Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

Perekonomian dunia saat ini berkembang dengan pesat dan dapat diukur

dengan banyak cara, salah satunya denga mengetahui tingkat perkembangan dunia

pasar modal dan industri sekuritas. Pasar modal sebagai sarana dan prasarana kegiatan

jual beli dan kegiatan lainnya seperti sebagai sarana pendanaan bagi investor,

perusahaan maupun industri lainnya. Investor umumnya memiliki harapan dan tujuan

dari aktivitas investasi yang dilakukan dipasar modal yaitu dengan untuk mencari

pendapatan atau tingkat kembali investasi ( return ) baik itu berupa pendapatan

(dividend ) maupuan pendapatan dari selisi harga jual saham terhadap harga belinya

(capita gain) perusahaan yang akan membagikan dividen dihadapkan keputusan

apakah perusahaan harus membayar semua laba bersi sebagai dividen atau menahan

sebagaian atau semua laba bersi untuk re-investasi (Kim et al, 2013 ).

Divide merupakan distribusi yang dapat berbentuk kas, aktiva lainnya maupun

bukti lain yang menyatakan hutang perusahaan kepada pemegang saham, sebagai

proporsi dari sejumlah saham yang dimiliki investor. Menurut Riyanto (2011: 265)

dividen meruapakan laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham,

sedangkan (Bushara & Mirza,2015), menjelaskan bahwa divisen adalah hadia yang

diberikan kepada investor terhadap investasi yang dilakkan dalam perusahaan dan

hadia ini dapat diambil dalam bentuk dividen kas atau dividen saham. Alasan

perusahaan membayar dividen adalah untuk mengurangi biaya agency antara manajer

dan pemegang saham atau untuk mengurangi ketidak percayaan investor (Zamer et

al,2013). Pada umumnya pembayaran dividen tidak terlepas dari kebijakan dividen

1
2

yang dilakukan perusahaan, karena kebijakan dividen termasuk salah satu dari tiga

keputusan penting dari manajemen keuangan (Azhagaianh & Gajalakshmi,2014).

Kebijakan dividen merupakan suatu keputusan yang menentukan besarnya

bagaian pendapatan yang akan dibagikan kepemegang saham dan bagian yang ditahan

oleh perusahaan. pembagian dividen bertujuan untuk memaksimumkan kemakmuran

pemegang saham dan sebagai alat komunikasi antar manajer dan pemegang saham

(Wicaksono dan Nasir,2014). Pembayaran dividen yang stabil merupakan indikatir

prospek suatu perusahaan yang stabil dan memiliki resiko perusahaan yang relatif

rendah dibandingkan dengan perusahaan yang membayarkan dividen todak stabil

dengan kata lain, jika perusahaan membutuhkan pembiayaan, maka semakin besar

dividen tunai yang dibayarkan, semakin besar jumlah pembiayaan yang harus

diperoleh dari eksternal melalui pinjaman atau melalui penjualan saham biasa atau

referen, Ridwan dan Inge (2010).

Besar kecilnya tingkat kebijakan deviden dalam suatu perusahaan salah

satunya dapat diketahui dengan pembagian antara dividen per share dengan earning

per share yang dilakukan oleh perusahaan (Sunarya,2013). Perbandingan tersebut

akan menghasilkan rasio kebijakan dividen. Semakin tinggi rasio tersebut bermakna

bahwa semakin tinggi tingkat keuntungan dari kegiatan inti perusahaan. perusahaan

berupaya semaksimal mungkin untuk memperoleh keuntungan yang tinggi.

Perusahaan sektor otomotif dan komponen merupakan salah satu perusahaan

sektor manufaktur yang ada pada Bursa Efek Indonesia. Perusahaan tersebut bergerak

dalam bidang memproduksi semua barang yang berkaitan dengan otomotif dan

komponen. Berdasarkan pengaman awal, rata-rata rasio kebijakan dividen perusahaan


3

sektor otomotif dan komponen dapat dilihat pada tabel 1.1 secara lengkap dapat

dilihat pada lampiran 2.

Tabel 1.1

Rata-rata Rasio Kebijakan Dividen Perusahaan Sektor Otomotif dan


Komponen yang Terdaftar Di Bei Tahun 2017-2019

Tahun
Uraian 2017 2018 2019

Kebijakan Dividen 7,693 34,397 38,640

Sumber : Lamporan Keuangan Masing-masing Perusahaan, di Olah Tahun 2021.

Berdasarkan tabel 1.1 terlihat rata-rata rasio kebijakan dividen perusahaan

sektor otomotif dan komponen tahun 2017-2019 mengalami kenaikan. Secara

berurutan rasio kebijakan dividen sebesar 7,693 ;34,397 ;dan 38,640. Pada tahun 2019

terjadi peningkatan rata-rata rasio kebijakan dividen dari 34,397 menjadi 38,640. Hal

ini menunjukan bahwa pada tahun 2019 rata-rata rasio kebijakan dividen pada

perusahaan sektor otomotif dan komponen meningkat menjadi 3,864%.

Peningkatan kebijakan dividen tidak terlepas dari berbagai faktor. Beberapa

faktor tersebut diantaranya adalah profitabilitas, likuiditas dan resiko bisnis (sandy

dan asyik, 2013; raharjo 2005). Ketiga faktor tersebut terlihat rata-rata rasionya pada

perusahaan sektor otomotif dan komponen dapat dilihat pada tabel 1.2 secara lengka

dapat dilihat padat lampiran 2.


4

Tabel 1.2

Rata-rata Rasio Profitabilitas, Likuiditas dan Resiko Bisnis Perusahaan Sektor


Otomotif dan Komponen yang terdaftar di BEI Tahun 2017-2019.

Tahun
Faktor-Faktor
2017 2018 2019

Profitabilitas 6,183 4,836 1,154

Likuiditas 2,579 2,282 2,528

Resiko Bisnis 5,872 0,0729 7,898

Sumber : Laporan Keuangan Masing-masing Perusahaan, di Olah Tahun 2021.

Berdasarkan Tabel 1.2 terlihat rata-rata rasio profitabilitas, likuiditas dan

resiko bisnis perusahaan sektor otomotif dan komponen tahun 2017-2019. Ketiga

faktor tersebut memiliki rata-rata rasio berfluktuatif dari tahun ketahun.

Menurut Kasmir (2015;22), profitabilitas adalah rasio untuk menilai

kemampuan perusahaan untuk mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode

tertentu. Profitabilitas memcerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

laba atas pengelolaan asset perusahaan yang merupakan perbandingan antara laba

bersi dengan total asset. Maka dari itu profitabilitas menjadi salah satu kunci dalam

besar kecilnya perbandingan dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham,

karena pembagian dividen tentukan oleh persentase laba yang dihasilkan perusahaan.

profitabilitas ini diperlukan saat perusahaan akan melakukan pembagian dividen,

semakin besar profitabilitas yang diperoleh perusahaan akan melakukan pembagian

dividen, semakin besar profitabilitas yang diperoleh perusahaan maka akan semakin

besar pula kebijakan dividen yang akan diperoleh oleh pemegang saham.
5

Namun demikian berdasarkan tabel 1.2 terlihat rata-rata rasio profitabilitas

pada tahun2018 mengalami penurunan, justru meningkatkan kebijakan dividen tahun

2018 (tabel 1.1) hal ini terlihat profitabilitas pada tahun 2018 mengali penurunan

hingga 4,836 dari 6,183 tahun 2017. Penurunan dari profitabilitas tersebut justru

meningkatkan kebijakan dividen sehingga 34,397 dari 7,693 tahun 2017 (tabel 1.1).

seharusnya penurunan profitabilitas akan mengakibatkan kebijakan dividen juga akan

menurun. Kondisi menjdi fenomenan yang menarik untuk diteliti.

Selanjutnya likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dan memenuhi

kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas juga merupakan salah satu faktor yang

menentukan tingkat kesuksesan suatu perusahaan. menurut Van Horne dan

Wachowcz (2012;2015). Likuidtas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini

membandingkan unsur kewajiban jangka pendek dengan sumber daya jangka pendek

(Aktiva Lancar) yag tersediauntuk memenuhi kewajiban jangka pendek tersebut.

Muhammadinah & Jamil (2015) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat likuiditas

suatu perusahaan maka tingkat dividen yang diterima investor juga semakin besar.

Namun demikian berdasarkan tabel 1.2 terlihat rata-rata rasio likuiditas pada

ahun 2018 mengalami penurunan justru meningkatkan kebijakan dividen tahun 2018

(tabel 1.1). hal ini terlihat likuiditas pada tahun 2018 mengalami penurunan hingga

2,282 dari 2,579 tahun 2017. Penurunan dari likuiditas tersebut justru meningkatkan

kebijakan dividen hingga 34,397 dari 7,693 tahun 2017 (tabel 1.1). seharusnya

penurunan likuiditas akan mengakibatkan kebijakan dividen juga menurun kondisi

menjadi fenomen yang menarik untuk diteliti.


6

Dividen payout ratio (DPR), yakni perbandingan antara dividen perlembar

saham (dividend per share) dengan laba perlembar saham (earning per shar). Adapun

faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen yaitu, profitabilitas, likuidtas, dan

resiko bisnis sebagai moderasi.

Resiko bisnis digunakan sebagai variabel moderasi yang akan mengiji

kemampuannya dalam memperkuat atau memperlemah kedua variabel tersebut.

Menurut Rustam (2018), resiko bisnis adalah salah satu jenis resiko yang tidak dapat

ditransfer kepihak lain sekali perusahaan terjuan kedunia bisnis maka saat itu juga

perusahaan akan langsung menanggung resiko. Seuatu perusahaan akan selalu

berusaha meningkatkan citranya melalui peningkatan laba yang akan berdampak pada

kenaikan jumlah laba yang dibayarkan kepada pemegang saham sebagai pembayaran

dividen. Hal ini akan memicu terjadinya kenaiakan harga saham perusahaan karena

dengan mengumumkan adanya kenaikan harga saham perusahaan karena dengan

mengumumkan adanya kenaikan dividen maka semakin tinggi resiko suatu

perusahaan, maka pemegang saham ataupun calon pemegang saham akan

menganggap kondisi perusahaan saat ini dimasa mendatang memiliki prospek yang

baik.

Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk memastikan arah hubungan

profitabilitas, likuiditas dan resiko bisnis sebagai moderasi dengan kebijakan dividen.

Hal ini karena beberapa peneliti sebelumnya masih menunjukan hasil berbeda-beda.

Berdasrkan fenomena yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti

termotivasi melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Profitabilitas Dan

Likuiditas Terhadap Kebijakan Dividen Dengan Resiko Bisnis Sebagai Moderasi


7

Pada Perusahaan Sektor Otomotif Dan Komponen Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia Tahun 2017-2019 ”.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasrkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah profitabilitas berpengaruh terjadap kebijakan dividen.

2. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

3. Apakah resiko bisnis dapat memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap

kebijakan dividen.

4. Apakah resiko bisnis dapat memoderasi pengaruh likuiditas terhadap kebijakan

dividen.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan maslah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tujuan

peneliti ini adalah :

1. Untuk menguji pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen.

2. Untuk menguji pengaruh likuiditas terhadap kebijakan dividen.

3. Untuk menguji apakah rasio bisnis dapat memoderasi pengaruh profitabilitas

terhadap kebijakan dividen.

4. Untuk menguji apakah resiko bisnis dapat memoderasi pengaruh likuiditas

terhadap kebijakan dividen.


8

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat menjadi masukan dalam informasi

dalam rangka mengoptimalkan kebijakan dividen pada perusahaan sektor otomotif

dan komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Selanjutnya menjadi masukan

bagi pengguna laporan keuangan perusahaan sektor otomotif dan komponen. Hal

tersebut terkait dengan kebijakan dividen perusahaan tidak dapat dipisahkan dari

profitabilitas dan likuiditas dengan resiko bisnis sebagai variabel moderasi.

1.4.2 Manfaat Akademik

Manfaat penelitian ini secara akademis adalah :

1. Hasl penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan informasi bagi

penelitian selanjutnya serta dapat menambah wawasan dan kepustakaan bagi

pihak-pihak yang berkepentingan.

2. Hasil penelitian ini dapat menambah literatur tentang faktor yang berpengaruh

terhadap kebijakan dividen perusahaan.

3. Hasil penelitian ini dapat menambah pengentahun penulis tentang pengaruh

profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen dengan resiko bisnis

sebagai moderasi.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini hanya terletak pada pengujian pengaruh variabel

profitabilitas,likuiditas terhadap kebijakan dividen dengan resiko bisnis sebagai

moderasi pada perusahaan sektor otomotif dan komponen yang terdaftar di Bursa Efek

Indondeisa pada periode penagamatan data dari tahun 2017-2019.


BAB II

KAJIAN PUSTAKAAN

2.1 Landasan Teoritis

2.1.1 Kebijakan Dividen

Wijaya (2015) menyatakan dividen adalah bagian dari laba yang diperoleh

perusahaan dan diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham sebagai imbalan

atas kesediaannya menanamkan hartanya didalam perusahaan. besarnya dividen yang

dibagikan oleh perusahaan dapat mempengaruhi harga saham karena investor lebih

menyukai pengambilian yang berasal dari dividen dibanding dengan capital egain atau

dengan kata lain investor lebih menyukai keuntungan dalam bentuk dividen dari pada

keuntungan yang diharapkan dari kenaikan nilai modal.

Kebijakan dividen merupakan keputusan keuangan yang dilakukan oleh

perusahaan apakah laba yang didapatkan akan dibagikan ke pemegang saham atau

ditahan sebagai laba ditahan. Kebijakan dividen sering kali menimbulkan konflik

kepentingan antara manajemen perusahaan dengan pihak investor. Bird in the hand

theory menyatakan bahwa investor lebih tertarik terhadap perusahaan yang

membagikan dividen (Wiangustini,2010;262).

Menurut Rais (2017) kebijakan dividen merupakan kebijakan dalam

menentukan berapa laba bersi yang akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai

dividen dan berupa laba bersi yang akan diinvestasikan kembali ke perusahaan

sebagai laba ditahan. Alokasi menentukan laba sebagai laba ditahan dan pembayaran

dividen merupakan aspek utama dalam kebijakan dividen,sehingga perusahaan

berkewajiaban untuk menyediakan dan dalam membayarkan dividen tersebut. Rasio

pembayaran dividen dapat dirumuskan dengan dividend per share terhadap earning

9
10

per share. Semakin tinggi DPR yang ditetapkan oleh suatu perusahaan, maka semakin

besar juga laba perusahaan yang akan dibayarkan sebagai dividen kepada pemegang

saham, (Sunarya,2013).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen adalah bagian

dari laba yang diperoleh perusahaan sehingga kebijakan dividen dapat mempengaruhi

harga saham. Semakin tinggi harga saham maka semakin besar pula jumlah laba yang

diperoleh perusahaan. besarnya dividen yang dibagikan perusahaan dapat

mempengaruhi harga saham karena investor lebih menyukai pengembalian yang

berasal dari dividen dibanding dengan capital gain.

2.1.2 Jenis-Jenis Dividen

Menurut Sitce, dkk (2011;142) dividen yang akan dibagikan oleh perusahaan

dapat dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu :

1. Dividen tunai (Cash dividend), yaitu dividen yang dibagikan kepada pemegang

saham dalam bentuk uang tunai.

2. Dividen proporty (Property dividend), yaitu dividen yang dibagikan dalam bentuk

aktiva lain selain kas atau saham, misal aktiva tetap dan surat-surat berharga.

3. Dividen saham (Stock dividend), yaitu dividen yang dibagikan perusahaan dalam

bentuk saham perusahaan sehingga jumlah saham perusahaan menjadi bertambah.

Namun demikian Cash Flow perusahaan tidak tergantung karena perusahaan tidak

perlu mengeluarkan uang tunai.

4. Dividen likuiditas (liquidating dividend), yaitu deviden yang diberikan kepada

pemegang saham sebagai akibat dilikuidasikannya perusahaan. dividen diperoleh

dari selisi antara nilai realisasi asset perusahaan dikurangi dengan semua

kewajiban.
11

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis rasio bentuk

dividen yang akan dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham ada 5 yaitu:

dividen yang dibagikan dalam bentuk uangan tunai, saham, surat berharga dan selisi

antara nilai realisasi asset perusahaan yang dikurangi dengan semua kewajiban

perusahaan.

2.1.3 Profitabilitas

Daya tarik utama bagi pemilik perusahaan (pemegang saham) dan para calon

investor dalam suatu perusahaan adalah profitabilitas. Dalam konteks ini profitabilitas

berarti hasil yang peroleh melalui usaha manajemen terdapat dan yang diinvestasikan

pemilik investor. Semakin besar tingkat laba atau profitabilitas yang diperoleh

perusahaan akan mengakibatkan semakin besar dividen yang akan dibagikan.

Semua perusahaan mencari keuntungan (laba) dalam menjalankan kegiatan

operasionalnya yang diukur dengan profitabilitas. Sedangkan Menurut Riyanto

(2011;35), profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan

laba selama periode tertentu. Menurut Harahap (2013;304), profitabilitas

menggambarkan suatu kemampuan dalam memdapatkan laba melalui semua

kemampuan daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah

karyawan,jumlah cabang atau sebagainya.

Profitabilitas suatu perusahaan dapat dinilai melalui berbagai cara tergantung

pada laba dan asset atau modal yang akan dibandingkan satu dengan lainnya. Menurut

Kasmir (2014;196),profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan

perusahaaan dalam mencari keuntungan. rasio ini juga memberi ukuran tingkat

efesiensi manajemen suatu perusahaan. hal ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan

dari penjualan dan pendapatan investasi. Syamsuddin (2010;59), menyatakan bahwa


12

profitabilitas merupakan hasil bersi dari serangkaian kebijakan dan keputusan.

Profitabilitas di proyeksikan dengan returtn on asset (ROA) yakni mengukur seberapa

efesiensinya perusahaan dalam mengelola assetnya sehingga menghasilkan laba.

Maka untuk mengetahui rasi profitabilitas tersebut bisa dibandingkan dengan laba

bersih dengan total asset.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laba / profit

merupakan tujuan akhir semua perusahaan yang berorentasi bisnis, namun

perhitungan laba atau satu jangka waktu tertentu hanya mendekati ketepatan layak

saja karena perhitungan yang tepat baru dapat terjadi karena perusahaan mengakhiri

kegiatan usahanya dalam menjual semua aktiva yang ada.

2.1.4 Jenis-Jenis Profitabilitas

Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis rasio

profitabilitas yang digunakan untuk menilai serta mengukur posisi keuangan

perusahaan dalam suatu periode tertentu atau beberapa periode. Penggunaan jenis

rasio profitabilitas tergantung pada pihak manajemen, jika jenis rasio profitabilitas

digunakan secara lengkap maka akan menghasilkan data dan posisi profitabilitas

perusahaan dengan sempurna. Menurut Kasmir (2011;198), adanya empat jenis rasio

profitabilitas yang dapat digunakan yaitu :

1. Profitabilitas margin (profit margin on sale).

2. Return On Investment (ROI).

3. Return On Equity (ROE).

4. Laba perlembar saham.


13

2.1.5 Likuiditas

Menurut Samryn (2012), rasio likuiditas merupakan suatu perbandingan antara

total aktiva lancar dengan total utang lancar. Rasio ini menunjukan kemampuan

perusahaan menutupi utang-utang jangka pendeknya dengan aktiva lancar. Fred

Wston dalam Kasmir (2013;128), menyebutkan bahwa rasio likuiditas (liquidity ratio)

merupakan rasio yang menggambarkan kempuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perushaan ditagih, maka

perusahaan akan mampu untuk membayar utang tersebut termasuk utang yang sudah

jatuh tempo.

Permaslahan likuiditas merupakan perusahaan tdak mampuan perusahaan

mambayar kewajiabannya terutama hutang jangka pendeknya, yang dapat disebabkan

oleh beberapa faktor, baik itu dikarenakan perusahaan sama sekali tidak memiliki

dana ataupun perusahaan mengalami ketidak cukupan dana yang tersedia secara tunai

sehingga harus menunggu dalam waktu tertentu untuk mencairkan aktiva perusahaan

seperti menagih piutang, menjual surat-surat berharga, menjual asset tetap maupun

lainnya.

Menurut Kasmir (2012;129), penyebab utama permasalahan likuidtas

dikarenakan kelalaian manajemen perusahaan dalam menjalankan usahanya, seperti

tidak menghitung rasio keuangan perusahaan sehingga tidak diketahui kondisi

perusahaan yang sebenarnya sudah dalam keadaan tidak mampu lagi karena nilai

hutangnya lebih tinggi dari harta lancarnya.

Analisis keuangan yang berkenaan dengan kemampuan perusahaan untuk

membayar hutang atau kewajibannya dikenal dengan analisis rasio likuiditas. Rasio

likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam


14

memenuhi kewajiban (hutang) jangka pendek, yang berarti apa bila perusahaan

ditagih, maka perusahaan akan mampu memenuhi tagihan tersebut terutama tagihan

yang telah jatuh tempo (Kasmir,2012;129). Maka untuk mengetahui rasio likuiditas

bisa dibandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar.

Sehingaa dapat disimpulkan bahwa likuiditas merupakan suatu kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban membayar hutang, kemampuan perusahaan

untuk membayar hutang atau ewajibannya dikenal dengan analisis rasio likuiditas.

Perusahaan likuiditas dipicu oleh permasalahaan tidak mampuan perusahaan dalam

membayar kewajibannya terutama hutang jangka pendek yang dikarenakan kelalaian

manajemen perusahaan dalam menjalankan usahanya.

2.1.6 Jenis-jenis likuditas

Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur

kemampuan yaitu :

1. Rasio lancar (Current ratio), merupakan untuk mengukur kemampuan perusahaan


dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang dengan segerah jatuh tempo
pada saat ditagih secara keselururuhan.
2. Rasio sangat lancar (quick ratio atau acid test ratio) merupakan rasio yang
menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban
atau hutang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tampa
menghitungkan nilai kesediaannya.
3. Rasio kas (cash ratio), merupakan alat yangdi gunakan untuk mengukur seberapa
besar uang kas yang tersedia untuk membayar hutang.
4. Rasio perputaran kas, berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja
perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan (utang) dan membiayai
penjualan.
5. Iventory To New Working Capital, merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur dan membandingkan antara jumlah kesediaan modal kerja perusahaan.

Dari jenis rasio tersebut maka dapat disimpulkan bahwa rasio likuiditas

digunakan untuk mengukur kemampuan dalam membayar kewajiban jangka pendek

dengan modal yang tertanam dalam kas selain setara kas. Rasio ini juga kana
15

menunjukan bahwa setiap rupiah kewajiban jangka pendek dapat dijamin dengan kas

selain setara kas.

2.1.7 Resiko Bisnis

Brigham dan Houston (2014) mengemukakan bahwa resiko bisnis adalah

seberapa resiko saham perusahaan jika perusahaan tidak menggunakan hutang

perusahaan dengan resiko bisnis besar harus menggunakan hutang lebih lecil

dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai resiko bisnis yang rendal. Hal ini

disebabkan karena semakin besar resiko bisnis, penggunaan hutang besar akan

mempersulit perusahaan dalam mengembalikan hutang mereka.

Setiap perusahaan pasti meliki resiko dalam bisnis atau kegiatan usahanya.

Menurut Ridwan dan Inge (2013;64), resiko merupakan suatu kemungkinan adanya

kerugian variabilitas pendapatan yang dihubungkan dengan aktiva tertentu. Resiko

tersebut sering kali dikaitkan dengan suatu kerugian yang mungki dihadapi oleh

perusahaan. Menurut Ridwan (2013;87), resiko bisnis merupakan resiko dimana

perusahaan tidak mampu menutupi biaya operasionalnya. Hal ini didukung dengan

alasannya bahwa umumnya perusahaan yang memilki pengaruh operasi yang besar

dan biaya operasi yang tetap maka akan mengakibatkan semakin besar resiko

bisnisnya, maka untuk mengetahui resiko bisnis bisa dibandingkan ebit dengan total

asset. Resiko bisnis dipengaruhi oleh stabilitas penerimaan dan stabilitas biaya.

Sedangakan menurut Brigham dan Houston (2014), menyatakan bahwa resiko

bisnis merupakan tingkat resiko dari asset perusahaan jika tidak menggunakan hutang,

resiko bisnis tersebut bisa saja meningkatkan saat perusahaan menggunakan hutang

dalam jumlah banyak dalam memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaan. jika beban

perusahaan semakin banyak maka,resiko yang dihadapi perusahaan juga semakin


16

besar. Resiko bisnis yang besar akan menyebabkan perusahaan kecil. Kemudian

besarnya asset tetap dapat digunakan sebagai jaminan atau kolateral utang perusahaan

(Sartono,2013).

Sehingga dapat disimpulkan setiap perusahaan pasti meilki rasio dalam bisnis

atau kegiatan usahanya. Resiko bisnis itu merupakan resiko dimana perusahaan tidak

mampu menutupi biaya operasionalnya, sehingga resiko bisnis sering dikaitkan

dengan kerugian.

2.1.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiko Bisnis Menurut Westom dan

Brigham (2013) adalah sebagai berikut :

1. variabilitas permintaan, resiko bisnis semakin kecil ketika permintaan produk


perusahaan semakin konstan.
2. Variabilitas harga jual, perusahaan akan menghadapi resiko bisnis yang lebih tinggi
dari pesaing apabila harga jual produk perusahaan lebih fluktuatif.
3. variabilitas harga input, perusahaan yang memperoleh input dengan harga yang
sangat tidak pasti juga menghadapi resiko bisnis yang tinggi.
4. kemampuan untuk menyesuaikan harga output terhadap perubahan harga input,
sejumlah perusahaan menghadapi kesulitan dalam meningkatkan harga produk
apabila biaya input meningkat, semakin besar kemampuan perusahaan
meyesuaikan harga output semakin kecil resiko bisnisnya. Kemampuan itu sangat
diperlukan perusahaan ketika tingkat inflasi tinggi.
5. proporsi biaya tetap, jika sebagaian besar biaya perusahaan merupakan biaya tetap
dan karena itu tidak menurunkan apabila permintaan menurun, maka hal ini akan
mempebesar resiko perusahaan.

2.2 Penelitian sebelumnya


Penelitian tentang faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen telah

diteli sebelumnya. Beberapa peneliti sebelumnya adalah Triasesiarta Nur (2018).

Meneliti tentang kebijakan dividen menggunakan variabel bebas profitabilitas,

likuiditas, firm size sebagai variabel pemoderasi, ia meneliti pada perusahaan sektor

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017. Dengan


17

sampel berjumlah 103 perusahaan. hasil penelitian menemukan bahwa profitabilitas

berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, likuiditas tdak berpengaruh

signifikan terhadap kebijakan dividen, firm zise signifikan memoderasi pengaruh

profitabilitas terhadap kebijakan dividen, sementara tidak signifikan memoderasi

pengaruh likuiditas terhadap kebijakan dividen.

Selanjutnya Maya Laura, Amries Rusli Tanjung danEnni Savitri (2017). Juga

ikut meneliti terkait faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Mereka

menggunakan variabel bebas pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, ukuran

perusahaan, dan resiko bisnis sebagai variabel moderating. Sampel penelitian dalah

perusahaan proprty real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-

2014. Dengan 23 sampel penelitian. Hasil penelitian menemukan bahwa pertembuhan

perusahaan berepngaruh terhadap kebijakan dividen, profitabilitas berpengaruh

terhadap kebijakan dividen, ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap

kebijakan dividen, resiko bisnis tidak mampu memoderasi hubungan antara

pertumbuhan perusahaan terhadap kebijkan dividen, resiko bisnis mampu memoderasi

hubungan profitabilitas terhadap kebijakan dividen, resiko bisnis mampu memoderasi

hubungan antara ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen.

Anaz Dwinasti Wiendharta (2019) meneliti faktor yang berpengaruh terhadap

kebijakan dividen mereka menggunakan variabel bebas profitabilitas, leverage,

likuiditas, ukuran perusahaan. Mereka mengamati perusahaan sektor food and

beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2013-2017. Dengan

35 sampel penelitian, Hasil penelitian menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh

positif terhadap kebijakan dividen, leverage berpengaruh negatif terhadap kebijakan


18

dividen, likuiditas berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen, ukuran perusahaan

berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.

Prasetyo Widyo Iswara (2017) juga ikut meneliti terkait faktor yang

berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Mereka menggunakan variabel bebas rasio

likuiditas, rasio profitabilitas, rasio leverage, ukuran perusahaan, dan asset growt. Ia

mengamati perusahaan sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2012-2015. Dengan sampel yang digunakan sebanyak 8 perusahaan

selama tahun 2012-2015. Hasil penelitian menemukan bahwa rasio likuiditas

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, rasio profitabilita

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, rasio leverage

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen, ukuran

perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen ,asset

growth berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen.

Devi Hoei Sunarya (2013) juga ikut meneliti terkait faktor yang berpengaruh

terhadap kebijakan dividen. Mereka menggunakan variabel bebas kebijakan hutang,

profitabilitas, likuiditas dan size sebagai variabel moderasi. Ia mengamati pada

perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-

2011. Dengan sampel yang digunakan sebanyak 26 perusahaan. hasil penelitian

menemukan bahwa kebijakan hutang, profitabilitas dan likuiditas secara simultan

signifikan mempengaruhi kebijakan dividen. Secara parsial kebijakan hutang,

profitabiltas dan likuiditas secara signifikan mempengaruhi kebijakan dividen Namun

variabel kebijakan hutang dengan size,profitabilitas dengan size, dan likuiditas dengan

size tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan divide.


19

Joshua Reinaldo & Ardiansyah (2020) juga ikut meneliti terkait faktor yang

berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Mereka menggunakan variabel bebas yaitu

profitabilitas, likuiditas dan resiko bisnis sebagai moderasi Mereka mengamati pada

perusahaan sektormanufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode

2015-2015. Dengan sampel yang digunakan sebanyak 33 dari 163 perusahaan. hasil

penelitian menemukan bahwa profitabilitas dan likuiditas memiliki pengaruh yang

positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Resiko bisnis mampu memoderasi

hubungan antara likuiditas dengan kebijakan dividen dan memperlemah hubungannya,

Namun resiko bisnis tidak mampu memoderasi hubungan antara profitabilitas dengan

kebijakan dividen.
20

Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Sebelumnya
No Peneliti Judul Perbandingan Hasil penelitian
( Tahun) Persamaan Perbedaan
1. Triasesiarta Pengaruh Profitabilita firm size Profitabilitas
Nur (2018). Profitabilitas s, likuiditas, sebagai berpengaruh
dan likuiditas dan variabel signifikan terhadap
terhadap kebijakan moderasi. kebijakan
kebijakan dividen. dividen, likuditas
dividen tidak berpengaruh
dengan firm signifikan terhadap
size sebagai kebijakan dividen,
pemoderasi firm size signifikan
pada memoderasi pengaruh
perusahaan profitabilitas terhadap
manufaktur kebijakan dividen,
yang sementara tidak
terdaftar di signifikan memoderasi
Bursa Efek pengaruh likuiditas
Indonesia terhadap kebijakan
periode 2013- dividen.
2017.
2. Maya Laura, Pengaruh Profitabilita Pertumbuhan pertumbuhan
Amries Rusli pertumbuhan s, kebijakan perusahaan ,u perusahaan
Tanjung dan perusahaan, dividen dan kuran berpengaruh terhadap
Enni savitri profitabilitas resiko perusahaan. kebijakan
(2017). dan ukuran bisnis. dividen, profitabilitas
perusahaan berpengaruh terhadap
terhadap kebijakan dividen,
kebijakan ukuran perusahaan
dividen tidak berpengaruh
dengan resiko signifakan terhadap
bisnis sebagai kebijakan dividen,
variabel resiko bisnis tidak
modereting mampu memoderasi
pada Hubungan antara
perusahaan pertumbuhan
proporti real perusahaan terhadap
estate yang kebijakan dividen,
terdaftar di resiko bisnis mampu
Bursa Efek memoderasi hubungan
Indonesia profitabilitas terhadap
periode 2009- kebijakan dividen.
2014.
21

Lanjutan Tabel 2.1

No Peneliti Judul Perbandingan Hasil penelitian


Persamaan Perbedaan
( Tahun)
3. Anaz Pengaruh Profitabilita Leverage, Profitabilitas
Dwinasti profitabilitas, s,likuiditas dan ukuran berpengaruh positif
Wiendharta leverage, dan perusahaan. terhadap kebijakan
(2019). likuiditas kebijakan dividen, leverage
dan ukuran dividen. berpengaruh negatif
perusahaan terhadap kebijakan
terhadap dividen, likuiditas
kebijakan berpengaruh negarif
dividen pada terhadap kebijakan
perusahaan dividen, ukuran
food and perusahaan
beverage berpengaruh positif
yang terhadap kebijakan
terdaftar di dividen.
Bursa Efek
Indonesia
periode
2013-2017.
4. Presetyo Pengaruh Rasio Rasio Rasio likuiditas
Widyo rasio likuiditas, leverage, berpengaruh positif
Iswara likuiditas ,ras rasio ukuran dan signifikan
(2017). io profitabilita perusahaan, terhadap kebijakan
profitabilitas, s, dan dan asset dividen, rasio
rasio kebijakan growth. profitabilitas
leverage, dividen. berpengaruh negatif
ukuran dan signifikan
perusahaan terhadap kebijakan
dan asset dividen, rasio
growth leverage berpengaruh
terhadap positif dan tidak
kebijakan signifikan terhadap
dividen pada kebijakan dividen,
perusahaan ukuran perusahaan
sektor negatif terhadap
makanan dan kebijakan dividen,
minuman asset growth
yang berpengaruh positif
terdaftar di dan tidak signifikan
Bursa Efek terhadap kebijakan
Indonesia dividen
2012-2015.
22

Lanjutan Tabel 2.1

No Peneliti Judul Perbandingan Hasil penelitian


Persamaan Perbedaan
( Tahun)
5. Devi Hoei Pengaruh Kebijakan Kebijakan Kebijakan hutang,
Sunarya kebijakan dividen, hutang dan profitabilitas dan
(2013). hutang, profitabilita size likuiditas secara
profitabilitas s dan sebagai simultan signifikan
, dan likuiditas. moderasi. mempengaruhi
likuiditas kebijakan dividen.
terhadap Secara parsil
kebijakan kebijakan hutang,
dividen profitabilitas dan
dengan size likuiditas secara
sebagai signifikan
variabel mempengaruhi
moderasi kebijakan dividen.
pada sektor Namun variabel
Manufaktur kebijakan hutang
yang dengan size,
terdaftar di profitbilitas dengan
Bursa Efek size dan likiditas
Indonesia dengan size tidak
periode bepengaruh
2008-2011. signifikan terhadap
kebijkan dividen.
6. Joshua Pengaruh Kebijakan Tahun Profitabilitas dan
Reinaldo & profitabilitas dividen, pengamatan likuidtas memiliki
Ardiansyah dan likuiditas profitabilita , sektor pengaruh yang
(2020). terhadap s, likuiditas penelitian. positif dan
kebijakan dan resiko signifikan terhadap
dividen bisnis kebijakan dividen,
dengan sebagai resiko bisnis mampu
resiko bisnis moderasi, memoderasi
sebagai hubungan antara
moderasi likuiditas dengan
pada kebijakan dividen
perusahaan dan memperlemah
manufaktur hubungannya.
yang Namun resiko bisnis
terdaftar di tidak mampu
Bursa Efek memoderasi
Indonesia hubungan antara
periode 2015- profitabilitas dengan
2017. kebijakan dividen.
23

2.3 Kerangka Pemikiran

2.3.1 Hubungan Profitabilitas dengan Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen tidak dapat dipisahkan dari profitabilitas karena pembagian

dividen sangat tergantung terhadap terhadap perolehan laba perusahaan. terhadap

perolehan laba perusahaan. Pembagian dividen bersumber dari laba yang didapatkan

perusahaan setelah memenuhi kewajiban-kewajibannya baik berupa bunga maupun

pajak. Semakin tinggi laba bersi yang didapatkan perusahaan semakin besar pula

dividen yang akan dibayarkan.

Menurut linther dalam smoothing theory mengatakan bahwa kebijakan dividen

bergantung pada keuntungan sekarang dan dividen tahun sebelumnya. Hal yang

relevan juga mengungkapkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap

kebijakan dividen Joshua Reinaldo & Ardiansyah (2020),adanya pengaruh tersebut

menunjukan bahwa besar kecilnya laba perusahaan akan akan mempengaruh besar

kecilnya laba pembagian dividen. Apa bila perusahaan besar berarti dividen yang

dibagikan akan semakin besar pula demikian pula sebaliknya. besarnya dividen yang

akan diberikan akan dipengaruh oleh tingkat profitabilitas yang dialami perusahaan,

jika perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi menandakan laba yang

dialami perusahaan besar, dan dapat dialokasikan untuk berbagai keperluan

perusahaan, salah satunya kebijakan dividen yang digunakan manajemen untuk

memberikan kepercayaan serta mengikat pemegang saham untuk terus menanamkan

modalnya kepada perusahaan.

Semakin besar keuntungan yang dapat diraih perusahaan akan semakin besar

dividen yang dibagikan, dengan demikian semakin besar profitabilitas semakin


24

menghemat biaya modal Oleh karena itu profitabilitas menjadi pertimbangan penting

bagi investor dalam keputusan investasi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Anas Dwinasti Wiendharta (2019). Dengan kata lain dapat dikatakan

bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.

2.3.2 Hubungan Likuiditas dengan Kebijakan Dividen

Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi kewajiban

jangka pendek menurut Darminto(2016), likuiditas memengaruhi kebijakan dividen

karena likuditas dapat mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membayar

dividen kepada pemegang sahamnya. Rasio ini membandingkan Rasio ini

membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber daya jangka pendek atau

lancar yang tersedia untuk memenuhi kewajiban tersebut. Rasio ini dapat memberikan

banyak pandangan dalam mengenai kopentensi keuangan perusahaan saat ini dan

kemampuan perusahaan untuk tetap kompeten apabila terjadi masalah.

Likuiditas merupakan faktor penting yang dijadikan pertimbangan sebelum

perusahaan menetapkan dibayarkan. Jika posisi likuiditas perusahaan baik, maka

memampuan likuiditas membayar dividennya akan besar serta sebaliknya karena

menginga dividen tunai merupakan aliran kas keluar. Posisi likuiditas perusahaan

pada kemampuan pembayaran dividen sangat berpengaruh karena dividen diabayar

dengan kas dan tidak dengan laba ditahan, perusahaan harus memilki kas tersebut

untuk membayar dividen.

Oleh karena itu perusahaan yang memiliki likuiditas yang bak maka

kemungkinan pembayaran dividen yang lebih baik pula. Likuiditas perusahaan dapat

diukur dengan rasioseperti current ratio. tingkat rasio hutang lancar terhadap aktiva

lancar atau sering disebut tingkat likuiditas perusahaan merupakan isyarat bahwa
25

posisi keuangan kuat, dengan sebagai kepentingan manajemen salah satunya

kebijakan dividen perusahaan akan sangat dipengaruhi tingkat likuditas perusahaan

jika tingkat likuidtas perusahaan tinggi maka manajemen akan merasa kekuatan

keuangan perusahaan kuat karena daat menutupi hutang lancar yang berakibat juga

pada keberanian manajemen dalam membagikan besarnya laba untuk dialokasikan

sebagai dividen.

Dengan demikian kemampuan tersebut para investor akan tertarik untuk

menanamkan modalnya yang bertujuan untuk memperleh laba berupa dividen.

Semakin besar perusahaa dapat membayar hutang jangka pendeknya,maka

kemampuan membayar dividen juga akan terpenuhi. Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Presetyo Widyo Iswara (2017). Dengan kata lain dapat dikatakan

bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.

2.3.3 Hubungan Resiko Bisnis Sebagai Moderasi dalam Hubungan Antara

Profitabilitas dan Kebijakan Dividen.

Resiko bisnis adalah salah satu penyebaran penyimpangan hasil aktual dari

hasil yang diharapkan dalam menjalankan sebuah bisnis, (Ardhianto,2014). Resiko

dianggap tidak bisa dihindari namun dapat diminimalisir, untuk itu manajemen resiko

bisnis menjadi salah satu bagian yang penting dari strategi manajemen sebuah

perusahaan. resiko bisnis ini adalah untuk mengetahui potensi upside

(menguntungkan) dan downside (merugikan) dari semua faktor yang dapat

memberikan dampak bagi organisasi.

Suatu perusahaa yang selalu meningkatkan citranya melalui meningkatnya laba

suatu perusahaan yang akan berdampak pada kenaikan jumlah laba yang dibayarkan

peda pemegang saham sebagai pembayaran dividen. Hal ini akan memicu terjadinya
26

kenaikan harga saham perusahaan karena dengan mengumumkan adanya peningkatan

dividen, maka pemegang saham atau calon pemegang saham akan meganggap kondisi

perusahaan saat ini dimasa mendatang memiliki prospek yang baik sesuai dengan

perusahaan yang mampumembayar dividen.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ida Ayu (2014) menyatakan bahwa

profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen melalui resiko bisnis.

Profitabilitis memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan dividen dikarenakan

profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilakan laba dan

dividen yang dibagikan apa bila perusahaan tersebut memperoleh laba. Semakin besar

sebuah perusahaan, semakin tinggi resiko yang dihadapi perushaan, sehingga dapat

disimpulkan bahwa profitabilitas akan meningkatkan kebijakan dividen pada saat

resiko bisnis meningkat dan memiliki dampak positif bagi perusahaan selain itu dapat

dikatakan pula bahwa resiko bisnis mampu memoderasi hubungan antara profitabilitas

terhadap kebijakan dividen.

2.3.4 Hubungan Resiko Bisnis Sebagai Moderasi dalam Hubungan Antara

Likuiditas dan kebijakan dividen.

Menurut Vaughan (2020), resiko bisnis tentunya merupakan resiko yang

dihadapi oleh setiap perusahaan terhadap kualitas dan keunggulan produk yang

beredar dipasar, berupa tidak berhasilnya perusahaan memperoleh hasil didalam

lingkungan bisnis berupa resiko finansial yang mempengaruhi struktur modal maupun

fluktuasi dalam resiko bisnis terjadi karena adanya ketidak pastian. Salah satu tujuan

investor dalam melakukan investasi adalah memaksimalkan tingkat pengembalian

(return), tampe mengesampingkan faktor resiko investasi yang harus ditanggung oleh

investor.
27

Pemegang saham dalam berinvestasi pastinya mengiginkan keuntungan dari

yang telah mereka investasikan. Berdasarkan teori agensi manajer dapat

mengembalikan suatu tindakan yang ditak menguntungkan bagi investor agar

pemegang saham dapat yakin bahwa manjer telah mengelola dana mereka dengan

baik, maka dilakukan pembayarn dividen. Jika manajer mampu mengolah perusahaan

perusahaan dengan baik sehingga dapat menghasilakan laba, maka semakin besar

kemungkinan mengembalikan dalam bentuk dividen yang akan dibagikan kepada

pemegang saham dari investasi yang dilakukan.

Dengan adanya resiko bisnis dalam bisnis akan mempengaruhi pendapatan

dalam suatu perusahaan. resiko pada bisnis akan membuat pendapatan perusahaan

menjadi tidak menentu atau berkurang karena berbagai hal yang akan mempengaruhi

porsi pembayaran dividen untuk pemegang saham karena persentase pembagian

deviden berasal dari keuntungan yang diperoleh perusahaan.

Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putu Adhy (2014),

menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen melalui

resiko bisnis dengan kata lain dapat dikatakan bahwa resiko bisnis mampu

memoderasi hubungan antara likuiditas terhadap kebijakan dividen, sehingga dapat

disimpulkan bahwa resiko bisnis akan meningkatkan kebijakan dividen pada saat

likuiditas perusahaan meningkat.


28

Berdasarkan hubungan variabel yang telah diaparkan pada kerangka

pemikiran, maka secara ringkas hubungannya tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1

X1= Profitabilitas H1

Y = Kebijakan Dividen
H2 H3

X2 = Likuiditas
H4

M = Resiko bisnis

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis

Berdasarkan hubungan antara variabel yang telah dipaparkan pada kerangka

pemikiran, maka hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan sebagai berikut :

1. H1 : Profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

2. H2 : Likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

3. H3 : Resiko bisnis memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan

dividen.

4. H4 : Resiko bisnis memoderasi pengaruh likuiditas terhadap kebijakan

dividen.
BAB III

MEOTE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian atau rancang bangun penelitian adalah rencana dan struktur

penyelidikan yang disusun sedemikian rupa, sehingga peneliti dapat memperoleh

jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. Rencana itu merupakan suatu

skema menyeluruh yang mencakup program penelitian (Kerliger,2000;24). Desain

penelitian atau rencangan suatu penelitian harus memiliki empat aspek sebagai mana

di ungkapkan Seakaran &Bougie (2017;52), yaitu terdiri dari sifat studi, jenis

investigasi, tingkat intervensi peneliti, situasi studi, unit analisis, horizon waktu.

Penelitian ini mengacu pada rancangan penelitian yanng telah dikemukakan

oleh Sekaran & Bougie (2017;52) tersebut dengan berpedoman pada aspek yang harus

terpenuhi. Masing-masing aspek dijelaskan sebagai berikut :

1) Sifat Studi

Pengujian Sifat studi dalam penelitian ini adalah pengujian hipotesis. Studi

yang termasuk dalam pengujian hipotesis biasanya bersifat menjelaskan hubungan

tertentu atau menentukan perbedaan antara kelompok atau kebebasan dua atau lebih

faktor dalam suatu situasi (Sekaran & Bougie,2017;62). Pengujian hipotesis yang

dilakukan adalah menguji variabel bebas yaitu profitabilitas, likuiditas dan resiko

bisnis sebagai moderasi terhadap variabel tidak bebas yaitu kebijakan dividen.

2) Jenis Investigasi

Penelitian ini ingin menentukan penyebab atas permasalahan yang terjadi.

Jenis investigasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi kausal. Studi kausal

adalah studi dimana peneliti ingin menemukan penyebab dari sutu atau lebih masalah

(Sekaran & Bougie, 2015;64).masalah yang terjadi dalam penelitian ini adalah

29
30

kebijakan dividen. Kebijakan dividen pada perusahaan sektor otomotif dan komponen

berpotensi dipengaruhi oleh profitabilitas, likuiditas, dan resiko bisnis sebagai

moderasi.

3) Tingkat Intervensi Peneliti Terhadap Studi

Tingkat intervensi peneliti dalam penelitian ini adalah intervensi minimal.

Peneliti tidakikut mempengaruhi kondisi kebijakan dividen perusahaan sektor

otomotif dan komponen saat diperoleh maupun pada saat pengupayaan kebijakan

dividen tersebut. Oleh karena itu tingkat intervensi peneliti rendah, peneliti hanya

mengumpulkan data berupa laporan keuangan yang telah di audit, dan selanjutnya

menganalisis data tersebut.

4) Situasi Studi

Situasi studi dalam penelitian ini adalah tidak diatur. Peneliti ingin mengetahu

pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen dengan resiko bisnis

sebagai moderasi tampa intervensi peneliti terhadap sumber data dilapangan. Oleh

karena itu situasi studi berjalan dengan normal tampa ada desakan atau pengaturan

dari peneliti terhadap data-data di lapangan.

5) Unit Analisis

Unit analisis merujuk pada tingkat kesatuan data yang dikumpulkan selama

terhadap analisis data selanjutnya (Sekaran & Bougie,2017;73). Unit analisis dalam

penelitian ini adalah perusahaan sektor otomotif dan komponen secara individu.

Kesatuan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan

perusahaan sektor otomotif dan komponen.


31

6) Horizon Waktu

Horizon waktu dalam penelitianini adalah studi time series dengan periode

pengamatan tahun 2017-2019. Studi yang mengumpulkan data hanya sekali periode.

Baik harian, mingguan, maupun bulanan disebut studi dengan horizon waktu atau

cross sectional (Sekaran & Bougie,2017;77). Data yang dikumpulkan hanya sekali

periode yang dimaksud dalam penelitianini adalah lammporan keuangan perusahaan

sektor otomotif dan komponen yang terdaftar di Bursa Eefek Indonesia. Selanjutnya

karena data tersebut terdiri dari tahun 2017-2019 dan memilki beberapa sub, maka

horizon waktu dalam penelitian ini disebut data panel. (Gujarati,2004;637).

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi mengacu pada keselururuha kelompok orang, kejadian atau hal minat

yang ingin peneliti investigasi (Sekaran & Bougei,2017;21). Atau dengan kata lain

populasi adalah kumpulan dari keseluruhan pengukuran, objek atau individu yang

sedang dikaji dengan tidak tebatas pada sekelompok / kumpulan orang-orang. Poulasi

dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor otomotif dan kompenen yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesiatahun 2017-2019 yang telah memenuhi kriteria populasi yang

berjumlah 32 perusahaan secara ringkas, populasi dala penelitian ini dapat dilihat pada

tabel 3.1.
32

Tabel 3.1
Kriteria populasi penelitian
No Uraian 2017 2018 2019 Jumlah
1 Perusahaan sektor otomotif
dan komponen yang terdaftar 13 13 13 39
di BEI.
2 Perusahaan sektor otomotif
dan komponen yang  tidak
ada laporan keuangannya di 3 1 1 5

situs resmi BEI


(http://www.idx.co.id/ ).
3 Perusahaan sektor otomotif
dan komponen yang tidak
membagikan dividennya pada 0 1 1 2

laporan keuangan.
Jumlah 10 11 11 32
SumbeR : IDX Statistic Yearly 2017–2019 Diolah Tahun 202.

Berdasarkan tabel 3.1 terlihat jumlah populasi penelitian berjumlah 32

perusahaan. selanjutnya 32 perusahaan ini akan diolah datanya untuk menguji

hipotesis penelitian. Hasil dari hipotesis tersebut akan menjawab rumusanmasalah

penelitian ini adalah memasukan semua populasi menjdi sampel, sehingga disebut

teknik pengambilan sampel jenuh (sensus). Nama-nama perusahaan yang menjadi

pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 1.

Penelitian menggunakan Jakarta Stok Industrial Clasification (JESICA)

sebagai pedoman dalam mengklasifikasikan perusahaan yang termasuk kedalam

sektor otomotif dan komponen hal ini karena sistem klasifikasi sektor yang digunakan

untuk mengkategorikan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah

JESICA.
33

3.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan

perusahaan sektor otomotif dan komponen yang telah di audit. Data sekunder

merupakan data yang diperoleh melalui sumber yang sudah ada dan tidakperlu lagi

dikumpulkan dari responden lansung. Data tersebut seperti buletin statistik, publikasi

pemerintah dan informasi yang dipublikasikan disebut data sekunder (Sekaran &

Bougie,2017;77).

Data sekinder dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan sektor

otomotif dan komponen yang telah di audit. Laporan tersebut yaitu laporan perubahan

ekuitas konsolidasi, laporan laba rugi dan penghasilan untuk mengetahui kebijakan

dividen, laporan laba rugi dan penghasilan, posisi keuangan konsolidasian untuk

mengetahui likuiditas, laporan laba rugi dan penghasilan, laporan posisi keuangan

konsolidasian untuk mengetahui resiko bisnis.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan

cara dokumentasi, yaitu mengumpulkan data yang telah tersedia pada Bursa Efek

Indonesia (BEI). Data yang dikumpulkan dengan cara mengunduh dari situs resmi

BEI yaitu di http://www.idx.co.id/. Disitus tersebut masuk kemenu perusahaan

tercatat, kemudian sub menu laouran keuangan dan tahunan, kemudian langsung

mengisi form untuk mengunduh laporan keuangan perusahaan yang diinginkan.

3.4 Definisi dan Operasionalisasi Variabel

Peneliian ini menggunakan empat variabel, yaitu terdiri dari satu variabel tidak

bebas (dependent variable), dan dua variabel bebas (independent variable) dan satu

variabel moderasi. Variabel tidak bebas adalah kebijakan dividen, dan variabel bebas

adalah profitabilitas dan likuiditas dan variabel mederasi adalah resiko bisnis.
34

3.4.1 Variabel Tidak Bebas (dependent variable)

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel tidak bebas adalah kebijakan

dividen. Menurut Rais (2017) kebijakan dividen merupakan kebijakan dalam

menentukan berapa laba bersi yang akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai

dividen dan berupa laba bersi yang akan diinvestasikan kembali ke perusahaan

sebagai laba ditahan. Maka untuk mengetahui proporsi kebijakan dividen bisa

dibandingkan divident per share dengan earning per share.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kebijakan dividen dalam penelitian ini

diukur dengan rumus :

Dividen Per Share


Dividend payout ratio (DPR) =
Earning Per Share

3.4.2 Variabel Bebas (independen Variable)

Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah profitabilitas dan

likuiditas. Devinisi dan operasionalisasi masing-masing variabel akan dipaparkan

berikut ini.

3.4.2.1 Profitabilitas

Syamsuddin (2010;59), menyatakan bahwa profitabilitas merupakan hasil bersi

dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Profitabilitas di proyeksikan dengan returtn

on asset (ROA) yakni mengukur seberapa efesiensinya perusahaan dalam mengelola

assetnya sehingga menghasilkan laba. Maka untuk mengetahui rasi profitabilitas

tersebut bisa dibandingkan dengan laba bersih dengan total asset.

Berdasarkan penjelaskan tersbut maka profitabilitas dalam penelitian ini

diukur dengan rumus :


35

Laba Bersi
Return On Asset (ROA) =

Total Asset

3.4.2.2 Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban (hutang) jangka pendek, yang berarti apa bila

perusahaan ditagih, maka perusahaan akan mampu memenuhi tagihan tersebut

terutama tagihan yang telah jatuh tempo (Kasmir,2012;129). Maka untuk mengetahui

rasio likuiditas bisa dibandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka likuiditas dalam penelitian ini diukur

dengan rumus :

Aktiiva Lancar
Current Ratio (CR) =
Hutang Lancar

3.4.2.3 Variabel Moderasi Resiko Bisnis

Variabel moderasi merupakan variabel yang mempengaruhi baik memperkuat

atau memperlemah hubungan atara variabel independen dan variabel dependen.

Kondisi variabel moderasi yang tidak kondusif akan menyebabkan hubungan variabel

independen danvariabel dependen lemah atau menurun. Kondisi variabel moderasi

yang kondusif maka hubungan antara variabel independen dan variabel dependen akan

kuat atau meninggi (Silalahi,2017). Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah

resiko bisnis.

Menurut Ridwan (2013;87), resiko bisnis merupakan resiko dimana

perusahaan tidak mampu menutupi biaya operasionalnya. Hal ini didukung dengan

alasannya bahwa umumnya perusahaan yang memilki pengaruh operasi yang besar
36

dan biaya operasi yang tetap maka akan mengakibatkan semakin besar resiko

bisnisnya, maka untuk mengetahui resiko bisnis bisa dibandingkan ebit dengan total

asset.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka rasio resiko bisnis dalam penelitian ini
diukur dengan rumus :
Ebit
Business Risk (BR) =
Total Asset

Ringkasan definisi dan operasionalisasi variabel dalam penelitian ini, secara

ringkas dapat dilihat pada tabel 3.2

Tabel 3.2
Rincian operasionalisasi variabel
No Variabel Pengukuran Skala Referensi
Indikator
Kebijakan Deviden perShare Rais (2017)
1 Rasio
dividen Earning perShare
Laba Bers Syamsuddin
2 Profitabilitas Rasio (2010;59)
Total Asset
Aktiva Lancar Kasmir,
3 Likuiditas Rasio
Hutang Lancar (2012;129)
EBIT Ridwan
4 Resiko Bisnis Rasio
Total Asset (2013;87)

3.5 Teknik Analisis Data

3.5.1 Moderated Regression Analysis (MRA)

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh hubungan

antara variabel independen (profitabilitas, likuiditas) dan variabel dependen

(kebijakan dividen), serta menguji apakah resiko bisnis mempunyai pengaruh terhadap

hubungan antara profitabilitas, likuiditas, dan kebijakan dividen, analisis regresi

berganda dalam penelitian ini menggunakan II model. Penggunaan II model regresi

dimasukan untuk membandingkan hasil pengujian dari kedua model regresi, model
37

regresi I digunakan untuk menguji kedua variabel independen terhadap variabel

dependen tampa memasukan variabel moderasi. Sedangkan untuk model regresi II

seluruh variabel dimasukkan dalam uji penelitian. Untuk menguji pengaruh variabel

pemoderasi digunakan uji interaksi. Berikut merupakan persamaan regresi yang

digunakan dalam penelitian ini :

Persamaan 1:

Y =      + X*Z  e

Keterangan :

Y : Kebijakan Dividen

a : Konstanta

- ,: Koefisien

X1 : Profitabilitas

X2 : Resiko Bisnis

X*Z : Interaksi antara profitabilitas dan resiko bisnis

e : error

Persamaan 2:

Y =      + 3*Z  e

Keterangan :

Y : Kebijakan Dividen

a : Konstanta

- ,: Koefisien

X1 : Likuiditas

X2 : Resiko Bisnis

X*Z : Interaksi antara likuiditas dan resiko bisnis


38

3.6 Pengujian Hipotesis

Ghazi (2011), terdapat dua jenis alat uji statistik, yaitu statistik paremetrik dan

statistik non paremetrik digunakan jika distribusi data yang digunakan normal,

sedangkan data yang bersifat tidak digunakan uji statistik non paremetrik. Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan pengujian statistik parametrik.

Menurut Ghozali (2011), ada beberapa kondisi yang harus dipenuhi agar uji

statistik parametrik dapat digunakan, yaitu :

1. Observasi harus independen.

2. Populasi asal observasi harus berdistrubi normal.

3. Variabelpopulasi masing-masing grup dalam hal analisis dengan dua grup harus

sama.

4. Variabel harus diukur paling tidak dalam skala interval.

1. Pengujian Hipotesis Pertama

1 : profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

a1 : Profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

2. Pengujian Hipotesis kedua

2 : Likuiditas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

Ha2 : Likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

3. Pengujian Hipotesis Ketiga

H03 : Resiko bisnis tidak memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap

kebijakan dividen.

Ha3 : Resiko bisnis memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan

dividen.
39

4. Pengujian Hipotesis Keempat

H04 : Resiko bisnis tidak memoderasi pengaruh likuiditas terhadap kebijakan

dividen.

Ha4 :Resiko bisnis memoderasi pengaruh likuiditas terhadap kebijakan

dividen.

Untuk menerima atau menolak keempat hipotesis dalam penelitian ini, maka

dilihat hasil output SPSS. Kemudian output tersebut dimasukan ke kriteria menerima

atau menolak hipotesis. Kriteria ini berpedoman pada Gani (2015)dan Supranto

(2009). Paparan kriteria menerima atau menolak hipotesis akan diuraikan berikut ini :

1) Kriteria menerima atau menolak hipotesis pertama.

 Jika koefisien beta sama dengan nol ( = 0), maka 1 diterima dan 1

ditolak. Artinnya bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap

kebijakan dividen.

 Jika koefisien beta tidak sama dengan nol (  0), maka 1 ditolak dan

1 diterima. Artinya bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap

kebijakan dividen.

2) Kriteria menolak atau menolak hipotesis kedua

 Jika koefisien beta sama dengan nol ( = 0), maka 2 diterima dan 2

ditolak. Artinya bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap kebijakan

dividen.

 Jika koefisien beta tidak sama dengan nol (  0), maka 2 ditolak dan 2

diterima. Artiya bahwa likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan dividen.


40

3) Kriteria menerima atau menolak hipotesis ketiga :

 Jika :
Persamaan (2) b2Z b2 signifikan dan Persamaan (3) b3X*Z b3 tidak
signifikan. Maka variabel Z bukan variabel moderator , tapi ia merupakan
suatu variabel independen intervening exogenous, antecedent, atau
prediktor.
 Jika :
Persamaan (2) b2Z b2 tidak signifikan dan Persamaan (3) b3X*Z b3
Signifikan. Maka variabel Z PURE MODERATOR (Z merupakan
variabel moderator murni).
 Jika:
Persamaan (2) b2Z b2 tidak signifikan dan Persamaan (3) b 3X*Z b3 tidak
signifikan. Maka variabel Z merupakan HOMOLOGIZER
MODERATOR (potensial).
 Jika:
Persamaan (2) b2Z b2 signifikan dan Persamaan (3) b3X*Z b3
signifikan. Maka variabel Z merupakan suatu QUASI MODERATOR
(semu)
4) Kriteria menerima atau menolak hipotesis keempat :

 Jika :
Persamaan (2) b2Z b2 signifikan dan Persamaan (3) b3X*Z b3 tidak
signifikan. Maka variabel Z bukan variabel moderator , tapi ia merupakan
suatu variabel independen intervening exogenous, antecedent, atau
prediktor.
 Jika :
Persamaan (2) b2Z b2 tidak signifikan dan Persamaan (3) b3X*Z b3
Signifikan. Maka variabel Z PURE MODERATOR (Z merupakan
variabel moderator murni).
 Jika:
Persamaan (2) b2Z b2 tidak signifikan dan Persamaan (3) b3X*Z b3 tidak
signifikan. Maka variabel Z merupaka HOMOLOGIZER MODERATOR
(potensial).
41

 Jika:
Persamaan (2) b2Z b2 signifikan dan Persamaan (3) b3X*Z b3 signifikan.
Maka variabel Z merupakan suatu QUASI MODERATOR (semu)

DAFTAR PUSTAKA

Alza, R.Z.,&Utama,A.G.S. (2018).Pengaruh Kebijakan Pendanaan, Kebijakan


Investasi, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Risiko
Bisnis Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris Pada Perusahaan yang
tergabung dalam Indeks LQ45 2011-2015 ). Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis
Airlangga, 3 (1).

Amanah,L. (2020). Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage
terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi (JIRA),9(7).

Darminto,2008, pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Struktur Modal dan Stuktur


Kepemilikan Saham Terhadap Kebijakan Dividen. (Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial
Vol.20 No2).
Idawati,I.A.A., & Sudiartha, G.M. (2014). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Ukuran
Perusahaan terhadap Kebijakan Deviden Perusahaan Manufaktur di BEI. E-
jurnal manajemen Universitas Udayana, 3(6).
Islamiyah,Rizki,2012. Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas, Likuiditas,leverage
dan Growth Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur di
BEI. STIE Pernanas Surabaya.

Iswara,P.W.(2017). Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas, Rasio Leverage,


Ukuran Perusahaan, dan Asset Growth terhadap Kebijakan Dividen (Studi
Kasus pada Perusahaan Industri Manufaktur Sub Sektor Makanan dan
Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015).  Jurnal
BisnisTeknologi, 4(1), 33-47.
Jannati,A.(2012). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Dan Growth Terhadap
Kebijakan Dividen (Sensus pada Perusahaan Manufaktur Consumer Goods
Industry yang listing di Bursa Efek Indonesia). Tasikmalaya : FE UNSIL.
 Joshua Reinaldo, A.(2020). Pengaruh Profitabilitas Dan LikuiditasTerhadap
Kebijakan Dividen Dengan Resiko Bisnis Sebagai Moderasi. Jurnal
Paradigma Akuntansi, 2(1), 10-20.
42

Laura,M.,Tanjung, A.R.,& Savitri, E.(2018). Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan,


Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen dengan
Risiko Bisnis sebagai Variabel Moderating. Jurnal Ekonomi, 25 (1),1.

Mnune,T.D.& Purbawangsa, I.B.A. (2019). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran


Perusahaan Dan Risiko Bisnis Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan
Manufaktur. E-Jurnal Manajemen, 8(5), 2862-2890.
Nainggolan,M.V.,Azlina,N.&Julita,J. (2017). Pengaruh Kebijakan Deviden,
Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Resiko Bisnis, Cash Holding, Kontrol
Kepemilikan, Dan Non Debt Tax Shield Terhadap Struktur Modal Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Periode
2011-2014) (Doctoral dissertation, Riau University).
Nanda,D.W.,&Retnani,E.D.(2017). Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan InstitusionalDan Resiko Bisnis Terhadap Struktur Modal.
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi (JIRA),  6(3).
Nur, T. (2018). Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen
dengan Firm Size sebagai Pemoderasi (Pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017). ESENSI, 21 (2), 1-
15
Ratnasari, P. S. P., & Purnawati, N. K. (2019). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas,
Tingkat Pertumbuhan Perusahaan dan Leverage terhadap Kebijakan
Dividen. E-Jurnal Manajemen, 8(10), 6179-6198.
Sholikhatum, Siti,2007. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Asset, Resiko
Bisnis, Profitabilitas dan Likuiditas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan
Sektor Mining BEI Tahun 2011-2015. Jurnal Manajemen UDINUS.
Sunarya, D. H. (2013). Pengaruh Kebijakan Utang, Profitabilitas dan Likuiditas
terhadap Kebijakan Dividen dengan Size sebagai Variabel Moderasi pada
Sektor Manufaktur Periode 2008-2011. Calyptra,  2(1), 1-19.
Wiendharta,A.D.(2019). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Likuiditas Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi
(JIRA), 8(4).
Yunita,Santi,2008. Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas,Tangibillity,Growh
Opportunity, Resiko Bisnis dan Ukuran Perusahaan Terhadap S truktur
Modal Pada Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi di
BEI Tahun 2012-2016. Jurnal Ilmu Manajemen. Vol.6,No.4s.

Anda mungkin juga menyukai