PENDAHULUAN
Perekonomian dunia saat ini berkembang dengan pesat dan dapat diukur
dengan banyak cara, salah satunya denga mengetahui tingkat perkembangan dunia
pasar modal dan industri sekuritas. Pasar modal sebagai sarana dan prasarana kegiatan
jual beli dan kegiatan lainnya seperti sebagai sarana pendanaan bagi investor,
perusahaan maupun industri lainnya. Investor umumnya memiliki harapan dan tujuan
dari aktivitas investasi yang dilakukan dipasar modal yaitu dengan untuk mencari
pendapatan atau tingkat kembali investasi ( return ) baik itu berupa pendapatan
(dividend ) maupuan pendapatan dari selisi harga jual saham terhadap harga belinya
apakah perusahaan harus membayar semua laba bersi sebagai dividen atau menahan
sebagaian atau semua laba bersi untuk re-investasi (Kim et al, 2013 ).
Divide merupakan distribusi yang dapat berbentuk kas, aktiva lainnya maupun
bukti lain yang menyatakan hutang perusahaan kepada pemegang saham, sebagai
proporsi dari sejumlah saham yang dimiliki investor. Menurut Riyanto (2011: 265)
sedangkan (Bushara & Mirza,2015), menjelaskan bahwa divisen adalah hadia yang
diberikan kepada investor terhadap investasi yang dilakkan dalam perusahaan dan
hadia ini dapat diambil dalam bentuk dividen kas atau dividen saham. Alasan
perusahaan membayar dividen adalah untuk mengurangi biaya agency antara manajer
dan pemegang saham atau untuk mengurangi ketidak percayaan investor (Zamer et
al,2013). Pada umumnya pembayaran dividen tidak terlepas dari kebijakan dividen
1
2
yang dilakukan perusahaan, karena kebijakan dividen termasuk salah satu dari tiga
bagaian pendapatan yang akan dibagikan kepemegang saham dan bagian yang ditahan
pemegang saham dan sebagai alat komunikasi antar manajer dan pemegang saham
prospek suatu perusahaan yang stabil dan memiliki resiko perusahaan yang relatif
dengan kata lain, jika perusahaan membutuhkan pembiayaan, maka semakin besar
dividen tunai yang dibayarkan, semakin besar jumlah pembiayaan yang harus
diperoleh dari eksternal melalui pinjaman atau melalui penjualan saham biasa atau
satunya dapat diketahui dengan pembagian antara dividen per share dengan earning
akan menghasilkan rasio kebijakan dividen. Semakin tinggi rasio tersebut bermakna
bahwa semakin tinggi tingkat keuntungan dari kegiatan inti perusahaan. perusahaan
sektor manufaktur yang ada pada Bursa Efek Indonesia. Perusahaan tersebut bergerak
dalam bidang memproduksi semua barang yang berkaitan dengan otomotif dan
sektor otomotif dan komponen dapat dilihat pada tabel 1.1 secara lengkap dapat
Tabel 1.1
Tahun
Uraian 2017 2018 2019
berurutan rasio kebijakan dividen sebesar 7,693 ;34,397 ;dan 38,640. Pada tahun 2019
terjadi peningkatan rata-rata rasio kebijakan dividen dari 34,397 menjadi 38,640. Hal
ini menunjukan bahwa pada tahun 2019 rata-rata rasio kebijakan dividen pada
faktor tersebut diantaranya adalah profitabilitas, likuiditas dan resiko bisnis (sandy
dan asyik, 2013; raharjo 2005). Ketiga faktor tersebut terlihat rata-rata rasionya pada
perusahaan sektor otomotif dan komponen dapat dilihat pada tabel 1.2 secara lengka
Tabel 1.2
Tahun
Faktor-Faktor
2017 2018 2019
resiko bisnis perusahaan sektor otomotif dan komponen tahun 2017-2019. Ketiga
kemampuan perusahaan untuk mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode
laba atas pengelolaan asset perusahaan yang merupakan perbandingan antara laba
bersi dengan total asset. Maka dari itu profitabilitas menjadi salah satu kunci dalam
besar kecilnya perbandingan dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham,
karena pembagian dividen tentukan oleh persentase laba yang dihasilkan perusahaan.
dividen, semakin besar profitabilitas yang diperoleh perusahaan maka akan semakin
besar pula kebijakan dividen yang akan diperoleh oleh pemegang saham.
5
2018 (tabel 1.1) hal ini terlihat profitabilitas pada tahun 2018 mengali penurunan
hingga 4,836 dari 6,183 tahun 2017. Penurunan dari profitabilitas tersebut justru
meningkatkan kebijakan dividen sehingga 34,397 dari 7,693 tahun 2017 (tabel 1.1).
kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas juga merupakan salah satu faktor yang
membandingkan unsur kewajiban jangka pendek dengan sumber daya jangka pendek
Muhammadinah & Jamil (2015) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat likuiditas
suatu perusahaan maka tingkat dividen yang diterima investor juga semakin besar.
Namun demikian berdasarkan tabel 1.2 terlihat rata-rata rasio likuiditas pada
ahun 2018 mengalami penurunan justru meningkatkan kebijakan dividen tahun 2018
(tabel 1.1). hal ini terlihat likuiditas pada tahun 2018 mengalami penurunan hingga
2,282 dari 2,579 tahun 2017. Penurunan dari likuiditas tersebut justru meningkatkan
kebijakan dividen hingga 34,397 dari 7,693 tahun 2017 (tabel 1.1). seharusnya
saham (dividend per share) dengan laba perlembar saham (earning per shar). Adapun
Menurut Rustam (2018), resiko bisnis adalah salah satu jenis resiko yang tidak dapat
ditransfer kepihak lain sekali perusahaan terjuan kedunia bisnis maka saat itu juga
berusaha meningkatkan citranya melalui peningkatan laba yang akan berdampak pada
kenaikan jumlah laba yang dibayarkan kepada pemegang saham sebagai pembayaran
dividen. Hal ini akan memicu terjadinya kenaiakan harga saham perusahaan karena
menganggap kondisi perusahaan saat ini dimasa mendatang memiliki prospek yang
baik.
profitabilitas, likuiditas dan resiko bisnis sebagai moderasi dengan kebijakan dividen.
Hal ini karena beberapa peneliti sebelumnya masih menunjukan hasil berbeda-beda.
kebijakan dividen.
dividen.
dan komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Selanjutnya menjadi masukan
bagi pengguna laporan keuangan perusahaan sektor otomotif dan komponen. Hal
tersebut terkait dengan kebijakan dividen perusahaan tidak dapat dipisahkan dari
1. Hasl penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan informasi bagi
2. Hasil penelitian ini dapat menambah literatur tentang faktor yang berpengaruh
sebagai moderasi.
Ruang lingkup penelitian ini hanya terletak pada pengujian pengaruh variabel
moderasi pada perusahaan sektor otomotif dan komponen yang terdaftar di Bursa Efek
KAJIAN PUSTAKAAN
Wijaya (2015) menyatakan dividen adalah bagian dari laba yang diperoleh
perusahaan dan diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham sebagai imbalan
dibagikan oleh perusahaan dapat mempengaruhi harga saham karena investor lebih
menyukai pengambilian yang berasal dari dividen dibanding dengan capital egain atau
dengan kata lain investor lebih menyukai keuntungan dalam bentuk dividen dari pada
perusahaan apakah laba yang didapatkan akan dibagikan ke pemegang saham atau
ditahan sebagai laba ditahan. Kebijakan dividen sering kali menimbulkan konflik
kepentingan antara manajemen perusahaan dengan pihak investor. Bird in the hand
menentukan berapa laba bersi yang akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai
dividen dan berupa laba bersi yang akan diinvestasikan kembali ke perusahaan
sebagai laba ditahan. Alokasi menentukan laba sebagai laba ditahan dan pembayaran
pembayaran dividen dapat dirumuskan dengan dividend per share terhadap earning
9
10
per share. Semakin tinggi DPR yang ditetapkan oleh suatu perusahaan, maka semakin
besar juga laba perusahaan yang akan dibayarkan sebagai dividen kepada pemegang
saham, (Sunarya,2013).
dari laba yang diperoleh perusahaan sehingga kebijakan dividen dapat mempengaruhi
harga saham. Semakin tinggi harga saham maka semakin besar pula jumlah laba yang
Menurut Sitce, dkk (2011;142) dividen yang akan dibagikan oleh perusahaan
1. Dividen tunai (Cash dividend), yaitu dividen yang dibagikan kepada pemegang
2. Dividen proporty (Property dividend), yaitu dividen yang dibagikan dalam bentuk
aktiva lain selain kas atau saham, misal aktiva tetap dan surat-surat berharga.
3. Dividen saham (Stock dividend), yaitu dividen yang dibagikan perusahaan dalam
Namun demikian Cash Flow perusahaan tidak tergantung karena perusahaan tidak
dari selisi antara nilai realisasi asset perusahaan dikurangi dengan semua
kewajiban.
11
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis rasio bentuk
dividen yang akan dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham ada 5 yaitu:
dividen yang dibagikan dalam bentuk uangan tunai, saham, surat berharga dan selisi
antara nilai realisasi asset perusahaan yang dikurangi dengan semua kewajiban
perusahaan.
2.1.3 Profitabilitas
Daya tarik utama bagi pemilik perusahaan (pemegang saham) dan para calon
investor dalam suatu perusahaan adalah profitabilitas. Dalam konteks ini profitabilitas
berarti hasil yang peroleh melalui usaha manajemen terdapat dan yang diinvestasikan
pemilik investor. Semakin besar tingkat laba atau profitabilitas yang diperoleh
kemampuan daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah
pada laba dan asset atau modal yang akan dibandingkan satu dengan lainnya. Menurut
perusahaaan dalam mencari keuntungan. rasio ini juga memberi ukuran tingkat
efesiensi manajemen suatu perusahaan. hal ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan
Maka untuk mengetahui rasi profitabilitas tersebut bisa dibandingkan dengan laba
perhitungan laba atau satu jangka waktu tertentu hanya mendekati ketepatan layak
saja karena perhitungan yang tepat baru dapat terjadi karena perusahaan mengakhiri
Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis rasio
perusahaan dalam suatu periode tertentu atau beberapa periode. Penggunaan jenis
rasio profitabilitas tergantung pada pihak manajemen, jika jenis rasio profitabilitas
digunakan secara lengkap maka akan menghasilkan data dan posisi profitabilitas
perusahaan dengan sempurna. Menurut Kasmir (2011;198), adanya empat jenis rasio
2.1.5 Likuiditas
total aktiva lancar dengan total utang lancar. Rasio ini menunjukan kemampuan
Wston dalam Kasmir (2013;128), menyebutkan bahwa rasio likuiditas (liquidity ratio)
perusahaan akan mampu untuk membayar utang tersebut termasuk utang yang sudah
jatuh tempo.
oleh beberapa faktor, baik itu dikarenakan perusahaan sama sekali tidak memiliki
dana ataupun perusahaan mengalami ketidak cukupan dana yang tersedia secara tunai
sehingga harus menunggu dalam waktu tertentu untuk mencairkan aktiva perusahaan
seperti menagih piutang, menjual surat-surat berharga, menjual asset tetap maupun
lainnya.
perusahaan yang sebenarnya sudah dalam keadaan tidak mampu lagi karena nilai
membayar hutang atau kewajibannya dikenal dengan analisis rasio likuiditas. Rasio
memenuhi kewajiban (hutang) jangka pendek, yang berarti apa bila perusahaan
ditagih, maka perusahaan akan mampu memenuhi tagihan tersebut terutama tagihan
yang telah jatuh tempo (Kasmir,2012;129). Maka untuk mengetahui rasio likuiditas
untuk membayar hutang atau ewajibannya dikenal dengan analisis rasio likuiditas.
kemampuan yaitu :
Dari jenis rasio tersebut maka dapat disimpulkan bahwa rasio likuiditas
dengan modal yang tertanam dalam kas selain setara kas. Rasio ini juga kana
15
menunjukan bahwa setiap rupiah kewajiban jangka pendek dapat dijamin dengan kas
perusahaan dengan resiko bisnis besar harus menggunakan hutang lebih lecil
dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai resiko bisnis yang rendal. Hal ini
disebabkan karena semakin besar resiko bisnis, penggunaan hutang besar akan
Setiap perusahaan pasti meliki resiko dalam bisnis atau kegiatan usahanya.
Menurut Ridwan dan Inge (2013;64), resiko merupakan suatu kemungkinan adanya
tersebut sering kali dikaitkan dengan suatu kerugian yang mungki dihadapi oleh
perusahaan tidak mampu menutupi biaya operasionalnya. Hal ini didukung dengan
alasannya bahwa umumnya perusahaan yang memilki pengaruh operasi yang besar
dan biaya operasi yang tetap maka akan mengakibatkan semakin besar resiko
bisnisnya, maka untuk mengetahui resiko bisnis bisa dibandingkan ebit dengan total
asset. Resiko bisnis dipengaruhi oleh stabilitas penerimaan dan stabilitas biaya.
bisnis merupakan tingkat resiko dari asset perusahaan jika tidak menggunakan hutang,
resiko bisnis tersebut bisa saja meningkatkan saat perusahaan menggunakan hutang
dalam jumlah banyak dalam memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaan. jika beban
besar. Resiko bisnis yang besar akan menyebabkan perusahaan kecil. Kemudian
besarnya asset tetap dapat digunakan sebagai jaminan atau kolateral utang perusahaan
(Sartono,2013).
Sehingga dapat disimpulkan setiap perusahaan pasti meilki rasio dalam bisnis
atau kegiatan usahanya. Resiko bisnis itu merupakan resiko dimana perusahaan tidak
dengan kerugian.
likuiditas, firm size sebagai variabel pemoderasi, ia meneliti pada perusahaan sektor
Selanjutnya Maya Laura, Amries Rusli Tanjung danEnni Savitri (2017). Juga
ikut meneliti terkait faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Mereka
perusahaan, dan resiko bisnis sebagai variabel moderating. Sampel penelitian dalah
perusahaan proprty real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-
beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2013-2017. Dengan
Prasetyo Widyo Iswara (2017) juga ikut meneliti terkait faktor yang
likuiditas, rasio profitabilitas, rasio leverage, ukuran perusahaan, dan asset growt. Ia
mengamati perusahaan sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen ,asset
Devi Hoei Sunarya (2013) juga ikut meneliti terkait faktor yang berpengaruh
perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-
variabel kebijakan hutang dengan size,profitabilitas dengan size, dan likuiditas dengan
Joshua Reinaldo & Ardiansyah (2020) juga ikut meneliti terkait faktor yang
profitabilitas, likuiditas dan resiko bisnis sebagai moderasi Mereka mengamati pada
2015-2015. Dengan sampel yang digunakan sebanyak 33 dari 163 perusahaan. hasil
positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Resiko bisnis mampu memoderasi
Namun resiko bisnis tidak mampu memoderasi hubungan antara profitabilitas dengan
kebijakan dividen.
20
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Sebelumnya
No Peneliti Judul Perbandingan Hasil penelitian
( Tahun) Persamaan Perbedaan
1. Triasesiarta Pengaruh Profitabilita firm size Profitabilitas
Nur (2018). Profitabilitas s, likuiditas, sebagai berpengaruh
dan likuiditas dan variabel signifikan terhadap
terhadap kebijakan moderasi. kebijakan
kebijakan dividen. dividen, likuditas
dividen tidak berpengaruh
dengan firm signifikan terhadap
size sebagai kebijakan dividen,
pemoderasi firm size signifikan
pada memoderasi pengaruh
perusahaan profitabilitas terhadap
manufaktur kebijakan dividen,
yang sementara tidak
terdaftar di signifikan memoderasi
Bursa Efek pengaruh likuiditas
Indonesia terhadap kebijakan
periode 2013- dividen.
2017.
2. Maya Laura, Pengaruh Profitabilita Pertumbuhan pertumbuhan
Amries Rusli pertumbuhan s, kebijakan perusahaan ,u perusahaan
Tanjung dan perusahaan, dividen dan kuran berpengaruh terhadap
Enni savitri profitabilitas resiko perusahaan. kebijakan
(2017). dan ukuran bisnis. dividen, profitabilitas
perusahaan berpengaruh terhadap
terhadap kebijakan dividen,
kebijakan ukuran perusahaan
dividen tidak berpengaruh
dengan resiko signifakan terhadap
bisnis sebagai kebijakan dividen,
variabel resiko bisnis tidak
modereting mampu memoderasi
pada Hubungan antara
perusahaan pertumbuhan
proporti real perusahaan terhadap
estate yang kebijakan dividen,
terdaftar di resiko bisnis mampu
Bursa Efek memoderasi hubungan
Indonesia profitabilitas terhadap
periode 2009- kebijakan dividen.
2014.
21
perolehan laba perusahaan. Pembagian dividen bersumber dari laba yang didapatkan
pajak. Semakin tinggi laba bersi yang didapatkan perusahaan semakin besar pula
bergantung pada keuntungan sekarang dan dividen tahun sebelumnya. Hal yang
menunjukan bahwa besar kecilnya laba perusahaan akan akan mempengaruh besar
kecilnya laba pembagian dividen. Apa bila perusahaan besar berarti dividen yang
dibagikan akan semakin besar pula demikian pula sebaliknya. besarnya dividen yang
akan diberikan akan dipengaruh oleh tingkat profitabilitas yang dialami perusahaan,
jika perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi menandakan laba yang
Semakin besar keuntungan yang dapat diraih perusahaan akan semakin besar
menghemat biaya modal Oleh karena itu profitabilitas menjadi pertimbangan penting
bagi investor dalam keputusan investasi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Anas Dwinasti Wiendharta (2019). Dengan kata lain dapat dikatakan
membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber daya jangka pendek atau
lancar yang tersedia untuk memenuhi kewajiban tersebut. Rasio ini dapat memberikan
banyak pandangan dalam mengenai kopentensi keuangan perusahaan saat ini dan
menginga dividen tunai merupakan aliran kas keluar. Posisi likuiditas perusahaan
dengan kas dan tidak dengan laba ditahan, perusahaan harus memilki kas tersebut
Oleh karena itu perusahaan yang memiliki likuiditas yang bak maka
kemungkinan pembayaran dividen yang lebih baik pula. Likuiditas perusahaan dapat
diukur dengan rasioseperti current ratio. tingkat rasio hutang lancar terhadap aktiva
lancar atau sering disebut tingkat likuiditas perusahaan merupakan isyarat bahwa
25
jika tingkat likuidtas perusahaan tinggi maka manajemen akan merasa kekuatan
keuangan perusahaan kuat karena daat menutupi hutang lancar yang berakibat juga
sebagai dividen.
kemampuan membayar dividen juga akan terpenuhi. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Presetyo Widyo Iswara (2017). Dengan kata lain dapat dikatakan
Resiko bisnis adalah salah satu penyebaran penyimpangan hasil aktual dari
dianggap tidak bisa dihindari namun dapat diminimalisir, untuk itu manajemen resiko
bisnis menjadi salah satu bagian yang penting dari strategi manajemen sebuah
suatu perusahaan yang akan berdampak pada kenaikan jumlah laba yang dibayarkan
peda pemegang saham sebagai pembayaran dividen. Hal ini akan memicu terjadinya
26
dividen, maka pemegang saham atau calon pemegang saham akan meganggap kondisi
perusahaan saat ini dimasa mendatang memiliki prospek yang baik sesuai dengan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ida Ayu (2014) menyatakan bahwa
dividen yang dibagikan apa bila perusahaan tersebut memperoleh laba. Semakin besar
sebuah perusahaan, semakin tinggi resiko yang dihadapi perushaan, sehingga dapat
resiko bisnis meningkat dan memiliki dampak positif bagi perusahaan selain itu dapat
dikatakan pula bahwa resiko bisnis mampu memoderasi hubungan antara profitabilitas
dihadapi oleh setiap perusahaan terhadap kualitas dan keunggulan produk yang
lingkungan bisnis berupa resiko finansial yang mempengaruhi struktur modal maupun
fluktuasi dalam resiko bisnis terjadi karena adanya ketidak pastian. Salah satu tujuan
(return), tampe mengesampingkan faktor resiko investasi yang harus ditanggung oleh
investor.
27
pemegang saham dapat yakin bahwa manjer telah mengelola dana mereka dengan
baik, maka dilakukan pembayarn dividen. Jika manajer mampu mengolah perusahaan
perusahaan dengan baik sehingga dapat menghasilakan laba, maka semakin besar
dalam suatu perusahaan. resiko pada bisnis akan membuat pendapatan perusahaan
menjadi tidak menentu atau berkurang karena berbagai hal yang akan mempengaruhi
resiko bisnis dengan kata lain dapat dikatakan bahwa resiko bisnis mampu
disimpulkan bahwa resiko bisnis akan meningkatkan kebijakan dividen pada saat
pemikiran, maka secara ringkas hubungannya tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1
X1= Profitabilitas H1
Y = Kebijakan Dividen
H2 H3
X2 = Likuiditas
H4
M = Resiko bisnis
2.4 Hipotesis
dividen.
dividen.
BAB III
MEOTE PENELITIAN
Desain penelitian atau rancang bangun penelitian adalah rencana dan struktur
penelitian atau rencangan suatu penelitian harus memiliki empat aspek sebagai mana
di ungkapkan Seakaran &Bougie (2017;52), yaitu terdiri dari sifat studi, jenis
investigasi, tingkat intervensi peneliti, situasi studi, unit analisis, horizon waktu.
oleh Sekaran & Bougie (2017;52) tersebut dengan berpedoman pada aspek yang harus
1) Sifat Studi
Pengujian Sifat studi dalam penelitian ini adalah pengujian hipotesis. Studi
tertentu atau menentukan perbedaan antara kelompok atau kebebasan dua atau lebih
faktor dalam suatu situasi (Sekaran & Bougie,2017;62). Pengujian hipotesis yang
dilakukan adalah menguji variabel bebas yaitu profitabilitas, likuiditas dan resiko
bisnis sebagai moderasi terhadap variabel tidak bebas yaitu kebijakan dividen.
2) Jenis Investigasi
Jenis investigasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi kausal. Studi kausal
adalah studi dimana peneliti ingin menemukan penyebab dari sutu atau lebih masalah
(Sekaran & Bougie, 2015;64).masalah yang terjadi dalam penelitian ini adalah
29
30
kebijakan dividen. Kebijakan dividen pada perusahaan sektor otomotif dan komponen
moderasi.
otomotif dan komponen saat diperoleh maupun pada saat pengupayaan kebijakan
dividen tersebut. Oleh karena itu tingkat intervensi peneliti rendah, peneliti hanya
mengumpulkan data berupa laporan keuangan yang telah di audit, dan selanjutnya
4) Situasi Studi
Situasi studi dalam penelitian ini adalah tidak diatur. Peneliti ingin mengetahu
pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen dengan resiko bisnis
sebagai moderasi tampa intervensi peneliti terhadap sumber data dilapangan. Oleh
karena itu situasi studi berjalan dengan normal tampa ada desakan atau pengaturan
5) Unit Analisis
Unit analisis merujuk pada tingkat kesatuan data yang dikumpulkan selama
terhadap analisis data selanjutnya (Sekaran & Bougie,2017;73). Unit analisis dalam
penelitian ini adalah perusahaan sektor otomotif dan komponen secara individu.
Kesatuan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan
6) Horizon Waktu
Horizon waktu dalam penelitianini adalah studi time series dengan periode
pengamatan tahun 2017-2019. Studi yang mengumpulkan data hanya sekali periode.
Baik harian, mingguan, maupun bulanan disebut studi dengan horizon waktu atau
cross sectional (Sekaran & Bougie,2017;77). Data yang dikumpulkan hanya sekali
sektor otomotif dan komponen yang terdaftar di Bursa Eefek Indonesia. Selanjutnya
karena data tersebut terdiri dari tahun 2017-2019 dan memilki beberapa sub, maka
Populasi mengacu pada keselururuha kelompok orang, kejadian atau hal minat
yang ingin peneliti investigasi (Sekaran & Bougei,2017;21). Atau dengan kata lain
populasi adalah kumpulan dari keseluruhan pengukuran, objek atau individu yang
sedang dikaji dengan tidak tebatas pada sekelompok / kumpulan orang-orang. Poulasi
dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor otomotif dan kompenen yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesiatahun 2017-2019 yang telah memenuhi kriteria populasi yang
berjumlah 32 perusahaan secara ringkas, populasi dala penelitian ini dapat dilihat pada
tabel 3.1.
32
Tabel 3.1
Kriteria populasi penelitian
No Uraian 2017 2018 2019 Jumlah
1 Perusahaan sektor otomotif
dan komponen yang terdaftar 13 13 13 39
di BEI.
2 Perusahaan sektor otomotif
dan komponen yang tidak
ada laporan keuangannya di 3 1 1 5
laporan keuangan.
Jumlah 10 11 11 32
SumbeR : IDX Statistic Yearly 2017–2019 Diolah Tahun 202.
penelitian ini adalah memasukan semua populasi menjdi sampel, sehingga disebut
sektor otomotif dan komponen hal ini karena sistem klasifikasi sektor yang digunakan
JESICA.
33
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan
perusahaan sektor otomotif dan komponen yang telah di audit. Data sekunder
merupakan data yang diperoleh melalui sumber yang sudah ada dan tidakperlu lagi
dikumpulkan dari responden lansung. Data tersebut seperti buletin statistik, publikasi
pemerintah dan informasi yang dipublikasikan disebut data sekunder (Sekaran &
Bougie,2017;77).
Data sekinder dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan sektor
otomotif dan komponen yang telah di audit. Laporan tersebut yaitu laporan perubahan
ekuitas konsolidasi, laporan laba rugi dan penghasilan untuk mengetahui kebijakan
dividen, laporan laba rugi dan penghasilan, posisi keuangan konsolidasian untuk
mengetahui likuiditas, laporan laba rugi dan penghasilan, laporan posisi keuangan
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan
cara dokumentasi, yaitu mengumpulkan data yang telah tersedia pada Bursa Efek
Indonesia (BEI). Data yang dikumpulkan dengan cara mengunduh dari situs resmi
tercatat, kemudian sub menu laouran keuangan dan tahunan, kemudian langsung
Peneliian ini menggunakan empat variabel, yaitu terdiri dari satu variabel tidak
bebas (dependent variable), dan dua variabel bebas (independent variable) dan satu
variabel moderasi. Variabel tidak bebas adalah kebijakan dividen, dan variabel bebas
adalah profitabilitas dan likuiditas dan variabel mederasi adalah resiko bisnis.
34
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel tidak bebas adalah kebijakan
menentukan berapa laba bersi yang akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai
dividen dan berupa laba bersi yang akan diinvestasikan kembali ke perusahaan
sebagai laba ditahan. Maka untuk mengetahui proporsi kebijakan dividen bisa
Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah profitabilitas dan
berikut ini.
3.4.2.1 Profitabilitas
Laba Bersi
Return On Asset (ROA) =
Total Asset
3.4.2.2 Likuiditas
perusahaan dalam memenuhi kewajiban (hutang) jangka pendek, yang berarti apa bila
terutama tagihan yang telah jatuh tempo (Kasmir,2012;129). Maka untuk mengetahui
dengan rumus :
Aktiiva Lancar
Current Ratio (CR) =
Hutang Lancar
Kondisi variabel moderasi yang tidak kondusif akan menyebabkan hubungan variabel
yang kondusif maka hubungan antara variabel independen dan variabel dependen akan
kuat atau meninggi (Silalahi,2017). Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah
resiko bisnis.
perusahaan tidak mampu menutupi biaya operasionalnya. Hal ini didukung dengan
alasannya bahwa umumnya perusahaan yang memilki pengaruh operasi yang besar
36
dan biaya operasi yang tetap maka akan mengakibatkan semakin besar resiko
bisnisnya, maka untuk mengetahui resiko bisnis bisa dibandingkan ebit dengan total
asset.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka rasio resiko bisnis dalam penelitian ini
diukur dengan rumus :
Ebit
Business Risk (BR) =
Total Asset
Tabel 3.2
Rincian operasionalisasi variabel
No Variabel Pengukuran Skala Referensi
Indikator
Kebijakan Deviden perShare Rais (2017)
1 Rasio
dividen Earning perShare
Laba Bers Syamsuddin
2 Profitabilitas Rasio (2010;59)
Total Asset
Aktiva Lancar Kasmir,
3 Likuiditas Rasio
Hutang Lancar (2012;129)
EBIT Ridwan
4 Resiko Bisnis Rasio
Total Asset (2013;87)
(kebijakan dividen), serta menguji apakah resiko bisnis mempunyai pengaruh terhadap
dimasukan untuk membandingkan hasil pengujian dari kedua model regresi, model
37
seluruh variabel dimasukkan dalam uji penelitian. Untuk menguji pengaruh variabel
Persamaan 1:
Keterangan :
Y : Kebijakan Dividen
a : Konstanta
X1 : Profitabilitas
X2 : Resiko Bisnis
e : error
Persamaan 2:
Keterangan :
Y : Kebijakan Dividen
a : Konstanta
X1 : Likuiditas
X2 : Resiko Bisnis
Ghazi (2011), terdapat dua jenis alat uji statistik, yaitu statistik paremetrik dan
statistik non paremetrik digunakan jika distribusi data yang digunakan normal,
sedangkan data yang bersifat tidak digunakan uji statistik non paremetrik. Dalam
Menurut Ghozali (2011), ada beberapa kondisi yang harus dipenuhi agar uji
3. Variabelpopulasi masing-masing grup dalam hal analisis dengan dua grup harus
sama.
kebijakan dividen.
dividen.
39
dividen.
dividen.
Untuk menerima atau menolak keempat hipotesis dalam penelitian ini, maka
dilihat hasil output SPSS. Kemudian output tersebut dimasukan ke kriteria menerima
atau menolak hipotesis. Kriteria ini berpedoman pada Gani (2015)dan Supranto
(2009). Paparan kriteria menerima atau menolak hipotesis akan diuraikan berikut ini :
Jika koefisien beta sama dengan nol ( = 0), maka 1 diterima dan 1
kebijakan dividen.
Jika koefisien beta tidak sama dengan nol ( 0), maka 1 ditolak dan
kebijakan dividen.
Jika koefisien beta sama dengan nol ( = 0), maka 2 diterima dan 2
dividen.
Jika koefisien beta tidak sama dengan nol ( 0), maka 2 ditolak dan 2
Jika :
Persamaan (2) b2Z b2 signifikan dan Persamaan (3) b3X*Z b3 tidak
signifikan. Maka variabel Z bukan variabel moderator , tapi ia merupakan
suatu variabel independen intervening exogenous, antecedent, atau
prediktor.
Jika :
Persamaan (2) b2Z b2 tidak signifikan dan Persamaan (3) b3X*Z b3
Signifikan. Maka variabel Z PURE MODERATOR (Z merupakan
variabel moderator murni).
Jika:
Persamaan (2) b2Z b2 tidak signifikan dan Persamaan (3) b 3X*Z b3 tidak
signifikan. Maka variabel Z merupakan HOMOLOGIZER
MODERATOR (potensial).
Jika:
Persamaan (2) b2Z b2 signifikan dan Persamaan (3) b3X*Z b3
signifikan. Maka variabel Z merupakan suatu QUASI MODERATOR
(semu)
4) Kriteria menerima atau menolak hipotesis keempat :
Jika :
Persamaan (2) b2Z b2 signifikan dan Persamaan (3) b3X*Z b3 tidak
signifikan. Maka variabel Z bukan variabel moderator , tapi ia merupakan
suatu variabel independen intervening exogenous, antecedent, atau
prediktor.
Jika :
Persamaan (2) b2Z b2 tidak signifikan dan Persamaan (3) b3X*Z b3
Signifikan. Maka variabel Z PURE MODERATOR (Z merupakan
variabel moderator murni).
Jika:
Persamaan (2) b2Z b2 tidak signifikan dan Persamaan (3) b3X*Z b3 tidak
signifikan. Maka variabel Z merupaka HOMOLOGIZER MODERATOR
(potensial).
41
Jika:
Persamaan (2) b2Z b2 signifikan dan Persamaan (3) b3X*Z b3 signifikan.
Maka variabel Z merupakan suatu QUASI MODERATOR (semu)
DAFTAR PUSTAKA
Amanah,L. (2020). Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage
terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi (JIRA),9(7).