Anda di halaman 1dari 12

JURNAL PEMBELAJARAN TUTORIAL 2.

1
Nama Blok : 7 (Respirasi)
Koordinator Blok : dr. Wiwien Sugih Utami M.Sc.
Tema Skenario : Sesak Napas dan Batuk
Pengampu Tutorial : dr. Pulong Wijang Pralampita Ph.D
Tanggal Tutorial : 30 Agustus 2021
SKENARIO 2

Klarifikasi Istilah
1. GCS
 Varel : GCS merupakan salah satu bentuk upaya penilaian derajat kesadaran. Ada
yang bersifat kualitatif (tidak dengan angka), kuantitatif (dengan angka, termasuk
GCS). GCS yang didapatkan E4V4M4. Terdapat beberapa penilaian. E mewakili Eye,
V mewakili verbal, M mewakili motorik. Poin rendah = 1, ketika tidak memberi
respon pada indikator E. terkait motorik, ketika diberi perintah untuk menggerakkan
tangan lalu pasien mengikuti dengan baik maka mendapat nilai 6, ketika tidak
melakukan perintah maka mendapatkan nilai 1. Normalnya GCS mendapatkan poin
15, pada skenario pasien mendapatkan GCS 12 maka masuk kedalam sporo koma.
 Mbak Iim : GCS digunakan untuk mengevaluasi respon pasien pada 3 aspek, mata
motorik dan verbal. E diberi nilai 1-4. 13 – 15 : cedera kepala ringan, tidak harus
dilakukan CT Scan, dievaluasi pupil. 9-12 : cedera kepala sedang, dilakukan CT Scan
kepala, dilihat airway. 3-8 : cedera kepala berat, ada perdarahan intrakranial. Cedera
kepala dibagi menjadi 3.

2. Pengembangan dada asimetris


 David : Kondisi terjadi pada seseorang apabila melakukan respirasi dengan
pengembangan dada tidak simetris. Ketidaksimetrisan terjadi karena keterlambatan
pengembangan dada atau salah satu sisi dada tidak mengembang
 Mbak Wiga : Bisa dilihat saat inspeksi, otot diafragma ada satu sisi yang tertinggal.
Biasanya disebabkan karena kecelakaan
3. Fremitus dada
 Ferli : Fremitus terjadi karena getaran suara yang berasal dari laring menjalar ke
bronkus dan mengakibatkan paru dan dinding dada ikut bergetar. Getaran yang dapat
didengar bila pemeriksa mendengarkannya di dada dan paru-paru disebut fremitus
vokal. Sedangkan bila getaran dapat dirasakan pemeriksa dengan cara mempalpasi
dinding dada ketika seseorang sedang berbicara disebut fremitus taktil. Pemeriksaan
fremitus taktil dapat berguna untuk memberikan informasi mengenai kepadatan
jaringan paru-paru dan rongga dada dibawahnya. Fremitus akan meningkat
menunjukkan paru mengalami konsolidasi. Fremitus menurun menunjukkan pleura
ada cairan / udara.
 Stefany : Fremitus meningkat diakibatkan konsolidasi atau peradangan pada alveolus,
menurun disebabkan karena emfisema, asma bronkial karena getaran suara yang
harusnya dihantarkan dihambat. Pada emfisema, alveolus harusnya mentransmisikan
getaran rendah tetapi tidak ditransmisikan dengan baik
4. Hemithorax
 Galuh : Hemotoraks adalah kumpulan darah dalam rongga pleura atau hematokrit
cairan pleura lebih dari 50%. Hemothoraks sebagian besar disebabkan oleh trauma
toraks. Meskipun lebih jarang, penyebab spontan dan iatrogenik atau vaskular dari
hemotoraks juga dapat terjadi. Perdarahan yang menyebabkan hemotoraks dapat
berasal dari dinding dada, pembuluh darah interkostal, arteri mamaria interna,
pembuluh darah besar, mediastinum, miokardium, parenkim paru, diafragma, atau
abdomen. Pilihan manajemen berkisar dari observasi hingga drainase perkutan
dan/atau pembedahan.
 Anganti : Hemothorax adalah efusi pleura yang mengandung darah. Hemithorax
adalah sebagian bagian dari thorax, contoh : hemithorax dextra dan hemithorax
sinistra.
 Stefany : Hemi = sebagian, thorax = dada. Sebagian dinding dada atau salah satu sisi
dari paru paru.
5. Suara dasar vesikuler
 Alya : Merupakan suara nafas dengan nada rendah dan lembut. Bunyi ini terdengar
saat inspirasi dan bisa berlanjut tanpa jeda saat ekspirasi. Bunyi inspirasi lebih lama
daripada ekspirasi. Normalnya terdengar pada sebagian besar paru.
 Fitranda : Intensitasnya bisa diukur. 0 = tidak ada suara dideteksi. 3 = normal. 2
kebawah bisa menunjukkan adanya patologi.
6. Perkusi redup
 Joya : Perkusi merupakan salah satu cara pemeriksaan dengan ketukan jari. Bisa
memberi informasi struktur organ. Ada 3 macam. Timpani = terdengar pada perkusi
diatas usus. Sonor = perkusi paru paru normal. Redup = perkusi hati. Bunyi yang
dihasilkan mencerminkan kemudahan getaran dinding tubuh. Karakteristik perkusi
redup yaitu intensitas, nada, durasi sedang, dan amplitudo rendah. Perkusi resup pada
dada menunjukkan efusi pleura, pneumonia, karena normalnya sonor.
 Stefany : Bertujuan untuk menentukan apakah area dibawah dada berisi udara atau
berisi cairan (suara tumpul atau redup), padat (suara datar). Perkusi redup
mengindikasikan saat pemeriksaan terdengar suara kurang jelas. Cairan lebih banyak
daripada udara. Terjadi karena infiltrat atau konsolidasi.
7. Swab antigen Covid 19
 Ayu : Untuk mendeteksi covid 19 ada beberapa pemeriksaan. Yang utama adalah
teknik pendekatan molekular. Rapid diagnostic test biasanya digunakan pada kasus
setelah kontak dengan pasien terkonfirmasi positif covid 19. pemeriksaan Saluran
napas bawah menggunakan sputum, aspirasi endotrakeal, dan BAL (Bronkoaleolar
Lavage). Alat : Ag respi-strip untuk mendeteksi ada atau tidak protein virus covid 19.
Antigen akan mengikat antibodi pada alatnya, bisa didapatkan dalam waktu 30 menit.
Baik digunakan pada fase akut. Viral load = banyaknya virus di tubuh. Alat akan
gampang mendetect virus ketika virus load tinggi. Agar lebih akurat menggunakan
pemeriksaan PCR
 Varel : Pemeriksaan covid 19 bisa menggunakan rapid test antibodi, antigen, dan
swab PCR. Pemeriksaan rapid test antibodi dengan terget deteksi antibodi pada darah,
hasil akan muncul pada rentang waktu 5-10 menit, bisa diguankan sebagai tes
tambahan. Antigen dengan target deteksi protein spesifik virus yang ada pada tubuh
dengan sampel swab nasofaring, hasil akan muncul kurang lebih 30 menit. Swab PCR
dengan target deteksi DNA dan RNA virus SARS COV-2 dengan swab nasofaring
dan orofaring, hasil akan muncul 1-2 hari setelah test. Rapid test antibodi tidak dapat
mendiagnosis tahapan awal. Rapid test antigen lebih simpel dan lebih akuran
dibandingkan antibodi, tetapi sensitivitas kurang jika dibandingkan PCR. Swab PCR
memiliki sensitivitas paling tinggi dengan prosedur paling kompleks
8. Pemeriksaan x-ray
 Fitranda : Sinar-X adalah gelombang elektromagnetik yang melewati tubuh dan ke
pelat sinar-X menciptakan gambar digital. Tulang dan logam apa pun di tubuh tampak
putih, jaringan lunak tampak abu-abu, dan udara apa pun di tubuh tampak hitam.
Pemeriksaan sinar-X adalah bentuk pencitraan diagnostik tertua tetapi tetap menjadi
salah satu yang terbaik. Pemeriksaan sinar-X sering digunakan sebagai pencitraan
dasar untuk memeriksa masalah medis. Penggunaan yang paling umum adalah untuk
mendiagnosis patah tulang; tetapi sinar-x juga digunakan untuk mendiagnosis kondisi
seperti, kelainan tulang, infeksi, radang sendi, kanker tulang, pneumonia, TBC,
pembesaran jantung, kanker paru-paru, masalah saluran pencernaan, dan adanya
benda asing.
9. Pemeriksaan CT Scan Thorax
 Mbak Wiga : CT-scan thoraks adalah pemeriksaan yang utama untuk
mengidentifikasi lesi pada paru-paru dan memiliki peran penting dalam mendiagnosis
klinis, pengamatan efek pengobatan, dan evaluasi prognostik penyakit. CT scan
menggunakan gantry dengan pancaran sinar-X dan detektor multipel yang berrotasi
dari berbagai arah, yang kemudian diproses melalui komputer dan menghasilkan
potongan-potongan gambar 2D yang sangat banyak, dan gambar ini bisa dibentuk dari
3 proyeksi yang berbeda sehingga dapat dibentuk ulang menjadi gambar 3D.
 Ayu : CT scan digunakan dalam berbagai indikasi klinis tergantung pada organ yang
akan dievaluasi. Indikasi untuk mendapatkan CT scan adalah membantu dokter dalam
menegakkan diagnosis, mempersempit diagnosis banding, dan mengurangi
kecurigaan dokter. CT scan pada bagian leher biasanya dilakukan untuk mengetahui
ada tidaknya tumor, massa jinak, nodul tiroid, limfadenopati. CT scan yang dilakukan
pada bagian dada biasanya digunakan untuk mengetahui ada tidaknya dan atau
kecurigaan pada penyakit tumor, pneumonia, metastasis, massa jinak, edema paru,
edema pleura, TBC (tuberkulosis), emboli paru.
10. Opasitas Bilateral
 Mbak Iim : Opasitas = Opasitas adalah suatu bayangan berwarna putih yang
tertangkap pada rontgen. Kondisi opasitas dapat menandakan adanya penebalan,
adanya bercak paru, hasil penurunan rasio gas terhadap jaringan lunak (darah,
parenkim, stroma) di paru. Bilateral = kedua sisi paru. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), arti kata opasitas adalah keadaan tidak tembus cahaya.
 Zalza : Opasitas adalah suatu bayangan berwarna putih yang tertangkap pada rontgen.
Kondisi opasitas dapat menandakan adanya penebalan, adanya bercak paru, dan lain-
lain. Bisa juga diartikan sebagai hasil penurunan rasio gas terhadap jaringan lunak
(darah, parenkim paru dan stroma) di paru. Bilateral : Kedua sisi paru
11. Confluent Ground Glass Opacity
 Anganti : Ground glass opacity : kondisi abnormal di paru – paru dengan hasil rontgen
putih. Normalnya berwarna hitam. Menandakan adanya pemadatan jaringan pada
paru – paru. Confluent : terlihat paru – paru seperti awan akan banyak warna putih.
 Galuh : Pola topografi kekeruhan ground-glass adalah temuan non-spesifik, dan
mungkin mencerminkan penebalan interstisial, pengisian parsial atau kolaps sebagian
alveoli, peningkatan suplai darah atau bahkan kombinasi dari temuan ini. Secara
radiografi, ini didefinisikan sebagai peningkatan densitas parenkim paru, tetapi
dengan mempertahankan tanda bronkovaskular, berbeda dari konsolidasi. Penyebab
kekeruhan ground-glass dapat dibagi menjadi akut dan kronis. Di antara penyebab
akut adalah infeksi (infeksi bakteri dan virus atipikal), perdarahan alveolar, edema
paru, kerusakan alveolar difus, emboli paru, dan beberapa neoplasma.
12. Konsolidasi
 Livia : Istilah yang mendeskripsikan ketika gambaran rontgen paru tampak putih atau
berawan. Pada kondisi normal, gambaran paru pada rontgen akan berwarna dominan
hitam, yang menandakan adanya udara di dalam paru-paru. Apabila gas tersebut
digantikan oleh cairan atau hal lain karena suatu penyakit, maka gambaran rontgen
akan menjadi putih, dan disebut sebagai konsolidasi paru. Konsolidasi terjadi ketika
adanya serbukan sel PMN,fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman di
alveoli.
 Ferliana : gambar rontgen bercak berawan pada lapang paru. Penyebab : pneumonia.
Ketika terjadi infeksi tubuh akan mengirim sel darah putih, sel darah putih dan bakteri
akan membentuk nanah dan memberikan gambaran konsolidasi.

Rumusan Masalah
1. Mengapa pasien mengalami keluhan sesak napas setelah demam sejak 2 hari yang lalu?
 Mbak Wiga : Demam merupakan respon alami dari tubuh untuk merespon adanya
inflamasi atau infeksi. Kemungkinan mengalami infeksi virus / bakteri. Bisa
menyebabkan sesak karena adanya kuman sehingga mengalami gangguan aliran dan
volume pada extrathorakal atau intrathorakal yang akan mengakibatkan obstruksi.
Terjadi sesak karena saat bakteri masuk akan menyerang nafas pada paru – paru. Akan
mengakibatkan alveolus kemasukkan bakteri sehingga bisa menyebabkan radang.
Ketika bakteri ada pada alveolus akan menyebabkan iritasi, udara tidak adequat,
sehingga menyebabkan sesak.
 Fitranda : Keluhan sesak napas : dispnea, bisa jadi kekurangan oksigen karena
respiratory ratenya pun meningkat. Pasien merupakan perokok aktif. Tidak ada
obstruksi. Covid 19 juga tidak. Lebih merujuk ke pneumonia dan pneumothorax.
Perokok merupakan salah satu supresi neutrofil sehingga mampu merusak epitel dan
memudahkan infeksi. Dari hasil keluhan juga bisa merujuk pada pneumothorax.
2. Mengapa pasien lebih nyaman dalam posisi duduk dibandingkan berbaring?
 Mbak Iim : Mengalami sesak napas dalam kondisi berbaring. Disebabkan karena
kelebihan cairan pada paru, pneumonia berat, dan penumpukan cairan disekitar paru
atau efusi pleura. Bisa disebabkan cairan pada perut. Pada penderita pneumonia,
alveolus mengalami infeksi sehingga akan penuh eksudat, ketika berbaring sputum
akan lebih susah dikeluarkan. Pada pasien edema paru, dalam keadaan berbaring,
darah akan lebih banyak kejantung tetapi tidak mampu memompa darah. Membuat
jumlah maksimal udara ke paru akan berkurang dan berakibat sesak nafas pada
pasien.
 Stefany : Orto : tegak. Terjadi ketika ada penumpukan cairan yang lebih dan
menyebabkan tekanan pada paru – paru, bisa disebabkan karena pneumonia, edema
paru, efusi pleura, maupun kelumpuhan diafragma. Ketika berbaring, jantung tidak
bisa memompa darah sehingga akan menumpuk pada ventrikel, atrium, dan kembali
pada paru – paru dan akan mengalami peningkatan tekanan.
3. Mengapa pasien mengalami batuk dahak selama 5 hari jernih, lalu berubah menjadi kental?
 Anganti : Terjadi akibat rangsangan reseptor batuk. Reseptor ada pada lambung,
perikardium, dan diafragma. Rangsangan ada karena benda asing yang masuk.
Sputum yang awalnya putih berubah menjadi kuning dan kental karena adanya
infeksi. Dahak kuning disebabkan karena adanya munculnya leukosit. Dahak kuning
muncul pada peradangan kronis.
 David : Setiap hari mucus diproduksi secara normal yang digunakan untuk
membersihkan silia dan epitel. Sesorang batuk karena abnormal produksi mucus (
berlebihan ), proses pembersihan tidak berjalan secara lancar. Produksi terlalu banyak
akan mengakibatkan penimbunan pada saluran bagian bawah. Mucus dikeluarkan
dari bagian bronchiolus. Warna kuning disebabkan karena adanya leukosit, yang
menandakan adanya infeksi. Ketika mucus dikeluarkan akan mengandung bakteri.
Menandakan infeksi bakteri, masih boleh diberikan antibiotik
 Livia : Gejala yang paling sering ditemukan pada penyakit saluran pernapasan.
Intensitas sering dan waktu lama mengindikasikan adanya gangguan pada saluran
pernapasan. Batuk produktif jika menghasilkan dahak, dahak dapat menunjukkan
infeksi atau peradangan pada saluran pernapasan. Warna kuning pada dahak
menunjukkan adanya infeksi pada pasien.
4. Mengapa pasien mengalami penurunan berat badan 10 kg dalam 1 bulan?
 Ayu : Gejala pasien dengan dugaan pneumonia. Hipoksia merupakan kondisi
kekurangan oksigen, paru – paru terus bekerja untuk mendapatkan oksigen sheingga
juga bisa menyebabkan takipnea, kebutuhan energi lebih banyak daripada nafas biasa
sehingga berat badan bisa menurun.
 Ferliana : Input nutrisi terganggu sehingga akan menyebabkan penurunan berat
badan. Kemungkinan pasien juga mengalami tbc, pada kondisi tbc akan terjadi
penguraian protein dan lemak pada otot berlebihan sehingga juga bisa menyebabkan
penurunan berat badan. Juga bisa disebabkan karena kanker paru – paru, penanganan
kemoterapi pada pasien kanker akan menyebabkan mual dan muntah, juga bisa
menyebabkan anoreksia. Terjadinya hipermetabolisme juga bisa menyebabkan
penurunan berat badan.
 Mbak Iim : Tbc merupakan infeksi akibat bakteri. Salah satu cirinya adalah penurunan
berat badan, tbc menekan sistem kekebalan tubuh saat kondisinya parah,
mempengaruhi hormon leptin. Konsentrasi leptin rendah dan ditekan produksinya,
leptin berguna untuk imunitas.
5. Apa hubungan rokok dengan kondisi pasien?

 Zalza : Rokok dapat merusak epitel dan menyebabkan iritasi pada mukosa sehingga
seseorang akan semakin mudah untuk terserang penyakit infeksius. Iritasi pada
mukosa mengakibatkan pembelahan sel yang terjadi lebih cepat, dimulai dari sel
basal, bermitosis keatas berubah bentuk lebih poligonal yaitu sel spinosum, terangkat
lebih ke atas menjadi lebih pipih dan bergranula menjadi sel granulosum. Merokok
menyebabkan perubahan struktur, fungsi saluran pernapasan dan jaringan paru.
Kebiasaan merokok akan mempercepat penurunan faal paru. Asap rokok dan zat
iritan lain akan mengaktifkan mikrofag dan sel epitel disaluran pernapasan yang
melepaskan neutrofil dan faktor kemotaktik termasuk interleukin-8 dan leukotrien
B4. Neutrofil dan makrofag kemudian melepaskan enzim protease yang
menghancurkan jaringan ikat di parenkim paru sehingga mengakibatkan terjadinya
emfisema dan juga merangsang hipersekresi mukus yang menyebabkan terjadinya
obstruksi saluran pernapasan.

Joya : Merokok bisa merusak mekanisme pertahanan dari mucus ciliary clearance.
Menyebabkan kolonisasi dari bakteri. Komponen asap rokok akan merangsang
perubahan sel penghasil mucus dan cilia, dan akan mengalami kelumpuhan.
Perubahan sel penghasil mucus akan menyebabkan penimbunan mucus kental dan
akan sulit dikeluarkan. Mucus akan menjadi sangat purulen dan menimbulkan
peradangan, edema, dan gangguan ventilasi.
 Galuh : Perokok aktif akan menyebabkan efek toxic pada tubuh. Perokok akan
menyebabkan meningkatkan Ig E yang meningkatkan reaksi hipersensitivtas,
memperburuk rhinitis, dan merusak pertahanan tubuh. Jalur paparan asap rokok :
apoptosis. Ketika LPS meningkat akan merubah komposisi sel imun sinonasal.
Peningkatan eosinofil menyebabkan keretanan inang meningkat dan menyebabkan
gangguan pada sekresi peptida antimikroba.
6. Mengapa pasien mengalami takikardi,takipnea, demam, dan penurunan saturasi oksigen?
Alyatul : Pasien mengalami saturasi oksigen sekitar 88% bisa disebabkan gangguan
atau infeksi pada paru – paru atau saluran pernafasan, pertukaran oksigen dan
karbondioksida terganggu. Tubuh akan melepaskan senyawa yaitu katekolamin
kedalam sirkulasi dan menyebabkan denyut jantung meningkat dan vasokontriksi
pembuluh darah. Pasien mengalami demam karena masuknya agen infeksius kedalam
tubuh dan merangsang makrofag.
 Varel : Tekanan darah pasien termasuk normal, pasien mengalami takipnea dan
demam. Saturasi oksigen pasien mengalami penurunan. gejala pasien mengarah pada
pneumonia. Pasien bisa jadi mengalami stress karena pada pemeriksaan GCS
mengalami gelisah. Stress mampu meningkatkan detak jantung sehingga terjadi
takikardi. Penurunan kadar oksigen pada darah maka jantung akan melakukan
kompensasi dengan cara jantung akan berdetak lebih cepat. Adanya inflamasi pada
alveolus maka akan terjadi berbagai penumpukan eksudat, leukosit, dan debris pada
alveolus yang seharusnya kosong agak difusi lebih mudah, tetapi penumpukan –
penumpukan tersebut akan menyebabkan saturasi oksigen turun karena kesulitan
untuk berdifusi antara oksigen dan karbondioksida. Adanya inflamasi pada interstisial
akan mengakibatkan gangguan pengangkutan oksigen dan akan menyebabkan
penurunan saturasi oksigen. Adanya infeksi akan menyebabkan demam, peningkatan
kemokin juga akan menyebabkan demam.
7. Mengapa pasien mengalami pengembangan dada asimetris bagian dextra?
 David : Dokter melakukan inspeksi untuk melihat deformitas. Kemungkinan :
fibrosis, obstruksi bronkus, efusi pleura, pneumothorax karena trauma atau
spontaneous pneumothorax. Pneumothorax karena trauma adanya lubang pada pleura
parietal menyebabkan gas bisa masuk dan tekanan udara pleura sama dengan atmosfer
sehingga paru paru dextra collapse dan menyebabkan dada dextra tidak mengembang.
Kemungkinan pasien mengalami spontan pneumonia primer atau sekunder. Primer
belum diketahui jelas penyebabnya. Pada pasien Spontan pneumonia sekunder
mengalami beberapa penyakit yang lain. Insidensi pneumothorax cukup tinggi pada
laki laki. Jika cavum pleura terisi cairan ( efusi pleura ), menyebabkan bagian dada
tidak bisa mengembang secara maksimal.
 Fitranda : pengembangan dada asimetris bisa disebabkan karena pneumonia atau
pneumothorax. symptom pasien mengarah pada pneumonia dan pneumothorax.
8. Mengapa pasien didapati fremitus raba pada dada kanan menurun?
 Zalza : Fremitus merupakan getaran suara pada dinding thorax akibat hantaran
getaran suara melalui bronkus dan parenkim paru. Apabila pada fremitus raba
didapatkan fremitus menurun maka kemungkinan pada pleura terdapat cairan yang
mengakibatkan jarak antara parenkim paru dan permukaan dada menjauh. Fremitus
taktil biasanya lebih intens di ruang interkostal kedua kanan, serta di daerah
interskapular. Fremitus taktil meningkat secara patologis pada area dengan
konsolidasi dan menurun atau tidak ada pada area efusi pleura atau pneumotoraks
(bila ada udara di luar paru di rongga dada, mencegah ekspansi paru). Alasan
peningkatan fremitus pada paru-paru yang terkonsolidasi adalah bahwa gelombang
suara ditransmisikan dengan peluruhan yang lebih sedikit dalam media padat atau cair
(konsolidasi) daripada dalam media gas (paru-paru aerasi). Sebaliknya, alasan
penurunan fremitus pada efusi pleura atau pneumotoraks (atau patologi apa pun yang
memisahkan jaringan paru itu sendiri dari dinding tubuh) adalah karena peningkatan
ruang ini mengurangi atau mencegah transmisi sepenuhnya
 Varel : Fremitus diklasifikasikan menjadi 2 yaitu fremitus raba dan fremitus dengar.
Fremitus raba dilakukan secara palpasi dan pasien diminta untuk mengucapkan kata
ninety nine dan dilakukan pengecekan suara yang akan menimbulkan getaran.
Seringkali ditimbulkan di dinding dada thorax. Suara atau getaran akan disalurkan
pada bronkus. Fremitus taktil dihasilkan dari suara yang ditransmisikan dari jaringan
paru. Penilaian terkait dengan perubahan intensitas yang dilakukan secara palpasi.
Fremitus turun menandakan adanya kelebihan udara yang ada pada paru – paru atau
penebalan dinding dada. Penebalan dinding dada mengakibatkan adanya jarak antara
dinding thorax dan permukaan sehingga fremitus akan cenderung tuurn. Alveolus
tidak bisa membedakan suara dengan frekuensi rendah atau tinggi sehingga bisa
memicu peningkatan fremitus.
 Stefany : Getaran menurun karena gangguan penebalan, peningkatan disebabkan
karena konsolidasi. Getaran pada cairan atau benda padat akan lebih cepat
dihantarkan daripada getaran pada udara.
9. Mengapa pada pasien didapati suara dasar vesikuler menurun?
 Alyatul : Suara vesikuler menurun ini dapat disebabkan adanya cairan ataupun udara
di rongga pleura. Cairan tersebut merupakan suatu rintangan/hambatan bagi bising
vesikuler sehingga alveolus tidak mengembang sempurna. Hal ini biasanya terjadi
pada efusi pleura, pneumothoraxs, ataupun emfisema paru.
 Ayu : Pada efusi pleura, getaran pada suara yang diteruskan jaraknya semakin jauh
sehingga menyebabkan suara dasar vesikuler menurun

10. Mengapa pada pasien didapati opasitas bilateral dominan pada 2/3 paru bagian bawah?
 Mbak Iim : Opak : warnanya putih. Adanya opasitas menandakan pada 2/3 paru paru
bagian bawah ada putih putih. Putih bercak menandakan adanya infeksi pada daerah
tersebut. Putih – putih berasal dari pus. Bisa juga 2/3 full yang menandakan adanya
efusi pleura.
 Galuh : Pneumonia adalah infeksi paru yang menyebabkan cairan eksudatif
menumpuk di parenkim paru. Opasitas bilateral 2/3 paru bawah dicurigai adanya efusi
paru atau pneumonia. Kemungkinan pasien tertular dari ayahnya. Kemungkinan
mengalami pneumonia akut.
11. Mengapa pada pasien didapati perkusi redup pada hemithorax kanan?
 Ferliana : Perkusi bertujuan untuk menggerakkan dinding dan menghasilkan suara
dan getaran yang bisa dirasakan. Suara paru normal perkusi = sonor. Jika didapatkan
perkusi redup maka menandakan adanya konsolidasi paru, jika pekak = cairan pada
rongga pleura.
 Joya : Kemungkinan adanya efusi pleura. Adanya cairan pada rongga pleura, akan
menghalangi getaran suara sampai ke permukaan dinding thorax. Cairan pada rongga
pleura menyebabkan perkusi redup pada dada pasien
12. Mengapa pasien didapati CT Scan thorax yang menunjukkan Confluent Ground Glass
Opacity pada lobus superior dextra dan medial lobus superior sinistra diikuti dengan
konsolidasi di lobus inferior bilateral?
 Anganti : Confluent : adanya bercak putih pada paru – paru yang menyerupai awan.
Normalnya warna hitam. GGO disebabkan karena peradangan. Alveolus mengalami
inflamasi sehingga akan menebal dan difusi mengalami gangguan. GGO merupakan
kondisi umum, bisa karena pneumonia. Pasien kanker paru – paru juga
memperlihatkan adanya GGO. Mix GGO : campuran Pure GGO dan Solid GGO.
Solid GGO akan memadat didalam paru – paru. Posisi GGO tergantung pada tempat
inflamasi.
 Mbak Wiga : Curiga terkena pneumonia lobaris. Pada penampakan CT menunjukkan
confluent GGO. Pada pneumonia lobaris, ada bakteri masuk ke alveolus dan akan
mengalami pelebaran saat terjadi inflamasi dan mengakibatkan adanya bercak inflitrat
disekitar bronkus. Emfisema termasuk dalam PPOK dimana banyak menyerang pada
usia tua, sedangkan pasien masih 35 tahun.
 Stefany : Menandakan sudah ada peningkatan kepadatan pada daerah lobus paru –
paru tersebut. Bisa diisi darah atau yang lain. Pada bagian konsolidadi lobus bilateral,
menandakan adanya terisi penuh dengan benda asing.
Learning Objective

Anda mungkin juga menyukai