Anda di halaman 1dari 3

RESUME

Hiwalah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh dan Ushul Fiqh

Dosen Pengampu :

Dr. H. M. Lathoif Ghozali, Lc., MA

Nama penyusun:

Nahdiya Anfa Taskiya (08010220024)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

AKUNTANSI
a. Pengertian Hiwalah
 Menurut bahasa hiwalah ialah al-intiqal dan al-tahwil, artinya memindahkan atau
mengalihkan.
 Menurut Hanafiyah
Memindahkan tagihan dari tanggung jawab yang Berutang kepada yang lain yang
punya tanggung jawab kewajiban pula.
 Menurut Mazab Maliki, Syafi’i dan Hambali
Pemindahan atau pengalihan hak untuk menuntut pembayaran hutang dari satu pihak
Kepada pihak yang lain.
b. Dasar Hukum Hiwalah
 Menurut Al-Quran pada Surat Al-Baqarah ayat 282 diatas menerangkan bahwa dalam
utang-piutang yang tidak kontan sebaiknya dituliskan sehingga ketika ada perselisihan
dapat dibuktikan. Dalam kegiatan ini diwajibkan untuk ada dua orang yang adil dan
tidak merugikan pihak manapun, saksi ini adalah orang yang menyaksikan proses
utang-piutang secara langsung dari awal.
 Menurut Hadist Sebagian ulama berpendapat bahwa perintah untuk menerima hawalah
dalam hadist tersebut menunjukkan wajib. Oleh sebab itu, wajib bagi yang
menguntungkan (muhal) dapat menerima hawalah. Para ulama juga berpendapat
bahwa perintah itu menunjukkan sunnah. Jadi, sunnah hukumnya menerima hawalah
bagi muhal.
c. Dalam fiqih, hiwalah dibagi dari dua macam, yaitu hiwalah muqayyadah dan hiwalah
muthlaqah.
d. Di akad hiwalah ada lima rukun, yaitu :
1) muhil (orang yang memindahkan utang)
2) muhal (orang yang mempunyai hutang)
3) muhal alayh (orang yang menerima hiwalah)
4) muhal bih (piutang),
5) ijab dan qabul.
Dalam akad hiwalah syarat dari muhil yaitu :
1) Memiliki kemampuan untuk melakukan akad (transaksi)
2) Berakal dan baliqh
3) Adanya kerelaan dari muhil
e. Syarat dari muhil :
1. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan kontrak.
2. Berakal dan baliqh
3. Adanya kerelaan muhal
4. Bersedia menerima akad hiwalah

Syarat dari Muhal’alayh :

1. Memiliki kemampuan melakukan akad atau transaksi


2. Berakal dan baliqh
3. Bersedia menerima akad hiwalah.
f. Beban Muhil Setelah Hiwalah
Hiwalah yang berjalan sah dengan sendirinya maka tanggung jawab muhil gugur. Jika
muhal’alayh mengalami kebangkrutan atau membatah hiwalah atau meninggal dunia
maka muhal tidak boleh kembali ke muhil, pendapat tersebut dari ulama jumhur.

Anda mungkin juga menyukai