Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan

Sampel Hasil Pengamatan % Kadar Air dan Kadar Abu

B-C
% K. Air = X 100%
B-A
Bunga Tapak Dara = 51-50,06 X 100%
51-46
(Catharantus
= 0,94 X 100%
roseus L.) 5
= 18,8 %
Kadar Air

% K. Abu = M1 – M2 X 100%
Z
Akar Sirih 52,5 – 41,2
= X 100%
(Piper betle radix) 5
11,3 X 100%
=
5
= 226 %

Kadar Abu
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan mengenai kadar air dan
kadar abu total dimana menurut Noviati (2002), kadar air merupakan banyaknya
air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen yang
mempengaruhi penampakan dan teksur dari suatu sampel, sedangkan menurut
Astuti (2012), kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau
mineral yang terdapat pada suatu sampel. Prinsip dari percobaan kadar air adalah
untuk mengukur kadar air yang berada daalam simplisia dilakukan dengan cara
yang tepat diantara cara titrasi, destilasi ataupun gravimetric, sedangkan prinsip
percobaan pengujian kadar abu yaitu simplisia dipanaskan pada temperatur
dimana senyawa organik dan turunannya terdekstruksi dan menguap, sehingga
tinggal unsur mineral dan anorganik. menurut Muchtadi. D (2005), dilakukan
pengujian kadar air dan kadar abu bertujuan untuk mengetahui kandungan
komponen yang tidak mudah menguap yang tetap tinggal pada pembakaran dan
pemijaran senyawa organik.
Adapun sampel yang kami gunakan pada percobaan kali ini yaitu Bunga
Tapak Dara (Catharantus roseus L.) untuk pengujian kadar air dan Akar Sirih
(Piper betle radix) untuk pengujian kadar abu.
4.2.1 Kadar Air
Langkah pertama yang dilakukan pada pengujian kadar air yaitu dengan
menyiapkan alat dan bahan, kemudian membersihkan alat dengan menggunakan
alkohol 70% dimana menurut Anief (2005), alkohol 70% memiliki khasiat
sebagai desinfektan yang berfungsi menghancurkan atau mengurangi
pertumbuhan mikroorganisme patogen/parasit pada permukaan benda mati
sedangkan antiseptik berupa zat atau substansi yang menghentikan atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen/parasit pada permukaan
benda hidup/mahkluk hidup.
Selanjutnya, ditimbang sampel bunga tapak dara (Catharantus roseus L.)
sebanyak 5 gram dimana menurut Sangi (2013), penimbangan penting dilakukan
untuk menghindari kesalahan saat pengukuran bobot/massa suatu bahan yang
akan ditimbang. Kemudian dibungkus cawan porselin dengan menggunakan
alumunium foil karena menurut Atmojo (2013), cawan porselin harus dibungkus
dengan alumunium oil terlebih dahulu untuk menghindari keretakan dan untuk
melindungi paparan oksigen, bau, kuman dan cahaya.
Langkah selanjutnya, dimasukan cawan porselin kedalam oven untuk
dikeringkan selama 10 menit pada suhu 105oC. Menurut Estiasi (2012),
dikeringkannya cawan porselin di dalam oven agar kotoran-kotoran yang
tertinggal didalam cawan porselin akan hilang karena oven mampu menyerap zat-
zat yang tertinggal dalam suatu benda. Kemudian diangkat cawan porselin setelah
10 menit dan didinginkan menggunakan desikator dimana menurut Huda (2008),
karena desikator terbuat dari bahan pengering seperti gel silika, maka pengaruh
uap air selama proses pengeringan dapat diserap oleh silika gel tersebut. Setelah
proses pengeringan dalam desikator, timbang cawan porselin untuk dicatat
hasilnya sebagai berat massa cawan porselin kosong.
Selanjutnya, dimasukan sampel daun tapak dara (Catharantus roseus L.)
yang telah ditimbang kedalam capor. Langkah selanjutnya, dimasukan cawan
yang telah berisi sampel kedalam oven selama 10 menit dimana menurut
Hariyanti (2004), tujuan dimasukannya sampel kedalam oven adalah untuk
menghilangkan air yang ada pada sampel. Setelah 10 menit, cawan porselin yang
berisi sampel kemudian diangkat dan dimasukan kedalam desikator untuk
didinginkan. Langkah selanjutnya, ditimbang cawan yang berisi sampel dan
dihitung kadar air dari sampel.
Pada pengujian kadar air yang dilakukan dengan menggunakan sampel
tapak dara (Catharantus roseus L.) didapatkan hasil persen kadar air yaitu 18,8%.
Nilai ini tidak memehuni syarat persen kadar air karena menurut Depkes RI
(1995), Jumlah kadar air maksimum simplisia serbuk umumnya tidak lebih dari
10%.
4.2.2 Kadar Abu
Langkah pertama yang dilakukan pada pengujian kadar abu yaitu dengan
menyiapkan alat dan bahan, kemudian membersihkan alat dengan menggunakan
alkohol 70% dimana menurut Anief (2005), alkohol 70% memiliki khasiat
sebagai desinfektan yang berfungsi menghancurkan atau mengurangi
pertumbuhan mikroorganisme patogen/parasit pada permukaan benda mati
sedangkan antiseptik berupa zat atau substansi yang menghentikan atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen/parasit pada permukaan
benda hidup/mahkluk hidup.
Selanjutnya, ditimbang sampel akar sirih (Piper betle radix) sebanyak 5
gram dimana menurut Sangi (2013), penimbangan penting dilakukan untuk
menghindari kesalahan saat pengukuran bobot/massa suatu bahan yang akan
ditimbang. Kemudian, dimasukan cawan porselin kedalam oven untuk
dikeringkan selama 10 menit pada suhu 105oC. Menurut Estiasi (2012),
dikeringkannya cawan porselin di dalam oven agar kotoran-kotoran yang
tertinggal didalam cawan porselin akan hilang karena oven mampu menyerap zat-
zat yang tertinggal dalam suatu benda. Kemudian diangkat cawan porselin setelah
10 menit dan didinginkan menggunakan desikator dimana menurut Huda (2008),
karena desikator terbuat dari bahan pengering seperti gel silika, maka pengaruh
uap air selama proses pengeringan dapat diserap oleh silika gel tersebut. Setelah
proses pengeringan dalam desikator, timbang cawan porselin untuk dicatat
hasilnya sebagai berat massa cawan porselin kosong.
Selanjutnya, dimasukan sampel akar sirih (Piper betle radix) yang telah
ditimbang kedalam capor. Dimasukan cawan yang telah berisi sampel kedalam
oven selama 10 menit dimana menurut Hariyanti (2004), tujuan dimasukannya
sampel kedalam oven adalah untuk menghilangkan air yang ada pada sampel.
Setelah 10 menit, cawan porselin yang berisi sampel kemudian diangkat dan
dimasukan kedalam desikator untuk didinginkan. Setelah didinginkan, cawan
porselin yang berisi sampel kemudian dipijarkan diatas api bunsen hingga berubah
menjadi abu yang berwarna putih atau abu-abu. Menurut redha (2010), pemijaran
dilakukan untuk mengetahui kandungan yang tidak mudah menguap yang tetap
tinggal pada pembakaran atau pemijaran senyawa organik karena semakin rendah
kadar abu, semakin tinggi kemurnianya.
Pada pengujian kadar abu yang dilakukan, didapatkan hasil persen kadar
abu pada sampel akar sirih (Piper betle radix) adalah 226%. Nilai ini tidak
memenuhi persyaratan kadar abu karena menurut Prabowo (2019), syarat kadar
abu total untuk simplisia akar sirih (Piper betle radix) yaitu kurang dari 10%.
Kemungkinan kesalahan pada pengujian kadar air dan kadar abu yaitu
terdapat kesalahan dalam penimbangan yang berpengruh pada perhitungan kadar
air dan kadar abu serta proses pemijaran yang kurang maksimal mengakibatkan
sampel kadar abu tidak menjadi abu yang berwarna putih ataupun abu-abu.
Dari hasil pengujian yang dilakukan baik kadar air maupun kadar abu,
masing-masing tidak memenuhi syarat dari standarisasi. Hal ini terjadi karena ada
kesalahan pada proses pembuatan simplisia yang mempengaruhi kadar air serta
kadar abu pada sampel.

Anda mungkin juga menyukai