Disusun oleh:
TUTORIAL
Halaman 1
Saat anda sedang bekerja di Unit Gawat Darurat sebuah rumah sakit. Datang pasien
pertama Tn. Nardi 26 tahun, datang dengan keluhan demam sejak 8 hari yang lalu.
Demam yang dirasakan naik turun. Naik pada sore dan malam hari serta cenderung turun
pada pagi hari. Demam tersebut makin lama makin meninggi tanpa rasa menggigil.
Keluhan juga disertai oleh sakit kepala. Selain demam pasien mengeluh mual dan
muntah yang berisi makanan yang baru dimakannya. Sehingga pasien tidak nafsu
makan. Pasien juga mengeluh nyeri di ulu hati dan perutnya kembung. Semenjak sakit,
BAB pasien mencret konsistensi lembek dengan frekuensi 3x sehari. Biasanya pasien
BAB sekali sehari setiap hari. BAK normal.
Pasien adalah seorang pekerja pabrik yang kost dekat tempat kerjanya. Biasanya makan
sehari hari di warung sebelah kost tempat tinggalnya tersebut. Keluhan pasien tidak
disertai bintik-bintik merah di badan maupun tangan dan kaki. Riwayat luka tidak ada.
Riwayat batuk, pilek dan sakit tenggorokan tidak ada. Keluhan sesak tidak ada. Keluhan
penurunan kesadaran dan kejang tidak ada. Keluhan bengkak di kedua tungkai bawah
tidak ada. Pasien belum berobat ke dokter dan hanya minum obat penurun panas serta
obat maag yg dibelinya dari toko obat.
Selanjutnya datang pasien kedua yaitu Tn. Joko 42 tahun, mengeluh BAB cair dengan
frekuensi 8 - 10 kali/hari sejak 3 hari sebelum masuk RS. BAB cair tersebut disertai
darah dan lendir, dengan jumlah feses cair lebih sedikit dibanding dengan darah dan
lendirnya. Keluhan juga disertai mual dan muntah, dimana muntah 2 kali/hari berisi
sisa makanan. Selain keluhan tersebut pasien merasakan nyeri perut terutama bagian
bawah dan perasaan tidak puas saat BAB. Keluhan BAB cair seperti air cucian beras
disangkal. Keluhan batuk dan pilek sebelum diare disangkal. Pekerjaan pasien adalah
petugas pasukan kuning di jalanan. Pasien terbiasa makan tanpa menggunakan sendok
garpu. Terkadang lupa mencuci tangan sebelum makan. Pasien jarang minum susu atau
makan daging. Pasien tinggal di sebuah rumah petak ukuran 4x5 m2 bersama 5 orang
anggota keluarganya. Dalam keluarga salah seorang anaknya menderita penyakit yang
sama. Untuk keluhannya tersebut pasien belum pernah berobat ataupun mengobati
sendiri penyakitnya.
Pertanyaan :
1. Identifikasi masalah pasien.
Hipotesis apa yang dapat anda buat dari masalah pasien - pasien
tersebut?
3. Informasi apa lagi yang anda butuhkan untuk menangani pasien ini?
Basic Science
MIKROBIOLOGI
Salmonella sp
• Kingdom : Bakteria
• Filum : Proteobakteria
• Kelas : Gamma Proteobakteria
• Ordo : Enterobakteriales
• Famili : Enterobaktericeae
• Genus : Salmonella
Sifat-sifat Salmonella sp :
Media Salmonella sp :
1. Agar darah : Koloninya besar bergaris tengah 2 sampai 3 mm, bulat, agak
cembung, jernih dan tidak menyebabkan hemolisis
2. MacConkey : tidak meragi laktosa sehingga tidak bewarna
3. Deoksikolat sitrat : Koloninya tidak meragikan laktosa sehingga tidak bewarna
4. Bismut sulfit Wilson and Blair : tumbuh koloni hitam berkilat logam akibat
pembentukan H2S
Antigen Pada Salmonella sp :
• Antigen somatik (O) : Terdapat pada dinding sel yang tahan terhadap suhu tinggi
> 100° C , mengandung LPS + gula spesifik
• Antigen Flagel (H)
• Antigen Virulensi (K) : Polimer polisakarida bersifat asam terdapat pada bagian
luar (kapsul).
Kingdom: Bacteria
Filum: Proteobacteria
Kelas: Gammaproteobacteria
Ordo: Enterobakteriales
Famili: Enterobakteriaceae
Genus: Shigella
Sifat :
o Non-motile, Fragile organisms
o Do not produce gas from glucose, Do not hydrolyze urea
o Do not produce H2S , Possess O and some have K antigens
o Lysine decarboxylase negative
o Delayed lactose +
Patogenesis :
Clinical Science
DEMAM THYPOID
Definisi : Infeksi pada saluran pencernaan (usus halus) yang disebabkan oleh
Salmonella thypi
Epidemiologi :
Faktor Resiko :
1. Higiene individu yang kurang baik, terutama jarang mencuci tangan
2. Higiene makanan dan minuman yang kurang baik
3. Sanitasi lingkungan yang kurang baik
4. Adanya yang menderita demam tifoid di sekitar tempat tinggal
5. Kondisi imunodefisiensi
6. Pasien atau karier yang tidak diobati dengan sempurna
Gejala Klinis : Masa inkubasi 10-14 hari dengan gejala timbul bervariasi tiap individu
- Demam (dengan pola semakin tinggi dari hari ke hari, pagi lebih rendah dan sore
lebih tinggi)
- Nyari kepala
- Anoreksia
- Mual dan muntah
- Obstipasi atau diare
- Tidak nyaman di perut
- Obstipasi atau diare, BAB berdarah
- Nyeri abdomen
- Batuk
- Rose spots
- Lidah tifoid (kotor ditengah, tepi dan ujung merah disertai dengan tremor)
- Meteorismus (kembung akibat penumpukkan gas)
Diagnosis :
1. ANAMNESIS
2. PEMERIKSAAN FISIK
- Suhu tubuh meningkat - Splenomegali
- Lidah tifoid - Hepatomegali
- Bradikardi relative - Gg. Mental
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan lab:
- leukopenia, - trombositopenia,
- leukositosis, - SGOT & SGPT dapat meningkat
- anemia ringan,
\
Kultur Bakteri :
o Media kultur yang sering digunakan adalah agar Mac Conkey
o Media lain seperti agar EMB (eosine methylene blue), Mac Conkey atau
medium deoksikholat dapat mendeteksi adanya lactose non-fermenter
sepeti bakteri Salmonella typhi dengan cepat
o Untuk lebih spesifik, isolasi dapat dilakukan pada medium selektif,
seperti agarSalmonella-shigella (agar SS) ataupun agar enteric Hectoen
yang baik untuk pertumbuhan Salmonella dan Shigella
Uji Widal : untuk mendeteksi antibodi thdp kuman S.typhi.pada uji widal
suatu reaksi aglutinasi antara antigen kuman S.typhi dgn antibodi disebut
aglutinin.
- aglutinin O ( dari tubuh kuman )
- aglutinin H ( flagela kuman )
- aglutinin Vi ( simpai kuman )
Pemeriksaan Tubex :
- Merupakan uji semikuantitatif kolometrik untuk mendeteksi adanya antibody IgM
terhadap antigen lipopolisakarida (LPS) 0,9 S.typhi.
- Sensitifitas 75% - 80%, Spesifitas 75% - 90%
- Spesimen yg digunakan : sampel serum
- Respon terhadap antigen O9 bersifat imunodominan yg mampu merangsang
respon imun shg deteksi anti-O9 dapat dilakukan pada hari ke-4 hingga ke-5 (
infeksi primer) dan hari ke-2 hingga ke-3 ( infeksi sekunder )
♣ Uji Thypidot : TYPHIDOT Rapid IgM merupakan tes dengan metode
imunokromatografi yang dirancang untuk deteksi kualitatif antibodi IgM spesifik
terhadap antigen Salmonella typhi spesifik dalam sample serum, plasma, whole blood
pada manusia. Tes ini digunakan dalam pemeriksaan in vitro diagnostic pada demam
tifoid
♣ IgM Disptik : Tes dipstick Salmonella adalah tes untuk mendeteksi antibodi IgM
spesifik terhadap antigen lipopolisakarida (LPS) dari Salmonella typhi dan Salmonella
paratyphi.
1. Tirag Baring : Penderita diwajibkan untuk istirahat total untuk mencegah terjadinya
komplikasi
2. Diet Lunak : Penderita harus mednapat kandungan kalori dan protein yang cukup.
Sebaiknya rendah selulose (Rendah serat) untuk mencegah terjadinya perdarahan dan
perforasi
3. Cairan : Penderita harus mendapat cairan yang cukup. Dosis sesuai dengan kebutuhan
harian (tetesan rumatan). Bila ada komplikasi, dosis cairan disesuaikan dengan
kebutuhan. Cairan harus mengandung elektrolit dan kalori yang optimal
4. Terapi Simptomatik :
- Ty21a (Vivotif, Swiss PaxVax) PO, dosis 4 tablet untuk 4 hari, harus dilakukan
minimal 1 minggu sebelum berpergian, dapat dilakukan pada usia >6 tahun, perlu
diperbaharui setiap 5 tahun
- VICPS (Typhim Vi, Sanofi Pasteur) Injeksi, dosis 1x penyuntikan, dilakukan
minimal 2 minggu sebelum mekalkukan perjalanan, dapat dilakukan pada usia > 2
tahun, perlu diperbaharui setiap 2 tahun.
Definisi : Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan) dan enteron
(=usus), yang berarti suatu peradangan usus besar yang dapat menimbulkan gejala
meluas seperti :
- BAB dengan tinja berdarah
- BAB dengan tinja bercampur lendir (mucus)
- Kram perut
- Nyeri saat buang air besar (tenesmus)
Etiologi : Bakteri yang menyebabkan disentri yang paling sering adalah Shigella,
terutama S. Flexneri dan S. Dysenteriae tipe 1. Penyebab lainnya adalah
Campylobacter jejuni, terutama pada bayi, dan yang lebih jarang adalah Salmonella
; Enteroinvasif Escherichia coli bersama dengan Shigella dan dapat menyebabkan
disentri yang berat, kemudian Entamoeba histolytica dapat menyebabkan disentri
pada anak anak usia lebih dari 5 tahun dan orang yang dewasa namun jarang
dijumpai pada anak di bawah 5 tahun (WHO, 2002)
Epidemiologi :
- Disentri basilar adalah penyakit endemis di Indonesia, karena sanitasi lingkungan
yang kurang
- Shigella sp merupakan penyebab tersering ke-2 dari diare yang dirawat di rumah
sakit
- Kematian diare umur 1 - 4 tahun disebabkan oleh
Fx risiko:
- status sosial ekonomi yang rendah
- kepadatan penduduk
- sanitasi kurang
- air yang tercemar
Gejala Klinis :
Two-stage disease: watery diarrhea changing to dysentery with frequent small stools
with blood and mucus, tenesmus, cramps, fever
Early stage:
Process involves:
1. Ingestion
Second stage:
Gejala Umum :
• Nadi cepat
• Sakit perut terutama di sebelah kiri, terasa melilit sehingga mengakibatkan perut
menjadi cekung.
• Di daerah anus luka dan nyeri
• Muntah
Stadium Ringan :
• Onset akut
• Gejala: Nyeri di area iliaka sinistra (saat sedang defekasi), tenesmus, frekuensi
BAB 3-5 sampai 10 kali sehari (+ mukus, kadang darah); suhu: normal/subfebris.
Stadium Sedang :
• Sindrom kolitik:
• Stool seperti karakter fecal dan tampak ada mukus dan darah
• Sindrom intoksikasi:
• Onset akut
• Demam (≥39°C)
• Kadang-kadang gejalanya tidak khas, dapat berupa seperti gejala kolera atau
keracunan makanan
Diagnosis :
1. ANAMNESIS
2. PEMERIKSAAN FISIK
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
♣ Pemeriksaan lab:
- Untuk memastikan diagnosis dilakukan
kultur dari bahan tinja segar atau hapus
rektal.
- Pemeriksaan mikroskopik tinja
menunjukkan adanya eritrosit dan leukosit
PMN.
♣ Media Kultur : Commonly used primary isolation media include MacConkey,
Hektoen Enteric Agar, and Salmonella-Shigella (SS) Agar
♣ Endoskopi : mukosa hemoragik yang terlepas dan ulserasi. Kadang
tertutup eksudat. Sebagian besar lesi terdapat di bagian distal kolon dan
secara progresif berkurang di segmen proksimal kolon
♣ Urine-test
Komplikasi :
- Perdarahan usus
- Perforasi
- Peritonitis
- Penyempitan usus (striktura)
- Trombositopenia
- Hiponatremia
- Hipoglikemia
- Disseminated intravascular coagulation (DIC)
- Abses otak, limpa, dan organ lain
- Toksik megakolon
- Prolaps rectal
- Perforasi
- Gejala susunan saraf : ensefalopati, penurunan kesadaran, febrile seizures
Tatalaksana Disentri : Terapi penyakit disentri pada anak biasanya dilakukan
perawatan di rumah sakit. Anak yang harus diberi perawatan di rumah sakit adalah :
2) Anak yang mengalami keracunan, letargis, perut kembung dan nyeri tekan atau
kejang
3) Anak mempunyai resiko sepsis dan harus dilakukan perawatan di rumah sakit
1) Penanganan pada gejala dehidrasi dan pemberian makan seperti pada diare akut
2) Penanganan paling baik adalah yang didasarkan pada pemeriksaan tinja rutin
atau hasil laboratorium tinja, jika positif adanya amuba maka diberikan
Metronidazol dengan dosis 50mg/kg/BB dengan frekuensi 3 kali sehari dan
durasi pemberian selama 5 hari.
4) Penanganan untuk bayi dengan umur <2 bulan, jika terdapat sebab yang lain
seperti invaginasi maka anak harus dirujuk ke spesialis bedah (World Health
Organization Indonesia, 2009)
Prognosis :
- Prognosis baik pada kasus tanpa komplikasi
- Bentuk S. dysentriae biasanya lebih berat dan masa penyembuhan lama.
- Bentuk S. flexneri mempunyai angka kematian yang rendah.
Pencegahan :
- Memperbaiki sanitasi buruk
- Air minum sebaiknya dimasak terlebih dahulu
- Menjaga kebersihan
Patofisiologi :
LEPRTOSPIROSIS
Definisi : Penyakit infeksi akut pada hewan (zoonosis) dan manusia yang disebabkan oleh
mikroorganisme Leptospira sp. Nama lain penyakit adalah swap fever, mud fever
Epidemiologi :
Etiologi : Leptospirosis disebabkan oleh Leptospira interrogan dari genus Leptospira dan
famili treponemataceae. L.interrogans dibagi menjadi serogroup dan kemudian serovarian
dengan jenis tersering yang menyerang manusia adalah :
- L.icterohaemorrhagica dengan reservoir tikus
- L.canicola dengan reservoir anjing
- L. Pomona dengan reservoir babi dan sapi.
Morfologi :
- Kuman leptospira bentuk spira, tipis, dengan panjang 5-15 mikro meter disertai
spiral halus yang lebarnya 0,1-0,2 μm. Salah satu ujung bakteri ini seringkali
bengkok dan membentuk kait.
- sel bakteri ini dibungkus oleh membran luar yang terdiri dari 3-5 lapis. Di bawah
membran luar, terdapat lapisan peptidoglikan yang fleksibel dan helikal, serta
membran sitoplasma.
- Ciri khas Spirochaeta ini adalah lokasi flagelnya, yang terletak diantara membran
luar dan lapisan peptidoglikan. Flagela ini disebut flagela periplasmik. Leptospira
memiliki dua flagel periplasmik, masing-masing berpangkal pada setiap ujung sel.
Kuman ini bergerak aktif, paling baik dilihat dengan menggunakan mikroskop
lapangan gelap.
- Leptospira merupakan Spirochaeta yang paling mudah dibiakkan, tumbuh paling
baik pada keadaan aerob pada suhu 28-30 C dan pada pH 7,4
Perjalanan Penyakit :
- Infeksi dimulai apabila terjadi kontak kulit atau selaput lendir manusia yang luka
dengan air,tanah, atau lumpur yang tercemar air kemih binatang yang terinfeksi
leptospira. Atau minum air yang terkontaminasi leptospira.
- Leptospira masuk dan menyebar ke organ dan jaringan melalui pembuluh darah,
setelah itu terjadi multipikasi dan menyebabkan leptospira terdeteksi dalam darah
dan csf.
- Gejala leptospirosis muncul 2-25 hari (masa inkubasi umum 5-14 hari) setelah
ekspos dengan bahan (air atau tanah) yang terkontaminasi dengan urin atau
jaringan hewan yang terinfeksius.
Gejala Klinis : Perjalanan penyakit ditandai dengan 2 fase:
Fase 1 / fase leptospiremia (4-9 hari): gejala non spesifik berupa flu-like symptoms
seperti :
- sakit kepala frontal
- nyeri otot
- nyeri pada bola mata bila terkena cahaya
- demam mendadak dan mengigil,
- kadang mual dan muntah,
- mata berair dan merah dapat terjadi
- dapat membaik dalam 4-5 hari
Fase II (fase imun) : muncul setelah beberapa hari pada fase I. Setelah demam 7 hari
akan diikuti keadaan bebas demam 1-3 hari, sebelum mulai demam kembali. Gejala
yang timbul adalah Demam, nyeri dan kaku pada leher.Beberapa pasien berkembang
menjadi kondisi yang serius terjadinya inflamasi pada saraf mata,otak,spinal atau saraf
lainnya, nyeri perut kanan atas dapat terjadi
Diagnosa :
Anamnesis :
■ Riwayat pekerjaan berisiko tinggi seperti bepergian ke hutan, rawa, sungai atau
petani.
■ Gejala Klinis : demam tiba-tiba, nyeri kepala terutama frontal, mata merah,
fotofobia, keluhan gastrointestinal
Px Fisik :
■ Demam
■ Bradikardia
■ nyeri tekan otot
■ ruam kulit
■ hepatomegali
Px Penunjang :
■ Darah lengkap : leukositosis/normal, netrofilia, LED
■ Urinalisis : proteinuria, leukositoria
■ Kultur : spesimen darah
■ Serologi : Pemeriksaan gold standart untuk mendeteksi antibodi terhadap
Leptospia interrogans yaitu Microscopic Agglutination Test (MAT) yang
menggunakan organisme hidup. Pada umumnya tes aglutinasi tersebut tidak
positif sampai minggu pertama sejak terjadi infeksi, kadar puncak antibodi 3-4
minggu setelah onset gejala dan menetap selama beberapa tahun, walaupun
konsentrasinya kemudian akan menurun.
Pencegahan :
■ Pencegahan hubungan dengan air atau tanah yang terkontaminasi harus memakai
pakaian khusus yang dapat melindungi kontak dengan air atau tanah yang
terkontaminasi leptospira. Misalnya dengan menggunakan sepatu bot, masker,
sarung tangan.
■ Melindungi sanitasi air minum penduduk
Dalam hal ini dilakukan pengelolaan air minum yang baik, dilakukan filtrasi dan
deklorinai untuk mencegah invasi leptospira.
■ Pemberian vaksin - Vaksinasi diberikan sesuai dengan leptospira di tempat
tersebut, akan memberikan manfaat cukup poten dan aman sebagai pencegahan
bagi pekerja risiko tinggi. Pencegahan dengan serum imun spesifik telah terbukti
melindungi pekerja laboratorium. Vaksinasi terhadap hewan peliharaan efektif
untuk mencegah leptospirosis.
■ Pencegahan dengan antibiotik kemoprofilaksis
■ Pengendalian hospes perantara leptospira - Roden yang diduga paling poten
sebagai karier leptospira adalah tikus. Untuk itu dapat dilakukan beberapa cara
seperti penggunaan racun tikus, pemasangan jebakan, penggunaan bahan
rodentisida, dan menggunakan predator roden.
Prognosis :
- Tergantung dengan keadaan umum pasien, usia, virulensi leptospira, dan
kekebalan didapat.
- Kematian dapat terjadi sebagai komplikasi faktor pemberat seperti gagal ginjal
atau perdarahan dan terlambatnya tata laksana pasien.
KOLERA
Definisi : Penyakit infeksi yang disebabkan oleh Vibrio cholerae dengan manifestasi
klinism diare disertai muntah yang akut dan hebat akibat enterotoksin
Epidemiologi :
- According to the WHO, the number of cases surged again in 2005. From 2005 to
2008, 178,000-237,000 cases and 4000-6300 deaths were reported annually
worldwide.
- However, the actual global burden is estimated to be 3-5 million cases and
100,000-130,000 deaths per year.
- Extremely rare fewer than 1 thousand cases per year (Indonesia).
Etiologi :
- Pada isolasi yang pertama, V. cholerae berbentuk koma, batang bengkok kira-kira
2-4 µ m panjangnya. Bakteri ini sangat aktif bergerak dengan memakai satu kutub
flagel (monotrik). Pada biakan yang lama, Vibrio dapat menjadi batang lurus yang
Bakteri kolera dapat masuk bersama makanan jika makanan tersebut tidak dibersihkan
dan dimasak dengan baik sebelum dimakan. Contoh jenis makanan yang dapat menjadi
sarana penyebaran bakteri kolera adalah:
Meskipun di dalam makanan atau minuman yang dikonsumsi sehari-hari terdapat bakteri
kolera, orang yang mengonsumsi makanan tersebut tidak langsung terkena penyakit
kolera. Dibutuhkan bakteri kolera dalam jumlah yang banyak di dalam makanan atau
minuman untuk membuat seseorang terkena penyakit kolera.
Ketika infeksi bakteri kolera terjadi, bakteri akan berkembang biak di dalam usus kecil.
Perkembangbiakan bakteri kolera ini akan mengganggu pencernaan manusia dengan cara
mengganggu penyerapan air dan mineral. Gangguan ini menyebabkan seseorang
mengalami diare, yang menjadi gejala utama penyakit kolera.
Selain beberapa sumber infeksi kolera seperti yang disebutkan di atas, ada juga beberapa
faktor yang bisa meningkatkan risiko terjangkit bakteri kolera, yaitu:
Gejala Klinis : masa inkubasi Beberapa jam hingga 5 hari. Biasanya gejala klinis
timbul setelah 2 sampai 3 hari
Anak-anak yang menderita kolera lebih mudah mengalami dehidrasi dibanding orang
dewasa. Oleh karena itu, segera temui dokter jika anak Anda mengalami gejala-gejala
berikut ini:
Diagnosis :
1. ANAMNESIS
2. PEMERIKSAAN FISIK
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
♣ Pemeriksaan darah lengkap
♣ Pemeriksaan sampel feses : untuk dilakukan tes terhadap keberadaan
bakteri yang menyebabkan kolera.
Tata Laksana : Kolera memerlukan perawatan segera karena penyakit ini dapat
menyebabkan kematian dalam beberapa jam.
1. Rehidrasi : Tujuan dari pengobatan ini adalah untuk mengganti cairan dan
elektrolit yang hilang dari tubuh. Caranya adalah dengan menggunakan larutan
rehidrasi sederhana berupa oralit. Oralit dinilai sangat efektif mengembalikan
cairan tubuh, bahkan dapat mengurangi angka kematian akibat kolera secara
signifikan.
2. Cairan infus : Apabila rehidrasi oral dengan oralit masih belum bekerja dengan
baik, pasien kolera bisa mendapatkan asupan cairan melalui metode injeksi atau
infus.
4. Suplemen zinc : zinc dapat mengurangi dan memperpendek durasi diare pada
anak-anak dengan kolera.
Prognosis :
- Bergantung kecepatan dan ketepatan penanganan terapi cairan
- Mortality rate with proper treatment less than 1% and most patients recover within
3 to 7 days.in untreated cases, the case fatality rate with proper treatment is greater
than 50%
- Death may occur within a few hours if the diarrhea is severe
AMOBIASIS
Definisi : infeksi parasit pada usus yang disebabkan oleh parasit Entamoebae histolytica
Epidemiologi :
- Termasuk kategori LANGKA
- Kurang dari 150000 kasus per tahun di Indonesia
Transmisi : Infeksi amoebiasis sering terjadi di daerah tropis dengan air yang tidak diolah.
Infeksi ini menyebar melalui minum atau makan makanan yang tidak dimasak, seperti
buah, yang telah dicuci dengan air setempat yang terkontaminasi
Gejala Klinis : Gejala amebiasis umumnya mulai dirasakan seseorang dalam kurun
waktu 7-28 hari setelah terinfeksi parasit. Perlu diingat juga bahwa tidak semua penderita
akan merasakan gejala, dan kebanyakan orang hanya akan mengalami gejala yang
tergolong cukup ringan, seperti:
- Diare
- Nyeri hingga kram perut.
- Buang angin berlebihan.
- Mudah merasa lelah.
Dalam kasus tertentu, parasit dapat menembus mukosa pada dinding usus dan
menyebabkan luka, atau justru menyebar ke organ hati melalui pembuluh darah dan
mengakibatkan abses hati. Gejala-gejala yang dapat dirasakan saat sudah memasuki
kondisi parah seperti ini adalah:
- Rasa nyeri saat perut ditekan.
- Disentri atau diare dengan tinja yang bercampur lendir dan darah.
- Demam tinggi.
- Muntah-muntah.
- Pembengkakan di bagian perut atau hati.
- Perforasi usus atau munculnya lubang pada usus.
- Sakit kuning (jaundice)
Diagnosis :
Tata Laksana :