Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENDEKATAN ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah IAD/IBD/ISD

DOSEN PENGAMPU :

M. Syaukin Muttaqin, ME

Nama Penyusun Kelompok 2 :

1. Anis Zulifatur Rohma (08010220002)

2. Ayu Dia Anggraini (08010220004)

3. M. Imam Wahyudi S (08010220021)

4. Nur Dini Amaliyah (08010220026)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

AKUNTANSI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Pendekatan Ilmiah” dengan baik dan terselesaikan tepat waktu. Penyusunan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah IAD/IBD/ISD. Tak lupa shalawat serta salam
kita curahkan kepada Nabi Muhammad yang telah membawa kita dari zaman kegeapan
menuju zaman yang terang benerang yakni agama islam.

Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan
yang harus dibenahi. Untuk itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca dan bermanfaat bagi tugas kami selanjutnya.

Akhir kata kami mengucapkan terimakasih atas dukungan dan arahan dari
semua pihak.

Surabaya, 1 Oktober 2020

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN 2

A. Metode Ilmiah dan Implementasinya 2


B. Penemuan Kebenaran dengan cara Non Ilmiah 3
C. Keterbatasan Metode Ilmiah 4
D. Sikap Ilmiah 4
E. Kontribusi Ilmuwan Muslim dalam Sains dan Teknologi 4

BAB III PENUTUP 6

A. Kesimpulan 6
B. Saran 6

DAFTAR PUSTAKA 7

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejalan diawalinya penerapan  kurikulum 2013, istilah pendekatan ilmiah, atau
pendekatan saintifik, atau scientific aproach  menjadi bahan pembahasan yang menarik
perhatian para pendidik. Penerapan pendekatan ini menjadi tantangan guru melalui
pengembangan aktivitas siswa yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji,
menalar, dan mencipta. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam kurikulum 2013
relevan dengan paradigma positivistik.
Adapun tujuan dari peneltian bab pendekatan ilmiah ini adalah antara lain untuk
saling mengenal, saling mengerti apa itu dan apa fugsi dari pendekatan ilmiah. Maka
wajib dari kita yang ingin mengerti yang ingin memahami apa itu arti atau apa pengertian
dari pendekatan ilmiah itu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tahapan untuk melakukan metode ilmiah?
2. Bagaimana menentukan kebenaran dengan cara non ilmiah?
3. Apa yang menyebabkan keterbatasan dalam metode ilmiah?
4. Apa saja sikap yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan?
5. Siapa saja ilmuwan muslim yang berkontribusi dalam sains dan teknologi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tahapan dalam melakukan metode ilmiah
2. Untuk mengetahui cara menentukan kebenaran dengan cara non ilmiah
3. Untuk memberikan penjelasan tentang apa saja yang menyebabkan keterbatasan
dalam metode ilmiah
4. Untuk memberitahu sikap apa saja yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan
5. Untuk memberitahu siapa saja ilmuwan muslim yang berkontribusi dalam sains dan
teknologi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metode Ilmiah dan Implementasinya


Untuk mencapai kebenaran antara pengetahuan itu sendiri atau faktanya maka
dibutuhkan suatu metode yang tepat, yang disebut dengan metode ilmiah. Dengan metode
ilmiah akan dihasilkan suatu pengetahuan yang bersifat sistematis, berobjek dan berlaku
secara universal.
Pengetahuan dikatakan ilmiah bila memenuhi 4 kriteria:
1) Objektif
a. Sesuai dengan objeknya
b. Dapat dibuktikan kebenarannya dengan cara empirik
2) Metodik
a. Diperoleh dengan cara-cara tertentu yang teratur dan terkendali
b. Cara tersebut merupakan metode ilmiah
3) Sistematik
Tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, saling berkaitan, tidak saling
bertentantangan, saling menjelaskan dan seluruhnya merupakan satu kesatuan yang
utuh.
4) Berlaku Umum
a. Tidak hanya berlaku untuk beberapa orang atau kelompok tertentu
b. Dengan cara eksperimen yang sama akan di peroleh hasil yang sama
c. Konsisten

Langkah-langkah dalam metode ilmiah:


1. Penentuan Masalah dan Perumusan Masalah
Pada hakikatnya,masalah tidak dapat berdiri sendiri melainkan musti terdapat
konstelasi yang merupakan penyebab atau latar belakang timbulnya masalah tersebut.
Masalah perlu di deskripsikan secara jelas , karena masalah merupakan suatu gejala
dimana beberapa fakta saling berkaitan dan membentuk suatu kerangka masalah.
Unsur-unsur yang membentuk masalah dapat diturunkan secara empiris, namun
adakalanya ada unsur-unsur masalah yang tidak dapat dikenal langsung secara empiris
sehingga diperlukan kerangka pemikiran rasional.

2
2. Hipotesis
Hipotesis semacam kerangka pemikiran sementara yang menjelaskan
hubungan antara unsur-unsur yang membentuk suatu kerangka masalah. Kerangka
pemikiran sementara ini selanjutnya disusun secara deduktif berdasarkan premis-
premis atau pengetahuan yang telah diketahui kebenarannya.
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan verifikasi apakah hipotesis yang
diajukan didukung oleh fakta atau tidak. Jika fakta-fakta yang ada sesuai dengan
konsekuensi hipotesis, artinya hipotesis yang diajukan adalah benar karena didukung
oleh fakta. Dan berlaku sebaliknya jika fakta-fakta yang ada tidak sesuai dengan
hipotesis artinya hipotesis itu ditolak.
Dengan terbuktinya kebenaran dari suatu hipotesis , maka hipotesis tersebut
dapat dianggap sebagai teori ilmiah dan merupakan pengetahuan baru. Pengetahuan
baru dapat berupa teori baru, kaidah baru atau sekedar lanjutan atau pengembangan
dari penemuan yang sudah ada.

B. Penemuan Kebenaran Dengan Cara Non Ilmiah


Penemuan kebenaran dengan cara ini didapatkan melalui:
1. Penemuan secara kebetulan diperoleh tanpa rencana, tidak pasti, serta tidak melalui
langkah - langkah yang sistematik dan terkendali.
2. Akal Sehat (Common Sense), merupakan serangkaian konsep dan bagan konsep untuk
penggunaan secara praktis dalam memecahkan suatu masalah. Bila diwarnai oleh
kepentingan orang yang melakukannya disebut prasangka.
3. Wahyu/ Ilham
4. Intuitif (Dorongan Hati) didapat melalui proses yang cepat tanpa disadari atau terpikir
lebih dahulu, sukar dipercaya sebab tidak terdapat langkah - langkah yang sistematis
dan terkendali, disebut juga ” metode a priori”
5. Coba-coba (Trial and Error) diperoleh tanpa kepastian akan terjadi suatu kondisi
tertentu untuk pemecahan suatu masalah.
6. Otoritas Ilmiah dan Kewibawaan orang-orang yang biasanya berpendidikan tinggi dan
dianggap mempunyai keahlian di bidang ilmu tertentu dan atau orangorang yang dipilih
atau dianggap sebagai pemimpin masyarakat sebab mempunyai kharisma.
7. Spekulasi dilakukan melalui suatu pertimbangan dalam suasana penuh risiko, sedikit
lebih tinggi tarafnya dari penemuan coba-coba.

3
8. Intuisi, merupakan kemampuan untuk memahami sesuatu melalui bisikan hati. Contoh:
pada saat seorang ingin melakukan suatu tindakan maka dia akan merasa apakah
tindakan itu sesuai hati nurani.

C. Keterbatasan Metode Ilmiah


Dengan metode ilmiah akan dihasilkan ilmu atau pengetahuan yang ilmiah. Untuk
menguji hipotesis dibutuhkan data yang merupakan pengamatan dari pancaindera dan
dalam hal ini ada keterbatasan (pancaindera terbatas untuk menangkap suatu fakta),
dengan demikian jika data yang didapat terbatas maka akan ada kemungkinan kesimpulan
yang diambil berdasarkan data tersebut memiliki peluang tidak benar. Kesimpulan yang
diambil baru dianggap benar selama belum ada kebenaran ilmu yang menolak kesimpulan
tersebut.
Keterbatasan lainnya adalah metode ilmiah tidak dapat digunakan untuk membuat
kesimpulan yang berkaitan dengan baik-buruk atau system nilai, seni dan keindahan.

D. Sikap Ilmiah1
Ilmu pengetahuan memiliki ciri khas yaitu obyektif, metodik, dan sistematis serta
berlaku umum. Sehingga setiap orang yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan akan
terkondisi untuk memiliki sikap ilmiah antara lain:
1. Mencintai kebenaran yang objektif, bersikap adil
2. Menyadari bahwa kebenaran ilmu tidak absolute
3. Tidak percaya pada takhayul
4. Ingin tahu lebih banyak
5. Tidak berpikir secra prasangka
6. Tidak mudah percaya begitu saja pada suatu kesimpulan tanpa bukti yang nyata
7. Optimis, teliti dan berani menyatakan kesimpulan yang menurut ilmiahnya benar

E. Kontribusai Ilmuan Muslim Dalam Sains dan Teknologi 2


Teknologi adalah ilmu yang menggali berbagai pengetahuan terapan. Teknologi
juga sering dipakai untuk menyebut berbagai jenis peralatan yang mempermudah hidup
manusia. Berikut konstribusi ilmuwan muslim dalam sains dan teknologi.

1 Mien Roosmini dkk, Ilmu Alamiah Dasar, Semarang : IKIP, 1989, 24.
2 Ibid.

4
1. Al Khazini, meneliti mengapa semua benda jatuh ke bumi. Dan teori ini disebut
dengan teori gravitasi.
2. Nashirudin at – Thusi, ilmuwan pertama yang mengukur jarak benda langit dengan
angka, dimana sebelumnya orang yunani mengukur dengan perkiraan.
3. Abu Said al – Asmani dan Abu Khair, ilmuwan yang mempelajari kehidupan
tumbuhan yang kemudian dikenal dengan ilmu botani.
4. Syarif al – idrisi, merupakan ilmuwan yang mempelajari bumi dan yang berhasil
membuat globe (bola dunia)
5. Ibnu Amajur 885 – 933 M, ilmuwan yang mencatat perjalanan bulan dengan sangat
teliti, bahkan dapat menunjukkan kesalahan teori mengenai garis lintang bulan yang
diungkapkan Hipparchus abad 2 sebelum masehi.
6. Taqiuddin merupakan insinyur muslim pertama yang membuat jam bermesin. Jam
rancangannya bergerak menggunakan rangkaian gir dan pegas yang berdetak serta
dilengkapi dengan alarm
7. Ibnu Yunus, merupakan ilmuwan muslim yang ahli dibidang fisika dan astronomi.
Beliau mengunakan bandul untuk mengukur waktu ketika meneropong benda ruang
angkasa.

Ibnu Sina, sudah menjadi dokter di usia 18 tahun, dan karyanya yaitu buku al -Qanun
Fith Thib. Dan beliau mendapat julukan Medicorum Principal (rajanya para dokter) oleh
orang eropa.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendekatan ilmiah merupakan salah satu pendekatan dalam rangka untuk mendapatkan
kebenaran secara ilmiah. Tahapan dalam melakukan metode ilmiah ialah perumusan
masalah, hipotesis, dan pengujian hipotesi. Menentukan kebenaran dengan cara non ilmiah
dapat melalui penemuan secara kebetulan diperoleh tanpa rencana, tidak pasti, serta tidak
melalui langkah - langkah yang sistematik dan terkendali. Untuk menguji hipotesis
dibutuhkan data yang merupakan pengamatan dari pancaindera dan dalam hal ini ada
keterbatasan (pancaindera terbatas untuk menangkap suatu fakta).

B. Saran
Dengan terselesaikan makalah ini penulis berharap makalah ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan bagi pembaca. Selanjutnya penulis mengharapkan kritik dan
saran untuk meningkatkan kualitas dalam penulisan makalah ini dan makalah berikutnya.

6
DAFTAR PUSTAKA

https://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/view/398

Tasmuji, M. dkk, IAD-ISD-IBD(Surabaya: UIN SA Press, 2019)

Anda mungkin juga menyukai