Anda di halaman 1dari 4

RESUME

HUKUM JAMINAN

Disusun Oleh :

Nama : Rivaldy Razel Riansyah Gunawan

NPM : 41151010190114

PROGRAM STUDI HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LANGLANGBUANA

BANDUNG

2022
A. Hukum Jaminan
Hukum Jaminan, merupakan perjanjian assesoir (perjanjian lanjutan atau
perjanjian tambahan) dari perjanjian pokoknya. Perjanjian pada pokoknya
terdapat dapat perjanjian bernama (Buku III KUHPerdata), perjjanjian tidak
bernama dan perjanjian campuran. Dalam Bab ke-17 Buku III KUHPerdata
tentang Penanggungan Utang (mulai Pasal 1820), terdiri dari :

1. Bagian Kesatu tentang Sifat Penanggungan (Pasal 1820 sd 1830).

2. Bagian Kedua tentang akibat-akibat penanggungan antara si berutang dan


si penanggung Pasal 1831 sd 1838).

3. Bagian Ketiga tentang akibat-akibat penanggungan antara si berutang dan


si penanggung, dan antara penanggung sendiri (Pasal 1839 sd 1844)

4. Bagian Keempat tentang hapusnya penanggungan utang (Pasal 1945 sd


1950).

B. Hukum jaminan kebendaan diatur dalam Buku II KHPerdata, yaitu :

1. Bab 19 tentang piutang-piutang yang diistimewakan, yaitu :

a. Bagian kesatu tentang piutang-piutang yang di istimewakan pada


umumnya (Pasal 1131 sd 1138)

b. Bagian kedua tentang hak-hak istimewa yang mengenai benda-benda


tertentu (Pasal 1139 sd 1148)

c. Bagian ketiga tentang hak-hak istimewa atau semua benda bergerak


dan tak bergerak pada umumnya (Pasal 1149)

2. Bab 20 tentang Gadai (Pasal 1150 sd 1160.

3. Bab 21 tentang Hipotik, terdiri dari :

a. Bagian kesatu tentang ketentuan-ketentuan umum (Pasal 1162 sd


1178)
b. Bagian kedua tentang pembukuan-pembukuan hipotik serta bentuk-
caranya pembukuan (Pasal 1179 sd 1194)
c. Bagian ketiga tentang pencoretan pembukuan (Pasal 1195 sd 1197)
d. Bagian keempat tentang akibat-akibat hipotik terhadap orang-orang
ke tiga yang menguasai benda yang dibebani (Pasal 1198 sd 1208)
e. Bagian kelima tentang hapusnya hipotik (Pasal 1209 sd 1220)
f. Bagian keenam tentang pegawai-pegawai yang ditugaskan
menyimpan hipotik, tenang tanggung jawab mereka, dan tentang
diketahuinya register-register oleh umum (Pasal 1221 sd 1232).

C. Pengertian jaminan
Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu
Zekerheid atau cauti. Zekerheid atau Cauti mencakup secara umum cara-cara
kreditur menjamin dipenuhi tagihannya, disamping tanggung jawab umum
debitur terhadap barang-barangnya.
Istilah jaminan juga dikenal dengan agunan, yang dapat dijumpai dalam
Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUHPerdata, dan penjelasan Pasal 1 angka 23
Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor & Tahun 1992 Tentang Perbankan. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, jaminan maupun agunan memiliki persamaan makna yakni
“Tanggungan”.
Pengertian Jaminan terdapat dalam SK Direksi Bank Indonesia Nomor
23/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 yaitu “Suatu Keyakinan kreditur bank
atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang
diperjanjikan”. Definisi di atas hampir sama dengan definisi yang dikemukakan

oleh M.Bahsan1) yang berpendapat bahwa jaminan adalah “Segala sesuatu


yang diterima kreditur dan diserahkan debitur untuk menjamin suatu utang
piutang dalam masyarakat,” sedangkan pengertian agunan diatur dalam Pasal 1
angka 23 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yaitu
“Jaminan Pokok yang diserahkan debitur dalam rangka pemberian fasilitas
kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah, sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia”.
1) Terjadinya Jaminan
Terjadinya atau Lahirnya jaminan dapat disebabkan karena
undang-undang dan juga karena Perjanjian.
- Jaminan yang lahir karena Undang-Undang :
Merupakan jaminan yang ditunjuk keberadaannya oleh undang-
undang, tanpa ada perjanjian dari para pihak, sebagaimana yang diatur
dalam Pasal 1131 KUHPerdata, Seperti jaminan umum, hak privilege
dan hak retensi.
2) Jaminan yang lahir karena perjanjian
Merupakan jaminan yang terjadi karena adanya perjanjian antara pihak
sebelumnya, seperti Gadai, Fidusia, Hipotik, dan Hak Tanggungan.
D. Penggolongan jaminan berdasarkan objek atau bendanya adalah :
a. Jaminan dalam bentuk benda bergerak
Dikatakan benda bergerak karena sifatnya yang bergerak dan dapat
dipindahkan atau dalam Undang-Undang dinyatakan sebagai benda
bergerak, misalnya pengikatan hak terhadap benda bergerak. Jaminan
dalam bentuk benda bergerak dibedakan atas benda bergerak berwujud,
pengikatannya dengan gadai dan fidusia, sedangkan benda bergerak yang
tidak berwujud pengikatannya dengan gadai, cessie dan account
revecieble.

b. Jaminan dalam bentuk benda tidak bergerak


Merupakan jaminan yang berdasarkan sifatnya tidak bergerak dan
tidak dapat dipindah-pindahkan, sebagaimana yang diatur dalam
KUHPerdata. Pengikatan terhadap jaminan dalam bentuk benda bergerak
berupa hak tanggungan.

Anda mungkin juga menyukai