Anda di halaman 1dari 3

Spirometri

Spirometri adalah metode untuk mengukur kapasitas fungsi paru-paru dan meneliti ventilasi
paru-paru dengan merekam volume pergerakan udara yang masuk dan keluar dari paru-paru.
Pemeriksaan fungsi paru-paru dapat dilakukan dengan menggunakan alat sederhana yang
dinamakan dengan siprometer. Spirometri paling sering digunakan untuk menilai fungsi paru-
paru pada manusia.19 Salah satu parameter untuk menentukan fungsi paru-paru pada spirometer
yaitu dengan menguji volume dinamis paru yakni Forced Vital Capacity (FVC) dan Forced
Expiratory Volume In One Second (FEV1). Forced Vital Capacity (FVC) adalah pengukuran
kapasitas vital pada saat ekspirasi dengan cepat dan semaksimal mungkin. Forced Expiratory
Volume In One Second (FEV1) adalah volume udara yang di ekspirasi dalam waktu 1 detik
pertama
selama Forced Vital Capacity (FVC) berlangsung. Secara keseluruhan, kapasital vital hampir
mendekati normal pada sejumlah penyakit respirasi. Akan tetapi, Forced Expiratory Volume In
One Second (FEV1) memiliki nilai diagnostik yang cukup tinggi karena akan mengalami
penurunan pada sejumlah penyakit respirasi. Nilai Forced Expiratory Volume In One Second
(FEV1) akan sangat banyak menurun pada penyakit obstruktif seperti asma dan emfisema. Pada
penyakit restriktif, nilai Forced Expiratory Volume In One Second (FEV1) hanya mengalami
sedikit penurunan.
Spirometer secara harfiah berarti “pengukuran napas seseorang.” Tujuan dari tes yang
merupakan salah satu tindakan yang paling sering dianjurkan untuk pasien dengan masalah paru-
paru ini, adalah untuk mengukur fungsi paru-paru, yaitu dalam hal volume dan aliran udara yang
dapat dihembuskan atau dihirup oleh seseorang. Data yang dihasilkan dari tindakan ini disebut
pneumotachographs, yang dapat digunakan untuk memeriksa dan menilai kondisi tertentu.
Tindakan pengujian ini dilakukan dengan menggunakan spirometer, yang mengukur volume dan
kapasitas udara yang dihembuskan dan dihirup oleh paru-paru, serta peredaran udara pada paru-
paru. Kebanyakan jenis spirometer dapat mengidentifikasi dua jenis pola peredaran udara yang
mungkin mengindikasikan kelainan pada paru -paru: restriktif dan obstruktif. Terdapat berbagai
jenis spirometer, yang menggunakan berbagai metode untuk mengukur aliran udara dan volume,
seperti meteran air, ultrasonic, dan tekanan transduser. Spirometer dapat menghasilkan dua jenis
grafik, yaitu: kurva volume waktu (dengan waktu dalam detik di sumbu x, dan volume dalam
liter di sumb u y) dan lingkaran aliran volum (representasi grafis dari total volum yang
terhirup/terhembus pada sumbu x dan tingkat aliran pada sumbu y) [11]. Terdapat dua cara untuk
melakukan pemeriksaan melalui alat spirometer, yaitu Relax Mode dan Forced Mode. Pada
pemeriksan Relaxed Mode pasien diminta untuk bernapas secara normal sebanyak 3 kali
(mouthpiece sudah terpasang dimulut) bernafas dengan normal, menarik napas dalam-dalam dan
kemudian dihembuskan secara perlahan dan maksimal. Sementara pada Forced Mode, pasien
diminta untuk menarik napas dalam-dalam sebelum mouthpiece dimasukkan ke dalam mulut dan
kemudian dihembuskan secara habis dan maksimal.
P. S. Wardana and R. Adil, “Spirometer Non-Invasive dengan Sensor
Piezoelektrik untuk Deteksi Kesehatan,” vol. 5, no. 2, pp. 188–206,
2017.
Bronkodilator
Bronkodilator dan kortikosteroid merupakan obat pilihan pertama yang digunakan pada pasien
PPOK. Bronkodilator dapat menyebabkan relaksasi otot polos jalur udara dan meningkatkan
pengosongan paru selama pernapasan. Tujuan pemberian terapi pada pasien PPOK adalah untuk
mencegah gagal nafas yang dapat berdampak pada kematian.

Bronkodilator adalah kelompok obat yang digunakan untuk melegakan pernapasan, terutama
pada penderita penyakit asma. Penderita asma akan mengalami penyempitan dan penumpukan
lendir atau dahak di saluran pernapasan. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan berupa batuk,
sesak napas, dan mengi. Untuk meredakan kondisi tersebut, dapat diberikan obat bronkodilator.
Selain untuk meredakan asma, bronkodilator juga dapat digunakan untuk meredakan gejala
penyakit obstruktif paru kronis.

Bronkodilator bekerja dengan cara melebarkan bronkus (saluran pernapasan) dan merelaksasi
otot-otot pada saluran pernapasan sehingga proses bernapas menjadi lebih ringan dan lancar.
Obat ini sering diberikan pada orang yang memiliki keluhan napas berat.

Ada tiga jenis obat bronkodilator yang umum digunakan, di antaranya :

 Antikolinergik, contohnya ipratropium dan glycopyrronium.


 Agonis beta-2, contohnya salmeterol, salbutamol, procaterol, dan terbutaline.
 Methylxanthines, contohnya teofilin dan aminofilin.

Berdasarkan waktu kerjanya, bronkodilator dibagi menjadi dua, yaitu reaksi cepat dan reaksi
lambat. Bronkodilator reaksi cepat diberikan untuk seseorang yang mengalami gejala sesak
napas secara tiba-tiba. Sedangkan bronkodilator reaksi lambat biasanya ditujukan untuk
mengontrol gejala sesak napas pada penderita penyakit paru-paru kronis atau asma.

Riley, C. M., & Sciurba, F. C. (2019). Diagnosis and Outpatient Management of Chronic Obstructive
Pulmonary Disease: A Review. In JAMA -Journal of the American Medical Association (Vol. 321, Issue 8,
pp. 745–746). American Medical Association. https://doi.org/10.1001/jama.2019.0131

Apa hubungan Riwayat merokok tembakau dengan penyakit Pak Karso?


Merokok menyebabkan perubahan struktur, fungsi saluran pernapasan dan jaringan paru.
Kebiasaan merokok akan mempercepat penurunan faal paru. Asap rokok dan zat iritan lain akan
mengaktifkan mikrofag dan sel epitel disaluran pernapasan yang melepaskan neutrofil dan faktor
kemotaktik termasuk interleukin-8 dan leukotrien B4. Neutrofil dan makrofag kemudian
melepaskan enzim protease yang menghancurkan jaringan ikat di parenkim paru sehingga
mengakibatkan terjadinya emfisema dan juga merangsang hipersekresi mukus yang
menyebabkan terjadinya obstruksi saluran pernapasan. Dua penyakit paru obstruktif yang sering
menjadi masalah dalam penatalaksanaannya adalah penyakit asma bronkial dan penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK). Asma bronkial didefinisikan sebagai suatu sindrom klinik yang
ditandai oleh hipersensitivitas trakeobronkial terhadap berbagai rangsangan. Penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK) adalah kelainan yang ditandai oleh uji arus ekspirasi yang abnormal
dan tidak mengalami perubahan secara nyata pada observasi selama beberapa bulan.
Merokok merupakan faktor risiko terjadinya gangguan fungsi paru, juga dapat menderita
penyakit saluran pernapasan yang dapat diakibatkan oleh tembakau. Partikel asap rokok dan zat
iritan lainnya mengaktifkan makrofag alveolar dan sel epitel jalan napas dalam membentuk
faktor kemotaktik, pelepasan factor kemotaktik mengindeksi mekanisme infiltrasi sel-sel
kemotaktik pada paru yang dapat menimbulkan kerusakan struktur paru. Merokok dapat
menyebabkan hiperreaktivitas bronki (HBR), yaitu meningkatnya kepekaan bronki dibandingkan
saluran napas normal terhadap zat-zat yang merangsang tidak spesiafik yang dihirup, sehingga
mengalami penyakit saluran napas kronik yang diakibatkan oleh kelainan reversible pada
bronkus yang ditandai dengan adanya obstruksi pada fungsi paru.

Unicef. (2017). Pneumonia claims the lives of the world’s most


vulnerable children. https://doi.org/10.1371/journal.pmed.1001421

Anda mungkin juga menyukai