Anda di halaman 1dari 83

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

KAJIAN YURIDIS PENAATAN PENGELOLAAN


DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN OLEH PT DAN LIRIS
DI KABUPATEN SUKOHARJO

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu


Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :
Peti Tunjungsari
NIM.E0009260

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2013

i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

KAJIAN YURIDIS PENAATAN PENGELOLAAN


DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN OLEH PT DAN LIRIS
DI KABUPATEN SUKOHARJO

Oleh
Peti Tunjungsari
E.0009260

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum


(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)

KAJIAN YURIDIS PENAATAN PENGELOLAAN


DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN OLEH PT DAN LIRIS
DI KABUPATEN SUKOHARJO

Oleh
Peti Tunjungsari
E.0009260

Telah diterima dan disahkan oleh Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 21 Maret 2013

commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN

Nama : Peti Tunjungsari


Nim : E.0009260
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (Skripsi)
berjudul: Kajian Yuridis Penaatan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
oleh PT Dan Liris di Kabupaten Sukoharjo adalah benar-benar karya sendiri.
Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (Skripsi) ini diberi
tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pusataka. Apabila dikemudian
hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar
yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, Februari 2013

Yang membuat pernyataan

Peti Tunjungsari

Nim. E.0009260

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Peti Tunjungsari, E.0009260. 2013. KAJIAN YURIDIS PENAATAN


PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN OLEH PT DAN
LIRIS DI KABUPATEN SUKOHARJO. Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah PT Dan Liris di


Kabupaten Sukoharjo telah menaati upaya pengelolaan dan pemantauan
lingkungan dari dua peristiwa konkrit atau fakta hukum yaitu mengenai upaya
pengelolaan dan pemantauan lingkungan, dan penaatan upaya pengelolaan dan
pemantaun lingkungan seperti yang telah direncanakan.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat deskriptif,
menemukan hukum in concerto mengenai ketaatan PT Dan Liris dalam Upaya
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan. Lokasi penelitian di perpustakaan yang
ada di Universitas Sebelas Maret, Cyber Media, PT Dan Liris, dan Badan
lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo. Jenis data yang digunakan adalah data
primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui
studi kepustakaan baik berupa buku-buku, dokumen, dan arsip yang tersedia di
lokasi penelitian serta pengumpulan data melalui Cyber Media. Kemudian data
tersebut dimintakan konfirmasi melalui wawancara dengan Kepala Bagian Utility
maupun staff teknis Bagian Utility PT Dan Liris dan pihak Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Sukoharjo. Analisis data dilaksanakan dengan interpretasi
terhadap peristiwa konkrit (dalam permasalahan penelitian nomor 1 dan 2) untuk
dijadikan peristiwa hukum (jawaban permasalahan nomor 1 dan 2).
Berdasarkan pembahasan dihasilkan 2 kesimpulan yaitu pertama mengenai
Wujud Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan PT Dan Liris. Kedua,
ketaatan PT Dan Liris dalam Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan.

Kata kunci: Upaya Pengelolaan Lingkungan, Upaya Pemantauan


Lingkungan, Penaatan.

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Peti Tunjungsari, E.0009260. 2013. KAJIAN YURIDIS PENAATAN


PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN OLEH PT DAN
LIRIS DI KABUPATEN SUKOHARJO. Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.

This study aimed to determine the Obeying of Enviromental Management


and Enviromental Monitoring (In Bahasa known as UKL-UPL) of PT Dan Liris
which located in Sukoharjo Regency. There is two legal fact to describe the main
problem, the first are how is the Enviromental Management and monitoring of PT
Dan Liris has done. And the second is the obeying of PT Dan Liris Enviromental
Management and Enviromental Monitoring.
This research is a descriptive normative similiar, I found in the law
regarding obedience concerto PT Dan Liris in Environmental Management and
Monitoring Efforts. Locations of existing research in the library at the Sebelas
Maret University, Cyber Media, PT Dan Liris, and Environment Agency of
Sukoharjo. The type of data I used primary and secondary data. Data collection
techniques used were through the study of literature such us books, documents
and archives and also the sites and collecting data through Cyber Media. Then
the data is requested confirmation through interviews with the head of the
technical staff of Utility PT Dan Liris and the head of the sub-structure of
Environment Agency of Sukoharjo regency. Data analysis was carried out with a
concrete interpretation of an event (in the research problem number 1 and 2) to
serve as legal events (answers the problem number 1 and 2).
Based on the discussion generated two conclusions: first on Form
Environmental Management and Monitoring Efforts PT Dan Liris. Secondly,
obedience PT Dan Liris in Environmental Management and Monitoring Efforts.

Keywords: Environmental Management, Environmental Monitoring,


Compliance.

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

“The mind is like water. When it is agitated, it becomes difficult to see. But if you
allow it to settle, the answer becomes clear” (master Oogway dalam film
“Kungfu Panda”)

“Sayangilah siapa yang engkau sayangi, sesungguhnya engkau akan berpisah


dengannya! Hiduplah sebagaimana engkau kehendaki, sesungguhnya engkau akan
mati! Berbuatlah apa yang engkau kehendaki, sesungguhnya engkau akan dibalas
dengan amal perbuatanmu!” (HR: Asy-Syrari)

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayah dan ibunda tercinta yang telah membesarkan jiwa dikala sempii
dengan kasih sayang tulus yang tidak tertandingi, memberikan dukungan
moril, materiel, dan doa yang tidak ternilai demi kebahagian anak-
anaknya.
2. Kakak-kakaku, Mas Bagus, Mas Alip, Mas Uchin dan adiku tersayang,
Halimah, yang selalu memberikan dukungan, selalu sedia membantu
ketika dalam kesulitan, teman berbagi dalam suka dan duka.
3. Seseorang yang begitu beharga dalam hidup saya, yang selalu membuat
saya bersemangat untuk terus maju dan pantang menyerah.
4. Sahabat saya selama kuliah, Rahmani Eka Putri dan Vina Arkedina,
sahabat saya sedari SMP, Lia Ayu merdekawati, Lupita Ayu Laksmi, dan
Fajar Asmawati yang setia menemani, berbagi dan saling memberikan
dukungan.
5. Almameterku, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat


Allah SWT karena hanya berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis
berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Kajian Yuridis Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan oleh PT Dan Liris di Kabupaten Sukoharjo”.
Meningkatnya pemahaman mengenai pembangunan berkelanjutan yang
ramah lingkungan ikut berdampak pada regulasi sektor industri, terutama dalam
bidang lingkungan. Pembangunan industi harus terlebih dahulu dilengkapi dengan
dokumen izin lingkungan sebelum sampai pada izin usaha. Dalam
pelaksanaannya, tidak jarang izin usaha yang telah didapatkan tidak diimbangi
dengan pelaksanaan dokumen lingkungan yang telah ada. Di era sekarang,
ketaatan perusahaan terhadap pelaksanaan dokumen lingkungan yang telah
dimiliki menjadi penting dikarenakan desakan pangsa pasar yang menghendaki
suatu produk dari perusahaan yang ramah lingkungan. PT Dan Liris sebagai
perusahaan tekstil terpadu dengan pangsa ekspor adalah salah satu perusahaan
yang dapat dijadikan contoh penaatan dokumen lingkungan mengingat perolehan
peringkat biru dalam program PROPER.
Penulis mengakui bahwa terselesaikannya laporan penulisan hukum
(skripsi) ini tidak terlepas begitu saja dari bantuan serta dukungan baik meteriil
maupun non materiil yang diberikan oleh berbagai pihak. Dalam kesempatan ini,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada para pihak yang telah
memberi dukungan dan semangat untuk menyelesaikan penulisan hukum ini,
yaitu kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H.,M.Hum selaku dekan Fakultas Hukum


Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Pius Triwahyudi, S.H.,M.Si selaku Ketua Bagian Hukum
Administrasi Negara sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi atas ketulusan
hati dan kesabarannya dalam membimbing.
commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Bapak Mulyanto, S.H., M.Hum, selaku Pembimbing Akademik yang


telah membimbing, memberikan dorongan dan masukan bagi peningkatan
Prestasi Akademik saya selama kuliah di Fakultas Hukum UNS.
4. Bapak Ag. Eddy S Koentjoro Selaku Kepala Bagian Utility PT Dan Liris
yang memberikan kesempatan kepada saya dalam melakukan penelitian
di PT Dan Liris, memberikan akses atas dokumen-dokumen lingkungan
milik perusahaan, juga atas kesediaan beliau dalam konfirmasi /
wawancara dalam tahapan penelitian.
5. Bapak Sarwono selaku staff teknis/ petugas lapangan Bagian Utility PT
Dan Liris.
6. Bapak Purwanto Adi Nugroho,S.TP selaku kepala Bidang I: Bidang
Kajian Hukum Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Sukoharjo.
7. Bapak Ir. Hartoyo selaku Bidang III: Bidang Pencemaran Air
Pengendalian Pencemaran Udara, Limbah Padat dan B3 Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo.
8. Keluarga, sahabat, dan teman-teman yang telah banyak membantu dalam
penyusunan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk penelitian lanjutan
di masa mendatang.
Akhir kata, semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta, Februari 2013
Penulis

commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii
PENGESAHAN PENGUJI .......................................................................... iii
PERNYATAAN ............................................................................................. iv
ABSTRAK ..................................................................................................... v
MOTTO ......................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN .......................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Perumusan Masalah. ............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
1. Tujuan Objektif. .................................................................................. 5
2. Tujuan Subjektif. ................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian. ................................................................................. 6
1. Manfaat Teoritis. ................................................................................. ` 6
2. Manfaat Praktis. .................................................................................. 6
E. Metodologi Penelitian. ........................................................................... 7
1. Jenis Penelitian. .................................................................................... 7
2. Sifat Penelitian. ................................................................................... 8
3. Pendekatan Penelitian. ......................................................................... 8
4. Jenis dan Sumber Data. ....................................................................... 8
5. Teknik pengumpulan bahan hukum .................................................... 10
6. Teknik Analisis Bahan Hukum ........................................................... 11
F. Sistematika Penulisan Hukum .............................................................. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 13


commit to user
A. Kerangka Teori. ..................................................................................... 13

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Tinjauan Umum Tentang Lingkungan Hidup ............................... 13


i. Pengertian Lingkungan Hidup. .................................................... 13
ii. Kualitas Lingkungan Hidup. ......................................................... 15
iii. Baku Mutu Lingkungan Hidup .................................................... 15
iv. Baku Kerusakan Lingkungan Hidup ............................................. 17
2. Tinjauan Umum Tentang Pengelolaan Lingkungan. ..................... 18
i. Pengertian Pengelolaan lingkungan. ............................................. 18
ii. Asas-Asas dalam Pengelolaan Lingkungan. ................................ 19
a) Asas yang digunakan dalam Pengelolaan Lingkungan. .......... 20
b) Asas Pembatas dalam Pengelolaan Lingkungan ..................... 24
1. Hukum Minimum Liebig. ................................................. 24
2. Hukum Toleransi Shelford. .............................................. 24
iii. Tujuan dan Ruang Lingkup Pengelolaan Lingkungan. ................ 25
iv. Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Hidup. ............................... 26
3. Tinjauan Umum tentang Pemantauan Lingkungan. ..................... 27
i. Pengertian. ..................................................................................... 27
ii. Ciri Khas, Fungsi dan Manfaat Pemantauan Lingkungan
(H Wirtjes IV. 2003: 1-2). ............................................................. 29
iii. Jenis-jenis Pemantauan Lingkungan ............................................ 30
4. Program Penilaian Peningkatan Kinerja Perusahaan (PROPER). 34
i. Pengertian. .................................................................................... 34
ii. Tujuan dan Sasaran PROPER. ..................................................... 35
iii. Kategorisasi Peringkat Penilaian. .................................................. 36
iv. Manfaat PROPER. ........................................................................ 37
B. Kerangka Pemikiran. ............................................................................ 39

BAB III HASIL PENELITIAN ................................................................. 41


A. Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang dilakukan
PT Dan Liris terkait dengan Dampak Kegiatan Usaha PT Dan Liris
di Kabupaten Sukoharjo. ....................................................................... 41
1. Analisis Dampak Kegiatancommit
Usaha to PTuser
Dan Liris ................................. 41

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Limbah kegiatan operasi. ............................................................. 43


1. Limbah Cair. ............................................................................ 43
a) Limbah Cair Kegiatan Produksi. ...................................... 43
b) Limbah Cair Domestik. ..................................................... 43
c) Oli Bekas. ......................................................................... 43
2. Limbah Padat. .......................................................................... 43
a) Limbah Padat. ................................................................... 44
b) Limbah Padat B3 .............................................................. 45
b. Polusi Udara dan Kebisingan. ....................................................... 46
c. Bahaya Kebakaran......................................................................... 46
d. Dampak Sosial, Ekonomi, Budaya dan Kesehatan. ...................... 46
2. Upaya Pengelolaan Lingkungan. ......................................................... 46
a. Pengelolaan Limbah. ..................................................................... 47
1. Limbah Cair. ............................................................................. 47
a) Limbah Cair Sisa Kegiatan Produksi. ............................... 47
b) Limbah Cair Domestik ...................................................... 48
c) Oli Bekas. .......................................................................... 48
2. Limbah Padat. .......................................................................... 48
a) Limbah Padat. ................................................................... 48
b) Limbah Padat B3. ............................................................. 48
i. Padatan Lumpur IPAL. ............................................. 48
ii. Limbah Padat Abu Batubara. .................................... 49
iii. Aki Bekas. ................................................................. 49
b. Usaha Penghijauan Kawasan Pabrik. ........................................... 50
c. Pemeliharaan Saluran Drainase. ................................................... 50
d. Pengelolaan Kualitas Udara dan Kebisingan. .............................. 50
e. Pengelolaan Pencegahan Bahaya Kebakaran. .............................. 51
f. Pengelolaan Sosial, Ekonomi, Budaya, dan Kesehatan. .............. 51
1) Secara internal. ........................................................................ 52
2) Secara eksternal. ...................................................................... 52
commitoleh
3. Upaya Pemantauan Lingkungan to user
PT Dan Liris. ............................ 52

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Pengelolaan Lingkungan Fisik-Kimia. ......................................... 52


1) Kualitas Udara dan Kebisingan. .............................................. 53
a) Tolak Ukur Kualitas Udara. ............................................. 53
b) Tolak Ukur Tingkat Kebisingan. ...................................... 53
2) Kualitas dan Kuantitas Air. ..................................................... 54
b. Bahaya Kebakaran. ....................................................................... 54
c. Limbah Padat/ Timbunan Sampah. .............................................. 55
d. Aspek Sosial, ekonomi dan Budaya. ............................................. 55
e. Aspek Kesehatan. ......................................................................... 56
B. Penaatan PT Dan Liris terhadap Upaya Pengelolaan Lingkungan
dan Upaya Pemantauan Lingkungan PT Dan Liris. ........................... 57
1. Ketaatan PT Dan Liris terhadap Upaya Pengelolaan dan Upaya
Pemantauan Limbah Cair. ................................................................... 57
2. Ketaatan PT Dan Liris terhadap Upaya Pengelolaan dan Upaya
Pemantauan Kualitas Udara. ............................................................... 62
3. Ketaatan PT Dan Liris terhadap Upaya Pengelolaan dan Upaya
Pemantauan Limbah B3 ...................................................................... 65

BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 67


A. Simpulan ................................................................................................. 67
B. Saran ....................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 69
LAMPIRAN

commit to user

xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Besar Kapasitas Limbah Padat PT Dan Liris .............................. 44

commit to user

xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan mendorong pesatnya
perkembangan industri. Sektor industri sering mendapat piorotas utama karena
dianggap sebagai sektor peritins ekonomi. Hal ini tercermin dalam sumbangan
sektor industri dalam Produk Nasional Bruto (Gross National Product/ GNP)
yang semakin meningkat.
Disamping itu kegiatan pembangunan industri tidak membutuhkan lahan
yang luas dibandingkan dengan kegiatan pertanian tapi lebih banayak
menyediakan lapangan bagi penyerapan tenaga kerja, menyediakan barang-barang
konsumsi bagi kebutuhan masyarakat, mengolah hasil-hasil pertanian, kehutanan,
pertambangan dan peternakan serta lain-lainnya yang dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat (Perdana Ginting. 2010:1)
Didalam industrialisasi ini pastinya ada suatu pemanfaatan sumber daya
alam. Menurut R.M Gatot P.Soemarsono (1991:145) bahwa setiap pemanfaatan
sumber daya alam perlu meperhatikan patokan-patokan bahwa daya guna dan
hasil guna yang dikehendaki harus dilihat dalam batas-batas yang optimal, tidak
mengurangi kemampuan dan kelestarian alam lain yang berkaitan dengan
ekosistem dan memberikan kemungkinan untuk mengadakan pilihan dalam
pembangunan masa depan.
Sedangkan dari sisi sumber daya manusia, industrialisasi ini menimbulkan
suatu gerakan perpindahan manusia menuju pusat-pusat industri, dimana hal
tersebut lebih kita kenal dengan urbanisasi. Industrialisasi dan urbanisasi selain
membawa kemakmuran, disaat yang bersamaan juga berdampak pada banyaknya
masalah lingkungan yang ditimbulkan. (X. Wang. 2001:25).
Upaya pencegahan pencemaran lingkungan hidup akibat buangan limbah
industry adalah persoalan mendasar dalam aktivitas pembangunan. Salah satu
upaya untuk mencegahnya adalah dengan mengimplementasikan kebijakan
pengelolaan lingkungan hidup commit
dengan tokonsistensi
user dalam dinamika kegiatan

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

industri. (Dewi Tuti Muryati, dkk, 2012: 1). Mengingat dampak negatif dari
kegiatan industri tersebut, kemudian dibutuhkan suatu regulasi dalam pengelolaan
lingkungan. Penerapan sistem pengelolaan lingkungan (Enviromental
Management System/ EMS) sebagai kerangka kerja untuk mengintegrasikan
kebijakan perusahaan dalam bidang perlindungan lingkungan, program, dan
praktik telah dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan di seluruh dunia baik
perusahaan domestik maupun multinasional (David Morrow & Dennis Rondinelli.
2002:159)
Politik hukum lingkungan Indonesia juga mengindikasikan bahwa
pemerintah bersungguh-sungguh dalam upaya pembangunan berwawasan
lingkungan. Hal ini sudah terlihat sejak zaman Orde Baru, dimana untuk pertama
kalinya dibentuk kementrian yang mengurusi urusan pembangunan dan
lingkungan yang diberi nama Kementrian Negara Pengawasan Pembangunan dan
Lingkungan Hidup (Men-PPLH). Prof Dr. Emil Salim diangkat sebagai Menteri
Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup, dengan prioritas kerja
berupa peletakan daasar-dasar kebijaksanaan “membangun tanpa merusak”
(Marhaeni Ria Siombo. 2012: 47)
Kebijakan hukum lingkungan nasional era ini dalam upaya perlindungan
dan pengelolaan lingkungan antara lain dengan diundangkannya Undang-undang
nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Dalam hal kegiatan industria kemudian dimunculkan berbagai peraturan
pelaksana seperti Peraturan Pemerintah Nomor Peraturan Pemerintah Nomor 13
tahun tentang Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 tahun
2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha
Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup dan Berbagai Peraturan Perundang-undangan Tentang Standar
Baku Mutu Lingkungan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

Dalam hal penggalakan penaatan lingkungan oleh suatu perusahaan,


pemerintah kemudian membuat kebijakan Program Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan (PROPER) lewat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 127 tahun 2002 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan.
Kebijakan ini bertujuan untuk menggalakkan penaatan pengelolaan lingkungan
oleh perusahaan yang kegiatan usaha nya berdampak cukup penting terhadap
lingkungan.
Berdasarkan prinsip otonomi daerah, terdapat pendelegasian kewenangan
dari pusat kepada daerah. Pembagian kewenangan ini berdampak pada pembagian
urusan-urusan yang harus ditangani oleh pemerintah pusat dan daerah. Dasar
hukum pembagian kewenangan ini adalah Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun
2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat dengan
Pemerintah Daerah. Kategorisasi urusan terbagi dalam urusan absolut/ mutlak
pemerintah pusat dan urusan concruen (urusan bersama antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah). Urusan mutlak pemerintah pusat meliputi: pertanahan,
keamanan, yustisi, moneter, politik luar negeri, dan agama. Sedangkan urusan
concruen terbagi dalam dua hal yaitu urusan wajib dan urusan pilihan/ unggulan.
Bidang lingkungan hidup merupakan urusan wajib pemerintah pusat dan
pemerintah daerah secara bersama-sama. Sedangkan bidang industri masuk dalam
ketegorisasi urusan pilihan/ sector unggulan.
Sejalan dengan hal tersebut, dalam hal pendelegasian urusan pilihan wajib
bersama yaitu dalam bidang lingkungan di daerah diperlukan suatu regulasi agar
lebih menjamin kepastian hukum. Kabupaten Sukoharjo telah memiliki Peraturan
Daerah tersendiri dalam bidang perlindungan lingkungan, yaitu Peraturan Daerah
Kabupaten Sukoharjo Nomor 9 tahun 2009 tentang Perlindungan Lingkungan.
Meskipun sayangnya, Peraturan Daerah ini masih berdasar Undang-undang
Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (undang-undang
Lingkungan Hidup yang lama).
Sektor industri memang menjadi andalan Sukoharjo dengan distribusi
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Rp 663 milyar lebih
commit to user
(http://desa-pondok.blogspot.com/2012/06/profil-sukoharjo.html). Sebagai sektor
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

unggulan, arahan kebijakan Kabupaten Sukoharjo lebih banyak pada sektor


industri.
Sektor kegiatan industri yang cukup besar di Sukoharjo adalah kegiatan
indusri tekstil. Industry tekstil di Kabupaten Sukoharjo mencakup Industri Tekstil
skala besar sampai dengan skala menengah. Salah satu dari Industri tekstil skala
besar di Kabupaten Sukoharjo adalah PT Dan Liris.
Dalam Hasil Penilaian PROPER 2011 yang dilaporkan oleh Sekretariat
PROPER Kementrian Lingkungan Hidup, PT Dan Liris memperoleh peringkat
PROPER Biru. Yang artinya adalah bahwa PT Dan Liris telah memenuhi
persyaratan minimum yang telah ditetapkan dalam hal pengendalian pencemaran
lingkungan. Dalam hal ini bahwa di tahun 2011, ketaatan PT Dan Liris terhadap
pemenuhan persyaratan minimum dalam upaya pengenalian pencemaran yang
diakibatkan oleh kegiatan usahanya cukup bagus. Upaya pengendalian ini anatara
lain adalah dengan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Bagaimana
ketaatan PT Dan Liris terhadap upaya pengelolaan dan pemanatauan lingkungan
khususnya di tahun ini dan tahun sebelumnya sehingga mendapat PROPER Biru
kemudian menajdi menarik untuk dikaji.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “KAJIAN YURIDIS PENAATAN
PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN OLEH PT DAN
LIRIS DI KABUPATEN SUKOHARJO”

B. Rumusan Masalah.
Dari pemaparan latar belakang tersebut diatas penulis tertarik untuk
membahas permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang
dilakukan PT Dan Liris terkait dengan dampak kegiatan usaha PT Dan
Liris di Kabupaten Sukoharjo?
2. Apakah PT Dan Liris Sukoharjo sudah melaksanakan/ menaati upaya
pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang direncanakan?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah hal-hal tertentu yang hendak dicapai dalam
suatu penelitian. Tujuan penelitian memberikan kejelasan arah dalam
pelaksanaan penelitian. Dalam suatu penelitian dikenal dua macam tujuan,
yaitu tujuan ojekti dan tujuan subjektif. Tujuan objektif adalah tujuan
merupakan tujuan yang merupakan tujuan yang berasal dari penelitian itu
sendiri. Sedangkan tujuan sebjektif adalah tujuan yang berasal dari penulis.
Adapun tujuan objektif dan subjektif dari penelitian ini adalah:
1. Tujuan Objektif.
Tujuan objektif merupakan tujuan penulisan dilihat dari tujuan umum
yang mendasari penulis dalam melakukan penelitian. Tujuan objektif dari
penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang


dilakukan terhadap kegiatan usaha PT Dan Liris Sukoharjo.
b. Untuk mengetahui mengenai ketaatan PT Dan Liris Sukoharjo dalam
upaya pengelolaan dan pemantauan yang telah direncanakan.

2. Tujuan Subjektif.
Tujuan subjektif merupakan tujuan penulis dilihat dari tujuan pribadi
penulis yang mendasari penulis dalam melakukan penelitian. Tujuan subjektif
peneliti dalam penulisan hukum ini adalah:

a. untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan kemampuan penulis di


bidang Hukum Administrasi Negara khususnya terkait dengan masalah
penaatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan oleh PT Dan Liris di
Kabupaten Sukoharjo.
b. Untuk menerapakn teori hukum, mengembangkan dan memperluas
wacana pemikiran serta pengetahuan yang didapat selama perkuliahan
guna menganalisis permasalahan-permasalahan yang muncul terkait
dengan penaatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan oleh PT Dan
Liris Sukoharjo.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

c. Untuk memenuhi persyaratan akademis guna mempoleh gelar Sarjana


Hukum dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian.
Salah satu aspek penting dalam kegiatan penelitian yang tidak dapat
diabaikan adalah mengenai manfaat penelitian. Sebuah penulisan hukum
diharapkan dapat meberikan manfaat yang berguna bagi perkembangan ilmu
hukum itu sendiri maupun dapa diterapkan dalam prakteknya. Penulis berharap
bahwa kegiatan penelitian dalam penulisan hukum ini sedikit banyak
bermanfaat baik bagi penulis sendiri pada khususnya maupun bagi para
pembaca pada umumnya. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis.

a. Hasil penelitian penulisan hukum ini diharapkan dapat memberikan


sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu di bidang ilmu hukum
pada umumnya dan Hukum Administrasi Negara pada khususnya.
b. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap penelitian-
penelitian yang sejenis pada tahap selanjutnya. Pentingnya hasil penelitian
ini bagi peneliti-peneliti yang akan datang terutama berkaitan dengan
ketersediaan data awal, karakterstik dan analisis masalah berkaitan dengan
permasalahan penaatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

2. Manfaat Praktis.

a. Menjadi wahana bagi penulis untuk mengembangkan penalaran dan


gagasan, serta membentuk pola pikir ilmiah serta menerapkan ilmu yang
telah diperoleh.
b. Memberikan pemikiran alternatif yang diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan informasi kaitannya dengan pertimbangan yang
menyangkut masalah penaatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

c. Hasil penulisan hukum ini diharapkan dapat meberikan masukan dan


sumbangan pemikiran terhadap pihak-pihak terkait mengenai penaatan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan oleh PT Dan Liris di Kabupaten
Sukoharjo.

E. Metodologi Penelitian.
Metode penelitian merupakan faktor yang sangat penting sebagai
proses suatu permasalahan yang diteliti. Penelitian merupakan suatu
kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi, yang
dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten. Metodologis
berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu. Sistematis adalah
berdasarkan suatu system. Sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-
hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu. (Soerjono Soekanto,
2010: 42).
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yag didasarkan
pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk
mempelajarai dan mengkaji suatu gejala hukum tertentu dengan
menganalisisnya. Sedangkan metode penelitian merupakan suatu tipe
pemikiran yang digunakan dalam penelitian dan penilaian.
Dua syarat utama yang harus dipenuhi sebelum mengadakan
penelitian dengan baik dan dapat dipertangung jawabkan adalah peneliti
harus terlebih dahulu memahami konsep dasar ilmunya dan me todologi
penelitian disiplin ilmunya (Johny Ibrahim, 2006 : 26). Metode penelitian
yang akan penulis gunakan dalam penelitian hukum ini adalah sebagai
berikut:

1. Jenis Penelitian.
Jenis penelitian dalam penulisan hukum ini adalah penelitian
hukum normative (doctrinal research). Penelitian hukum normative
adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan-
bahan pustaka yang terdiri daritobahan
commit user hukum primer dan bahan hukum
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

sekunder (Johny Ibrahim, 2006:44). Bahan-bahan hukum tersebut


disusun secara sitematis, dikaji, dan dianalisis, kemudian ditarik
kesimpulan dalam hubungannya terkait dengan penaatan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan oleh PT Dan Liris di Kabupaten
Sukoharjo.
2. Sifat Penelitian.
Penelitian hukum yang disusun penulis bersifat perspektif.
Penelitian perspektif yaitu penelitian yang ditujukan untuk
mendapatkan saran-saran untuk memecahkan masalah-masalah tertentu.
(Soerjono Soekanto, 2006: 11)
Dalam penelitian ini penulis akan memberikan argumentasi/ saran-
saran berkaitan dengan masalah penaatan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan oleh PT Dan Liris di Kabupaten Sukoharjo.
3. Pendekatan Penelitian.
Dalam kaitannya dengan penelitian normatif dapat digunakan
beberapa pendekatan yaitu: pendekatan undang-undang (statute
approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis
(historical approach), pendekatan komaparatif (comparative
approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach) (Johny
Ibrahim, 2006:300)
Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan undang-undang (Statute Approach) yaitu dengan menelaah
semua regulasi yang bersangkut paut dengan masalah penaatan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan oleh PT Dan Liris di
Kabupaten Sukoharjo, dihubungkan dengan pelaksanaan regulasi
tersebut oleh PT Dan Liris.
4. Jenis dan Sumber Data.

Menurut Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji bahan hukum


mencakup:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

a. bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat,


seperti norma dasar, peraturan dasar, peraturan perundang-
undangan, bahan hukum yang tidak dikodifikasikans eperti hukum
adat, yurisprudensi, traktat, bahan hukum dari zaman penjajahan
yang masih berlaku sampai sekarang.
b) bahan hukum sekunder, yaitu bahan hkum yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer.
c) bahan hukum tersier atau penunjang, yaitu bahan yang memberikan
petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan
hukum sekunder, misalnya bahan hukum dari internet, kamus,
ensiklopedia, indeks kumulatif, dan sebagainya. (Soerjono
Soekanto dan Sri Mamudji, 1985: 14).

Bahan hukum yang dipergunakan dalam penelitian hukum ini adalah:


a. bahan hukum primer
1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan
2. Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 jo Peraturan
Pemerintah Nomor 85 tahun 1999 jo Peraturan Pemerintah
Nomor 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Limbah B3
3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 tahun
2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup.
4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 127
tahun 2002 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja
perusahan dalam Pengelolaan Lingkungan.
5. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 tahun 2012
tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Tengah Nomorcommit
10 tahun
to 2004
user tentang Baku Mutu Air Limbah
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

6. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 10 tahun 2000


tentang Baku Mutu Udara Emisi Sumber Tidak Bergerak
Tingkat Provinsi Jawa Tengah
7. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 8 tahun 2001
tentang Baku Mutu Udara Ambien di Provinsi Jawa Tengah
8. Peraturan Daerah Sukoharjo Nomor 9 tahun 2009 tentang
Perlindungan Lingkungan

b. bahan hukum sekunder


Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian
ini adalah buku-buku hukum, jurnal-jurnal hukum, dan teks yang
mendukung penulisan hukum ini khususnya mengenai penaatan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan oleh PT Dan Liris di
Kabupaten Sukoharjo.
c.bahan hukum tersier atau penunjang.
Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan
petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan
hukum sekunder, dalam hal ini penulis menggunakan bahan hukum
dari internet.

5. Teknik pengumpulan bahan hukum


Dalam penelitian hukum pada umumnya dikenal tiga jenis alat
pengumpulan data yaitu studi dokumen atau bahan pustaka,
pengamatan atau observasi, dan wawancara atau interview. Ketiga alat
tersebut digunakan masing-masing atau bersama-sama. (Soerjono
Soekanto, 2010:21). Didalam penelitian ini penulis menggunakan
teknik pengumpulan data studi dokumen atau vahan pustaka dan
wawancara atau interview.
a. Studi Dokumen atau bahan pustaka.
Studi dokumen merupakan suatu alat pengumpulan data
yang dilakukan dengan mempergunakn “content analysis”
commit to user
(Soerjono Soekanto, 2010:21). Dala peelitian ini, penulis
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

mengumpulkan, membaca, dan mengkaji peraturan perundang-


undangan, dokumen resmi, buku, majalah, dan bahan pustaka
lainnya dalam bentuk tertulis.
b. Wawancara.
Wawancara merupakn suatu kegiatan pengumpulan data
degan cara mengadakan komunikasi secara langsung. Selain itu
wawancara dalam penelitian ini lebih difungsikan sebagai suatu
klarifikasi data kepada narasumber dan responden. Narasumber
dan responden dalam penelitian ini antara lain pejabat Dinas
Instansi terkait yag berwenang dan berkompeten tentang
permasalahan penaatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
di Kabupaten Sukoharjo dan Kepala Bagian atau yang sejenis
sesuai dengan struktur organisasinya, yang menangani masalah
pengelolaan dan pemantauan lingkungan di PT Dan Liris.
6. Teknik Analisis Bahan Hukum
Teknik analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
dengan metode silogisme dan interpretasi.

F. Sistematika Penulisan Hukum


Sistematika penulisan hukum adalah untuk mendapatkan gambaran yang
jelas mengenai isi penulisan hukum. Sistematika penulisan hukum ini penulis buat
sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
b. Rumusan Masalah.
c. Tujuan Penelitian
d. Manfaat Penelitian
e. Metode Penelitian
f. Sistematika Penulisan Hukum
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
1. Kerangka Teori. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

2. Kerangka Pemikiran.
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang dilakukan terhadap
Dampak Kegiatan Usaha PT Dan Liris.
B. Pelaksanaan/ Penaatan Rencana Pengelolaan Lingkungan PT Dan Liris.
BAB IV: PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum Tentang Lingkungan Hidup
i. Pengertian Lingkungan Hidup.
Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak
asasi setiap warga negara Indonesia, sebagaimana diamanatkan
dalam Pasal 28 H Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa, “Lingkungan hidup
adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan,
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain”.
“Lingkungan hidup adalah semua benda, daya, dan kondisi
yang terdapat dalam suatu tempat atau ruang tempat manusia
dan makhluk hidup berada dan dapat mempengaruhi hidupnya”
(N.H.T Siahaan, 2004:4).
Pengertian dan definisi lingkungan hidup menurut para ahli
antara lain sebagai berikut
(http://carapedia.com/pengertian_definisi_lingkungan hidup
menurut_para_ahli/info951.html) :
a) Prof. Dr. Ir. Otto Soemarwoto
Lingkungan hidup adalah jumlah semua benda dan kondisi
yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi
kehidupan kita.
b) S.J. Mcnaughton dan Larry L. Wolf
Lingkungan hidup adalah semua faktor eksternal yang
commit
bersifat biologis dan tofisika
user yang langsung mempengarui

13
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

kehidupan, pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi


organisme.
c) Prof. Dr. St. Munadjat Danusaputro, S.H.
Lingkungan hidup sebagai semua benda dan kondisi,
termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya, yang
terdapat dalam ruang tempat manusia berada dan mempengaruhi
hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya.
d) Prof. Emil Salim
Lingkungan hidup adalah segala benda, kondisi, keadaan
dan pengaruh yang terdapat dalam ruang yang kita tempati dan
mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia.
e) Sri Hayati
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda dan keadaan mahluk hidup, termasuk di dalamnya
manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.
f) Jonny Purba
Lingkungan hidup adalah wilayah yang merupakan tempat
berlangsungnya bermacam-macam interaksi sosial antara
berbagai kelompok beserta pranatanya dengan simbol dan nilai.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat ditegaskan
bahwa lingkungan hidup merupakan hal yang sangat penting
bagi kehidupan manusia. “Manusia dan lingkungan hidup
memiliki hubungan yang bersifat timbal balik. Terlebih manusia
mencari makan dan minum serta memenuhi kebutuhan lainnya
dari ketersediaan sumber-sumber yang diberikan oleh
lingkungan hidup dan kekayaan alam sebagai sumber utama dan
terpenting bagi pemenuhan kebutuhan” (N.H.T. Siahaan,
2004:2-3).
Pentingnya lingkungan hidup bagi kehidupan manusia
commitkonsekuensi
inilah yang membawa to user logis, bahwa manusia hidup
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

berdampingan dengan lingkungan, dan banyaknya pencemaran


terhadap lingkungan sebisa mungkin harus dikurangi dan
bahkan dihindari demi kenyamaman hidup setiap makhluk
hidup.
ii. Kualitas Lingkungan Hidup.
Lingkungan hidup yang kompleks harus dilihat secara utuh
dan sitematik agar tampak semua komponen dan fungsi masing-
masing, karena semua komponen kehidupan itu saling
berinteraksi satu sama lain, saling mempengaruhi, dan saling
terkait (Marhaeni Ria Sihombo. 2012: 10).
Hakikat pokok pengelolaan lingkungan hidup adalah
bagaimana manusia melakukan upaya agar kualitas mereka
makin meningkat begitu pula kualitas lingkungnnya. (Marhaeni
Ria Sihombo. 2012: 10)
Menentukan apa yang dimaksud dengan mutu lingkungan
sangatlah bersifat relatif. Pendapat tiap orang berbeda. Namun
untuk menentukan mutu lingkungan tersebut erat kaitannya
dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Karea ketika
kebutuhan dasar tersebut terpenuhi maka kualitas hidupnya
menjadi lebih baik, dan hal ini juga berpengaruh pada sikap
dalam pengelolaan lingkungan hidup.

iii. Baku Mutu Lingkungan Hidup.


Definisi mengenai baku mutu lingkungan hidup dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 dijelaskan bahwa,
“Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar
makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus
ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya
dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan
hidup”.
Baku mutu lingkungan hidup merupakan salah satu
commit to user
instrumen dalam pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

lingkungan hidup. Pencemaran lingkungan hidup yang


dimaksud adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup
oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu
lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Dan adapun yang
dimaksud dengan kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan
langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia,
dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup.
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 pada Bab V
Paragraf ke 3 (tiga) Pasal 20 mengenai Baku Mutu Lingkungan
Hidup dijelaskan bahwa dalam penentuan terjadinya
pencemaran lingkungan hidup diukur melalui baku mutu
lingkungan hidup. Baku mutu lingkungan hidup antara lain
meliputi:

a) baku mutu air.


b) baku mutu air limbah.
c) baku mutu air laut.
d) baku mutu udara ambien.
e) baku mutu emisi.
f) baku mutu gangguan.
g) baku mutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Disamping itu juga menyebutkan bahwa setiap orang
diperbolehkan untuk membuang limbah ke media lingkungan
hidup dengan persyaratan:
a) memenuhi baku mutu lingkungan hidup.
b) mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

Baku mutu lingkungan hidup diperlukan untuk


menetapkan apakah sudah terjadi pencemaran lingkungan yang
artinya apabila suatu lingkungan hidup keadaannya telah berada
diatas batas ukuran atau kadar baku mutu lingkungan hidup
yang telah ditetapkan oleh pemerintah, maka lingkungan hidup
tersebut telah mengalami pencemaran lingkungan hidup.

iv. Baku Kerusakan Lingkungan Hidup.


Baku kerusakan lingkungan hidup diperlukan untuk
menentukan ada tidaknya kerusakan lingkungan hidup yang
diakibatkan oleh suatu tindakan perusakan lingkungan hidup.
Definisi kerusakan lingkungan hidup menurut Undang-undang
Nomor 32 tahun 2009 terdapat dalam Pasal 1 butir 17, yaitu
“perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat
fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui
kriteria baku kerusakan lingkungan”. Sedangkan untuk tindakan
perusakan dirumuskan dalam Pasal 1 butir 16 Undang-undang
Nomor 32 tahun 2009 sebagai “tindakan orang yang
menimbulkan perubahan langsung dan/atau tidak langsung
terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup
yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan”.
Penentuan rusak/ tidaknya lingkungan hidup didasarkan
atas kriteria baku mutu kerusakan lingkungan. Kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup menurut Pasal 1 butir 15 Undang-
undangNomor 32 tahun 2009 adalah ukuran batas perubahan
fisik, kimia, dan/ atau hayati lingkungan hidup yang dapat
ditenggang oleh lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria
baku kerusakan lingkungan hidup.
Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup secara lebih
spesifik diatur dengan Peraturan Pemerintah. Kriteria baku
commithidup
kerusakan lingkungan to user
secara umum diatur dalam Pasal 21
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009. Jenis kriteria baku


kerusakan lingkungan hidup dalam undang-undang Nomor 32
tahun 2009 dibedakan atas criteria baku kerusakan ekosistem
dan kriteria baku akibat perubahan iklim.
Kriteria baku kerusakan ekosistem meliputi:
a. kriteria bakukerusakan tanah untukproduksi biomassa;
b. kriteria baku kerusakan terumbu karang;
c. kriteria bakukerusakan lingkungan hidup yang berkaitan
dengan kebakaran hutan dan/ataulahan;
d. kriteria bakukerusakan mangrove;
e. kriteria baku kerusakan padang lamun;
f. kriteria bakukerusakan gambut;
g. kriteria baku kerusakan karst;dan/atau
h. kriteria baku kerusakan ekosistemlainnya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kriteria baku kerusakan akibat perubahan iklim didasarkan
pada paramater antara lain:
a. kenaikan temperatur;
b. kenaikan muka air laut;
c. badai; dan/atau
d. kekeringan.

2. Tinjauan Umum Tentang Pengelolaan Lingkungan.


i. Pengertian Pengelolaan lingkungan.
Pengelolaan lingkungan dapat kita artikan sebagai
usaha secara sadar untuk memelihara dan atau memperbaiki
mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat terpenuhi
dengan sebaik-baiknya (Otto Soemarwoto, 1997:76).
Di dalam peraturan perundang-undangan istilah
pengelolaan lingkungan tidak dapat dipisahkan dengan
commit
perlindungan to user Undang-undang yang ada adalah
lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

Undang-undang tentang Perlindungan dan Pengelolaan


lingkungan, bukan Undang-undang Pengelolaan
lingkungan.
Pengelolaan dan perlindungan dianggap sebagai suatu
kesatuan istilah baku yang memang harus dipergunakan
bersama-sama, meskipun dalam tatatanan kehidupan sehari-
hari kata “mengelola” dan “melindungi” mempunyai arti
yang berbeda. Rasa bahasa yang ditimbulkan dari
penggunaan kedua kata tersebut secara bersama-sama
adalah dua upaya berbeda yang dapat dilakukan sekaligus.
Oleh karenanya untuk kerangka teori yang dipergunakan
dalam pengelolaan lingkungan tidak dapat lepas dari upaya
perlindungan lingkungan.
Menurut Pasal 1 butir 2 Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
lingkungan hidup dijelaskan mengenai pengertian
perlindungan dan pengelolaan lingkungan

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah


upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah
terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

Upaya sistematis dan terpadu dalam perlindungan


danpengelolaan lingkungan hidup ini mutlak dilakukan agar
supaya kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
dapat dijalankan dengan praktis dan efisien. Hal tersebut
dilakukan sebagai upaya preventif pencemaran dan/ atau
kerusakan lingkungan yang pasti ada dalam setiap kegiatan
manusia terutama dalam kegiatan industri.

ii. Asas-Asas dalam Pengelolaan Lingkungan.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

a) Asas yang digunakan dalam Pengelolaan


Lingkungan.

Didalam kegiatan perlindungan dan pengelolaan


lingkungan hidup harus berpedoman pada asas-asas
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Asas-asas tersebut adalah sebagai berikut:

1. Asas tanggung jawab Negara.


Yang dimaksud dengan “asas tanggung
jawab negara” adalah bahwa:
1. negara menjamin pemanfaatan sumber daya
alam akan memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan
mutu hidup rakyat, baik generasi masa kini
maupun generasi masa depan.
2. negara menjamin hak warga negara atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat.
3. negara mencegah dilakukannya kegiatan
pemanfaatan sumber daya alam yang
menimbulkan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup
2. Asas Kelestarian dan Keberlanjutan.

Yang dimaksud dengan “asas


kelestarian dan keberlanjutan” adalah bahwa
setiap orang memikul kewajiban dan
tanggung jawab terhadap generasi mendatang
dan terhadap sesamanya dalam satu generasi
dengan melakukan upaya pelestarian daya
dukung ekosistem dan memperbaiki kualitas
lingkungan hidup.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

3. Asas Keserasian dan keseimbangan.

Yang dimaksud dengan “asas keserasian


dan keseimbangan” adalah bahwa
pemanfaatan lingkungan hidup harus
memperhatikan berbagai aspek seperti
kepentingan ekonomi, sosial, budaya, dan
perlindungan serta pelestarian ekosistem.

4. Asas Keterpaduan.

Yang dimaksud dengan “asas


keterpaduan” adalah bahwa perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dilakukan
dengan memadukan berbagai unsur atau
menyinergikan berbagai komponen terkait.

5. Asas Manfaat.

Yang dimaksud dengan “asas manfaat”


adalah bahwa segala usaha dan/atau kegiatan
pembangunan yang dilaksanakan disesuaikan
dengan potensi sumber daya alam dan
lingkungan hidup untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan harkat manusia
selaras dengan lingkungannya.

6. Asas Kehati-hatian.

Yang dimaksud dengan “asas kehati-


hatian” adalah bahwa ketidakpastian
mengenai dampak suatu usaha dan/atau
kegiatan karena keterbatasan penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi bukan
commit to user
merupakan alasan untuk menunda langkah-
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

langkah meminimalisasi atau menghindari


ancaman terhadap pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup.

7. Asas Keadilan.

Yang dimaksud dengan “asas keadilan”


adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup harus mencerminkan
keadilan secara proporsional bagi setiap
warga negara, baik lintas daerah, lintas
generasi, maupun lintas gender.

8. Asas Ekoregion.

Yang dimaksud dengan “asas ekoregion”


adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup harus memperhatikan
karakteristik sumber daya alam, ekosistem,
kondisi geografis, budaya masyarakat
setempat, dan kearifan lokal.

9. Asas Keanekaragaman Hayati.

Yang dimaksud dengan “asas


keanekaragaman hayati” adalah bahwa
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup harus memperhatikan upaya terpadu
untuk mempertahankan keberadaan,
keragaman, dan keberlanjutan sumber daya
alam hayati yang terdiri atas sumber daya
alam nabati dan sumber daya alam hewani
commit
yangtobersama
user dengan unsur nonhayati di
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

sekitarnya secara keseluruhan membentuk


ekosistem.

10. Asas Pencemar Membayar.


Yang dimaksud dengan “asas pencemar
membayar” adalah bahwa setiap
penanggung jawab yang usaha dan/atau
kegiatannya menimbulkan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup wajib
menanggung biaya pemulihan lingkungan
11. Asas Partisipatif.

Yang dimaksud dengan “asas


partisipatif” adalah bahwa setiap anggota
masyarakat didorong untuk berperan aktif
dalam proses pengambilan keputusan dan
pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, baik secara langsung
maupun tidak langsung.

12. Asas Kearifan Lokal.


Yang dimaksud dengan “asas kearifan
lokal” adalah bahwa dalam perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup harus
memperhatikan nilai-nilai luhur yang
berlaku dalam tata kehidupan masyarakat.
13. Asas Tata Kelola Pemerintahan.
Yang dimaksud dengan “asas tata kelola
pemerintahan yang baik” adalah bahwa
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup dijiwai oleh prinsip partisipasi,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan


keadilan.
14. Asas Otonomi Daerah.
Yang dimaksud dengan “asas
otonomi daerah” adalah bahwa Pemerintah
dan pemerintah daerah mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan di
bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dengan memperhatikan
kekhususan dan keragaman daerah dalam
bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
b) Asas Pembatas dalam Pengelolaan Lingkungan.

Asas pembatas dalam pengelolaan lingkungan


agar sesuai dengan daya dukung lingkungan adalah
sebagai berikut (Marhaeni Ria Sihombo. 2012:4):

1. Hukum Minimum Liebig.


Untuk dapat bertahan hidup dalam keadaan
tertentu, suatu organisme harus memiliki bahan-
bahan penting yang diperlukan untuk pertumbuhan
dan perkembangbiakannya. Pada situasi stabil,
keadaan yang paling mínimum merupakan faktor
pembatas (Hukum Minimum Leibeg). Pemahaman
sederhananya adalah, pertumbuhan suatu makhluk
hidup tergantung pada jumlah vahan makanan yang
disediakan dalam jumlah yang mínimum.
2. Hukum Toleransi Shelford.
Hukum toleransi Shelford menyatakan
bahwa kehadiran dan keberhasilan sesuatu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

organism tergantung pada lengkapnya


permasalahan.
Beberapa hal mengenai hukum toleransi ini
adalah:
a) organisme dapat memiliki toleransi yang
besar terhadap satu faktor, dan toleransi
yang rendah terhadap faktor yang lain.
b) Organisme dengan toleransi yang besar
terhadap semua faktor memiliki tngkat
toleransi yang tinggi.
c) keadaan tidak optimal terhadap suatu
ekologi dapat dikurangi dengan faktor-
faktor ekologi lainnya.
d) seringkali ditemukan organisme di alam
sebenarnya tidak hidup dalam kisaran
optimum berkenaan dengan factor fisik
tertentu.
e) periode produksi merupakan periode yang
palin rawan.

iii. Tujuan dan Ruang Lingkup Pengelolaan Lingkungan.

Tujuan adalah suatu arah yang hendak dicapai dalam suatu


aktifitas. Kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
bertujuan untuk:
a. melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup;
b. menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan
manusia;

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

c. menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan


kelestarian ekosistem;
d. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;
e. mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
lingkungan hidup;
f. menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini
dan generasi masa depan;
g. menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas
lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi
manusia;
h. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara
bijaksana;
i. mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan
j. mengantisipasi isu lingkungan global
Ruang Lingkup Perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup meliputi:
a. perencanaan;
b. pemanfaatan;
c. pengendalian;
d. pemeliharaan;
e. pengawasan; dan
f. penegakan hukum.

iv. Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Berdasarkan kajian literatur, pendekatan-pendekatan


yang selama ini banyak dikembangkan dan dipraktekkan
cenderung mengarah apda dua pendekatan yang bertolak
belakang, yakni state based dan community based (Lilin
Budiati. 2012: 130).
Model pendekatan state based menempatkan negara
sebagai aktorcommit to Bahwa
tunggal. user karena kekayaan sumber daya
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

alam secara konstitusional dikuasi oleh negara, maka


pengelolaan atas sumber daya tersebut termasuk diidalamnya
adalah lingkungan hidup, menjadi tanggung jawab negara.
Model pendekatan ini bersifat top down atau sentralistik.
Dalam pendekatan ini dikatakan bahwa penduduk lokal
dianggap tidak mempunyai kemampuan dalam sumber daya
da pengetahuan yang dibutuhkan, untuk memberikan
kontribusi efektif dalam proses perencanaan (Lilin Budiati.
2012: 131). Padahal meskipun secara de jure sumber daya
alam adalah milik negara namun secara de facto sumber daya
alam tersebut adalah milik masyarakat.
Hal tersebut diatas kemudian menggeser pendekatan
state based kepada pendekatan community based. Pendekatan
community based pada prinsipnya menekankan pada
pemberian kewenangan dan otoritas pada komunitas untuk
lebih berperan dalam pengelolaan lingkungan (Lilin Budiatti.
2012: 131).
Bertolak dari pendekatan state based yang top down,
pendekatan community based ini bermodel bottom up. Dalam
model ini, masyarakatlah yang berperan aktif dalam
manajemen lingkungan, sedangkan pemerintah dan swasta
berperan dalam rangka mendukung kegiatan masyarakat
tersebut.

3. Tinjauan Umum tentang Pemantauan Lingkungan.


i. Pengertian.
Pemantauan lingkungan adalah upaya lanjut dari upaya
pengelolaan lingkungan. Pemantauan lingkungan ini masuk
dalam aspek pengawasan dalam ruang lingkup pengelolaan
lingkungan. Seperti halnya pengendalian dan pengelolaan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

yang berkaitan erat, maka pengelolaan dan pemantauan juga


tidak dapat dipisahkan.
Sehingga pemahaman kita kemudian dapat dilukiskan
bahwa pemanatauan lingkungan ini sebagai pengkerucutan
dari upaya pengelolaan lingkungan. Dasar hukum yang
dirujuk dalam upaya pemantauan adalah Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 tahun 2010 tentang
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup.
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 13 tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup, pengertian dari Pemantauan
lingkungan hidup dijadikan satu kesatuan dengan pengertian
pengelolaan lingkungan. Adapun pengertian pngelolaan dan
pemantauan lingkungan menurut Pasal 1 Butir 1 Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 tahun 2010
tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup dinyatakan bahwa

Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan


lingkungan hidup, yang selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah
pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan
yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

Sedangkan apabila pemantauan lingkungan dimaknai


commit
secara mandiri, to userartian terlepas dari pengertian
dalam
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

pengelolaan yang kerap kali diikutkan, maka pengertian


pemantauan lingkungan adalah sebagai berikut;

Pemantauan lingkungan adalah proses pengamatan,


pencatatan, pengukuran, pendokumentasian secara verbal dan
visual menurut prosedur standard tertentu terhadap satu atau
beberapa komponen lingkungan dengan menggunakan satu atau
beberapa parameter sebagai tolok ukur yang dilakukan secara
terencana, terjadwal dan terkendali dalam satu siklus waktu
tertentu (H Wirtjes IV. 2003:1).
ii. Ciri Khas, Fungsi dan Manfaat Pemantauan Lingkungan (H
Wirtjes IV. 2003: 1-2).
a) Ciri Khas dari Pemantauan Lingkungan adalah sebagai
berikut:
1. Dilakukan secara terencana dan terkendali.
2. Setiap perlakuan didokumentasi secara verbal dan
visual.
3. Dilakukan menurut prosedur metodologi ilmiah
yang ketat.
4. Menggunakan instrumen pengukuran yang standard
dan sesuai.
5. Dilakukan dengan frekuensi dan siklus waktu
tertentu yang tetap
b) Fungsi Pemantauan Lingkungan.

Pemantauan lingkungan berfungsi sebagai alat


evaluasi terhadap mekanisme kerja suatu sistem
pengelolaan lingkungan.

c) Manfaat Pemantauan Lingkungan.

1. Dapat mengetahui keunggulan dan kelemahan


mekanisme kerja suatu sistem pengelolaan
lingkungan.
2. Dapat memonitor secara dini perubahan kualitas
commit to user
lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

3. Memperkecil risiko dan potensi gugatan hukum dari


pihak eksternal tehadap dampak kegiatan dan
kehandalan sistem pengelolaan lingkungan yang
dijalankan.
4. Dapat menguji ketepatan prediksi dampak kegiatan
dan menyempurnakan rekomendasi mitigasi dampak
dari sistem pengelolaan lingkungan yang dijalakan.
5. Menjadi alat bukti dalam menilai ketaatan/kepatuhan
pemrakarsa/penanggung jawab kegiatan terhadap
peraturan perundangundang.
6. Dapat mendeteksi secara dini kerusakan/gangguan
pada sistem operasi dan dampaknya terhadap
kualitas lingkungan.
7. Meningkatkan citra baik perusahaan di kalangan
pemerintah, konsumen, mitra bisnis dan masyarakat.

iii. Jenis-jenis Pemantauan Lingkungan.


Diantara berbagai jenis pemantauan lingkungan yang
dikenal sampai saat ini, ada tiga jenis pemantauan
lingkungan yang paling banyak dilakukan yaitu (H Wirtjes
IV. 2003:3) :
a) Pemantauan Kualitas Efluen (limbah).
Limbah adalah bahan keluaran berbentuk benda
padat, cair dan gas yang dihasilkan dari suatu sistem
proses produksi. Menurut jenisnya limbah digolongkan
kedalam beberapa kategori yaitu limbah organik, limbah
anorganik, limbah radioaktif (H Wirtjes IV. 2003:3).
Pada umumnya limbah yang tidak dikelola dengan baik
dapat menurunkan kualitas lingkungan.
Volume limbah dari suatu sistem produksi dapat
dikurangicommit
dengan cara
to user : (1). Pengurangan dan
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

penggunaan bahan baku dan bahan campuran secara


efisien (reduce), (2). Penggunaan kembali (reuse), (3).
Daur ulang (recycling), (4). Perolehan kembali materi
dan energi (recovery), (5). Memperpanjang daur hidup
materi (life cycle assessment), yang seluruhnya
merupakan konsep minimisasi limbah (H Wirtjes IV.
2003:3).
Untuk menjamin limbah yang dilepas ke alam bebas
tidak membahayakan makhluk hidup dan untuk menjaga
agar kualitas lingkungan tetap berada dalam batas yang
ditoleransi, pemerintah menetapkan Baku Mutu Limbah
yang boleh dilepas ke alam bebas. Baku mutu adalah
ukuran kuantitatif yang menunjukkan batas maksimal
kadar bahan yang dikandung di dalam beberapa
parameter tertentu antara lain BOD, COD, pH dan
Lemak (H Wirtjes IV. 2003:3).
Agar supaya limbah yang dibuang tetap berada
dibawah amabnga batas mutu maka pengelolaan limbah
yang bagus secara teknik mutlak diperlukan. Tolok ukur
yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas efluen
adalah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang terkait seperti:

1. KEP-35/MEN LH/10/1993 Tentang Ambang Batas


Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor.
2. KEP-13/MEN LH/3/1995 Tentang Baku Mutu
Emisi Sumber Tidak Bergerak.
3. KEP-51/MEN LH/10/1995 Tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri Lampiran B.
4. KEP-52/MEN LH/10/1995 Tentang Baku Mutu
Limbah Cair
commit to Bagi
user Kegiatan Hotel.
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

5. KEP-58/MEN LH/12/1995 Tentang Baku Mutu


Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit.
6. KEP-42/MEN LH/10/1996 Tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Eksplorasi Dan
Produksi Migas.
7. KEP-48/MEN LH/11/1996 Tentang Ba ku Tingkat
Kebisingan.
8. KEP-49/MEN LH/11/1996 Tentang Baku Tingkat
Getaran.
9. KEP-50/MEN LH/11/1996 Tentang Baku Tingkat
Kebauan.
b) Pemantauan Kualitas Ambien.
Ambien adalah komponen lingkungan seperti air,
udara, tanah, flora dan fauna. Untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya semua makhluk hidup
membutuhkan kualitas lingkungan hidup yang memadai (H
Wirtjes IV. 2003:3). Limbah yang dilepas begitu saja
dengan tanpa suatu proses pengolahan yang memadahi
dapat menimbulkan degradasi lingkungan. Bila degradasi
ini sudah dalam tahap yang cukup parah, maka akan
mengancam kelangsungan hidup organisme.
Untuk menjaga kualitas lingkungan agar tetap
berada dalam batas toleransi, pemerintah menetapkan
berbagai Baku Mutu Lingkungan Ambien seperti Baku
Mutu Udara, Baku Mutu Air, Baku Mutu Kebisingan.
Sebagai contoh Baku mutu air terkait dengan
penggolongan air menurut peruntukannya. Beberapa
golongan peruntukan air yaitu air golongan A (air yang
dapat langsung digunakan untuk keperluan hidup sehari-
hari), golongan B (air yang dapat digunakan untuk
keperluan commit
hidup tosehari-hari
user setelah melalui proses
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

pengelolaan), golongan C (air yang digunakan untuk


keperluan irigasi dan budidaya biota air), dan golongan D
(di luar peruntukan A, B dan C misalnya untuk industri).
Tolok ukur yang digunakan untuk mengevaluasikan
kualitas ambien adalah :
1. PP 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran
Air.
2. KEP-43/MEN LH/10/1996 Tentang Kriteria Kerusakan
Lingkungan Bagi Usaha Atau Kegiatan Penambangan
Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas Di Daratan.
3. PP 19 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran
Udara dan/atau Perusakan Laut.
4. PP 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran
Udara.

c) Pemantauan Pelaksanaan Rekomendasi RKL dan RPL.

Dokumen AMDAL terdiri dari 4 bagian yang


merupakan suatu kesatuan dan saling berhubungan yaitu
Kerangka Acuan (KA), Analisis Dampak Lingkungan
(ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL),
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Sebagian besar
perusahaan yang telah memiliki dokumen AMDAL tidak
melaksanakan seluruh rekomendasi/arahan yang terdapat
di dalam dokumen RKL, RPL dan hal itu telah
menyebabkan timbulnya masalah pencemaran/perusakan
lingkungan.
Pelaksanaan rekomendasi/arahan RKL dan RPL
dijadikan sebagai upaya preventif pencegahan perusakan
lingkungan. Pelaksanaanya harus dievaluasi dan jika
terdapat kekeliruan rekomendasi harus diperbaiki. Untuk
commit
kepentingan to usertersebut, instrumen yang sangat
evaluasi
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

berperan adalah pemantauan lingkungan secara rutin.


Untuk memastikan bahwa rekomendasi RKL dan RPL
telah dilaksanakan adalah adanya laporan pemantauan
pelaksaan RKL dan RPL yang disusun berdasarkan
KEPKA BAPEDAL-105/1997 Tentang Pemantauan
Pelaksanaan RKL dan RPL.

d) Evaluasi dan Tolok Ukur Keberhasilan kinerja


Pelaksanaan.

Untuk menilai keberhasilan kinerja sistem


pemantauan lingkungan yang dikembangkan, digunakan
beberapa indikator sebagai tolok ukur (H Wirtjes IV. 2003:5):
1. Kualitas Efluen yang dihasilkan tidak melampaui
ambang batas Baku Mutu Efluen.
2. Kualitas Ambien tidak melampaui batas Baku
Kerusakan Lingkungan, Baku Getaran, Baku
Kebisingan dan Baku Kebauan.
3. Kepemilikan dokumen pengelolaan dan pemantauan
lingkungan yang lengkap dan memenuhi ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
4. Berkurangnya keluhan, pengaduan, tuntutan dan
gugatan dari warga masyarakat yang menyangkut
dengan masalah lingkungan terhadap perusahaan.

4. Program Penilaian Peningkatan Kinerja Perusahaan


(PROPER).
i. Pengertian.

Program Penilaian Peningkatan Kinerja Perusahaan


(PROPER) adalah Program Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

Program ini bertujuan mendorong perusahaan taat


terhadap peraturan lingkungan hidup dan mencapai
keunggulan lingkungan (environmental excellency) melalui
integrasi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam
proses produksi dan jasa, dengan jalan penerapan sistem
manajemen lingkungan, 3R, efisiensi energi, konservasi
sumberdaya dan pelaksanaan bisnis yang beretika serta
bertanggung jawab terhadap masyarakat melalui program
pengembangan masyarakat.
Program PROPER sudah dimulai sejak tahun 1996,
sempat dihentikan karena krisis ekonomi pada tahun 1997 -
2001. Tahun 2002 dihidupkan kembali dengan kriteria yang
lebih lengkap, semula hanya dinilai aspek pengendalian
pencemaran air, kemudian berkembang menjadi multimedia
meliputi pengendaliaN pencemaran air, udara, pengelolaan
limbah B3 dan penerapan AMDAL. Periode 2002 - 2009
aspek ketaatan perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan
hidup lebih ditekankan. Upaya ini ditandai dengan
dimantapkannya kriteria penilaian ketaatan terhadap 4 aspek
multimedia tersebut diatas.
ii. Tujuan dan Sasaran PROPER.
a) Tujuan.
1. mendorong terwujudnya pembangunan
berkelanjutan.
2. Meningkatakan komitmen para stakeholder
dalam upaya pelestarian lingkungan
3. Meningkatkan kinerja pengelolaan
lingkungan secara berkelanjutan,
4. Meningkatkan kesadaran para pelaku
usaha/kegiatan untuk menaati peraturan
commit to user
perundang-undangan bidang lingkungan,
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

5. Meningkatkan penaatan dalam pengendalian


dampak lingkungan melalui peran aktif
masyarakat.
6. Mengurangi dampak negative kegiatan
perusahaan terhadap lingkungan.
b) Sasaran
1. Mendorong perusahaan untuk menaati
peraturan perundang-undangan melalui
instrument insentif dan disinsetif reputasi.
2. Mendorong perusahaan yang sudah baik
kinerja lingkungannya untuk menerapkan
produksi bersih.
iii. Kategorisasi Peringkat Penilaian.

Peringkat penilaian PROPER diwujudkan dalam lima


warna yang masing-masing mempunyai suatu kriteria
tersendiri. Kategorisasi peringkat penilaian adalah sebagai
berikut (I Gusti Ayu K.R.H. 2011: 73):

1. Peringkat Emas, untuk usaha dan atau kegiatan yang


telah berhasil melaksanakan upaya pengendalian
pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup dan
atau melaksanakan produksi bersih dan telah mencapai
hasil yang sangat memuaskan.
2. Peringkat Hijau, untuk usaha dan atau kegiatan yang
telah berhasil melaksanakan upaya pengendalian
pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup dan
mencapai hasil yang lebih baik dari persyaratan yang
ditentukan sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3. Peringkat Biru, untuk usaha dan atau kegiatan yang
telah commit
berhasilto melaksanakan
user upaya pengendalian
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup dan


mencapai hasil yang sesuai dengan persyaratan
minimum yang ditentukan sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Peringkat Merah, untuk usaha dan atau kegiatan yang
telah berhasil melaksanakan upaya pengendalian
pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup dan
tetapi belum mencapai persyaratan minimum yang
ditentukan sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
5. Peringkat Hitam, untuk usaha dan atau kegiatan yang
belum melaksanakan upaya pengendalian pencemaran
dan atau kerusakan lingkungan hidup yang berarti.
iv. Manfaat PROPER.

Mengutip dari web resmi Program PROPER Kementrian


Lingkungan Hidup, bahwa manfaat PROPER antara lain: waktu
dan biaya yang dibutuhkan untuk mendorong penaatan
perusahaan relatif lebih singkat dan murah dibandingkan
instrumen penaatan lainnya, misalnya penegakan hukum
lingkungan; dapat mendorong peran aktif parastakeholder dalam
pengelolaan lingkungan; meningkatnya intensitas dan kualitas
komunikasi antara para stakeholder; dan meningkatnya nilai
tambah bagi perusahaan yang melakukan pengelolaan
lingkungan lebih baik dari yang disyaratkan.
Bagi pemerintah, manfaat lain pelaksanaan PROPER
adalah: PROPER dapat digunakan sebagai instrumen untuk
mengukur kinerja pengelolaan lingkungan makro yang telah
dilakukan di tingkat pusat maupun daerah. PROPER juga dapat
menjadi pendorong untuk penerapan sistem basis data modern.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

Sedangkan perusahaan pelaksanaan PROPER juga


mendapatkan berbagai manfaat, seperti: perusahaan dapat
menggunakan informasi peringkat PROPER
sebagai benchmark untuk mengukur kinerja perusahaan.
Sedangkan untuk perusahaan yang berperingkat Hijau atau
Emas, PROPER dapat digunakan sebagai alat untuk
mempromosikan perusahaan. PROPER dapat juga digunakan
dalam mendorong perusahaan untuk melakukan upaya lebih dari
taat, seperti melaksanakan konservasi sumber daya alam atau
eco-efficiency.
Para investor, konsultan, supplier, dan masyarakat, dapat
menjadikan PROPER sebagai balai kliring untuk mengetahui
kinerja penaatan perusahaan. PROPER dapat digunakan oleh
investor untuk mengukur tingkat risiko investasi mereka.
Konsultan dan supplier dapat memanfaatkan informasi kinerja
penaatan perusahaan untuk melihat prospek peluang bisnis yang
ada. Informasi PROPER dapat menunjukkan tingkat tanggung
jawab perusahaan terhadap lingkungan bagi masyarakat di
sekitar lokasi kegiatan perusahaan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

B. Kerangka Pemikiran

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

Keterangan:

Berbagai peraturan perundang-undangan bidang lingkungan turut


mengikat PT Dan Liris sebagai salah satu perusahaan yang kegiatan operasi nya
mempunyai dampak terhadap lingkungan. Interpretasi atas peraturan perundang-
undangan tersebut kemudian diwujudkan dengan berbagai upaya konkret dalam
bidang lingkungan seperti analisis dampak lingkungan dan kajian pelaksanaan
penaggulangan dampak lingkungan tersebut.
Dalam pelaksanaan tersebut diketemukan dua fakta hukum yaitu, pertama,
Upaya Pengelolaan dan Upaya Pemantauan Lingkungan PT Dan Liris yang
diwujudkan dalam dokumen UKL-UPL. Kedua, yaitu Penaatan Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan seperti yang telah
direncanakan.
Hasil interpretasi premis mayor dan premis minor tersebut mengahasilkan
dua kesimpulan yaitu pertama, mengenai wujud konkret Upaya Pengelolaan dan
Upaya Pemantauan Lingkungan PT Dan Liris seperti yang tercantum dalam
dokumen UKL-UPL. Kedua, ketaatan PT Dan Liris dalam pelaksanaan upaya
pengelolaan dan pemanatauan lingkungan seperti yang telah direncakana dalam
dokumen UKL-UPL.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang dilakukan


PT Dan Liris terkait dengan Dampak Kegiatan Usaha PT Dan Liris
di Kabupaten Sukoharjo.

1. Analisis Dampak Kegiatan Usaha PT Dan Liris

Sebelum merumuskan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan,


terlebih dahulu harus dirumuskan kemungkinan dampak yang terjadi akibat
kegiatan usaha PT Dan Liris (kegiatan operasional). Bentuk kegiatan operasi PT
Dan Liris adalah perusahaan tekstil yang terintegrasi (integrated textile industry).
Sebagai integrated textile industry, maka kegiatan operasi PT Dan Liris meliputi:
spinning, weaving, finishing and printing, dan garmen.
Kegiatan usaha PT Dan Liris yang merupakan kegiatan tekstil terpadu
meliputi beberapa proses kegiatan produksi, yaitu:
a. Proses Spinning (Pemintalan)
Proses Pemnintalan adalah pengolahan bahan baku menjadi benang.
Bahan baku yang digunakan adalah kapas, polyester dan fillamen. Bahan
tersebut kemudian dipintal untuk menghasilkan benang. Hasil akhir dari
proses spinning adalah benang.
Proses dimulai ketika bahan baku kapas/polyester cotton kemudian
diblowing, setelah itu dilakukan pengeringan, kemudian peregangan,
kemudian pembentukan, lalu pencampuran, masuk pada pemintalan awal
dilajutkan pemintalan akhir, terakhir dilakukan penggulungan dan
mengahasilkan produk akhir berupa benang.
b. Proses Weaving (penenunan)
Dalam proses weaving (penenunan), adalah proses dimana gulungan
benang dari unit Spinning (pemintalan) ditenun untuk kemudian
menghasilkan kain grey atau kain setengah jadi.
commit to user

41
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

Dalam proses ini, benang kemudian diwarping, lalu dilakukan sizing


(perekatan) yang mana dalam proses ini menghasilkan suatu limbah cair yaitu
air kanji, untuk kemudian diweaving sehingga membentuk kain grey. Produk
akhir adalah kain grey.
c. Proses Finishing and Printing.
Dalam proses ini kain setengah jadi atau kain grey kemudian
disempurnakan menajdi kain yang siap untuk dipasarkan atau masuk dalam
divisi garment untuk dijahit menjadi berbagai macam pakain. Bila dalam
proses-proses sebelumnya tidak menggunakan penambahan zat-zat kimia,
maka pada proses ini zat-zat kimia banyak digunakan. Zat kimia dalam hal ini
adalah sebagai bahan pembantu dalam penyempurnaan produk yang dapat
dipasarkan.
Proses dimulai dengan proses bakar bulu terhadap kain grey pada suhu
o
800 Celcius. Tahap selanjutnya kain tersebut masuk dalam proses desizing
dengan menggunakan lapisan penghilang kanji, setelah itu kain disteaming,
kemudian dicuci dengan air, untuk kemudian dibleaching menggunakan zat
H2O2, kemudian dicuci unyuk yang kedua kali menggunakan air, setelah itu
dimercerizing dengan menggunakan zat NaOH 22-28o Be, kemudian disuse
kembali untuk ketika kali menggunakan air, setelah itu kain dicelup zat
warna. Dalam proses ini menghasilkan kain polos yang sudah dapat
dipasarkan, namun ntuk kain berdesain motif tertentu dilakukan proses
printing dengan menggunakan zat warna. Hasil akhir adlah kain jadi baik itu
kain polos maupun kain bermotof. Kain jadi ini siap dipasarkan mapun masuk
kembali dalam divisi garmen untuk dijahit menjadi pakaian sebelum dilepas
kepasaran.
Rangkaian kegiatan usaha diatas dapat menimbulkan dampak terhadap
lingkungan. Dampak lingkungan dari kegiatan saha tersebut tidak hanya
diakibatkan oleh limbah yang dihasilkan oleh masing-masing unit produksi
melainkan juga karena beroperasinya mesin-mesin produksi, dan komunikasi
sosial karyawan dalam lingkungan kerja. Akibat dari dampak kegiatan usaha
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

tersebut juga tidak hanya dampak dalam lingkup dalam pabrik tapi juga
terhadap masyarakat di sekitar pabrik (diluar pabrik).
Dampak dari kegiatan usaha PT Dan Liris adalah sebagai berikut:

e. Limbah kegiatan operasi.


1. Limbah Cair.
a) Limbah Cair Kegiatan Produksi.
Limbah cair operasinal pabrik adalah segala limbah
yang keluar dari masing-masing unit. Proses produksi kain
memerlukan berbagai bahan kimia penolong seperti cat/
pewarna, dan air untuk mencuci/ mebilas. Sisa-sisa cairan
dan air ini lah, yang kemudian masuk dalam masing-
masing saluran khusus di tiap-tiap unit, yang disebut
dengan limbah cair kegiatan produksi. Sifat dari limbah
cair kegiatan produksi ini adalah berbahaya.
b) Limbah Cair Domestik.
Limbah cair domestik ini berasal dari sarana MCK
dan kantin karyawan. Dampak limbah cair domestic ini bila
tidak dikelola dengan baik adalah menimbulkan bau yang
tidak sedap, lingkungan yang lembab, dan gangguan
estetika.
c) Oli Bekas.
Mesin- mesin produksi dan kendaraan pabrik
memerlukan oli sebagai pelumas. Dalam hal kualitas oli
sudah tidak bagus lagi, maka diperlukan penggantian oli.
Berdasarkan usulan pemambahan untuk dokumen UKL
UPL PT Dan Liris, sisa oli yang sudah tidak terpakai ini
masuk dalam kategori limbah cair. Limbah cair ini apabila
tidak dikelola dengan baik maka akan mempengaruhi
estetika lingkungan dan dapat mencemari air dan tanah.
2. Limbah Padat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

a) Limbah Padat.
Kegiatan operasional pabrik tidak hanya
menghasilkan limbah cair namun juga limbah padat.
Limbah padat yang dihasilkan oleh kegiatan operasional
pabrik tersebut disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 1: Besar Kapasitas Limbah Padat PT Dan Liris
Kapasitas/ satuan
No Limbah Padat Unit Asal
waktu

1 Aval Kapas Spinning 61.563 kg/ bulan

2 Aval Benang Spinning 25.330 kg/ bulan

3 Aval Printing Printing 70 kg/ blan

4 Aval Busa Garmen 10 kg/ bulan

5 Bobin Weaving 485 kg/ bulan

6 Besi Bekas Semua Unit 1.152 kg/ bulan

7 Can Fibre Spinning 40 kg/ bulan

Utilitas dan
8 Drum Besi 296 kg/ bulan
Gudang

Utilitas dan
9 Drum Plastik 234 kg/ bulan
Gudang

Utilitas dan
10 Jerigen 266 buah/ bulan
Gudang

11 Gun Waeving 41 kg/ bulan

12 Kain Bekas Gudang 1.322 kg/ bulan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

13 Kaleng Gudang 60 kg/ bulan

14 Karet Gudang 176 kg/ bulan

15 Karung Gudang 731 kg/ bulan

16 Kawat Gudang 6.386 kg/ bulan

17 Kardus Gudang 3.066 kg/ bulan

18 Neon Semua Unit 389 buah/ bulan

19 Paper Cone Spinning 2.707 kg/ bulan

20 Paper Tube Spinning 136 kg/ bulan

21 Plastik Semua Unit 787 kg/ bulan

22 Plat Seng Semua Unit 23 kg/ bulan

23 Sisir Waeving 133 kg/ bulan

24 Shuttle Waeving 48 kg/ bulan

25 Zak Semua Unit 1.471 kg/ bulan

Dampak lingkungan apabila limbah padat tersebut


diatas tidak dikelola dengan baik adalah menimbulkan
debu, khususnya untuk aval, dan juga mengganggu estetika.
b) Limbah Padat B3
Limbah Padat yang dapat diketegorikan sebagai
limbah B3 adalah: Aki bekas dari kendaraan dan diesel 4
buah perbulan, Abu batubara yang berasal dari boiler
25.000kg perbulan, dan Lumpur IPAL yang berasal dari
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebanyak 200kg
perbulan. commit
Karenatosifatnya
user yang beracun dan berbaya,
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

maka dalam pengelolaannya harus benar-benar dikelola


dengan baik.
f. Polusi Udara dan Kebisingan.
Polusi udara diakibatkan oleh emisi kendaraan, emisi mesin-mesin,
emisi genset, emisi boiler, debu dari limbah, dan cerobong asap pabrik
(asap pembakaran batubara). Dampak dari polusi udara ini dapat
berakibat pada estetika, dan kesehatan utamanya penyakit pernafasan.
Kebisingan diakibatkan oleh beropeasinya mesin-mesin produksi
dan genset. Dampak yang ditimbulkan adalah menganggu sistem
pendengaran manusia dan mempengaruhi umur bangunan.
g. Bahaya Kebakaran
Bahaya kebakaran berasal dari mesin-mesin produksi maupun alat
elektronik perkantoran. Bahaya kebarakan yang diremehkan dapat
mengakibatkan kebakaran yang menimbulkan kerugian materiel, polusi
udara, dan kepanikan baik didalam maupun diluar pabrik.
h. Dampak Sosial, Ekonomi, Budaya dan Kesehatan.
Kegiatan usaha perusahaan tentunya mempengaruhi pula pola
interaksi masyarakat dan karyawan. Dampak yang mungkin timbul
dalam aspek ekonomi berkaitan dengan pendapatan ekonomi karyawan
dan masyarakat, pemerataan pendapatan, dan kemungkinan peluang
pendapatan yang baru / alternatif pendapatan tambahan bagi masyarakat
disekitar pebrik, misal mendirikan kost atau warung. Sedangkan dari
segi sosial adalah kerawanan atas bahaya kecemburuan sosial. Dampak
aspek budaya adalah berkaitan dengan pola kerja karyawan. Dampak
dari segi kesehatan adalah berkaitan dengan kesehatan karyawan dan
masyarakat sekitar yang dapat dinilai dari jumlah surat izin sakit
karyawan dan pengaduan masyarakat sekitar akibat gangguan kesehatan
mereka.
2. Upaya Pengelolaan Lingkungan.
Tujuan pengelolaan
lingkungan adalah untuk menanggulangi
commit
kemungkinan dampak yang akan to berkaitan
terjadi user dengan kegiatan operasional
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

perusahaan/ pabrik. Upaya pengelolaan lingkungkungan yang dilakukan untuk


menanggulangi dampak negatif kegiatan operasional perusahaan yang telah
disebutkan diatas adalah:
a. Pengelolaan Limbah.
1. Limbah Cair.
a) Limbah Cair Sisa Kegiatan Produksi.
Limbah cair sisa kegiatan produksi dibuatkan saluran
khusus yang kesemuanya menuju ke IPAL. Sumber limbah
yang berasal dari sisa kegiatan unit wiping, finishing dan
printing masuk dalam bak penapis. Sifat limbah dari ketiga
unit tersebut bersifat bassa akibat kadar pH yang tinggi.
Sifat bassa tersebut perlu dinetralkan dengan asam
sulfat terlebih dahulu di bak netralisasi. Setelah itu limbah
dialirkan ke bak equalisasi untuk pengolahan kimia- fisika
yang pertama. Pengolahan kimia-kimia yang pertama
menggunakan fir sulfat sebagai koagulan, dan polymer
anion sebagai lokulan.
Keluaran dari proses tersebut kemudian diendapkan
dalam masa endap 20jam. Hasil yang diperoleh atas endapa
tersebut adalah air jernih dan lumpur endapan. Lumpur
endapan ini masuk dalam kategori limbah B3.
Air jernih yang terlihat kemudian masuk dalam proses
selanjutnya yaitu proses biologi. Proses biologi ini untuk
menetralkan kadar COD dan BOD yang masih tinggi.
Penetralan kadar COD dan BOD yang masih tinggi tersebut
menggunakan bakteri aerob dan anaerob.
Proses yang selanjutnya setelah proses biologi adalah
proses kimia-fisika yang kedua. Proses ini menggunakan
BAC Polyalumunium sebagai koagulan dan Polimer Anion
sebagai lokulan. Air keluaran dari proses ini adalah air
commit
jernih dengan kadartoCOD
user dan BOD yang sudah aman bagi
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id

lingkungan. Sisa air ini kemudian dialirkan melalui saluran


air ke Sungai Premulung.
Pengelolaan limbah cair ini dilakuakan setiap waktu
tanpa mengenal libur. Bahkan dalam hari libur pun petugas
pengoperasi IPAL dan laboran tetap bekerja. Hal ini untuk
selalu memastikan bahwa kualitas air limbah industri
benar-benar memenuhi standar lingkungan disetiap waktu.
Pengawas pengelolaan limbah cair ini adalah kepala
bagian ulitity yang bertanggungjawab kepada pimpinan
pabrik. Pelaporan atas kegiatan ini dilakukan kepada Badan
lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo tiap 6 bulan sekali.
b) Limbah Cair Domestik.
Limbah cair domestic ini juga masuk dalam saluran
IPAL besama dengan limbah cair dari unit-unit produksi.
Semua saluran buangan air dalam pabrik bermuara ke
IPAL.
c) Oli Bekas.
Oli bekas ditampung dalam drum-drum kemudian
dikumpulkan di gudang. Pengelolaan oli bekas dilakukan
oleh pihak ke tiga. Oli bekas tersebut dijual ke penampung
oli bekas yaitu PT Umbul Mulyo. Pengelolaan oli bekas ini
dilakukan setiap ada penggantian oli.
2. Limbah Padat.
a) Limbah Padat.
Limbah dikumpulkan dan diberi wadah untuk langsung
dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
b) Limbah Padat B3.
i. Padatan Lumpur IPAL.
Padatan lumpur IPAL yang merupakan limbah
B3 masuk dalam bak penampung lumpur. Padatan
commit
lumpur to user
dalam bak penampung lumpur ini kemudian
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id

ditambahkan zat polimer kationik sebelum dipress.


Padatan Lumput yang telah dipress ini berubah
bentuk menjadi padat. Sedangkan air sisa press
masuk dalam saluran IPAL untuk mendapatkan
perlakuan proses biologi dan kimia-fisika yang
kedua. Padatan lumpur yang telah dipress ini
berbentuk seperti tanah, dimasukkan dalam karung
untuk disimpan di Tempat Penampungan Sementara
(TPS).
Pengolahan selanjutnya adalah diserahkan
kepada pihak ketiga yaitu PT Teknotama
Lingkungan Internusa (TLI) yang berkedudukan di
Karawaci. PT Teknotama Lingkungan Internusa
(TLI) merupakan satu-satunya perusahaan yang
ditunjuk oleh pemerintah Indonesia, dalam hal ini
Kementrian Lingkungan Hidup, untuk mengolah
limbah B3 di Indonesia.
ii. Limbah Padat Abu Batubara.
Pengolahan limbah abu batubara juga dilakukan
oleh pihak ketiga yang sama dengan pengolahan
padatan Lumpur IPAL yaitu PT Teknotama
Lingkungan Internusa (TLI). Abu batubara ini
dimasukkan kedalam karung-karung dan disimpan di
TPS, atau diangkut langsung untuk dikirin ke PT
Teknotama Lingkungan Internusa (TLI) untuk
diolah.
iii. Aki Bekas.
Pengolahan Aki Bekas diserahakan kepada
pihak ketiga yang sama dengan pegolahan padatan
Lumpur IPAL dan abu batubara, yaitui PT
commit Lingkungan
Teknotama to user Internusa (TLI).
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id

b. Usaha Penghijauan Kawasan Pabrik.


Tujuan penghijauan kawasan pabrik adalah untuk mempercantik
kawasan pabrik agar terlihat asri dan mengurangi polusi. Polusi yang dapat
ditekan dengan upaya penghijauan adalah polusi udara maupun
kebisingan. Lokasi yang menjadi sasaran adalah lahan terbuka didalam
maupun diluar pabrik. Lahan terbuka didalam pabrik dibangun taman yang
asri, pepohonan disepanjang pinggir jalan pabrik, dan disekitar saluran
IPAL. Pengelolaan upaya penghijauan ini dilakukan setiap hari dengan
cara menyiram dan merapihkan daun dan ranting. Pengawasan kegiatan
ini dilakukan oleh Kepala Bagian Umum PT Dan Liris.
c. Pemeliharaan Saluran Drainase.
Pemeliharaan saluran drainase dimaksudkan agar supaya saluran
tidak mampat. Hal ini dilakukan dengan membersihkan Lumpur dan
sampah-sampah yang ada dalam saluran drainase ini. Lumpur dan sampah
ini kemudian dapat dimanfaatkan sebagai tanah urug apabila pabrik
memerlukan urugan tanah, namun apabila tidak memerlukan maka
dibuang ke TPA. Pemeliharaan saluran drainase ini dilakukan setiap hari
dibawah pengawasan Kepala Bagiana Umum PT Dan Liris yang
bertangungjawab pada pimpinan pabrik.
d. Pengelolaan Kualitas Udara dan Kebisingan.
Emisi Genset dan boiler maupun partikel-partikel debu (TSP) dari
kegiatan-kegiatan produksi dapat menimbulkan penurunan kualitas udara.
Beroperasinya mesin-mesin dalam pabrik dapat menimbulkan kebisingan.
Penanggulangan atas permasalahan tersebut adalah dengan upaya sebagai
berikut.
1. Memasang cerobong asap yang dilengkapi dengan blower dan dust
collector di emisi gas buang genset maupun emisi gas buang
boiler.
2. Memasang alat dust collector, hoper penyedot debu,
humidifier,dan exhaust fan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id

3. Pada ruang produksi dibuat tertutup agar debu dan kapas tidak
bertebaran keluar ruangan.
4. Pekerja produksi harus menggunakan alat pelindung berupa
masker, ear plug, kacamata pengaman, dan penutup kepala.
5. Partikel debu karena kagiatan bongkar muat diatasi dengan
mengaspal jalanan dalam pabrik, menyiram air, dan menanam
pohon disepanjang jalan dalam kawasan pabrik.
6. Pekerja bongkar muat harus menggunakan masker.
e. Pengelolaan Pencegahan Bahaya Kebakaran.
Kebakaran dapat terjadi karena hubungan arus pendek listrik
mapuan kelalaian pekerja. Upaya preventif mutlak dilakukan untuk
menanggulangi bahaya kebakaran ini. Upaya tersebut yaitu:
a) Memasang sekring.
b) Memasang papan peringatan “dilarang merokok”.
c) Memasang papan peringatan “matikan listrik tiap istirahat”.
d) Instruksi kerja yang mengharuskan untuk melakukan control
terhadap alat-alat yang berhubungan dengan listrik tiap akan
memulai kerja, maupun mengakhiri kerja (tiap pergantian shift).
e) Pelatihan penggunaan alat pemadam kebakaran. Pelatihan ini
dilakukan dengan bekerjasama dengan Dinas Pemadam Kebakaran
Kabupaten Sukoharjo.
f) Memasang alat pemadam api ringan sebanyak 593 unit.
g) Memasang hidran fire di 181 titik rawan kebakaran.
h) Hidran Pump sebanyak 2 unit dengan kekuatan 2000m3/ jam
Lokasi pengelolaan adalah di semua unit yang potensial
menimbulkan kebakaran seperti unit spinning dan weaving dan tempat-
tempat yang terdapat panel listrik. Waktu pengelolaan adalah setiap saat
dibawah pengawasan Kepala Bagian Utility dan Kepala Bagian Produksi.
f. Pengelolaan Sosial, Ekonomi, Budaya, dan Kesehatan.
Tujuanpengelolaandalam hal ini adalah untuk menekan
commit
kerawananan kecemburuan to user
sosial baik internal (sesama karyawan)
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

maupun eksternal (dengan warga sekitar). Upaya pengelolaan yang


dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Secara internal.
i. Sosialisasi SOP, Job discriptioni masing-masing jabatan.
SOP dan instruksi kerja dibuat secara jelas.
ii. Meeting secara periodik.
iii. Merespon berdirinya serikat pekerja.
iv. Upah atau gaji yang sesuai.
v. Kerjasama dengan JPK, JAMSOSTEK/ ASKES.
vi. Memberi award pada karyawan yang berprestasi.
vii. Ada rambu-rambu dan satpam yang menjaga ketertiban.
viii. Pemberian susu kepada karyawan terutama yang bekerja pada
unit- unit Limbah/ IPAL.
b) Secara eksternal.
i. Mengutamakan masyarakat sekitar dalam perekrutan pekerja.
ii. Melakukan pendekatan pada aparat desa dalam hal ada
masalah sosial dengan warga sekitar.
Upaya pengelolaan dilakukan setiap hari didalam maupun diluar
pabrik dibawah pertanggungjawaban Pimpinan Pabrik. Pelaporan
dilakukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, Dinas Tenaga
Kerja Kabupaten Sukoharjo, dan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Sukoharjo.
3. Upaya Pemantauan Lingkungan oleh PT Dan Liris.
Upaya pemantauan lingkungan ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari
upaya pengelolaan lingkungan. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa
upaya pengelolaan lingkungan benar-benar dapat berjalan dengan baik. Oleh
karena itu, didalam upaya pemantauan lingkungan juga digunakan indikator-
indikator tertentu untuk mempermudah sasaran pemantauan.
Upaya pemnatauan lingkungan yang dilakukan oleh PT Dan Liris
meliputi:
commitFisik-Kimia.
a. Pengelolaan Lingkungan to user
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id

1). Kualitas Udara dan Kebisingan.


Metode pemantauan yang digunakan adalah dengan
mengambil contoh udara dan pengukuran di lapangan oleh
petugas laboratorium yang ditunjuk oleh Gubernur.
Parameter yang dipantau adalah total partikel debu (TPS)
dan Kebisingan.
Tolak ukur yang digunakan dalam pemantauan ini
adalah sebagai berikut:
a) Tolak Ukur Kualitas Udara.
1. SK Menteri Tenaga Kerja No.SE-
01/Men/1997 NAB Faktor kimia udara
lingkungan kerja untuk TSP: 0.2
mg/m3.
2. Baku Mutu Udara Ambien Keputusan
Gubernur Jateng Nomor 8 tahun 2001
batas TSP : 230g/m3.
b) Tolak Ukur Tingkat Kebisingan.
1. Baku Mutu Tingkat Kebisingan Ruang
Kerja Keputusan Menteri Tenaga Kerja
Nomor 51/Men/99, batas kebisingan:
85 dBA.
2. Baku Mutu Tingkat Kebisingan Untuk
Kawasan Pemukiman Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup
Kep.48/Men.LH/11/1996, batas
kebisingan 55 dBA.
Pemantauan dilakukan 6 bulan sekali dengan lokasi
pemantauan adalah di ruang produksi. Untuk pemantauan
udara ambien adalah dengan mengukur udara ambien
sebelum dan sesudah pabrik sesuai dengan arah mata angin.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id

Pelaksana dan penanggungjawab kegiatan ini adalah Kepala


Bagian Lingkungan/ Bagian Utility PT Dan Liris.
2). Kualitas dan Kuantitas Air.
Metode pemantauan yang digunakan adalah dengan
mengambil contoh air kemudian pengukuran di lapangan
oleh petugas laboratorium yang ditunjuk oleh Gubernur.
Sumber dampak yang dilakukan dalam pemantauan ini
adalah limbah cair domestik. Parameter yang digunakan
dalam pemnatauan ini adalah pH, BOD, TSS, Minyak, dan
Lemak.
Tolak ukur yang digunakan dalam pemantauan ini
adalah Baku Mutu Air Domestik Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 112 tahun 2003. Batas pH= 6-9,
TSS= 100mg/l, BOD= 100mg/l, Minyak dan Lemak=
100mg/l.
Pemantauan dilakukan 3 bulan sekali dengan lokasi
pemantauan adalah di saluran effluen. Pelaksana dan
penanggungjawab kegiatan ini adalah Kepala Bagian
Lingkungan/ Bagian Utility PT Dan Liris.
b. Bahaya Kebakaran.
Metode yang digunakan untuk melakukan pemantauan
terhadap bahaya kebakaran adalah dengan pemeriksaan kondosi
panel listrik, kondisi alat-alat listrik/ elektronik/ mesin, tabung
APAR terutama waktu kadaluarsanya, dan kelancaran hidran.
Tolak ukur yang digunakan dalam pemantauan ini adalah
dengan memantau indikator adanya kebakaran. Indikator
kebakaran adalah asap yang berasal dari kebakaran berupa gas
SOx, NOx, NH3, CO, H2S.
Pemanatauan dilakukan setiap pergantian shift setiap hari.
Lokasi pemantauan adalah kawasan dalam pabrik dan sekitar
pabrik. Pelaksanacommit
dan to user
penanggungjawab kegiatan ini adalah
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id

Kepala Bagian Lingkungan/ Bagian Utility PT Dan Liris yang


bertanggungjawab kepada pimpinan pabrik.
c. Limbah Padat/ Timbunan Sampah.
Limbah padat diketegorikan menjadi dua jenis limbah yaitu
limbah B3 dan limbah padat biasa (bukan kategori B3). Oleh
karena adanya kategori yang berbeda untuk limbah padat, maka
metode pemantauan yang digunakan juga ada dua metode.
Metode pemantauan yang digunakan untuk pemantauan limbah
padat B3 adalah dengan menguji kandungan logam, LCLP, dan
toksinasinya. Hal ini dimaksudkan agar supaya untuk memastikan
tidak ada sedikitpun kadar limbah padat B3 yang tercampur
dengan limbah padat yang lain yang bukan merupakan kategori
B3. Metode dalam pengelolaan limbah padat bukan B3 tidak
memerlukan uji laboratorium, melainkan cukup dipantau secara
visual. Yang termasuk dalam kategori limbah padat bukan B3
adalah limbah dari proses produksi dari tiap-tiap unit yang tidak
termasuk limbah B3 dan limbah administrasi serta sampah kantin.
Tolak ukur pemantauan limbah padat berdasarkan nilai
estetika. Pemanatauan dilakukan setiap hari. Lokasi pemantauan
adalah kawasan dalam pabrik dan sekitar pabrik. Pelaksana dan
penanggungjawab kegiatan ini adalah Kepala Bagian
Lingkungan/ Bagian Utility PT Dan Liris dan Kepala Bagian
Umum PT Dan Liris yang bertanggungjawab kepada pimpinan
pabrik.
d. Aspek Sosial, ekonomi dan Budaya.
Metode pemantauan yang digunakan untuk aspek sosial,
ekonomi dan budaya adalah dengan melalui pemantauan terhadap
absensi karyawan, evaluasi kerja karyawan, meeting rutin, dan
kerjasama dengan para aparatur desa setempat dan masyarakat
sekitar lingkungan pabrik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

Tolak ukur yang dignakan dalam pemantauan aspek sosial,


ekonomi dan budaya ini adalah dengan melihat kedisiplinan dan
ketertiban karyawan, sikap masyarakat terhadap kegiatan
operasional pabrik, dan tingkat keamanan pabrik.
Pemantauan keamanan dilakukan setiap hari, sedangkan
untuk pemantauan terhadap kinerja karyawan dilakukan setiap
satu bulan sekali. Lokasi pemanatauan adalah didalam (antar
karyawan) dan diluar pabrik (karyawan dengan masyarakat).
Pelaksana dan penanggungjawab kegiatan ini adalah Kepala
Bagian Humas/ Personalia PT Dan Liris dan Kepala Bagian
Umum PT Dan Liris yang bertanggungjawab kepada pimpinan
pabrik, dengan mengikutsertakan Serikat Pekerja PT Dan Liris
Unit Spinning III di Semarang.
e. Aspek Kesehatan.
Metode yang digunakan dalam pemantauan aspek kesehatan
adalah secara visual. Cara visual yang digunakan adalah dengan
memanatau peralaan keselamatan kerja, papan peringatan bahaya
dan/ atau slogan K3 masih dapat dibaca atau tidak, dan
memnatau kesehatan karyawan.
Tolak ukur yang digunakan dalam pemantauan ini adalah;
pertama, jumlah surat izin sakit karyawan, kedua, kunjungan
karyawan ke Rumah Sakit/ Poliklinik, dan ketiga, tingkat
kecelakaan kerja.
Pemantauan dilakuakn di dalam lingkungan kerja dan Rumah
Sakit Rujukan oleh Bagian Humas/ Personalia. Bagian Humas/
Personalia PT Dan Liris mengevaluasi surat izin tidak masuk
kerja para karyawan dan laporan kejadian kecelakaan tiap tiga
bulan sekali untuk kemudian diteruskan kepada Pimpinan Pabrik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

B. Penaatan PT Dan Liris terhadap Upaya Pengelolaan Lingkungan dan


Upaya Pemantauan Lingkungan PT Dan Liris.

Ketaatan PT Dan Liris terhadap Upaya Pengelolaan Lingkungan


dan Upaya Pemantauan Lingkungan dapat dilihat dari dua indikator, yaitu
ketaatan terhadap pengelolaan air limbah dan ketaatan terhadap pengendalian
kualitas udara. Ketaatan tersebut dapat diukur berdasarkan Laporan hasil uji
laboratorium atas dua indikator tersebut dengan menyandingkan pada baku
mutu yang telah ditetapkan. Laporan hasil Uji Laboratorium untuk kepentingan
intern dilaporkan setiap bulan, sedangkan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Sukoharjo pelaporan dilakukan setiap tiga bulan sekali.
Penilaian ketaatan yang bertumpu hanya pada dua indikator ini
memang seperti kurang relevan bila dikaitkan dengan prestasi PROPER PT
Dan Liris yang memperoleh peringkat biru. Menurut I Gusti Ayu K.R.H,
Peringkat Biru PROPER memuat tiga indikator ketaatan yaitu: pertama,
ketaatan terhadap baku mutu air limbah, kedua ketaatan terhadap baku mutu
emisi udara, dan ketiga ketaatan terhadap pengelolaan limbah B3 (I Gusti Ayu
K.R.H. 2011: 78) . Menanggapi hal ini, Eddy S Koentjoro selaku Kasubag
Utility PT Dan Liris mengatakan bahwa dalam hal pengelolaan limbah B3, PT
Dan Liris bekerja sama dengan PT Teknotama Lingkungan Internusa (TLI).
Pengelolaan limbah B3 PT Dan Liris hanya sebatas pada penyimpanan limbah
B3 dalam suatu tempat yang disebut “Tempat Penyimpanan Sementara (TPS)”,
untuk kemudian dikirim ke PT Teknotama Lingkungan Internusa (TLI) untuk
dikelola lebih lanjut. Sehingga dalam hal ini, tidak Laporan pengelolaan limbah
B3 sampai pada tahap netralisasi. Pengelolaan limbah hanya sebatas pada
penyimpanan limbah B3 saj (wawancara dengan Eddy S Koentjoro, Kasubag
Utility PT Dan Liris, pada 8 November 2012)

1. Ketaatan PT Dan Liris terhadap Upaya Pengelolaan dan Upaya


Pemantauan Limbah Cair.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id

Baku mutu limbah cair secara umum untuk wilayah Provinsi Jawa
Tengah diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5
tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Tengah Nomor 10 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah. Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 tahun 2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 tahun 2004 tentang
Baku Mutu Air Limbah memuat parameter apa saja yang terdapat dalam
kandungan air limbah untuk tiap kegiatan usaha yang berbeda dengan
disertai batasan maksimum toleransi yang diwujudkan dalam statistik
angka dan satuan. Terdapat 10 (sepuluh) Lampiran dalam Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 tahun 2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 tahun 2004 tentang
Baku Mutu Air Limbah, 9 (sembilan) Lampiran untuk penetapan Baku
Mutu untuk tiap kegiatan usaha yang berbeda, dan Lampiran ke 10
(sepuluh) merupakan penjelasan atas perhitungan debit air limbah
maksimum dan beban pencemaran maksimum untuk menentukan mutu air
limbah.
Penilaian terhadap kualitas air limbah PT Dan Liris menggunakan
Baku Mutu yang ditetapkan dalam lampiran I tentang Baku Mutu Air
Limbah Kegiatan Industri, Nomor 32 tentang Baku Mutu Air Limbah
Industri Tekstil dan Batik. Parameter yang diuji adalah Temperatur (batas
maksimal 38o C) , BODs (batas maksimal 60mg/L) , COD (batas maksimal
150mg/L), TSS (batas maksimal 50mg/L), Fenol total (batas maksimal
0,5mg/L), Khrom Total (Cr) (batas maksimal 1,0mg/L), Amoniak total
(NH3-N) (batas maksimal 8,0mg/L), Sulfida (Sebagai S) (batas maksimal
0,3mg/L), Minyak dan Lemak (batas maksimal 3,0mg/L), pH (kisaran 6,0-
9,0), dan Debit Maksimum (m3/Ton Produk Tekstil). Beban pencemaran
dihitung dari tiap-tiap jenis tahapan kegiatan produksi yaitu pertama,
Tekstil Terpadu, kedua, pencucian kapas, pemintalan, penenunan, ketiga
perekatan (Sizing) Desizing, keempat, pengikisan, pemasakan (Klering,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

Scouring), kelima pemucatan (Bleaching), keenam Merserisasi, ketujuh


Pencelupan (Dyeing), kedelapan pencetakan (printing).
Ketaatan PT Dan Liris dalam upaya pengelolaan air limbah dapat
dikaji dengan penaatan terhadap Pasal 8 Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Tengah Nomor 10 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah
sebagaimana diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Nomor 10 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah. Pasal 8 memuat
tentang kewajiban pelaku usaha yang membuang air limbah ke lingkungan
untuk:
1). Memenuhi baku mutu sesuai Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Tengah Nomor 5 tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 tahun 2004 tentang
Baku Mutu Air Limbah.
2). Melakukan pengolahan air limbah yang dibuang agar memenuhi
baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam lampiran
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 tahun 2012
tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Nomor 10 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah.
3). Membuat instalasi pengolahan air limbah dan sistem saluran air
limbah kedap air sehingga tidak terjadi perembesan air limbah
ke lingkungan.
4). Memasang alat ukur debit atau laju alir limbah pada inlet
instalasi pengolahan air limbah serta outlet instalasi pengolahan
air limbah serta inlet pemanfaatan kembali apabila air limbah
yang dihasilkan dimanfaatkan kembali.
5). Melakukan pencatatan debit harian air limbah baik untuk air
limbah yang dibuang ke sumber air dan/atau laut, dan/ ata yang
dimanfaatkan kembali.
6). Melakukan pencatatan pH Harian air limbah.
7). Tidak melakukan pengenceran air limbah ke dalam aliran
commit to user
buangan air limbah.
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id

8). Melakukan pencatatan jumlah bahan baku dan produk harian


senyatanya.
9). Memisahkan saluran pembuangan air limbah dengan limpasan
air hujan.
10). Menetapkan titik penaatan untuk pengambilan contoh uji.
11). Memeriksakan kadar parameter air limbah sebagaimana
tercantum dalam lampiran Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Tengah Nomor 5 tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 tahun 2004 tentang
Baku Mutu Air Limbah secara berkala paling sedikit 1 (satu)
kali dalam 1 (satu) bulan di laboratoruim yang terakreditasi di
Kementrian Lingkungan Hidup.
12). Menyampaikan laporan debit air limbah harian, pH Harian,
penggunaan bahan baku, jumlah produk harian, dan kadar
parameter air limbah sebagaimana dimaksud dalam huruf c,
huruf e, huruf g, dan huruf j secara berkala paling sedikit 1
(satu) kali dalam 1 (satu) bulan kepada Buoati/ Walikota dengan
tembusan kepada Gubernur dan Menteri serta instansi lain yang
terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
13). melaporkan kepada Bupati/ Walikota dengan tembusan kepada
Gubernur dan Menteri mengenai kejadian tidak normal dan/atau
keadaan darurat yang mengakibatkan baku mutu air limbah
dilampaui serta rincian upaya penanggulangannya paling lama 2
x 24 jam.
Kesiapan PT Dan Liris secara fisik dalam pengelolaan air limbah
diwujudkan dengan pembangunan saluran (Instalasi Pengolahan Air
Limbah) IPAL yang memadai. Legalisasi IPAL PT Dan Liris adalah
Keputusan Bupati Sukoharjo Nomor 660.1/ 390/ 2012 tentang Pemberian
Izin Pembuangan Air Limbah Hasil Pengolahan Instalasi Pengolah Air
Limbah ke Perairan Umum kepada PT Dan Liris.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

Pengelolaan air limbah PT Dan Liris menggunakan sistem


penggabungan, dalam hal ini semua saluran pembuangan air dalam pabrik
bermuara di IPAL. Saluran pembuangan air di tiap-tiap masing-masing
unit disaluran ke pipa dan dialirkan ke IPAL. Saluran untuk air limbah dan
air hujan dibedakan, dalam artian bahwa air limbah disalurkan dengan
menggunakan pipa yang sebagian tertanam/ tidak terlihat, sedangkan
untuk saluran air hujan adalah melewati parit-parit yang disebuat disetiap
penggir bangunan ditiap unit pabrik.
Pencatatan debit air dilakukan dengan mengukur kecepatan aliran
air. Dalam hal saluran IPAL, PT Dan Liris juga menerima sebagian air
limbah dari PT Batik Keris yang berlokasi bersebelahan, dan masih
merupakan perusahaan yang bersaudara. Debit air diatur agar jangan
sampai terlalu berlebih/ melebihi batas dikarenakan adanya proses
pengendapan yang memakan waktu 20 jam. Oleh karenanya, sudah
ditentukan berapa kapasitas maksimal produksi PT Dan Liris dengan
asumsi perhitungn penggunaan air dan sisa dari penggunaan air tersebut.
Secara fisik bangunan IPAL PT Dan Liris telah memenuhi
persayratan. Sebagai satu-satunya unit yang bekerja 7 x 24 jam dalam satu
minggu ini memang dituntut kesiapan prima terutama dalam hal
pengawasan alat-alat dan sarana pendukung lain. Bak-bak penampungan
dibuat dari lapisan logam anti karat kedap air dengan ketebalan kurang
lebih 10cm. Bak-bak penampungan dibuat diatas cetakan betol setebal
setengah meter dari permukaan tanah galian sehingga meminimalisir
rembesan air limbah ke tanah. (wawancara dengan Bapak Sarwono, Staff
lapangan/ teknis bagian Utility PT Dan Liris pada Jumat, 16 November
2012).
Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa selama ini PT Dan
Liris dapat dikategorikan perusahaan yang dapat memenuhi baku mutu
tersebut, meskipun terkadang adakalanya salah satu parameter melebihi
ambang batas. Data yang penulis kaji ketika berada di Bagian Utility PT
Dan Liris adalah laporancommit to user
hasil uji laboratorium sepanjang tahun 2011.
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

Ringkasan atas laporan tersebut tersaji dalam laporan penilaian PROPER


Kementrian Lingkungan Hidup. Hasilnya, untuk tahun 2011 ketaatan PT
Dan Liris dalam Pengelolaan dan Pemantauan Kualitas air limbah adalah
91%. Hal ini dikarenakan ada satu parameter yang melebihi batas yaitu
parameter Sulfida pada bulan September 2011. Tingkat ketaatan 91%
menurut Laporan PROPER Kementrian Lingkungan hidup ini
menandakan bahwa PT Dan Liris sudah cukup baik dalam hal pengelolaan
dan pemantauan Air Limbah. Ketaatan dalam pelaporan ditunjukkan
dengan pembuatan laporan rutin setiap satu bulan sekali nuk kepentingan
iantern dan tiga bulan sekali untuk dilaporkan pada Badan lingkungan
Hidup Kabupateen Sukoharjo.

2. Ketaatan PT Dan Liris terhadap Upaya Pengelolaan dan Upaya


Pemantauan Kualitas Udara.
Pengukuran Kualitas Udara didasarkan atas dua hal yaitu Uji
Udara Emisi dan Uji Udara Ambien. Uji udara emisi didasarkan atas
penilaian terhadap emisi dari sumber tidak bergerak seperti ketel uap dan
steamboiler. Sedangkan untuk Uji Udara Ambien dilakukan dengan
penilaian dari titik-titik tertentu disekitar lokasi pabrik.
Baku Mutu Udara Emisi di Provinsi Jawa Tengah ditetapkan dalam
Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 10 tahun 2000 tentang Baku
Mutu Udara Emisi Sumber Tidak Bergerak Tingkat Provinsi Jawa Tengah.
Parameter pengukuran udara emisi yang digunakan dalam análisis Uji
Emisi Udara PT Dan Liris adalah sulfur dioksida (SO2) (batas maksimum
750mg/m3), nitrogen dioksida (NOX) (batas maksimum 825mg/m3), Total
Partikel Debu (batas maksimum 230mg/m3), Opasitas (batas maksimal
20%). Stándar ini sama dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 7 tahun 2007 tentang Baku Mutu Emisi Tidak Bergerak Bagi Ketel
Uap yang Menggunakan Bahan Bakar Batubara.
Baku Mutu udara Ambien di Provinsi Jawa Tengah ditetapkan
commit
dalam keputusan Gubernur JawatoTengah
user Nomor 8 tahun 2001 tentang
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

Baku Mutu Udara Ambien di Provinsi Jawa Tengah. Ketentuan mengenai


analisa baku mutu udara ambien terdapat dalam Lampiran. Penentuan titik
lokasi pengukuran didasarkan atas pertimbangan arah angin. Parameter
yang dipergnakan dalam penilaian baku mutu ambien adalah SO2 (Sulfur
Oksida), CO (Karbon Monoksida), NO2 (Nitrogen Dioksida), O3
(Oksidan), HC (Hidro Carbon), PM10 (Partikel <10 um), PM10 (Partikel <
2,5 um), TSP (debu), Pb (Timah Hitam), Dust Fall (Debu Jatuh), Total
Flurides (as F), Flour Indeks, Khlorine dan Khlorine Dioksida, dan
Sulphat Indeks.
Pengukuran atas baku mutu udara ambien dilakukan dalam jarak
waktu tertentu yang telah ditentukan. Masing-masing parameter
mempunyai waktu pengukuran yang berbeda. Begitu pula dengan metode
análisis dan peralatan yang dipergunakan.
Penulis mengkaji hasil Laporan uji Udara Emisi dan Laporan Uji
Udara Ambien PT Dan Liris selama tahun 2011 sampai dengan laporan
terakhir adalah September 2012. Selama kurun waktu tersebut, tidak
pernah sekalipun ada parameter yang melebihi batas maksimum yang
ditetapkan. Dengan demikian, PT Dan Liris telah taat dalam memenuhi
ketentuan Pasal 4 Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 10 tahun
2000 tentang Baku Mutu Udara Emisi Sumber Tidak Bergerak Tingkat
Provinsi Jawa Tengah yang berbunyi;
“Seluruh kegiatan industri yang mengeluarkan emisi wajib
memenuhi ketentuan Baku mutu Udara Emisi Sumber Tidak
Bergerak sebagaimana tersebut dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal
3 Keputusan ini”
Wujud Penaatan elaksanaan pengelolaan dan pemantauan emisi
udara dari sumber yang tidak bergerak yang lain adalah dengan melihat
kelengkapan peralatan dan pemenuhan kewajiban pelaporan. Seperti
telah ditentukan dalam Pasal 6 Keputusan Gubernur Jawa Tengah
Nomor 10 tahun 2000 tentang Baku Mutu Udara Emisi Sumber Tidak
Bergerak Tingkat Provinsi Jawa Tengah. Pasal 6 tersebut memuat
commit to user
ketentuan bahwa penanggngjawab kegaiatan wajib:
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id

1). Membat cerobong emisi yang dilengkapi dengan sarana


pendukung dan alat pengaman.
2). Memasang alat ukur pemantauan yang meliputi kadar dan laju alir
volume untuk setiap cerobong emisi.
3). Melakukan pencatatan harian hasil emisi yang dikeluarkan dari
setiap cerobong emisi.
4). Menyampaikan laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
dalam huruf (c) kepada Gubernur Jawa Tengah dengan tembusan
Kepala Bapedalda sekurang-kurangnya setiap 3 (tiga) bulan
sekali.
5). Melaporkan kepada Gubernur serta Kepala Bapedalda apabila ada
kejadian tidak normal atau dalam keadaan darurat yang
mengakibatkan baku mutu udara terlampaui.
Dalam Pasal 6 poin a, disebutkan bahwa penanggungjawab
kegiatan wajib membuat cerobong asap dengan sarana alat pendukung
dan pengaman. Hal ini dapat dibuktikan secara visual, yaitu memang
benar ada cerobong asap yang berfungsi dengan baik di kawasan
pabrik. Cerobong asap tersebt dibuat dengan sekurangnya tiga lapis
dengan masing-masing lapis disertai filter. Selain itu setiap cerobong
juga dilengkapi dengan alat ukur pemantauan seperti alat ukur arah dan
kecepatan angin (wawancara dengan Sarwono, staff teknis Bagian
Utility PT Dan Liris). Selain itu juga dengan melihat dokumen
pelaporan yang memuat rincian spesifikasi cerobong asap. Sehingga
jelas bahwa untuk Pasal 6 poin a dan b, PT Dan Liris telah
memenuhinya.
Ketentuan Pasal 6 poin c menyebutkan adanya kewajiban
pencatatan harian mengenai hasil emisi dari setiap cerobong emisi.
Dengan dipasangainya alat ukur dan dengan metode pamantauan setiap
hari, maka secara langsung PT Dan Liris sudah memenuhi kriteria.
Setidaknya kemudian setiap per 3 bulan lapporan tersebut dilaporkan
kepada Badan Lingkungan commit to user
hidup Kabupaten Sukoharjo. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id

demikian Pasal 6 poin c dan d dapat dipenuhi. Poin yang terakhir,


adalah bahwasanya PT Dan Liris telah beruapay semaksimal mungkin
dalam usaha pengelolaan dan pemanantauan lingkungan sehingga
belum pernah ditemukan laporan atas kejadian tidak normal yang
membahayakan.
Sedangkan untuk hasil uji Udara Ambien, rata-rata sampel yang
penulis kaji dari Laporan Hasil Uji Emisi Udara Ambien bulan Januari
2011 sampai dengan September 2012 adalah tidak jauh berbeda. Pada
intinya adalah bahwa secara umum ketaatan PT Dan Liris dalam Pengujian
Udara Ambien tidak pernah mengalami angka diatas baku mutu yang telah
ditetapkan. Bahkan, Menurut Kasubag Bidang I Badan Lingkungan Hidup
Sukoharjo, P.Adi Nugroho, PT Dan Liris merupakan perusahaan dengan
laporan yang terbaik (wawancara kepada Kepala Bidang I: Bidang
Pengendalian Dampak Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Sukoharjo
pada hari Rabu, 19 Desember 2012). Laporan PROPER Kementrian
Lingkungan Hidup tahun 2011 juga menyebutkan bahwa ketaatan PT Dan
Liris dalam upaya pengendalian pencemaran udara adalah 100%.

3. Ketaatan PT Dan Liris terhadap Upaya Pengelolaan dan Upaya


Pemantauan Limbah B3
Pemerintah provinsi Jawa Tengah belum memiliki peraturan
daerah mengenai pengelolaan limbah B3, sehingga patokan untuk
pengelolaan limbah B3 mengacu pada peraturan pemerintah pusat.
Peraturan tersebut adalah Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 jo
Peraturan Pemerintah Nomor 85 tahun 1999 jo Peraturan Pemerintah
Nomor 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Limbah B3. Pasal 1 butir 3
Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 menyebutkan cakupan
pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan,
dan penimbunan limbah B3. Kegiatan Pegelolaan dan Pemantauan Limbah
commit tokegiatan
B3 PT Dan Liris hanya meliputi user pengumpulan, pengangkutan,
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id

dan penimbunan limbah B3. Sesuai dengan rencana dalam UKL-UPL


bahwa dalam pengelolaan limbah B3 PT Dan Liris bekerjasama dengan
PT Teknotama Lingkungan Indonesia.
PT Teknotama Lingkungan Indonesia adalah perusahaan resmi
yang ditunjuk Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini Kementrian
Lingkungan Hidup. PT Dan Liris dalam hal uapaya pengelolaan dan
pemantauan limbah B3 hanya memiliki izin sebatas izin penyimpanan
yang dibuktikan dengan Izin Penyimpanan Limbah B3 PT Dan Liris
No.660.1/ 185/ 2010. Sehingga batasan kajian dalam penaatan pengelolaan
dan pemantauan limbah B3 ini hanyalah sebatas pada tahapan
penyimpanan saja.
Ketentuan pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999
tentang Pengelolaan Limbah B3 menyebutkan bahwa penghasil limbah B3
dengan kapasitas dibawah 50 (lima puluh) kg per hari dapat menimbun
limbah B3 maksimal waktu 90 (hari) hari sebelum diserahkan hari kepada
pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3, dengan persetujuan
instansi yang bertanggung jawab. Besar kapasitas limbah B3 yang
dihasilkan per bulan adalah 200kg dari Lumpur IPAL dan 25.000kg dari
abu batubara. Apabila dikalkulasikan dalam hitungan hari maka besarnya
limbah B3 per harinya adalah 6,67kg untuk Lumpur IPAL dan 833,3kg
untuk Abu Batubara. PT Teknotama Lingkungan Indonesia timbunan
limbah B3 selambat-lambatnya setiap sebulan sekali untuk mengambil
timbunan limbah padatan Lumpur IPAL dan setiap hari untuk abu
batubara.
Laporan atas kegiatan penyimpanan, pengangkutan dan
penimbunan batubara ini dilaporkan setiap 6 (enam) bulan sekali kepada
Badan lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo dengan tembusan
Gubernur Jawa Tengah dan Kemenrtian lingkungan Hidup. Hal ini telah
sesuai dengan apa yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18
tahun 1999 jo Peraturan Pemerintah Nomor 85 tahun 1999 jo Peraturan
commit2001
Pemerintah Nomor 74 tahun to user
tentang Pengelolaan Limbah B3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Analisis terhadap dampak lingkungan Yang ditimblakan PT Dan Liris
diwujudkan secara konkret dengan adanya Rencana Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan yang ditindaklanjuti dengan Upaya Pengelolaan dan Pemantaan
Lingkungan. Ketaatan atas Pelaksanaan Upaya Pengelolaan dana Pemantauan
Lingkungan PT Dan Liris menjadi bagian yang tidak terpisahakan dari Upaya
Pengelolaan dan Pemantauan lingkungan tersebut. Dari hasi uaraian pembahasan,
penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Upaya Pengelolaan dan Pemantauan lingkungan PT Dan Liris meliputi
Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Limbah Cair, Upaya Pengelolaan dan
Pemantauan Limbah Padat dimana terdapat Upaya Pengelolaan dan
Pemantauan limbah B3, Upaya Pengelolaan dan Pemantauan atas Bahaya
Kebakaran, Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Sosial
Ekonomi Budaya Keamanan dan Kesehatan.
2. Dalam pelaksanaan Upaya Pengelolaan dan Pemantauan PT Dan Liris
telah taat hukum dengan mengikuti prosedur dan ketentan yang ada dalam
pertauran perundang-undangan.

B. Saran

Atas hasil penelitian ini, penulis memberikan saran sebagai berikut:


1. Kepada Pemerintah Kabupaten Sukoharjo.
Kepada pemerintah Sukoharjo terutama dinas terkait dengan perizinan
lingkungan sebaiknya lebih memperketat dalam pengawasan namun tetap
dengan prinsip kerja tepat, cermat dan cepat utamanya dalam penerbitan
suatu izin. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi kekosongan hukum atas
legalitas operasional bidang lingkungan sebuah perusahaan, dalam hal ini
adalah PT Dan Liris yang masih menunggu proses perpanjangan izin IPAL.
2. Kepada PT Dan Liris. commit to user

67
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id

PT Dan Liris hendaknya lebih memaksimalkan dalam Upaya Pengelolaan


dan Pemantauan Lingkungan utamanya adalah berkaitan dengan peralatan
teknis pengelolaan air limbah (IPAL) yang sudah mulai menyusut nilai
kegunaannya diakibatkan oleh usia.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai