Anda di halaman 1dari 10

METODE ILMIAH DASAR

OLEH:

NAMA : Muhammad walid ihsan


NIM : 152021003
MATA KULIAH : Ilmu Alamiah Dasar

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

TEUNGKU DIRUNDENG MEULABOH

2022
KATA
PENGANTAR

‫بسم هلال الرحمن الرحيم‬

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah swt. yang telah memberikan rahmat
dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan kepada
saya tepat waktu.

Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tapi tentunya saya bertujuan untuk
menjelaskan atau memaparkan point-point dimakalah ini, sesuai dengan pengetuan yang
saya peroleh, baik dari buku maupun sumber-sumber yang lain. Semoga semuanya
memberikan manfaat bagi kita . Bila ada kesalahan tulisan atau kata-kata didalam
makalah ini, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, dan saya juga sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk bahan pertimbangan perbaikan makalah. Akhir kata
saya ucapkan termakasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Meulaboh, 06 Oktober
2022

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR  i
DAFTAR ISI  ii
BAB I PENDAHULUAN  1
1.1. Latar Belakang  1
1.2. Rumusan Masalah  2
1.3. Tujuan  2
BAB II PEMBAHASAN  3
2.1. Definisi Metode Ilmiah  3
2.2. Sikap Imiah  3
2.3. Kegunaan Metode Ilmiah  4
2.4. Kriteria Metode Ilmiah  5
2.5. Langkah-Langkah Metode Ilmiah  6
BAB III PENUTUP  9
3.1. Kesimpulan  9
DAFTAR PUSTAKA  10

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang diketahui langsung dari pengalaman,


berdasarkan pancaindra, dan diolah oleh akal budi secara spontan. Pada intinya, pengetahuan
bersifat spontan, subjektif dan intuitif. Pengetahuan dapat dibedakan menjadi pengetahuan
non-ilmiah dan pengetahuan pra-ilmiah. Pengetahuan non-ilmiah adalah hasil serapan indra
terhadap pengalaman hidup sehari-hari yang tidak perlu dan tidak mungkin diuji
kebenarannya. Sedangkan pengetahuan pra-ilmiah adalah hasil serapan indra dan pemikiran
rasional yang terbuka terhadap pengujian lebih lanjut menggunakan metode-metode ilmiah.
Ilmu (sains) berasal dari Bahasa Latin scientia yang berarti knowledge. Ilmu dipahami
sebagai proses penyelidikan yang berdisiplin. Ilmu bertujuan untuk meramalkan dan
memahami gejala-gejala alam. Ilmu pengetahuan ialah pengetahuan yang telah diolah
kembali dan disusun secara metodis, sistematis, konsisten dan koheren. Agar pengetahuan
menjadi ilmu, maka pengetahuan tadi harus dipilah (menjadi suatu bidang tertentu dari
kenyataan) dan disusun secara metodis, sistematis serta konsisten. Tujuannya agar
pengalaman tadi bisa diungkapkan kembali secara lebih jelas, rinci dan setepat-tepatnya.
Metodis, berarti dalam proses menemukan dan mengolah pengetahuan menggunakan metode
tertentu, tidak serampangan. Sistematis, berarti dalam usaha menemukan kebenaran dan
menjabarkan pengetahuan yang diperoleh, menggunakan langkah-langkah tertentu yang
teratur dan terarah sehingga menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Koheren, berarti setiap
bagian dari jabaran ilmu pengetahuan itu merupakan rangkaian yang saling terkait dan
berkesesuaian (konsisten). Sedangkan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan
menguji kebenaran suatu pengetahuan disebut penelitian (research)
Metode ilmiah boleh dikatakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh
pertimbangan-pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interelasi
yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban
tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Karena itu,
penelitian dan metode ilmiah mempunyai hubungan yang dekat sekali, jika tidak dikatakan
sama.

Dengan adanya metode ilmiah, pertanyaan-pertanyaan dalam mencari dalil umum


akan mudah terjawab, seperti menjawab seberapa jauh, mengapa begitu, apakah benar, dan
sebagainya.
Menurut Almadk (1939),” metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis
terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975)
berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh
sesuatu interelasi.”
1.2. Rumusan Masalah
1. Pengertian Metode Ilmiah?
2. Kriteria-kriteria apa saja yang tercantum dalam metode ilmiah?
3. Langkah-langkah apa saja yang diperlukan dalam membuat metode ilmiah?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pebulisan makalah ini memberi pengetahuan dan wawasan mengenai
metode ilmiah, serta langkah-langkah pembuatan metode ilmiah kepada masyarakat awam
pada umumnya dan kaum intelektual (mahasiswa) pada khususnya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Metode Ilmiah


Metode merupakan prosedur atau cara seseorang dalam melakukan suatu kegiatan untuk
mempermudah memecahkan masalah secara teratur, sistematis, dan terkontrol. Ilmiah adalah
sesuatu keilmuan untuk mendapatkan pengetahuan secara alami berdasarkan bukti fisis.
Jadi, bila kita menjabarkan lebih luas dari metode ilmiah adalah suatu proses atau cara
keilmuan dalam melakukan proses ilmiah (science project) untuk memperoleh pengetahuan
secara sistematis berdasarkan bukti fisis.
Cara untuk memperoleh pengetahuan atau kebenaran pada metode ilmiah haruslah diatur oleh
pertimbangan-pertimbangan yang logis (McCleary, 1998). Ilmu pengetahuan seringkali
berhubungan dengan fakta, maka cara mendapatkannya, jawaban-jawaban dari semua
pertanyaan yang ada pun harus secara sistematis berdasarkan fakta-fakta yang ada.
Hubungan antara penelitian dan metode ilmiah adalah sangat erat atau bahkan tak terpisahkan
satu dengan lainnya. Intinya bahwa metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip
logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran.
Dengan adanya metode ilmiah ini pertanyaan-pertanyaan dasar dalam mencari kebenaran
seperti apakah yang dimaksud, apakah benar demikian, mengapa begini/begitu, seberapa
jauh, bagaimana hal tersebut terjadi dan sebagainya, akan lebih mudah terjawab.

2.2. Sikap Ilmiah


1. Rasa Ingin Tahu
Rasa ingin tahu merupakan awal atau sebagai dasar untuk melakukan penelitian-penelitian
demi mendapatkan sesuatu yang baru.
2. Jujur
Dalam melakukan penelitian, seorang sainstis harus bersikap jujur, artinya selalu menerima
kenyataan dari hasil penelitiannya dan tidak mengada-ada serta tidak boleh mengubah data
hasil penelitiannya.
3. Tekun
Tekun berarti tidak mudah putus asa. Dalam melakukan penelitian terhadap suatu masalah
tidak boleh mudah putus asa. Seringkali dalam membuktikan suatu masalah, penelitian harus
diulang-ulang untuk mendapatkan data yang akurat. Dengan data yang akurat maka
kesimpulan yang didapat juga lebih akurat.
4. Teliti
Teliti artinya bertindak hati-hati, tidak ceroboh. Dengan tindakan yang teliti dalam
melakukan penelitian, akan mengurangi kesalahan-kesalahan sehingga menghasilkan data
yang baik.
5. Objektif
Objektif artinya sesuai dengan fakta yang ada. Artinya, hasil penelitian tidak boleh
dipengaruhi perasaan pribadi. Semua yang dikemukakan harus berdasarkan fakta yang
diperoleh. Sikap objektif didukung dengan sikap terbuka artinya mau menerima pendapat
yang benar dari orang lain.
6. Terbuka Menerima Pendapat Yang Benar
Artinya bahwa kita tidak boleh mengklaim diri kita yang paling benar atau paling hebat.
Kalau ada pendapat lain yang lebih benar/tepat, kita harus menerimanya.

2.3. Kegunaan Metode Ilmiah


Dengan adanya sikap dan metode ilmiah akan menghasilkan penemuan-penemuan yang
berkualitas tinggi dan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan manusia. Beberapa
kegunaan metode ilmiah dalam kehidupan manusia antara lain :
1. Membantu memecahkan permasalahan dengan penalaran dan pembuktian yang
memuaskan.
2. Menguji hasil penelitian orang lain sehingga diperoleh kebenaran yang objektif.
3. Memecahkan atau menemukan jawaban rahasia alam yang sebelumnya masih teka teki.

2.4. Kriteria Metode Ilmiah


Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode
tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
1. Berdasarkan Fakta
Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan
dan yang dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau
pembuktian didasar-kan pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau kegiatan sejenis.
2. Bebas dari Prasangka
Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan
subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap dan
dengan pembuktian yang objektif. Apabila hasil dari suatu penelitian, misalnya, menunjukan
bahwa ada ketidak sesuaian dengan hipotesis, maka kesimpulan yang diambil haruslah
merujuk kepada hasil tersebut, meskipun katakanlah, hal tersebut tidak disukai oleh pihak
pemberi dana.
3. Menggunakan Prinsip Analisa
Dalam memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan
prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-musabab serta pemecahannya dengan
menggunakan analisa yang logis, Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan sebagaimana
adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian harus dicari sebab-akibat
dengan menggunakan analisa yang tajam.
4. Menggunakan Hipotesa
Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan
analisa. Hipotesa harus ada untuk mengonggokkan persoalan serta memadu jalan pikiran ke
arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran
dengan tepat. Hipotesa merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran
peneliti.
5. Menggunakan Ukuran Obyektif
Seorang peneliti harus selalu bersikap objektif dalam mencari kebenaran. Semua data dan
fakta yang tersaji harus disajikan dan dianalisis secara objektif. Pertimbangan dan penarikan
kesimpulan harus menggunakan pikiran yang jernih dan tidak berdasarkan perasaan.
6. Menggunakan Teknik Kuantifikasi
Dalam memperlakukan data ukuran kuantitatif yang lazim harus digunakan, kecuali untuk
artibut-artibut yang tidak dapat dikuantifikasikan Ukuran-ukuran seperti ton, mm, per detik,
ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh
mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan sebagai¬nya Kuantifikasi yang
termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, ranking dan rating.

2.5. Langkah – Langkah Metode Ilmiah


1. Karakterisasi (Observasi dan Pengukuran)
Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam
proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki
oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan
(definisi) dan observasi; observasi yang dimaksud seringkali memerlukan pengukuran
dan/atau perhitungan yang cermat.
Proses pengukuran dapat dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti laboratorium,
atau dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi seperti bintang atau
populasi manusia. Proses pengukuran sering memerlukan peralatan ilmiah khusus seperti
termometer, spektroskop, atau voltmeter, dan kemajuan suatu bidang ilmu biasanya berkaitan
erat dengan penemuan peralatan semacam itu.
Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam
bentuk grafik, atau dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika seperti korelasi dan
regresi. Pengukuran dalam karya ilmiah biasanya juga disertai dengan estimasi ketidakpastian
hasil pengukuran tersebut. Ketidakpastian tersebut sering diestimasikan dengan melakukan
pengukuran berulang atas kuantitas yang diukur.

2. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu ide atau dugaan sementara tentang penyelesaian masalah yang
diajukan dalam proyek ilmiah. Hipotesis yang berguna akan memungkinkan prediksi
berdasarkan deduksi. Prediksi tersebut mungkin meramalkan hasil suatu eksperimen dalam
laboratorium atau observasi suatu fenomena di alam. Prediksi tersebut dapat pula bersifat
statistik dan hanya berupa probabilitas. Hasil yang diramalkan oleh prediksi tersebut haruslah
belum diketahui kebenarannya (apakah benar-benar akan terjadi atau tidak). Hanya dengan
demikianlah maka terjadinya hasil tersebut menambah probabilitas bahwa hipotesis yang
dibuat sebelumnya adalah benar. Jika hasil yang diramalkan sudah diketahui, hal itu disebut
konsekuensi dan seharusnya sudah diperhitungkan saat membuat hipotesis. Jika prediksi
tersebut tidak dapat diobservasi, hipotesis yang mendasari prediksi tersebut belumlah berguna
bagi metode bersangkutan dan harus menunggu metode yang mungkin akan datang. Sebagai
contoh, teknologi atau teori baru boleh jadi memungkinkan eksperimen untuk dapat
dilakukan. Yang perlu diingat, jika menurut hasil pengujian ternyata hipotesis tidak benar
bukan berarti penelitian yang dilakukan salah.
3. Melakukan Eksperimen
Eksperimen dirancang dan dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Perhitungkan
semua variabel, yaitu semua yang berpengaruh pada eksperimen. Hasil eksperimen tidak
pernah dapat membenarkan suatu hipotesis, melainkan meningkatkan probabilitas kebenaran
hipotesis tersebut.
Hasil eksperimen secara mutlak bisa menyalahkan suatu hipotesis bila hasil eksperimen
tersebut bertentangan dengan prediksi dari hipotesis. Bergantung pada prediksi yang dibuat,
berupa-rupa eksperimen dapat dilakukan. Pencatatan yang detail sangatlah penting dalam
eksperimen, untuk membantu dalam pelaporan hasil eksperimen dan memberikan bukti
efektivitas dan keutuhan prosedur yang dilakukan. Pencatatan juga akan membantu dalam
reproduksi eksperimen. Ada tiga jenis variabel yang perlu diperhatikan pada eksperimen:
variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol. Varibel bebas merupakan variabel yang
dapat diubah secara bebas. Variabel terikat adalah variabel yang diteliti, yang perubahannya
bergantung pada variabel bebas. Variabel kontrol adalah variabel yang selama eksperimen
dipertahankan tetap.
o Usahakan hanya satu variabel bebas selama eksperimen.
o Pertahankan kondisi yang tetap pada variabel-variabel yang diasumsikan konstan, catat
hasil eksperimen secara lengkap dan seksama.
4. Menyimpulkan hasil eksperimen
Proses ilmiah merupakan suatu proses yang iteratif, yaitu berulang. Pada langkah yang
manapun, seorang ilmuwan mungkin saja mengulangi langkah yang lebih awal karena
pertimbangan tertentu. Ketidakberhasilan untuk membentuk hipotesis yang menarik dapat
membuat ilmuwan mempertimbangkan ulang subjek yang sedang dipelajari.
Ketidakberhasilan suatu hipotesis dalam menghasilkan prediksi yang menarik dan teruji dapat
membuat ilmuwan mempertimbangkan kembali hipotesis tersebut atau definisi subjek
penelitian. Ketidakberhasilan eksperimen dalam menghasilkan sesuatu yang menarik dapat
membuat ilmuwan mempertimbangkan ulang metode eksperimen tersebut, hipotesis yang
mendasarinya, atau bahkan definisi subjek penelitian itu. Dapat pula ilmuwan lain memulai
penelitian mereka sendiri dan memasuki proses tersebut pada tahap yang manapun.
Mereka dapat mengadopsi karakterisasi yang telah dilakukan dan membentuk hipotesis
mereka sendiri, atau mengadopsi hipotesis yang telah dibuat dan mendeduksikan prediksi
mereka sendiri. Sering kali eksperimen dalam proses ilmiah tidak dilakukan oleh orang yang
membuat prediksi, dan karakterisasi didasarkan pada eksperimen yang dilakukan oleh orang
lain.
Jika hasil eksperimen tidak sesuai dengan hipotesis :
• Jangan ubah hipotesis
• Jangan abaikan hasil eksperimen
• Berikan cara-cara yang mungkin dilakukan selanjutnya untuk menemukan penyebab
ketidaksesuaian
• Bila cukup waktu lakukan eksperimen sekali lagi atau susun ulang eksperimen.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pengertian metode ilmiah adalah suatu proses atau cara keilmuan dalam melakukan proses
ilmiah (science project) untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti
fisis.
2. Kritria yang termasuk ke dalam metode ilmiah adalah :
a) Berdasarkan fakta
b) Bebas dari prasangka
c) Menggunakan prinsip-prinsip analisa
d) Menggunakan hipotesa
e) Menggunakan ukuran objektif
f) Menggunakan teknik kuantifikasi
3. Langkah-langkah dalam membuat metode ilmiah
a) Hipotesis
b) Melakukan eksperimen
c) Menyimpulkan eksperimen

DAFTAR PUSTAKA

• http://alphaomega86.tripod.com/metode-ilmiah.html
• http://id.wikipedia.org/wiki/Metode-ilmiah.html
• http://fachryaje.blogspot.com/2010/04/penggunaan-metode-ilmiah-dalam.html

Anda mungkin juga menyukai