Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF

Tentang
“PENGEMBANGAN ASUMSI DALAM PENELITIAN KUALITATIF”
Dosen Pengampu: Dr. Juliani, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Teuku Muhammad Alif Aulia Sultansyah
Rahmadi
Muhammad Rizki Sbr

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


STAI SYEKH H. ABDUL HALIM HASAN AL-ISLAHIYAH BINJAI
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, Segala puji bagi Allah Subhanahu Wata’ala Tuhan Semesta
Alam. Atas segala karunia dan nikmat-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan
sebaik-baiknya.Makalah yang berjudul “Pengembangan asumsi dalam penelitian kualitatif”
disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif
yang diampu oleh Ibu Dr. juliani, M.Pd. Dalam penyusunan makalah ini, tentu
melibatkan .berbagai pihak.Oleh sebab itu kami mengucapkan banyak terima kasih atas segala
kontribusinya dalam membantu penyusunan makalah ini.
Meski telah disusun secara maksimal, kami sebagai manusia biasa menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan di
dalammya.Karenanya, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sekalian.
Demikian apa yang dapat kami sampaikan, kami berharap supaya makalah yang telah
kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Binjai , 25 Oktober 2021


Penyusun

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...................................................................................................1

C. Tujuan ...................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan...........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metode kuantitatif dan kualitatif mempunyai paradigma teoritik, gaya, dan asumsi
paradigmatik penelitian yang berbeda. Masing-masing memuat kekuataan dan keterbatasan,
mempunyai topik dan isu penelitian sendiri, serta menggunakan cara pandang berbeda untuk
melihat gejala-gejala perilaku dan sosial. Sehingga, dari sisi epistemologi yang berupaya
menjawab pertanyaan “bagaimana” dan “apa yang bisa kita ketahui” dari suatu gejala, maka
kedua metode tersebut memiliki pendekatan dan pertanyaan penelitian yang berbeda.
Singkatnya keduanya memiliki jalan untuk memberikan penjelasan dari suatu gejala secara
berbeda
Metode kualitatif selama ini dipandang oleh sebagian ilmuwan sosial masih sebagai
metode yang kurang dari sisi saintifik dibandingkan dengan metode yang lebih tua yakni
kuantitatif. Boleh jadi, salah satu sebabnya karena para peneliti kualitatif belum mampu
menerapkan prinsip-prinsip penelitian kualitatif dengan tepat sehingga pada akhirnya
menimbulkan kesimpulan bahwa penelitian kualitatif ‘rumit’, cenderung bias, sehingga
dianggap ‘kurang saintifik’.
Meskipun demikian, metode kualitatif pada akhirnya segera menjadi popular di
kalangan para peneliti ilmu psikologi.Popularitas ini menurut para pendukungnya disebabkan
karena metode kualitatif memberikan pendekatan yang berbeda dengan metode sebelumnya
(Proctor & Capaldi).Tulisan ini dimaksudkan selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Kapita
Selekta, untuk mencoba meramu pemahaman lebih dalam tentang metode kualitatif dengan
menonjolkan beberapa kekuatannya yang mampu memberikan nilai tambah dari metode
sebelumnya yakni metode kuantitatif.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan asumsi penelitian kualitatif ?


2. Apa saja macam-macam asumsi penelitian kualitatif ?
3. Ada berapakah tahapan asumsi dalam pengemabangan penelitian kualitatif?

B. Tujuan
1. Agar dapat memahami pengertian dari asumsi .
2. Agar dapat mengetahui apa saja asumsi dalam penelitian kualitatif.
3. Agar mengetahui tahapan apa saja yang terdapat dalam asumsi peneletian kualitatif.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asumsi
Asumsi menurut KBBI adalah dugaan yang diterima sebagai dasar atau landasan berpikir
karena dianggap benar.1 Jadi asumsi adalah suatu anggapan atau dugaan sementara yang belum
dapat dibuktikan kebenarannya serta membutuhkan pembuktian secara langsung. Penelitian
Asumsi adalah pernyataan yang sudah dianggap benar, oleh karena itu anggapan dasar harus
didasarkan atas kebenaran yang telah diyakini oleh peneliti. Seorang peneliti, dalam menentukan
anggapan dasar (asumsi) hendaknya didukung oleh teori teori atau hasil penemuan penelitian
yang berhubungan dengan variable penelitian, baik variabel bebas maupun variable terikat.
Namun penekanannya lebih difokuskan pada variable bebasnya.2
Asumsi dapat dikatakan sebagai anggapan dasar yaitu suatu hal yang diyakini oleh peneliti
yang harus dirumuskan secara jelas. Di dalam penelitian, anggapan-anggapan semacam ini
sangatlah perlu dirumuskan secara jelas sebelum melangkah mengumpulkan data. Menurut
Suharsimi Arikunto, merumuskan asumsi adalah penting dengan tujuan sebagai berikut :

a. Agar ada dasar pijakan yang kukuh bagi masalah yang sedang diteliti
b. Untuk mempertegas variabel yang menjadi pusat perhatian
c. Guna menentukan dan merumuskan hipotesis.

Adapun asumsi yang penulis rumuskan adalah :


a. Strategi heuristik merupakan salah satu strategi pembelajaran dan berbagai pengembangannya.
b. Upaya meningkatkan pemahaman siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI)
dapat dicapai melalui strategi heuristik.3

Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah orang sering mengatakan bahwa orang yang
banyak makan akan menjadi gemuk. Hal tersebut adalah suatu anggapan bahwa semua yang
dimakan orang dapat dicerna dan akan berubah menjadi lemak, maka akan meneyebabkan orang
gemuk. Contoh lain adalah tentang panjangnya jam pelajaran dan waktu istrahat. Biasanya di
SMA satu jam pelajaran ada 45 menit, dengan susunan tiga jam pelajaran, lalu istirahat,
dilanjutkan dua jam pelajaran dan istirahat lagi, lalu dilanjutkan lagi. Hal ini didasarkan suatu
anggapan bahwa, setelah belajar anak menjadi lelah maka anak perlu istirahat.
Adapun menurut Lincon dan Guba dalam terjemahan Bahasa Indonesia asumsi ialah suatu
skenario untuk melakukan simulasi situasi yang mungkin terjadi dengan memperhatikan
berbagai faktor yang kompleks dan menyeluruh, asumsi seringkali dikaitkan dengan aturan
1
Religiositas. 2016. Pada KBBI Daring. Diambil 10 Oktober 2021,dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/religiositas
2
kompasiana.com, Penelitian Kualitatif : Inilah Asumsi-asumsi Dasarnya 21 Oktober 2021, pukul 22.00 WIB
3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2002, hal.58
2
praktis.Asumsi dapat juga diartikan sebagai suatu landasan berpikir yang dianggap benar
walaupun hanya untuk sementara, karena asumsi bukanlah suatu kepastian. Orang membuat
asumsi karena ingin mengetahui, menanyakan, memprediksikan atau menduga tentang sesuatu
yang akan atau telah terjadi.4
B. Cara Menentukan Asumsi Dasar
Seseorang yang masih ragu terhadap suatu hal, tentu saja sulit atau tidak dapat dengan pasti
untuk menentukan asumsi tersebut. Unruk dapat menentukan Asumsi dasar, yang dilakukan
peneliti adalah:
1. Dengan banyak membaca buku, surat kabar, atau terbitan lain.
Dalam hal ini Prof. Drs. Sutrisno Hadi, M.A. mengklasifikasikan bahan pustaka menjadi dua
kelompok, yaitu :
a . Sumber umum: buku teks, ensiklopedi, dan lainnya
b. Sumber khusus: bulletin, jurnal, periodikal (majalah yang terbit secara periodik), disertasi,
skripsi, dan yang lainnya. Dari sumber acuan umum dapat diperoleh teori-teori dan konsep dasar,
sedangkan dari sumber khusus dapat dicari penemuan-penemuan atau hasil penelitian.
2. Dengan banyak mendengarkan berita (TV, radio, internet), ceramah, dan pembicaraan orang
lain yang dapat dipercaya.
3. Dengan banyak berkunjung ke tempat yang mengedukasi.
4. Dengan mengadakan pendugaan berdasarkan perbendaharaan pengetahuannya. Contohnya
adalah :
a. bahwa perubahan-perubahan kurikulum hanyalah menambah kebingungan bagi guru dan
peserta didik.
b. bahwa pendidikan di Indonesia belum memenuhi kriteria pemerataan kualitas pendidikan
antara di kota dan di desa.
c. bahwa krisis global kedua akan berpengaruh terhadap omset para pengusaha di seluruh
Indonesia.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa asumsi dasar, postulat atau anggapan dasar harus
didasarkan atas kebenaran yang telah diyakini oleh peneliti, sebagai bahan pendukung anggapan
dasar, peneliti sebaiknya melakukan studi perpustakaan untuk mengumpulkan teori-teori dari
buku maupun penemuan dari penelitian. Apa yang sudah dibaca hendaknya langsung dicatat
pada kartu, cara ini sering disebut pencatatan dengan sistem kartu. Bahan-bahan yang telah
dibaca, dituliskan pada sebuah kartu dengan topik subyect matter, pada setiap kartu harus
dicantumkan keterangan yang diambil agar tidak ada kesulitan apabila bukunya pinjaman atau
sulit ditemukan. Ukuran kartu dapat dibuat sesuai selera.5

C. Macam-Macam Dasar Asumsi

4
Y.S. Lincoln & E.G. Guba, 1985, Naturalistic Inquiry. Beverly Hills, London, New Delhi : Sage Publications hal. 10
5
Arikunto, Suharsimin. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT RINEKA CIPTA, hal. 8
3
Lincoln dan Guba (1985) merinci lima asumsi paradigmatik atau asumsi dasar penelitian
kualitatif yaitu realitas sosial (ontologi), hubungan peneliti dan tineliti (epistemologi), peran nilai
(aksiologi), bahasa penelitian (retorika), dan proses penelitian (metodologi).
1. Asumsi realitas sosial
Bagi peneliti kualitatif realitas sosial adalah wujud bentukan (konstruksi) para subyek yang
terlibat dalam penelitian yaitu tineliti dan peneliti. Pendeknya, buah intersubyektivitas tineliti-
peneliti. Karena itu, ia senantiasa bersifat subyektif dan majemuk, sesuai subyektivitas dan
kemajemukan partisipan penelitian. Sebaliknya, pada penelitian kuantitatif, realitas sosial
dipandang sebagai sesuatu yang bersifat obyektif, tunggal, berada di “luar diri” peneliti, dan
dapat diukur melalui seperangkat instrumen.
2. Asumsi hubungan peneliti dan tineliti
Dalam penelitian kualitatif hubungan antara peneliti dan tineliti menunjuk pada proses
interaksi sosial. Di situ jarak antara peneliti dan tineliti diupayakan sedekat mungkin. Sehingga
antara keduanya terjalin suatu hubungan sosial yang bersifat simetris, informal, dan akrab.
Ini kebalikan dari pola hubungan yang bersifat formal dan asimetris dalam penelitian kuantitatif,
yang menempatkan peneliti pada posisi berjarak dan independen terhadap
3. Asumsi peran nilai
Hubungan interaktif atau intersubyektif antara tineliti dan peneliti membawa implikasi
sarat-nilai (value-laden) dan bias pada penelitian kualitatif. Dengan bahasa yang bersifat
personal, di dalam laporannya peneliti kualitatif mengungkapkan nilai-nilai dan bias-biasnya
sendiri serta nilai-nilai yang terkandung dalam informasi yang dikumpulkannya dari lapangan.
Ini adalah kebalikan penelitian kuantitatif yang diklaim sebagai obyektif dan, karena itu, maka
diklaim sebagai bebas nilai dan netral.
4. Asumsi bahasa penelitian
Ciri sarat-nilai dan bias pada penelitian kualitatif membawa implikasi informalitas,
kelenturan, dan personal dalam bahasa penelitian. Menegaskan perbedaan dengan penelitian
kuantitatif, penelitian kualitatif mempunyai dan menggunakan kosa kata tersendiri, misalnya
“makna” (meaning), dan “pemahaman” (understanding). Bahasa penelitian kuantitatif sebaliknya
bersifat formal, baku, impersonal, dengan kosa kata tersendiri, misalnya “perbandingan”
(comparison) dan “hubungan” (relationship).
5. Asumsi proses penelitian
Sebagai implikasi dari asumsi-asumsi di atas, maka proses penelitian kualitatif menjadi
bersifat induktif dan terbuka. Proses tersebut terpumpun pada pengungkapan keterkaitan
simultan-mutual antara beragam faktor dalam masyarakat. Orientasinya adalah pengembangan
pola dan teori untuk mendapatkan pemahaman yang bersifat kontekstual atas suatu kejadian
ataupun gejala sosial.
4
Sebaliknya, proses penelitian kuantitatif bersifat deduktif dan tertutup. Ia terpumpun pada
pengungkapan gejala sebab dan akibat dalam masyarakat. Orientasinya adalah pencapaian
perumuman (generalisasi) untuk keperluan peramalan, penjelasan, dan pemahaman tentang suatu
kejadian ataupun gejala, tanpa menghiraukan konteksnya.6
D. Tahapan dalam asumsi pengembangan penelitian kualitatif
Adapaun 3 tahapan dalam asumsi pengembangan penelitian kualitatif, yaitu :
- Asumsi pertama, objek-objek tertentu memiliki kesamaan misalnya sifat, struktur, bentuk dan
lainnya. Dengan asumsi ini maka objek tertentu yang memiliki kesamaan dapat dikelompokkan.
- Asumsi kedua, anggapan bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam periode waktu
tertentu. Namun pada dasarnya tidak ada kelestarian yang obsolut karena pada dasarnya semua
benda mengalami perubahan seiring berjalannya waktu.
- Asumsi ketiga, anggapan bahwa setiap peristiwa dan gejala bukanlah suatu kebetulan, tapi
karena adanya hukum sebab-akibat “Determinisme”.7

6
Y.S. Lincoln & E.G. Guba, 1985, Naturalistic Inquiry. Beverly Hills, London, New Delhi: Sage Publications hal.13
7
Deddy N. Hidayat. Metodologi Penelitian dalam Sebuah Multi-Paradigm Science. Dept. Ilmu Komunikasi, Fak. Ilmu
Sosial & Ilmu Politik UI, 2005. Hal.201
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Asumsi penelitian ialah semua pernyataan yang dapat diuji kebenarannya dengan
melakukan percobaan dalam penelitian. Dalam penelitian umumnya menggunakan asumsi dasar
karena faktor-faktor di kehidupan nyata sangat kompleks dan merupakan pernyataan yang sudah
dianggap benar, oleh karena itu anggapan dasar harus didasarkan atas kebenaran yang telah
diyakini oleh peneliti.

Anda mungkin juga menyukai