peran Probangrap Managemen
Pelaksana Proyek distribusi dan pemasangan
Teknologi penerangan Tenaga Surya terpadu dalam
meningkatkan pangsa penerangan tenaga surya
sekurang-kurangnya 50 % dari rencana pemerintah.
d. Digunakannya hasil Probangrap Managemen
Pelaksana Proyek distribusi dan pemasangan
Teknologi penerangan Tenaga Surya terpadu dalam
mendukung terwujudnya infrastruktur energy surya
yang mampu memaksimalkan akses masyarakat
terhadap penerangan dan pemanfaatannya untuk
meningkatkan ekonomi masyarakat.
e. Digunakannya hasil Probangrap Managemen
Pelaksanna Proyek distribusi dan pemasangan
Teknologi penerangan Tenaga Surya terpadu dalam
meningkatkan peran sumber daya manusia dalam
industri teknologi penerangan tenaga surya.
f. Digunakannya hasil Probangrap Managemen
Pelaksana Proyek distribusi dan pemasangan
Teknologi penerangan Tenaga Surya terpadu untuk
memenuhi 100% kebutuhan listrik masyarakat yang
tidak terjangkau jaringan PLN.

3.5. Metodologi

Penetapan langkah strategis Probangrap Managemen


Pelaksana Proyek distribusi dan pemasangan Teknologi
penerangan Tenaga Surya terpadu adalah menggunakan
metoda Teknologi Peta Jalan sebagai salah satu alat
stratejik dalam peramalan Program untuk pencapaian
keberhasilan penyediaan penerangan. Peta jalan tersebut
untuk membantu mengidentifikasi kebijakan kunci yang
harus dikondisikan AP3I dan langkahlangkah yang harus
dilakukan mengembangkan managemen untuk
keberhasilan penyediaan penerangan nasional. .
Dengan Penetapan Peta Jalan Managemen Pelaksana
Proyek distribusi dan pemasangan Teknologi
penerangan Tenaga Surya terpadu diharapkan dapat
menimbulkan:

Komunikasi:
AP3I melakukan interaksi dengan berbagai
kelompok pemangku kepentingan dan fokus
untuk perencanaan jangka panjang penerangan
tenaga surya
Koordinasi:
AP3I menyatukan pemaham umum pelaksana
proyek dari permasalahan distribusi dan
pemasangan Teknologi penerangan Tenaga
Surya terpadu PJUTS

Konsensus dan Komitmen::


AP3I membentuk gambaran yang jelas tentang
arah atau tindakan/aksi yang harus dilakukan
untuk distribusi dan pemasangan Teknologi
penerangan Tenaga Surya terpadu PJUTS

Komprehensif:
AP3I memahami tentang kemungkinan
perubahan Probangrap distribusi dan
pemasangan Teknologi penerangan Tenaga
Surya terpadu PJUTS yang dapat terjadi.

Metodologi dan Langkah yang dilakukan dalam


pembuatan peta jalan sebagai Probangrap Managemen
pelaksana Proyek distribusi dan pemasangan Teknologi
penerangan Tenaga Surya terpadu adalah sebagai
berikut:
1) Konsultasi: AP3I Konsultasi dengan para pakar dan
berbagai pihak pemangku kepentingan Pelaksana
Proyek PJUTS.
2) Scenario planning: AP3I memilih yang sederhana
yaitu skenario “Keterpurukan Penerangan ” sebagai
dasar.
3) Critical Program: AP3I memilih program penentu yang
dapat mempengaruhi Managemen Pelaksana Proyek
distribusi dan pemasangan Teknologi penerangan
Tenaga Surya terpadu .

Diharapkan dengan Peta Jalan tersebut sebagai dasar


yang kuat untuk pengambil keputusan sumber dana.
Semua itu membutuhkan kerjasama antara pemerintah,
lembaga pemilik dana dan pemilik proyek

3.6. Roadmap

Transformasi penguasaan Managemen Pelaksana


Proyek distribusi dan pemasangan Teknologi
penerangan Tenaga Surya terpadu perlu diupayakan
agar dapat memacu tumbuhnya kemandirian dalam
upaya menciptakan pembaharuan Program secara
keseluruhan.
Untuk mencapai tingkat itu dibutuhkan peningkatan
kapasitas dan kapabilitas yang dapat “membuktikan”
bahwa aktivitas penguasaan dan pemberdayaan
Managemen Proyek distribusi dan pemasangan
Teknologi penerangan Tenaga Surya terpadu pasti
akan memberikan sumbangsih bagi Bangsa Indonesia.
Oleh karena itu diperlukan waktu (4 tahun) untuk
melakukan investasi secara berkelanjutan sebelum
dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
masyarakat.

Untuk itu ditetapkan AP3I pembuatan peta jalan,


sehingga dapat :
a. Diprediksi dengan cermat capaiannya, dengan
menggunakan indikator yang jelas, menggunakan
asumsi dasar yang sah.
b. Diidentifikasi critical Program dan jarak yang ada
antara Program yang ada saat ini dan yang akan
dikembangkan kemudian.
c. Ditingkatkan kerja sama dan kemitraan melalui
tukar menukar Program.
d. Diwujudkan suatu konsensus untuk bergerak
maju dalam Managemen Pelaksana Proyek
distribusi dan pemasangan Teknologi
penerangan Tenaga Surya terpadu.
3.7. Strategi

Dengan tahapan pencapaian AP3I yang jelas, maka


dapat ditetapkan Managemen Pelaksana Proyek
distribusi dan pemasangan Teknologi penerangan
Tenaga Surya terpadu. yang strategis dari berbagai
cabang program yang memiliki keterkaitan yang luas
dengan kemajuan Pelaksanaan Proyek distribusi dan
pemasangan Teknologi penerangan Tenaga Surya
terpadu secara menyeluruh, atau ,berpotensi memberikan
dukungan yang besar bagi kesejahteraan Pelaksana
Proyek dan masyarakat, serta peningkatan kehidupan
kemanusiaan.
Menyadari jalan yang ditempuh pada pelaksanaa proyek
cukup kompleks maka dalam Pedoman AP3I Pelaksana
Proyek, akan ditempuh sesuai dengan kerangka perioritas
waktu yang bertahap, yaitu:

1). Pertama – tahap ketahanan administrasi pelaksana


proyek (2021)

Tahap ketahanan administrasi yang dilakukan pada


tahap pertama dengan indikator menjadikan
Managemen Pelaksana Proyek distribusi dan
pemasangan Teknologi penerangan Tenaga Surya
terpadu sebagai elemen kunci untuk tahap kedua. Pada
tahap ini pelaksana proyek mencapai kemandirian
melaksanakan proyek yang mampu meningkatkan nilai
tambah ekonomi di bidang energi.
Untuk mencapai kemandirian mencakup:

a. Penguasaan Probangrap Managemen Proyek


distribusi dan pemasangan Teknologi penerangan
Tenaga Surya terpadu bidang Penerangan.
Penyediaan Penerangan sesuai sesuai dengan uji
administrasi yang telah direncanakan.

b. Penerapan Managemen Proyek distribusi dan


pemasangan Teknologi penerangan Tenaga
Surya terpadu dinyatakan dengan proyek
percontohan pemasangan 10 unit PJUTS

2) Kedua – Tahap kreasi kemandirian pelaksanaan


proyek (2022-2023)

Tahap kreasi kemandirian pelaksanaan distribusi dan


pemasangan Teknologi penerangan Tenaga Surya
terpadu dengan indikator utama tercapai kemandirian
mencakup:
a. Penerapan managemen pelaksana proyek distribusi
dan pemasangan Teknologi penerangan Tenaga
Surya terpadu dengan pelaksanaan pemasangan
Power Plan 5000 unit PJUTS yang disebut
PP5000PJUTS.
b. Peningkatan Probangrap managemen pelaksana
proyek distribusi dan pemasangan Teknologi
penerangan Tenaga Surya terpadu untuk
menunjang pemenuhan infrastruktur energy tahap
terakir yaitu pelaksanaan pemasangan sesuai denga
target dalam masterplan.
c. Pengujian dilakukan dalam pelaksana proyek
distribusi dan pemasangan Teknologi penerangan
Tenaga Surya terpadu sebagai elemen kunci
managemen pelaksana proyek distribusi dan
pemasangan Teknologi penerangan Tenaga Surya
terpadu masterplan

3) Ketiga – tahap percepatan kemandirian (2023-2025)

Tahap percepatan kemandirian dan kesejahteraan


berbasis dukungan managemen pelaksana proyek
distribusi dan pemasangan sesuai Masterplan dalam
waktu 4 tahun, dengan indikator utama tumbuh dan
berkembangnya kehidupan sosial, ekonomis dan budaya
berbasis Knowledge Based Economy-KBE dan
masyarakat yang inovatif (innovative society). Penguatan
pilar ’Knowledge Based Economy-KBE’ menjadi tumpuan
dalam jangka panjang, yaitu:
a. Sistem Penyediaan Penerangan, yang menjamin
masyarakat dapat memanfaatkan managemen
pelaksana proyek distribusi dan pemasangan
Teknologi penerangan Tenaga Surya terpadu secara
luas,
b. Sistem Inovasi, yang memungkinkan pengusaha kecil
dan kalangan bisnis menerapkan secara komersial
hasil managemen AP3I,
c. Infrastruktur ICT, yang menjamin masyarakat dapat
melakukan akses secara efektif terhadap informasi
sistem penerangan,
d. Kerangka kelembagaan, peraturan perundang-
undangan dan suasana yang kondusif, yang menjamin
kemantapan lingkungan makro ekonomi, persaingan,
lapangan kerja dan keamanan sosial.

Untuk mencapai sasaran ditetapkan strategi, yaitu:

a. Pentahapan managemen pelaksana proyek distribusi


dan pemasangan Teknologi penerangan Tenaga
Surya terpadu
b. Pentahapan struktur managemen pelaksana proyek
distribusi dan pemasangan Teknologi penerangan
Tenaga Surya terpadu yang kompetitif sesuai dengan
aturan dan permintaan pasar yang berlaku secara
konsisten untuk mewujudkan industri penerangan yang
efisien
c. Pemanfaatan managemen pelaksana proyek distribusi
dan pemasangan Teknologi penerangan Tenaga
Surya terpadui dengan memperhatikan kelompok
masyarakat tidak mampu;
d. Pemanfaatan managemen pelaksana proyek distribusi
dan pemasangan Teknologi penerangan Tenaga Surya
terpadu yang dapat bersaing sesuai dengan
mekanisme pasar agar dicapai harga yang paling
menguntungkan bagi konsumen dan produsen.
e. Pemanfaatan managemen pelaksana proyek distribusi
dan pemasangan Teknologi penerangan Tenaga Surya
terpadu yang menjadi pilihan yang kompetitif pada sisi
produsen untuk melayani kepentingan konsumen
sehingga konsumen mempunyai banyak pilihan
f. Pemanfaatan managemen pelaksana proyek distribusi
dan pemasangan Teknologi penerangan Tenaga Surya
terpadu
g. Pemberdayaan Daerah dalam pengembangan
managemen pelaksana proyek distribusi dan
pemasangan Teknologi penerangan Tenaga Surya
terpadu
h. Mengembangkan perencanaan pengembangan
managemen pelaksana proyek distribusi dan
pemasangan Teknologi penerangan Tenaga Surya
terpadu berbasis daerah sebagai bagian dari
perencanaan energi nasional dengan memprioritaskan
energi terbarukan
i. Pengembangan infrastruktur managemen pelaksana
proyek distribusi dan pemasangan Teknologi
penerangan Tenaga Surya terpadu
j. Mengembangkan infrastruktur managemen pelaksana
proyek distribusi dan pemasangan Teknologi
penerangan Tenaga Surya yang terpadu terutama di
daerah yang tingkat konsumsi penerangan tinggi.
k. Meningkatkan kemitraan pemerintah dan swasta dalam
pengembangan infrastruktur managemen pelaksana
proyek distribusi dan pemasangan Teknologi
penerangan Tenaga Surya terpadu
l. Probangrap managemen pelaksana proyek distribusi
dan pemasangan Teknologi penerangan Tenaga Surya
terpadu untuk peningkatan efisiensi Penerangan
m. Probangrap managemen pelaksana proyek distribusi
dan pemasangan Teknologi penerangan Tenaga Surya
terpadu dalam Demand Side Management (DSM)
melalui peningkatan efisiensi pemanfaatan listrik tenaga
suriya, penerapan standar dan pengendalian
pemakaian Penerangan
n. Probangrap managemen pelaksana proyek distribusi
dan pemasangan Teknologi penerangan Tenaga Surya
terpadu dalam Supply Side Management (SSM)
melalui peningkatan kinerja pembangkit yang sudah
ada, jaringan transmisi dan distribusi listrik tenaga surya
o. Pemanfaatan managemen pelaksana proyek distribusi
dan pemasangan Teknologi penerangan Tenaga Surya
terpadu dalam meningkatkan peran industri penerangan
nasional
p. Menyiapkan sumber daya manusia dalam negeri yang
andal di bidang penerangan
q. Meningkatkan penguasaan teknologi penerangan yang
mengutamakan industri manufaktur nasional
r. Meningkatkan kemampuan perusahaan nasional dalam
industri penerangan
s. Peningkatan kegiatan Probangrap untuk investasi oleh
dunia usaha (industri dan jasa):

1) Peningkatan keberdayaan masyarakat dengan


pengembangan kapasitas managemen pelaksana
proyek distribusi dan pemasangan Teknologi
penerangan Tenaga Surya terpadu.
2) Melembagakan kemampuan managemen pelaksana
proyek distribusi dan pemasangan Teknologi
penerangan Tenaga Surya terpadu dalam
pemberdayaan masyarakat; ,
3) Menciptakan kelembagaan managemen pelaksana
proyek distribusi dan pemasangan Teknologi
penerangan Tenaga Surya terpadu secara
kemitraan dalam rangka pengembangan sarana dan
industri Penerangan tenaga surya
4) Meningkatkan kelembagaan managemen pelaksana
proyek distribusi dan pemasangan Teknologi
penerangan Tenaga Surya terpadu terhadap
peranan swadaya masyarakat, usaha kecil
menengah dan koperasi dalam industri penerangan
tenaga surya
3.8. Rekomendasi Kebijakan

Agar sasaran dan strategi pencapaian Pedoman


Managemen pelaksana Proyek distribusi dan
pemasangan Teknologi penerangan Tenaga Surya
terpadu dapat tercapai langkah kebijakan yang ditempuh
adalah melaksanakan Probangrap Managemen Proyek
distribusi dan pemasangan Teknologi penerangan
Tenaga Surya terpadu dan pemanfaatan Managemen
Proyek distribusi dan pemasangan Teknologi
penerangan Tenaga Surya terpadu yang beriorientasi
pada Penerangan yang diikuti oleh langkah pendukung
yang antara lain:

a. Meningkatkan dukungan Managemen pelaksana


Proyek distribusi dan pemasangan Teknologi
penerangan Tenaga Surya terpadu pada kelompok
kemiteraan Pelaksana Proyek .
b. Mempermudah akses bagi Mitera Pelaksana ke
fasilitas penyedia Managemen Proyek distribusi dan
pemasangan Teknologi penerangan Tenaga Surya
terpadu, termasuk pemanfaatan kapasitas untuk
peningkatan keterampilan tenaga kerja.
c. Menajamkan prioritas kegiatan Probangrap pada
sektor Penerangan.
d. Mengembangkan atau memperkuat hubungan antara
pelaksana proyek PJUTS, khususnya yang
berdampak pada peningkatan penguasaan
Managemen Proyek distribusi dan pemasangan
Teknologi penerangan Tenaga Surya terpadu,.
e. Menyusun skema insentif untuk mempercepat difusi
Managemen Proyek distribusi dan pemasangan
Teknologi penerangan Tenaga Surya
terpadu,khususnya dari hasil litbang dalam negeri
bidang energi
f. Meningkatkan dukungan Managemen Proyek
distribusi dan pemasangan Teknologi penerangan
Tenaga Surya terpadu, untuk menunjang daya saing
sektor produksi energi, serta sektor yang berpotensi
untuk memberikan dampak ekonomi yang luas.
g. Meningkatkan peran AP3I, pengembangan dan
rekayasa sebagai mitra dunia usaha/industri untuk
mengembangkan kemampuan inovasi pelaku
usaha/industri, serta mendorong pembangunan
kelembagaan Managemen Proyek distribusi dan
pemasangan Teknologi penerangan Tenaga Surya
terpadu di daerah.
h. Mempersiapkan prasarana untuk standar mutu,
membina sumber daya manusia dan memberdayakan
organisasi profesi ilmiah.
3.9. Prakondisi dan Indikator Keberhasilan

Prakondisi

1) Tercapai kesamaan persepsi dan adanya dukungan


dari seluruh sektor terkait/pemangku kepentingan
terhadap pemanfaatan hasil Probangrap .
2) Komitmen pemerintah dalam mengalokasikan
anggaran yang memadai untuk kegiatan
Probangrap ).
3) Adanya komitmen dari pihak swasta untuk
meningkatkan rasio kontribusi anggaran non
pemerintah untuk kegiatan Probangrap .
4) Komitment pelaku pelaksana Proyek untuk
melaksanakan Probangrap secara terencana,
sungguh-sungguh, konsisten dan tepat waktu.
5) Adanya kebijakan fiskal, moneter dan peraturan
perundangan yang berpihak pada masyarakat dan
UKM bidang Penerangan.
6) Meningkatnya budaya masyarakat cinta produksi
dalam negeri, hemat energi dan tidak konsumtif.

Indikator Input

1) Tersusun perencanaan Probangrap yang saling


mendukung/komplemen antar kelembagaan
Managemen Proyek distribusi dan pemasangan
Teknologi penerangan Tenaga Surya terpadu.
2) Alokasi anggaran yang memadai dari setiap unit
Probangrap yang terkait dengan bidang
penerangan tenaga surya. .
3) Alokasi dana Probangrap melalui program insentif,
program kompetitif dan sejenisnya untuk
pelaksanaan Probangrap yang mendukung
pedoman AP3I.
4) Tersedia SDM yang kompeten dan memadai untuk
mendukung pelaksanaan Pedoman AP3I.

Indikator Proses

1) Tercipta iklim yang kondusif terhadap pelaksanaan


Probangrap
2) Ada motivasi yang kuat dari SDM dalam
pelaksanaan Probangrap.
3) Terealisasi inovasi dalam Probangrap yang
mengacu pada Pedoman AP3I.
4) Terlaksana monitoring dan evaluasi terhadap
pelaksanaan Pedoman AP3I
5) Terdokumentasikan dengan baik hasil
pelaksanaan Pedoman AP3I.

Indikator Output

1) Peningkatan kuantitas dan kualitas hasil


Probangrap.
2) Peningkatan jumlah publikasi dan jumlah patent.
3) Paket teknologi dan model implementasi yang
mendukung ketersedian penerangan meningkat
jumlahnya.
4) Diseminasi hasil Probangrap yang mendukung
ketersediaan penerangan terjadi.
5) Akses informasi terhadap hasil Probangrap ke
seluruh stakeholder meningkat.

Indikator Outcome

1) Tersedia dan dipakai hasil Probangrap (teknologi,


inovasi, dan kebijakan) pada tingkat pengguna.
2) Tersedia lapangan kerja baru di bidang produksi
dan distribusi penerangan.
3) Terwujudnya budaya cinta produk dalam negeri
dan hemat energy penerangan.
4) Meningkatnya kualitas lingkungan hidup dan
kesejahteraan masyarakat.
5) Tersedia penerangani untuk seluruh lapisan
masyarakat.

LAMPIRAN

A. DOKUMEN MASTERPLAN DISTRIBUSI DAN


PEMASANGAN PJUTS AP3I INDONESIA
B. DOKUME MANAGEMEN PROYEK AP3I
C. DOKUMEN DAFTAR ANGGOTA PELAKSANA
PROYEK PJUTS INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai