Anda di halaman 1dari 2

TEMPAT DAN PENGATURAN HUKUM JAMINAN

Tempat pengaturan hukum jaminan dapat dibedakan menjadi 2 tempat, yaitu : di dalam Buku II
KUH Perdata dan di luar Buku II KUH Perdata.
Ketentuan dalam pasal-pasal buku II KUHPerdata yang mengatur mengenai lembaga dan
ketentuan hak jaminan dimulai dari Titel Kesembilan Belas sampai dengan Titel Dua Puluh
Satu, Pasal 1131 sampai dengan Pasal 1232. Dalam pasal-pasal KUHPerdata tersebut diatur
mengenai piutang-piutang yang diistimewakan, gadai, dan hipotek. Secara rinci materi
kandungan ketentuanketentuan hukum jaminan yang termuat dalam buku II KUHPerdata
tersebut, sebagai berikut:
1. Bab XIX : Tentang Piutang-Piutang Diistimewakan (Pasal 1131 sampai dengan Pasal 1149
KUHPerdata); Bagian Kesatu tentang Piutang-Piutang yang Diistimewakan Pada Umumnya
(Pasal 1131 sampai dengan Pasal 1138 KUHPerdata); Bagian Kedua tentang Hak-Hak
Istimewa mengenai Benda-Benda Tertentu (1139 sampai dengan Pasal 1148 KUHPerdata);
Bagian ketiga atas Semua Benda Bergerak dan Benda Tidak Bergerak Pada Umumnya (Pasal
1149 KUHPerdata);
2. Bab XX : Tentang Gadai (Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160, Pasal 1161 KUHPerdata
dihapuskan).
3. Bab XXI : Tentang Hipotek (Pasal 1162 sampai dengan Pasaal 1232 KUHPerdata); Bagian
Kesatu tentang Ketentuan-Ketentuan Umum (Pasal 1162 sampai dengan Pasal 1178
KUHPerdata); Bagian Kedua tentang Pembukuan-Pembukuan Hipotek serta Bentuk Cara
Pembukuannya (Pasal 1179 sampai dengan Pasal 1194 KUHPerdata); Bagian Ketiga tentang
Pencoretan Pembukuan (Pasal 1195 sampai dengan 1197 KUHPerdata); Bagian Keempat
tentang Akibat-Akibat Hipotek Terhadap Orang Ketiga yang menguasai benda yang Dibebani
(Pasal1198 sampai dengan Pasal 1208 KUHPerdata); Bagian Kelima tentang hapusnya
Hipotek (1209 sampai dengan Pasal 1220 KUHPerdata); Bagian Keenam tentang Pegawai-
Pegawai yang Ditugaskan Menyimpan Hipotek, Tanggung Jawab Pegawai-Pegawai yang
Ditugaskan Menyimpan Hipotek dan Hal Diketahuinya Register-Register oleh Masyarakat
(Pasal 1221 sampai dengan Pasal 1232 KUHPerdata).
Dengan keluarnya UUHT, maka pembebanan hipotek atas hak atas tanah beserta benda-
benda yang berkaitan dengan tanah tidak lagi menggunakan lembaga dan ketentuan hipotek
sebagaimana diatur dalam Pasal 1162 sampai dengan Pasal 1232 KUHPerdata. Sementara itu
pembebanan hipotek atas bendabenda tidak bergerak lainnya selain hak atas tanah beserta
benda-benda yang berkaitan dengan tanah, hipotek kapal laut misalnya, tetap menggunakan
lembaga dan ketentuan-ketentuan hipotek sebagaimana diatur dalam Pasal 1162 sampai
dengan Pasal 1232 KUHPerdata.
Pengaturan Hukum Jaminan yang terdapat diluar KUHPerdata yaitu:
a. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, diatur dalam Stb. 1847 Nomor 23, KUH Dagang
terdiri dari 2 buku, yaitu Buku I tentang dagang pada umumnya dan Buku II tentang hak-
hak dan kewajiban yang timbul dalam pelayanan, yang terdiri dari 754 pasal. Pasal-
pasal yang erat kaitannya dengan jaminan adalah pasal-pasal yang berkaitan dengan
hipotek kapal laut, yang diatur dalam pasal 314-316 KUH Dagang
b. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta
Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undangundang ini mencabut berlakunya
hipotek sebagaimana diatur dalam Buku II KUH Perdata, sepanjang mengenai tanah
dan Credietverband.
c. Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, adapun dasar
pertimbangan lahirnya Undang-undang ini adalah:

1) Kebutuhan yang sangat besar bagi dunia usaha atas tersedianya dana, perlu
diimbangi adanya ketentuan hukum yang jelas dan lengkap mengatur mengenai
lembaga jaminan.

2) Jaminan fidusia sebagai salah satu bentuk lembaga jaminan sampai saat ini masih
didasarkan pada Yurisprudensi, dan belum diatur dalam Peraturan Perundang-
undangan secara lengkap dan komprehensif.

3) Untuk memenuhi kebutuhan hukum yang dapat lebih memacu pembangunan


nasional dan untuk menjamin kepastian hukum, serta mampu memberikan
perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan.

d. Pasal 49 Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, yang berbunyi:

a) Kapal yang telah didaftar dapat dibebani hipotek.


b) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Pemerintah.

e. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Agraria


f. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
g. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Pemukiman
h. Undang-Undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

Anda mungkin juga menyukai