Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah () Sebagai Anti Diare pada tikus jantan galur
wistar
OLEH :
VIRA FITRIA AZMY
NIM: 180205050
yok move on
PROPOSAL
EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum
Ruiz & Pav) DALAM PENGUJIANNYA SEBAGAI ANTIDIARE
PADA TIKUS JANTAN (Rattus norvegicus Berkenhout, 1769)
GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI OLEH
OLEUM RICINI
OLEH :
VIRA FITRIA AZMY
NIM: 180205050
i
typo sikit DAFTAR ISI
Halaman hal i itu cover
HALAMAN PENGESASAHAN ................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
ii
3.4 Ekstraksi ............................................................................................................. 35
3.5 Perhitungan Rendemen Ekstrak ...................................................................... 35
3.6 Uji Kualitatif KandunganFitokimia ................................................................. 36
3.7 Penyiapan Hewan Uji ........................................................................................ 37
3.7.1 Pemilihan Hewan Uji ................................................................................... 37
3.7.2 Penyiapan Hewan Uji ................................................................................... 37
3.7.3 Perlakuan Hewan Uji.................................................................................... 37
3.8 Uji Aktivitas Antidiare ...................................................................................... 37
3.8.1 Penyiapan Bahan Kontrol, Uji dan Obat Pembanding ................................. 37
3.8.2 Pengujian Aktivitas Antidiare ...................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 42
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
dari diare sekitar 18% dari seluruh kematian balita di dunia atau setara dengan 5
ribu lebih dari balita meninggal perharinya (Arsurya et al., 2017) . Bagi
masyarakat di Indonesia diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang
utama. Hal ini dikarenakan angka kesakitan dan kematian yang masih tinggi,
terutama pada balita. Diperkirakan bahwa lebih dari 1,3 miliar serangan dan 3,2
juta kematian di setiap tahun pada balita disebabkan oleh diare. Setiap anak
mengalami episode serangan diare rata-rata 3,3 kali setiap tahun dan lebih dari
80% kematian terjadi pada anak yang usianya kurang dari dua tahun (Ragil &
Dyah, 2017). Menurut Riskesdas 2018, prevalensi diare menurut analisis tenaga
Kesehatan sebesar 6,8% dan menurut analisis tenaga kesehatan atau gejala yang
pernah dialami sebesar 8%. Kelompok usia dengan frekuensi diare (berdasarkan
penilaian dari tenaga Kesehatan) tertinggi yaitu pada kelompok usia 1-4 tahun
iii
sebesar 11,5% dan pada bayi sebesar 9%. Kelompok usia 75 tahun ke atas juga
wanita, daerah perdesaan, pendidikan rendah, dan nelayan relatif lebih tinggi
dari tenaga Kesehatan) adalah sebesar 11% dengan selisih antar provinsi antara
sintetis, misalnya; loperamide. Tetapi obat sintetik memilik efek samping, seperti;
mengantuk, pusing dan mengakolon toksik (ISO 2021). Oleh karena banyaknya
efek negative yang diakibatkan dari penggunaan obat sintetis dalam mengobati
penyakit diare banyak peneliti yang mulai mencari bahan alam yang lebih aman
Sumber daya alam bahan obat dan obat-obatan tradisional adalah aset
hayati yang signifikan, Kapasitas sumber daya alam khususnya tumbuhan adalah
suatu aset nasional dengan nilai unggul yang komparatif dan sebagai suatu modal
dasar yang utama dalam penggunaan dan peningkatan agar menjadi komoditas
yang tidak menggunakan pengobatan medis. Zat yang berkhasiat sebagai antidiare
antara lain tanin, flavonoid, alkaloid dan minyak atsiri. (Fratiwi, 2015; Anas Y et
al., 2016)
2
Salah satu tanaman yang bermanfaat sebagai tanaman obat adalah tanaman
sirih merah yang mengandung senyawa kimia seperti alkaloid, flavonoid, tanin
dan minyak atsiri. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pengaruh ekstrak
etanol daun sirih merah sebagai antidiare pada tikus jantan galur wistar yang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fauzal (2018) bahwa ekstrak etanol
bahwa ekstrak etanol daun sirih hijau mempunyai efektivitas terhadap antidiare. ga nyambung
Dan Dhita (2021) bahwa ekstrak etanol daun mahoni mempunyai efektivitas
terhadap antidiare. Sementara Sampai dengan saat ini, belum ada penelitian
mengenai ekstrak etanol daun sirih merah sebagai antidiare secara in vivo. Karena
daun sirih hijau dan daun sirih merah mempunyai famili yang sama, yakni;
tidak jauh berbeda atau memiliki kesamaan. Oleh karena itu, maka akan dilakukan
famili sama
penelitian terhadap ekstraks etanol daun sirih merah sebagai antidiare. kandungannya mirip??
pengaruh terhadap waktu timbul diare pada tikus yang diinduksi oleh
oleum ricini
pengaruh terhadap konsistensi feses pada tikus yang diinduksi oleh oleum
ricini?
3
3. Apakah ekstrak etanol daun sirih merah (EEDSM) dapat memberikan
pengaruh terhadap bobot feses pada tikus yang diinduksi oleh oleum
ricini?
pengaruh frekuensi terjadinya diare pada tikus yang diinduksi oleh oleum
ricini?
pengaruh lama terjandinya diare pada tikus yang diinduksi oleh oleum
ricini?
1.3. Hipotesis
berikut: rapikan
terhadap waktu timbul diare pada tikus yang diinduksi oleh oleum ricini.
terhadap konsistensi feses pada tikus yang diinduksi oleh oleum ricini.
terhadap bobot feses pada tikus yang diinduksi oleh oleum ricini
frekuensi terjadinya diare pada tikus yang diinduksi oleh oleum ricini.
5. Ekstrak etanol daun sirih merah (EEDSM) dapat memberi pengaruh lama
4
1.4. Tujuan Penelitian
waktu timbul diare pada tikus jantan yang diinduksi oleh oleum ricini.
terhadap konsistensi feses pada tikus jantan yang diinduksi oleh oleum
ricini.
terhadap bobot feses pada tikus jantan yang diinduksi oleh oleum ricini.
terhadap frekuensi diare pada tikus jantan yang diinduksi oleh oleum
ricini.
memberi pengaruh lama terjandinya diare pada tikus jantan yang diinduksi
berbasis antidiare.
5
3. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam mengamati tanaman
masyarakat. Berkhasiat
6
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Pada penelitian ini digunakan subjek tikus putih jantan (Rattus norvegicus
Berkenhout, 1769) Galur Wistar yang berumur 8 minggu dengan berat badan 200-
Variabel bebas pada penelitian ini yaitu EEDSM 100, 200, 400 mg/kg BB,
untuk manusia) dan tikus normal. Sedangkan yang menjadi variabel terikat dalam
penelitian ini adalah adanya pengaruh terhadap waktu timbul terjadinya diare,
konsistensi feses, bobot feses, frekuensi diare, dan lama terjadinya diare terhadap
tikus jantan yang diinduksi oleum ricini. Untuk lebih jelasnya kerangka pikir
Bobot feses
Bobot feses
Oleum ricini (gram)
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Sirih Merah
mengkilat dan gemerlap saat terpapar oleh cahaya. Pada tahun 1990-an tanaman
sebagai tanaman obat. Dari beberapa pengalaman, diketahui bahwa sirih merah
memiliki khasiat sebagai obat untuk beberapa macam jenis penyakit (Sudewo,
2007).
merah memiliki keunikan jika dibandingkan dengan sirih hijau, terutama dalam
warnanya, sirih merah berwarna merah mengkilat dan apabila daunnya disobek
maka akan berlendir serta aromanya lebih harum. Air rebusan dari daun tanaman
sehingga bisa digunakan sebagai obat antiseptik untuk menjaga kesehatan rongga
2006).
antioksidan yang terdapat didalam ekstrak tanaman daun sirih merah mampu
8
menetralkan senyawa radikal bebas yang berlebihan didalam sel ß pankreas
tanaman ini antara lain diabetes mellitus, hepatitis, dan batu ginjal. Tanaman sirih
merah juga dapat dipercaya memiliki khasiat untuk menurunkan kadar kolesterol
didalam darah, mencegah stroke, menurunkan kadar asam urat, hipertensi, radang
liver, radang prostat, radang mata, keputihan, maag, kelelahan nyeri sendi dan
memperhalus kulit. Karena tanaman ini memiliki khasiat yang sangat banyak,
tanaman sirih merah juga banyak digunakan pada klinik herbal center sebagai
ramuan atau pengobatan bagi pasien yang tidak dapat disembuhkan dengan obat-
sebagai berikut:
Kingdom: Plantae
Divisi:Spermatophyta
Kelas:Dicotyledoneae
Ordo:Piperales
Family: Piperaceae
Genus: Piper
9
Tanaman sirih termasuk dalam famili Piperaceae yang merupakan tumbuhan
menjalar, batangnya bulat berwarna hijau keunguan dan tidak berbunga. Daunnya
memiliki tangkai dan berbentuk seperti jantung dengan bagian atas meruncing,
tepi daun rata, dan permukaan daun yang mengkilap dan tidak berbulu. Panjang
daunnya bisa mencapai 15-20 cm. Warna daun bagian atas hijau bercorak putih
keabu-abuan. Bagian bawah daun berwarna merah hati cerah. Daunnya berlendir,
berasa pahit danmemiliki aroma yang khas. Batang tanaman sirih merah berjalur
dan beruas dengan jarak buku 5-10 cm buku bakal akar. Sirih merah merupakan
tanaman yang tumbuhnya merambat dan terlihat seperti tanaman lada. Tinggi
merambatnya. Batang tanaman sirih merah ini berkayu lunak, beruas-ruas, baralur
dan berwarna hijau keabu-abuan. Daunnya tunggal berbentuk seperti jantung hati,
permukaan daun licin, bagian tepi daun rata dan pertullangan daunnya yang
Tanaman sirih merah telah umum digunakan sebagai obat di Asia Tenggara.
Di Indonesia ada beberapa jenis tanaman sirih yang dikenali dari bentuk daun,
rasa dan aromanya, antara lain sirih hijau, sirih banda, sirih cengkeh, sirih hitam
dan sirih merah. Secara empiris daun dari tanaman sirih merah ini dapat
liver, radang prostat, radang mata, keputihan, maag, kelelahan, nyeri sendi dan
diabetes mellitus (Candrasari dan Romas, 2012). Daun sirih merah mengandung
senyawa kimia seperti alkaloid, flavonoid, tanin dan minyak atsiri yang diduga
10
2.1.3. Manfaat Daun Sirih Merah (Piper crocatum)
Manfaat daun sirih merah antara lain untuk mengatasi bau badan dan mulut,
Dari manfaat ini daun sirih dapat dikategorikan sebagai tanaman obat yang
kuman. Daun sirih digunakan untuk meredakan rasa nyeri pada gigi yang
berlubang. Daun sirih digunakan sebagai pereda rasa nyeri, karena itu dapat
Di dalam daun sirih merah mengandung zat kimia seperti alkaloid, flavonoid,
tanin dan minyak atsiri yang diduga berpotensi sebagai antidiare. Kandungan
diantaranya, tanin, flavonoid, alkaloid dan minyak atsiri. Tanin dapat bermanfaat
kontraksi usus. Minyak atsiri dan alkaloid memiliki sifat antidiare sebagai
Tanaman sirih merah dan tanaman sirih hijau berasal dari genus yang sama,
yakni piper. Dan diperkirakan sirih merah memiliki efek yang sama terhadap
masih sedikit. Hal ini dikarenakan sirih merah belum lama dikenal oleh
masyarakat luas, sehingga informasi ilmiah mengenai tanaman ini masih terbatas,
11
demikian juga dengan jurnal ilmiah didalam negeri maupun luar negeri
2.2. Diare
Diare adalah keadaan buang air dengan banyak cairan (mencret) dan
merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau gangguan lain. Kasus ini
dimana dehidrasi akibat diare merupakan salah satu penyebab kematian terpenting
konsistensi feses yang besar dibandingkan dengan pola buang air besar yang
normal. Kondisi ini sering merupakan gejala penyakit sistemik. Diare akut
umumnya didefinisikan dengan durasi yang lebih pendek dari 14 hari, diare
persisten lebih dari 14 hari, dan diare kronis lebih dari 30 hari. Sebagian besar
kasus diare akut disebabkan oleh infeksi virus, bakteri atau protozoa, dan
a. Diare Sekretonik
Pada diare sekretonik, cairan sekresi usus dapat lebih dari 500 ml/hari,
12
b. Diare Osmotik
osmosis cairan lebih dari 500 ml, hal ini terjadi karena terdapat perbedaan
Crohn, Irritable Bowel Syndrome (IBS), kanker kolon, dan infeksi HIV.
d. Gangguan Motilitas
(Nasar, 2010).
e. Akibat Obat
menyebabkan diare baik tanpa kejang perut dan pendarahan (Tjay dan
Kirana, 2007).
13
Berdasarkan WHO (2017), langkah-langkah utama untuk mencegah diare
meliputi akses ke air minum yang aman, menjaga kebersihan yang lebih baik,
mencuci tangan dengan sabun, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan
diare. Mencuci tangan disini lebih dilakukan pada saat sebelum makan maupun
sesudah buang air besar. Mencuci tangan menjadi salah satu intervensi paling cost
dihubungkan dengan keadaan air. Namun, jika dilihat secara akurat, sebenarnya
harus diperhatikan juga penanganan kotoran manusia seperti tinja dan air kencing,
Bakteri- bakteri ini dapat menyebabkan manusia mengalami diare ketika masuk
ke dalam mulut melalui tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang
terkontaminasi, makanan mentah, dan peralatan makan yang tidak dicuci terlebih
dahulu atau terkontaminasi dengan tempat makan yang kotor. Kebiasan cuci
tangan yang kurang bersih berhubungan erat dengan peningkatan terjadinya diare
dan penyakit yang lain. Perilaku cuci tangan yang baik dapat menghindarkan diri
infeksi antara lain: makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang
sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor, bermain
dengan mainan yang terkontaminasi dengan mikroba, apalagi pada bayi sering
14
memasukan tangan,mainan, atau apapun kedalam mulutnya karena mikroba ini
dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari. Pengunaan sumber air
yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar, pencucian dan
pemakaian botol susu yang kurang bersih, kurang bersih dalam mencuci tangan
setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja anak, sehingga dapat
mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang (Mulyana & Eli, 2015).
imunitas dan fungsi atau struktur saluran cerna, dan dapat memperbaiki
2016).
Perlu pula dilakukan diet dengan bahan makanan yang tidak merangsang
dan mudah dicerna. Diet yang baik adalah pada hari pertama sarapanlah
dengan bubur encer dan ditambahkan dengan beberapa tetes kecap dan
15
minumlah dengan air teh yang agak pekat, pada hari 2-5 sarapanlah
dengan nasi yang ditambahkan dengan kaldu ayam, sayur yang dihaluskan,
garam dan beberapa tetes kecap. Menurut laporan dari orang yang telah
Kirana, 2013)
2. Terapi Farmakologi
Menurut Tjay dan Kirana (2013), kelompok obat yang sering digunakan
berkhasiat untuk menyerap racun yang dihasilkan oleh mikroba atau racun
16
2.3.1. Klasifikasi Tikus Putih
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Subordo : Odontoceti
Famili : Muridae
Genus : Rattus
Tikus albino (tikus putih) banyak digunakan sebagai hewan uji percobaan di
dikenal ada tiga macam galur yaitu Sprague Dawley, Long Evans dan Wistar.
(Akbar, 2010).
besar daripada mencit, dan mudah dipelihara dalam jumlah yang banyak. Tikus
putih juga memiliki ciri-ciri morfologis seperti albino, kepala kecil, dan ekor yang
yang baik, kemampuan laktasi tinggi, dan tahan terhadap arsenik tiroksid (Akbar,
2010).
17
2.4. Simplisia dan Ekstraksi
2.4.1. Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau
eksudat tanaman yang digunakan sebagai obat dan belum mengalami pengolahan
atau mengalami pengolahan secara sederhana serta belum merupakan zat murni
kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang dikeringkan (BPOM RI, 2012).
1) Pengumpulan Bahan
Tahap pengumpulan bahan baku ini sangat menentukan kualitas dari bahan
baku. Faktor yang paling berperan pada tahapan ini yaitu masa panen.
Berdasarkan pada garis besar dari pedoman panen, pengambilan bahan baku
tanaman dapat dilakukan pada saat yang berbeda-beda untuk setiap bagian
tumbuhan, seperti biji, buah, bunga, daun atau herba, kulit batang, umbi lapis,
rimpang, dan akar. Panen pada daun dilakukan pada saat proses fotosintesis
sudah mulai berbunga atau buah yang mulai masak. Untuk pengambilan pada
pucuk daun, disarankan pada saat warna pucuk daun berubah menjadi daun
tua.
2) Sortasi basah
Sortasi basah yaitu proses pemilahan hasil panen ketika tanaman masih segar.
Sortasi basah ini dilakukan pemilahan terhadap tanah dan kerikil, rumput-
18
rumputan, bahan tanaman lain atau bagian lain dari tanaman yang tidak
digunakan, dan bagian tanaman yang rusak (dimakan ulat atau sebagainya).
3) Pencucian
pada simplisia, terutama pada bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah serta
dilakukan dengan menggunakan air yang berasal dari beberapa sumber, yaitu
mata air, sumur, dan air PAM. Sebelum pencucian simplisia terkadang perlu
yang berasal dari kulit batang, kayu, buah, biji, rimpang, dan bulbus.
4) Pengubahan bentuk
permukaan bahan baku. Semakin luas permukaan maka bahan baku maka
5) Pengeringan
Proses pengeringan simplisia ini bertujuan untuk menurunkan kadar air agar
kelembaban udara di sekitar bahan, kelembaban bahan atau kandungan air dari
bahan, ketebalan bahan yang dikeringkan, sirkulasi udara, dan luas permukaan
bahan.
19
6) Sortasi kering
7) Penyimpanan
Setelah melalui tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka simplisia
perlu disimpan didalam suatu wadah tersendiri dan disimpan di tempat yang
adalah cahaya, oksigen atau sirkulasi udara, reaksi kimia yang terjadi antara
proses dehidrasi, pengotoran dan atau pencemaran, baik yang diakibatkan oleh
penyimpanan simplisia adalah harus inert (tidak mudah bereaksi dengan bahan
lain), tidak beracun, dapat melindungi bahan simplisia dari cemaran mikroba,
2.4.2. Ekstraksi
aktif dari suatu bahan atau simplisia dengan menggunakan pelarut tertentu yang
sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati
atau simplisia hewani dengan menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua
20
atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk dan yang tersisa
diektraks dari bahan aktif yang diinginkan. Oleh karena itu, sebelum dilakukan
dari suatu ekstraksi adalah untuk memperoleh suatu bahan aktif yang tidak
sekelompok zat yang struktur sejenis, memperoleh semua metabolit sekunder dari
metabolit sekunder yang terdapat dalam suatu mahluk hidup sebagai penanda
Metode ekstraksi menggunakan pelarut terdiri dari dua cara yaitu dengan cara
1) Maserasi
cairan penyari. Cairan penyari ini akan menembus dinding sel dan masuk
21
konsentrasi antara larutan senyawa aktif yang di dalam sel dengan
ssenyawa aktif yang di luar sel, maka senyawa aktif (zat terlarut) ini
(Najib, 2018).
ekstraksi jenis ini adalah air, etanol, etanol-air atau eter. Dan pilihan yang
utama untuk pelarut pada maserasi adalah etanol. Karena etanol memiliki
toksik (tidak beracun), etanol bersifat netral, memiliki daya absorbsi yang
baik, dapat bercampur dengan air pada berbagai perbandingan, panas yang
wadah atau bejana yang bermulut lebar. Bejana ditutup rapat, dan isinya
dalam kantung kain berpori yang diikat dan digantungkan pada bagian atas
dalam air pada pembuatan secangkir teh. Begitu zat-zat terlarut di dalam
22
menstruum, ia cenderung untuk turun ke dasar bejana karena
pada suhu kamar dalam waktu 3 hari sampai bahan yang mudah larut akan
2) Perkolasi
atau kerucut yang disebut dengan perkolator. Perkolator ini yang memiliki
jalan masuk dan jalan keluar yang sesuai. Bahan pengekstraksi yang
2018).
23
Metode ekstraksi secara panas digunakan jika senyawa-senyawa yang
1) Infusa
sediaan herbal dari bahan yang lunak seperti daun dan bunga. Infusa ini
dapat diminum dalam keadaan panas ataupun dingin. Khasiat dari sediaan
minyak atsiri dari sediaan herbal tersebut tidak hilang selama proses
2) Dekokta
menit dihitung setelah suhu mencapai 90 °C. Metode ini sudah sangat
3) Refluks
24
Cara ini termasuk cara ekstraksi berkesinambungan. Bahan yang akan
diekstraksi dapa metode ini direndam dalam cairan penyari di dalam labu
alas bulat yang dilengkapi dengan pendingin tegak, setelah itu panaskan
hingga mendidih hingga cairan penyari akan menguap, uap tersebut akan
diembunkan oleh pendingin tegak dan turun kembali menyari zat aktif
panas dan teksturnya yang keras seperti akar, batang, biji dan herba.
dua cm di atas permukaan simplisia atau 2/3 dari volume labu, kemudian
labu alas bulat dipasang kuat pada statif pada mantel pemanas atau heating
mantle, kemudian kondensor dipasang pada labu alas bulat yang dikuatkan
dengan klem dan statif. Aliran air dan pemanas dijalankan sesuai dengan
4) Sokletasi
yang sesuai dimasukkan ke dalam labu dan suhu penangas diatur di bawah
suhu refluks. Keuntungan dari metode ini adalah proses ektraksi yang
25
Kerugiannya adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi
(Mukhriani, 2014).
2.5 Pelarut
pelarut yang digunakan adalah pelarut organik. Suatu cairan penyari yang baik
haruslah memenuhi kriteria, yaitu; murah dan mudah diperoleh, stabil secara fisik
dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan terbakar, selektif, tidak akan
2018).
1) Air
Air adalah suatu pelarut yang mudah didapatkan, murah dan dipakai secara
luas oleh masyarakat. Pada suhu kamar, air adalah pelarut yang baik untuk
hidrat, garam glauber dan lain-lain. Kekurangan dari air sebagai pelarut
diantaranya adalah zat yang diekstrak dengan air tidak dapat bertahan lama,
karena air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan jamur dan bakteri.
26
akan menyulitkan dalam ekstraksi terutama dengan metoda perkolasi
(Marjoni, 2016).
2) Etanol
digunakan untuk mengekstraksi bahan dari jenis-jenis gom, gula dan albumin.
Selain itu, etanol juga dapat menghambat kerja dari enzim, menghalangi
etanol sebagai pelarut adalah ekstrak yang dihasilkan lebih spesifik, dapat
3) Gliserin
Gliserin digunakan sebagai pelarut terutama untuk menarik senyawa aktif dari
merupakan pelarut yang baik untuk golongan tanin dan hasil-hasil oksidannya,
4) Eter
Eter merupakan senyawa tidak berwarna dengan bau yang khas. Titik didih
eter rendah dibandingkan alkohol dengan jumlah atom karbon yang sama, dan
mempunyai titik didih sama dengan hidrokarbon. Eter merupakan pelarut yang
obat yang akan disimpan dalam jangka waktu yang lama (Widayat & Hantoro,
27
5) Heksana
Heksana merupakan pelarut yang berasal dari hasil penyulingan minyak bumi.
Heksana merupakan pelarut yang baik untuk lemak dan minyak. Pelarut
6) Aseton
mampu melarutkan dengan baik berbagai macam lemak, minyak atsiri dan
damar. Akan tetapi, aseton tidak dipergunakan untuk sediaan galenik untuk
pemakaian dalam. Selain itu, bau dari aseton kurang enak dan sukar hilang
7) Kloroform
frekuensi defekasi dan memperbaiki konsistensi feses. Dua metode uji yang bisa
digunakan yaitu:
28
2.6.1. Metode transit intestinal
semakin sering pula terjadi defekasi yang ditandai dengan semakin besar pula
jarak yang diitempuh oleh marker. Prinsip dari metode ini adalah membandingkan
panjang usus yang dilalui marker terhadap panjang usus keseluruhan (Suherman
et al., 2013).
Metode proteksi dilakukan dengan cara hewan coba diinduksi dengan suatu
zat yang dapat menyebabkan diare misalnya oleum ricini, lalu diberikan suatu
obat antidiare dan diamati frekuensi diare, bobot feses, konsistensi feses, waktu
Minyak jarak (Oleum ricini) berasal dari biji Ricinus communis suatu
trigliserida risinoleat dan asam lemak tidak jenuh. Minyak jarak (Oleum ricini)
merupakan cairan yang kental, jernih, kuning pucat atau hampir tidak berwarna,
rasanya yang manis kemudian agak sedikit pedas, umumnya minyak jarak (Oleum
rinici) dapat menimbulkan mual. Di dalam usus halus, minyak jarak (Oleum
ricini) ini dihidrolisis oleh enzim lipase menjadi gliserol dan asam risinoleat.
Asam risinoleat inilah yang merupakan zat aktif sebagai pencahar. Sebagai
pencahar obat ini tidak banyak digunakan lagi karena banyak obat yang lebih
aman. Minyak jarak (Oleum ricini) ini dapat menyebabkan dehidrasi yang disertai
gangguan elektrolit. Minyak jarak (Oleum ricini) ini merupakan bahan induksi
diare pada penelitian antidiare secara ekperimental pada hewan uji percobaan.
29
Oleum ricini (Oleum ricini) ini digunakan sebagai perangsang terjadinya diare.
Penelitian antidiare ini dikhususkan untuk diare non spesifik seperti; diare akibat
buah atau sayuran tertentu (kubis, kol, sawi, nangka, durian) (Goodman &
Gilman, 2007).
Loperamide memiliki zat yang sama dengan rumus struktur kimia dengan
Berbeda dengan petidin, loperamida tidak bekerja terhadap SSP, sehingga tidak
mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang dari yang berada didalam keadaan
hipersekresi menjadi keadaan resorbsi normal kembali (Tjay & Kirana, 2013).
Obat loperamide ini bekerja dengan cepat dan bertahan lama. Obat
loperamide ini menimbulkan efek samping yang praktis tidak muncul seperti nyeri
2015; Tjay dan Rahardja, 2007). Obat loperamide ini tidak boleh diberikan pada
anak-anak di bawah usia 2 tahun, disebabkan karena fungsi hatinya yang belum
berkembang dengan baik dan sempurna untuk menguraikan obat ini (Tjay dan
Rahardja, 2007).
cara mempengaruhi otot sirkulasi dan longitudinal usus seperti difenoksilat. Obat
30
loperamide ini dapat berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga mampu
tersebut. Pada sukarelawan yang mendapatkan dosis besar pada obat loperamid,
kadar puncak dalam plasma darah dapat dicapai dalam waktu 4 jam sesudah
meminum obat ini. Masa laten yang lama ini dikarenakan oleh penghambatan
motilitas saluran cerna dan karena obat ini juga mengalami sirkulasi
enterohepatik. Waktu paruh dari obat loperamide ini sekitar 7-14 jam (Dewoto,
2009).
31
BAB II
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental yang
pembuatan ekstrak etanol daun sirih merah, penyiapan hewan percobaan, dan
pengujian efek antidiare daun sirih merah pada tikus jantan yang diinduksi oleum
ricini. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode One Way
ANOVA program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 22.
Indonesia.
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spuit 1 dan 3 cc, sonde oral,
Kandang
gelas kimia, gelas ukur, kertas saring, mortir dan stamper, batang pengaduk, ?
3.2.2 Bahan
Bahan penelitian berupa daun sirih merah yang diperoleh dan dikumpulkan
dari Kota Medan Helvetia, Provinsi Sumatera Utara, reagen mayer, reagen
wagner, FeCl3, serbuk Mg, HCl, aquadest, etanol 70%, loperamid 2 mg, Natrium
32
3.3.1 Pengumpulan Sampel
dengan tanaman yang sama dari tempat lain. Daun sirih merah Piper crocatum
Ruiz & Pav) pada penelitian ini diambil dari Kota Medan Helvetia, Provinsi
Daun Sirih merah dikumpulkan, dipisahkan daun dari tangkai, dicuci bersih
dengan air mengalir, ditiriskan di atas kertas perkamen, lalu ditimbang dan
Daun Sirih merah disimpan dalam kantung plastik kedap udara di tempat yang
mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut dalam air, penetapan
kadar sari larut dalam etanol, penetapan kadar abu total, dan penetapan kadar abu
rata kiri kanan
tidak larut dalam asam (Depkes, 1995).
bentuk, bau, rasa dan warna dari serbuk simplisia daun sirih merah.
33
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia daun sirih
merah. Serbuk simplisia daun sirih merah diletakkan di atas kaca objek yang telah
ditetesi dengan larutan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup, selanjutnya
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode destilasi toluen. Alat terdiri
dari labu tentukur 500 ml, alat penampung, pendingin, tabung penyambung dan
Dimasukkan 200 ml toluena dan 2 ml air suling ke dalam labu alas bulat, lalu
menit, dan dibaca volume air pada tabung penerima dengan ketelitian 0.05ml.
Kemudian kedalam labu tersebut dimasukkan 5 gram serbuk simplisia yang telah
mendidih, kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetes tiap detik sampai sebagian
besar air terdestilasi, kemudian kecepatan tetesan dinaikkan hingga 4 tetes tiap
detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendinginan dibilas dengan
dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluena memisah
sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air
yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang
air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1 liter) dalam labu
34
bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan
selama 18 jam, lalu disaring. Uapkan 20 ml filtrat sampai kering dalam cawan
penguap yang berdasar rata yang telah ditara dan sisa dipanaskan pada suhu
105°C sampai diperoleh bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam air dihitung
etanol 96% dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama,
penguapan etanol. Uapkan 20 ml filtrat sampai kering dalam cawan penguap yang
berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105°C
sampai diperoleh bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam etanol 96% dihitung
Sebanyak 2 gram serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dan
dimasukkan ke dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian
diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pijaran dilakukan pada
suhu 600°C selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh
bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes,
1995).
Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu didihkan dalam 25 ml asam
klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan
35
disaring melalui kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas. Dipijarkan,
kemudian didinginkan dan ditimbang sampai bobot tetap. Kadar abu yang tidak
larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes, 1995).
Sebanyak 300 gram serbuk daun sirih merah dimasukkan ke dalam wadah
3000 ml atau 3 liter etanol 70%). Serbuk direndam selama 3 x 24 jam sambil
rotary evaporator pada suhu ± 50ºC sampai sebagian besar perlarut menguap dan
dihasilkan dari setiap gram serbuk kering dengan metode ekstraksi yang dipilih.
Persen rendemen ekstrak dapat dihitung dengan rumus (Wijaya et al., 2018):
Timbang 0,5 gram ekstrak etanol daun sirih merah masukan dalam tabung
reaksi, tambahkan HCl 1% kemudian disaring. Filtrat dibagi menjadi dua bagian
wagner. Reaksi positif alkaloid ditandai dengan adanya endapan putih kekuningan
36
3.6.2 Uji Tanin
Timbang 0,5 gram ekstrak etanol daun sirih merah masukan dalam tabung
3 tetes. Reaksi positif tannin di tandai dengan terbentuknya warna biru, biru–
hitam, hijau kehitaman atau biru-hijau dan endapan (Mojab et al., 2003).
Timbang 0,5 gram ekstrak etanol daun sirih merah masukan dalam tabung
reaksi, lalu ditambahkan dengan serbuk magnesium sebanyak 0,5 mg dan larutan
HCl pekat sebanyak 3 tetes. Reaksi positif Flavonoid di tandai dengan adanya
Perubahan warna larutan menjadi berwarna kuning, hijau, hitam dan orange
(Krishna, 2009).
ini aja???
3.6.4 Uji Minyak Atsiri
Ekstrak daun sirih merah dilarutkan dengan etanol 70% dan diuapkan. Hasil
positif adanya minyak atsiri ditandai dengan adanya bau aromatis (Evans, 2009).
37
3.7 Penyiapan hewan uji.
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan galur
wistar dengan berat rata-rata 200-300 gram yang diperoleh dari ELD Sains
daun sirih merah yang digunakan adalah 200 mg/kg bb, 300 mg/kg bb, 400
HCL dan sebagai pembanding kontrol negatif digunakan suspensi larutan koloidal
dosis 200 mg/kg bb, 300 mg/kg bb, 400 mg/kg bb sebagai bahan uji, loperamid
hcl dosis 1 mg/kg bb sebagai obat pembanding, dan oleum ricini sebagai
38
3.8.1.1 Pembuatan Larutan Na-CMC 0,5%
Timbang Na CMC sebanyak 500 mg, lalu dilarutkan dengan 50 ml air panas,
setelah itu dimasukkan dalam labu ukur 100 ml, lalu dicukupkan dengan air suling
Dibuat larutan stok 100 ml ekstrak etanol daun sirih merah dosis 200
mg/kgBB, 300 mg/kgBB, 400 mg/kgBB. Timbang ekstrak etanol daun sirih
merah sesuai perhitungan, kemudian dilarutkan dalam 100 ml larutan koloidal Na-
suspensi CMC Na 0.5% sedikit demi sedikit sambil digerus homogen, kemudian
Dosis ekstrak etanol daun sirih merah ditentukan berdasarkan orientasi pada
hewan coba yang diinduksi oleum ricini terhadap parameternya. Parameter uji
yang diamati yaitu saat mulai terjadinya diare, konsistensi feses, frekuensi diare,
dan lama terjadinya diare. Dosis orientasi yang digunakan yaitu 200 mg/kgBB,
300 mg/kgBB, dan 400 mg/kgBB dengan pembanding kontrol positif loperamid
HCl 1 mg/kg tikus putih dan kontrol negatif Na-CMC 1% bb dengan masing-
masing kelompok perlakuan terdiri dari 5 ekor tikus putih. (Maria, 2019)
39
Sebelum penelitian, dilakukan aklimatisasi tikus selama 1 minggu untuk
membuat tikus beradaptasi, selama adaptasi tikus diberikan pakan normal. Tikus
dipuasakan selama 16-18 jam sebelum perlakuan (tidak makan tetapi tetap diberi
minum), ini dilakukan untuk menyamakan keadaan tikus, mencegah pengaruh dari
makanan yang dikonsumsi dan bertujuan agar saluran pencernaan (lambung dan
usus) menjadi bersih sehingga nantinya tidak menganggu dalam proses absorbsi.
diberi 2 ml oleum ricini secara oral, kemudian tikus didiamkan selama 1 jam,
dengan estimasi bahwa dalam 1 jam oleum ricini telah bekerja dalam tubuh tikus.
kontrol positif
mulai terjadinya diare, konsistensi feses, bobot feses, frekuensi diare, dan lama
40
1. Waktu mulai terjadinya diare
setelah perlakuan hingga tikus mengeluarkan feses dalam konsistensi cair untuk
pertama kalinya (tikus menderita diare). Selanjutnya onset diare tiap kelompok
2. Konsistensi feses
setelah perlakuan. Konsistensi feses diamati secara visual dan dinyatakan dalam
Konsistensi Skor
Padat 1
Lembek Padat 2
Lembek 3
Lembek Cair 4
Cair 5
Tingkat lembek atau cairnya feses hingga dapat dikatakan diare, dapat dilihat
41
Gambar 3.1 Bristol Stool Chart (Heaton & Lewis, 1997)
3. Berat feses
Bobot feses diamati dengan cara menimbang berat feses (dalam gram)
4. Frekuensi diare
Frekuensi diare diamati dengan menghitung berapa kali terjadi diare pada
Lama terjadinya diare (durasi diare) dihitung dari waktu awal terjadinya diare
sampai waktu terakhir terjadinya diare pada tikus. Selanjutnya durasi diare
42
DAFTAR PUSTAKA Perbaiki penulisan yg benar
Anas Y et al. 2016. Aktivitas Antidiare Ekstrak Etanol Daun Nangka (Artocarpus
heterophyllus Lam.) dan Daun Angsana (Pterocarpus indicus Wild.) pada Mencit
Jantan Galur Balb/C. Jurnal Ilmu Farmasi & Farmasi Klinik 13: 33- 41.
Arsurya, Y., Rini, E. A., & Abdiana, A. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan
Ibu tentang Penanganan Diare dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan
BPOM RI. 2012. Acuan Sediaan Herbal. Volume ke-5, Edisi ke-1. Jakarta: Badan
Candrasari, A., Romas. (2012) Uji Daya Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Sirih
aureus ATCC 6538, Eschericia coli ATCC 11229 dan Candida albicans ATCC
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Jilid III. Jakarta: Departemen Kesehatan
43
Departemen Kesehatan RI. (1985). Cara Pembuatan Simplisia. Direktorat Jendral.
Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen
Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Edisi ke-1.
Dewoto HR. 2009. Analgesik Opioid dan Antagonis. Dalam buku Farmakologi
Kesehatan.
Dhita Azalia Putri (2021). Uji Efektivitas Antidiare Ekstrak Etanol Daun Mahoni
Dipiro, J. T., dkk. 2015. Pharmacotherapy Handbook Ninth Edition. United State :
Evans CW. 2009. Pharmacognosy Trease and Evans 16th Edition. China:
Saunders Elsevier.
Fatmawati et al. 2016. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare Anak Usia 3-6
1:21-32.
Fauzal Arika (2018) Uji Aktivitas Antidiare Ekstrak Etanol Daun Situduh Langit
44
Intestinal. Skripsi. Program Studi Sarjana Farmasi. Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Fauji, Rizal, dkk. 2020. Efek Anti Diare Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa
oleifera L.) Pada Mencit Putih Jantan. Daftar Puataka. Yogyakarta: Universitas
Fratiwi Y. 2015. The Potential of Guava Leaf (Psidium guajava L.) for Diarrhea. J
Majority 4:113-118.
Fokam Tagne MA, Akaou H, Noubissi PA, Foyet Fondjo A, Rékabi Y, Wambe
Goodman, Gilman. 2007. Dasar Farmakologi Terapi, Editor Joel G Hardman, Lee
E. Limbird, Konsultan Editor Alfred Goodman Gilman, Alih bahasa Tim Alih
Penebar Swadaya.
Heaton, Lewis. 1997. Stool Form Scale As a Useful Guide to Intestinal Transit
Kemenkes RI. 2019. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2019.
45
Kusmiyat, Afsari, R., Merta, W. (2016). Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih
Merah (Piper Crocatum) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Mencit (Mus
AAL., Gomez JG., Vattuone MA., Isla MI., 2006, 98 MOTORIK, VOL. 13
Kumoro AC. 2015. Teknologi Ekstraksi Senyawa Bahan Aktif dari Tanaman
Manoy F. (2007). Sirih Merah Sebagai Tanaman Obat Multifungsi. Depok: Warta
Puslitbangbun, p. 22-7.
Maria Sintia Manek (2019). Uji Aktivitas Antidiare Ekstrak Etanol Daun Sirih
(Piper betle L.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar yang Diinduksi Oleh Oleum
Kupang.
Maulisah, F (2007). Aneka Tanaman Obat dan Khasiat- Dalam Tanaman Obat
46
Mulyana H, Eli K. 2015. Gambaran Pengetahuan, Pengalaman & Sikap Ibu
Terhadap Tatalaksanaan Diare Pada Anak Penderita Diare di Ruang Anak Bawah
RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada 13:173-
180.
Nasar, I. M., dkk. 2010. Patologi (II) Edisi Ke-1. Jakarta : Sagung Seto. Halaman
145 - 147
Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica L.) terhadap Mencit Jantan yang Diinduksi
Ragil, D. W., & Dyah, Y. P. (2017). Jurnal of Health Education Hubungan Antara
Septiana, R.S. 2011. Identifikasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Teraktif
Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.). Skripsi. Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Jurusan Ilmu Kimia. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Agromedia Pustaka.
47
Suherman LP et al. 2013. Efek Antidiare Ekstrak Etanol Daun Mindi (Melia
azedarach Linn) Pada Mencit Swiss Webster Jantan. Kartika Jurnal Ilmiah
Farmasi 1: 38-44.
Syariefa, E. (2006) Resep sirih Wulung untuk Putih Merona Hingga Kanker
Ganas, dalam Majalah Trubus No 434, tahun XXXVII Januari 2006, hal 88.
Tiwari Prashant, Bimlesh kumar, Mandeep Kaur, Gurpreet Kaur , Harlen Kaur ,
Tjay, T. H. dan Kirana R. 2007. Obat – Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan
293.
Tjay, H.T., dan Rahardja, K. (2007). Obat-obat Penting. Khasiat, Penggunaan, dan
Tjay TH, Kirana R. 2013. Obat-Obat Penting Kasiat, Penggunaan dan Efek-Efek
Widayat, Hantoro S. 2008. Optimasi Pembuatan Dietil Eter dengan Proses Reaktif
sheets/detail/diarrhoeal-disease.
48
LEMBAR KONSULTASI
49
50
51
Tabel Konversi Dosis Antara Berbagai Hewan dengan Manusia
Mencit
1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,2 387,9
(20g)
Tikus
0,14 1,0 1,74 3,9 9,2 17,8 56,0
(200g)
Marmut
0,08 0,57 1,0 2,25 5,2 10,2 31,5
(400g)
Kelinci
0,04 0,25 0,44 1,0 2,4 4,5 14,2
(1,2kg)
Kera
0,016 0,11 0,19 0,42 1,0 1,9 6,1
(4kg)
Anjing
0,008 0,06 0,10 0,22 0,52 1,0 3,1
(12kg)
Manusia
0,0026 0,018 0,031 0,07 0,16 0,32 1,0
(70kg)
52
- Menurut FI Edisi III, penetapan kadar tablet memerlukan 20 tablet, maka
diambil 20 tablet Lodia® kemudian digerus dan ditimbang berat totalnya =
3125 m
- Berat bahan aktif loperamid HCl dalam tablet Lodia® adalah 2 mg/tab x
20 tab = 40 mg
- Maka serbuk Lodia® yang ditimbang = 1 mg x 3125 mg = 78,12 mg
40 mg
- Cara pembuatan suspensi loperamide HCl
Ditimbang serbuk Lodia® sebanyak 78,12 mg digerus kemudian
dilarutkan dengan suspensi CMC Na 0,5% hingga 10 ml
- Volume suspensi loperamid yang diberikan
1 mg x 200 g x 1 = 2 ml
1000 g 0,1mg/ml
3. Perhitungan dosis EEDSM yang diberikan untuk dosis 200 mg/kg BB
- Konsentrasi EEDSM = 200 mg = 20 mg/ml
10 ml
- Berat badan tikus = 200 g
- Maka dosis = 200mg x 200 g = 40 mg
1000 g
- Dosis pemberian = 40 mg = 2 ml
20 mg/ml
4. Perhitungan dosis EEDSM yang diberikan untuk dosis 300 mg/kg BB
- Konsentrasi EEDSM = 300 mg = 30 mg/ml
10 ml
- Berat badan tikus = 200 g
- Maka dosis = 300mg x 200 g = 60 mg
1000 g
- Dosis pemberian = 60 mg = 2 ml
30 mg/ml
5. Perhitungan dosis EEDSM yang diberikan untuk dosis 400 mg/kg BB
- Konsentrasi EEDSM = 400 mg = 40 mg/ml
10 ml
- Berat badan tikus = 200 g
- Maka dosis = 400mg x 200 g = 80 mg
1000 g
- Dosis pemberian = 80 mg = 2 ml
40 mg/ml
53