Dibuat oleh :
Kelompok 3
Adyendy NIM : 2019.C.11a.0995
Cindy Masdy NIM : 2019.C.11a.1002
Fordianus Candy NIM : 2019.C.11a.1010
Khofifah Wulannor NIM : 2019.C.11a.1014
Lolita Amelia NIM : 2019.C.11a.1016
Muntiara Sri Mampung NIM : 2019.C.11a.1019
Novin Anggraini NIM : 2019.C.11a.1022
Rista Bela NIM : 2019.C.11a.1026
Yoandra Resa Veronika NIM : 2019.C.11a.1034
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Issue dan
Trend dalam Penelitian Keperawatan Komunitas.
Dalam penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat
bantuan dan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen pembimbing.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga
tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas bantuan, dukungan
dan doanya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.
Makalah ini mungkin kurang sempurna untuk itu penulis mengharap kritik dan
saran untuk penyempurnaan makalah ini.
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaiman Issue dan Trend dalam Penelitian Keperawatan Komunitas ?
2. Apa Kasus/masalah yang berhubungan dengan Issue dan Trend dalam
Penelitian Keperawatan Komunitas ?
3. Bagaimana Solusi dan Peran Tenaga Kesehatan dalam Penyelesaian
Masalah ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Issue dan Trend dalam Penelitian Keperawatan Komunitas.
2. Mengetahui kasus/masalah yang berhubungan dengan Issue dan Trend
dalam Penelitian Keperawatan Komunitas.
3. Mengetahui Solusi dan Peran Tenaga Kesehatan dalam Penyelesaian
Masalah.
5
BAB 2
PEMBAHASAN
6
Kegiatan yang dilakukan untuk memberdayakan organisasi keperawatan,
yaitu:
1) Membentuk komite riset;
2) Menciptakan lingkungan kerja yang ilmiah;
3) Kebijakan kegiatan riset dan pemanfaatan hasilnya.
4) Pendidikan berkelanjutan.
Budaya ilmiah juga dapat dimanfaatkan sebagai strategi akuntabilitas
publik, justifikasi indakan keperawatan, dan bahan pengambilan keputusan.
Kesadaran terhadap nilai riset yang potensial akan memberikan dampak yang
menguntungkan bagi rganisasi, misalnya kinerja keperawatan yang meningkat dan
out come klien yang optimal.
Issue dan Trend dalam penelitian keperawatan komunitas sudah banyak
sekali topik/judul yang digunakan oleh para peneliti keperawatan komunitas
seperti Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Lansia Berkunjung Ke
Kelompok Binaan Khusus Lansia Di Puskesmas Global Limboto Kabupaten
Gorontalo dan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Dengan Kejadian Diare
Pada Anak Sekolah Dasar (SD).
Menurut Depkes 2014 angka kejadian diare sangat tinggi, banyak peneliti
yang melakukan penelitian terhadap PHBS pada anak usia sekolah karena anak
usia sekolah lebih aktif dan rasa keingin tahuan yang tinggi terhadap benda asing
sehingga rentan sekali untuk terkena penyakit daire dan kurangnya suatu
penerapan tersebut dari orang tua dan pihak sekolah. Dengan dilakukannya
tindakan PHBS maka anak, dan orang tua mengetahui bahwa pentingnya
melakukan cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir sebelum dan
sesudah makan.
Trend dan issue saat ini juga adalah kurangnya dukungan keluarga
terhadap lansia, sehingga para lansia memiliki harga diri rendah seperti merasa
sudah tidak berdaya di dalam keluarganya. Dukungan keluarga kepada lansia
sangat dibutuhkan agar lansia merasa bahagia dan berguna dengan cara
memberikan motivasi kepada lansia dalam mengikuti suatu kegiatan di
lingkungan sekitar rumah.
7
2.2 Kasus/masalah yang berhubungan dengan Issue dan Trend dalam
Penelitian Keperawatan Komunitas
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (Bagi bayi dibawah
lima tahun) yang diakibatkan kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek
untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada
masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi Stunting baru nampak setelah
bayi berusia 2 tahun.
Stunting dapat pula disebabkan tidak melewati periode emas yang dimulai
1000 hari pertama kehidupan yang merupakan pembentukan tumbuh kembang
anak pada 1000 hari pertama. Pada masa tersebut nutrisi yang diterima bayi saat
didalam kandungan dan menerima ASI memiliki dampak jangka panjang terhadap
kehidupan saat dewasa. Hal ini dapat terlampau maka akan terhindar dari
terjadinya stunting pada anak- anak dan status gizi yang kurang (Depkes, 2015).
Dari sumber yang didapatkan, masalah gizi di Indonesia terutama di
beberapa wilayah di bagian Timur seperti NTT dan Papua Barat, dinilai masih
tinggi. Namun, secara nasional, status gizi di Indonesia mengalami perbaikan
yang signifikan. Sebagai contoh provinsi NTT penurunan prevalensi stunting
sebanyak 9.1%, hampir 2 % pertahun penurunan, hal ini menunjukkan upaya
multisektor yang terkonvergensi pusat dan daerah. Penderita gizi buruk tentu tidak
akan lepas dari pantauan tenaga kesehatan, dimana pun kasusnya tenaga kesehatan
dibentuk untuk selalu siaga membantu perbaikan gizi penderita.
Perbaikan status gizi nasional dapat dilihat berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2018. Pada prevalensi Gizi Kurang (Underweigth) perbaikan
itu terjadi berturutturut dari tahun 2013 sebesar 19,6% naik menjadi 17,7% 2018.
Prevalensi stunting dari 37,2% turun menjadi 30,8%, dan prevalensi kurus
(Wasting) dari 12,1% turun menjadi 10,2%.
Dalam perhitungan data kasus gizi buruk harus diambil dari indeks berat
badan menurut tinggi badan (BBTB) atau yang disebut sangat kurus sesuai
standar WHO yang disertai dengan gejala klinis, jelas Dirjen Kesehatan
Masyarakat Kirana Pritasari, di Jakarta (30/1).
Ia menegaskan, intervensi terhadap masalah gizi terutama di wilayah
Indonesia bagian Timur sudah ditangani atau diintervensi oleh tenaga gizi di
8
Puskesmas. Hasil Riset Tenaga Kesehatan (Risnakes) tahun 2017, Tenaga Gizi di
seluruh Indonesia sudah memenuhi 73,1% Puskesmas.
Kirana menjelaskan, untuk 26,1% Puskesmas yang belum memiliki
Tenaga Gizi utamanya di daerah terpencil dan sangat terpencil, Kementerian
Kesehatan memiliki program Nusantara Sehat. Nusantara Sehat terdiri dari tenaga
tenaga kesehatan seperti dokter, dokter gigi, tenaga gizi, perawat, bidan, tenaga
farmasi, sanitarian, analis kesehatan dan tenaga kesehatan masyarakat yang dilatih
untuk ditempatkan di Puskesmas selama 2 tahun.
2.3 Solusi dan Peran Tenaga Kesehatan dalam Penyelesaian Masalah
Bentuk intervensi untuk pemulihan gizi buruk yakni dengan pemberian
makanan tambahan. Selain itu, dilakukan juga kegiatan surveilans gizi yang
dimulai dari masyarakat di Posyandu, Puskesmas, dan Dinas Kesehatan. Upaya
lain dalam mencegahan masalah gizi adalah dengan perubahan perilaku
masyarakat. (Depkes, 2019).
1. Upaya Pemerintah
a. Intervensi Gizi Spesifik
Ini merupakan intervensi yang di tunjukan kepada anak dalam 1.000 hari
pertama kehidupan (HPK) dan berkontribusi pada 30% penurunan stunting.
Kerangka kegiatan intervensi gizi spesifik umumnya di lakukan pada sektor
kesehtan.
I. Intervensi dengan sasaran ibu hamil:
1) Memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi
kekurangan energi dan protein kronis.
2) Mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat
3) Mengatasi kekurangan iodium
4) Menanggulangi kecacingan pada ibu hamil
5) Melindungi ibu hamil dari malaria
II. Intervensi dengan sasaran ibu menyusui dan anak usia 0-6 bulan:
1) Mendorong insiasi menyusui dini (pemberian ASI jolong/kolostrum)
2) Mendorong pemberian ASI ekslusif
9
III. Intervensi dengan sasaran ibu menyusui dan anak usia 7-23 bulan:
1) Mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan di
dampingi oleh pemerintah MP-ASI
2) Menyediakan obat cacing
3) Menyediakan suplementasi zink
4) Melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan
5) Melakukan perlindungan terhadap malaria
6) Memberikan imunisasi lengkap
7) Melakukan pencegahan dan pengobatan diare
b. Intervensi Gizi Sensitif
Idealnya di lakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor
kesehatan dan berkontribusi pada 70% intervensi stunting. Sasaran dari
intervensi gizi spesifik adalah masyrakat secara umum dan tidak khusus ibu
hamil dan balita pada 1.000 hari pertama keihdupan (HPK).
1) Menyediakan dan memastikan akses pada air bersih
2) Menyediakan dan memastikan akses pada sanitasi
3) Melakukan fortifikasi bahan pangan
4) Menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan keluarga berencana
(KB)
5) Menyediakan jaminan kesehatab nasional (JKN)
6) Menyediakan jaminan persalinan universal (jampersal)
7) Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua
8) Memberikan pendidikan usia dini universal
9) Memberikan pendidikan gizi masyarakat
10) Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi pada
remaja
11) Menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin
12) Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi
c. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
d. Kampanye Hidup Sehat melalui berbagai media
e. Program nusantara sehat
10
Dimana programnya terdiri dari tenaga kesehatan seperti dokter, dokter gigi,
tenaga gizi, perawat, bidan, tenaga farmasi, sanitarian, analis kesehatan dan
tenaga kesehatan masyarakat yang dilatih untuk di tempatkan di Puskesmas
selama 2 tahun di daerah terpencil.
2. Peran Perawat
a. Sebagai Pendidik (Edukator)
Perawat sebagai pendidik atau penyuluh, memberikan pendidikan atau
informasi kepada keluarga yang berkaitan tentang pemenuhan gizi balita
sesuai dengan usia tumbuh kembangnya, penanganan stunting dan
pentingnya ASI eksklusif.
b. Sebagai Konselor
Perawat dapat menjadi tempat bertanya atau konsultasi oleh orangtua yang
mempunyai balita dengan masalah kesehatan gizi Stunting.
c. Sebagai Pemantau Kesehatan (health monitor)
Perawat ikut berperan memantau kesehatan balita melalui posyandu,
puskesmas, atau kunjungan rumah. Pemantauan ini berguna mengetahui
dinamika kesehatan balita terutama pertumbuhan dan perkembangannya,
sehingga jika terjadi masalah kesehatan dapat dideteksi sejak dini dan
diatasi secara tepat dengan segera.
d. Fasilitator
Perawat menjadi penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan
kesehatan dan instansi terkait, melaksanakan rujukan.
e. Promotif
1) Penyuluhan untuk memberikan informasi kepada orangtua, terutama ibu
tentang pemenuhan dan peningkatan gizi bayi dan balita sesuai usia
tumbuh kembangnya dan penangan stunting, Bayi usia 1 sampai 6 bulan
hanya boleh diberikan ASI, lebih dari 6 bulan diperbolehkan untuk
diberikan makanan pendamping ASI.
2) Penyuluhan tentang pentingnya imunisasi.
3) Memberikan informasi tentang pentingnya memeriksakan bayi dan balita
yang sakit ke petugas kesehatan
11
4) Memberikan informasi tentang pemantauan tumbuh kembang bayi dan
balita.
f. Preventif
1) Imunisasi terhadap bayi dan balita.
2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas,
maupun kunjungan rumah.
3) Posyandu untuk penimbangan dan pemantauan kesehatan balita.
4) Pemberian vitamin A, yodium, dan obat cacing.
5) Skrining untuk deteksi penyakit atau kelainan pada bayi dan balita sejak
dini.
12
BAB 3
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang dibicarakan
banyak orang tentang praktek/mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta
ataupun tidak, trend dan issu keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek
legal dan etis keperawatan.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang
saling berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan sendiri.
Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan,
sehingga dengan bantuan yang diberikan tersebut diperoleh kemampuan
melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat bersifat membangun bagi
pembaca pada umumnya. Untuk meningkatkan isi makalah kami ini, diharapkan
kepada pembaca jika ada masalah dalam penulisan, sinkronisasi data, atau bahkan
isi makalah yang masih belum baik, untuk itu kami mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca.
13
DAFTAR PUSTAKA
14