Anda di halaman 1dari 76

1

MAKALAH

METODOLOGI PENELITIAN

Mata Kuliah : Metodologi Penelitian


Dosen Pengajar :
Meilitha Carolina, Ns., M. Kep
Putria Carolina, Ners., M. Kep
Agustina Nugrahini, S.Kep., Ners, M. Kep

Di Susun oleh :

Veronika. (2017.C.09a.0912)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020

1
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur khadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat-Nya
sehingg kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini. Di makalah ini
memaparkan beberapa hal terkait “Metodologi Penelitian”. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak telah memberikan
motivasi baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini ke depannya.

Palangka Raya, 19 Maret 2020

Penyusun

2
i
3

DAFTAR ISI

iii
Halaman
KATA PENGANTARi
DAFTAR ISIii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang1


1.2 Rumusan Masalah3
1.3 Tujuan Masalah3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Berpikir Logis4


2.2 Pengantar Filsafat ilmu Keperawatan4
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan 11

3.2 Saran 11

DAFTAR PUSTAKA

ii3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kajian ilmiah tentang ilmu keperawatan merupakan suatu keharusan bagi para
perawat Indonesia saat ini. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa belum
adanya kejelasan yang secara empiris dapat diterima secara ilmiah oleh
masyarakat non-keperawatan. Realitas suatu ilmu, dapat dibedakan menjadi 3,
yaitu: Proses, produk, dan paradigma etis. Proses adalah suatu kegaiatan untuk
memahami alam semesta dan isinya didasarkan pada tuntutan metode keilmuan
(rasionalistis dan obyektif); produk adalah segala proses keilmuan harus menjadi
milik umum dan selalu terbuka untuk dikaji oleh orang lain; sedangkan paradigma
etis adalah ilmu harus mengandung nilai-nilai moral dan etis tidak bertentangan
dengan nilai-nilai moral yang ada di masyarakat.
Pada bab ini penulis hanya akan memfokuskan pada kajian ilmiah ilmu
keperawatan, dengan penekanan pembahasan pada berpikir logis dan ilmiah.
Berpikir logis adalah berpikir lurus dan teratur terhadap sesuatu hal yang diyakini
dari suatu obyek atau fenomena. Yaitu suatu pokok permasalahan yang dikaji
untuk membedakan tentang benar dan salah. Sedangkan, berpikir ilmiah adalah
cara berpikir yang didasarkan pada pendekatan ilmiah, yaitu melalui pendekatan
metode ilmiah yang merupakan ilmu yang mempelajari tentang prosedur untuk
mendapatkan ilmu. Metode ilmiah mempelajari cara identifikasi masalah,
rumusan masalah, tujuan, hipotesis, metode, hasil dan kesimpulan yang berdasar
atas kaidah ilmiah.

1.2 Rumusan Masalah


1.3 Tujuan
1. .
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Berpikir Logis


Proses berpikir yang didasari oleh konsistensi terhadap keyakinan-keyakinan
yang didukung oleh argumen yang valid. Pengertian lain dari logika adalah
berfikir lurus, tepat dan teratur merupakan obyek formal logika. Suatu pemikiran
disebut lurus, tepat dan teratur apabila pemikiran itu sesuai dengan hokum, aturan
dan kaidah yang sudah ditetapkan dalam logika. Mematuhi hokum, aturan dan
kaidah logika adalah untuk menghindari berbagai kesalahan dan kesesatan dalam
mencari kebenaran ilmiah. Pikiran manusia pada hakekatnya terdiri dari 3 (tiga)
unsur, yaitu:
1) Pengertian (informasi tentang fakta)
2) Keputusan (pernyataan benar-tidak benar)
3) Penyimpulan (pembuktian-silogisme)
Dalam logika ilmiah, pengertian-keputusan-penyimpulan harus dinyatakan
dalam kata (kalimat tulisan). Tiga pokok kegiatan akal budi manusia, yaitu:
1) Menangkap sesuatu sebagaimana adanya. Artinya menangkap sesuatu tanpa
mengakui atau memungkiri (pengertian atau pangkal pikir, disebut juga
premis)
2) Memberikan keputusan. Artinya, menghubungkan pengertian yang satu dengan
pengertian yang lainnya atau memungkiri hubungan
3) Merundingkan. Artinya, menghubungkan keputusan satu dengan keputusan
yang lain sehingga sampai pada satu kesimpulan (pernyataan baru yang
diturunkan berdasarkan premis)
2.1.1 Tujuan Berpikir Logis
1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara
rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara
tajam dan mandiri.
4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan
menggunakan asas-asas sistematis
5. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
6. Meningkatkan citra diri seseorang.
2.1.2 Kajian Tentang Sciences (Ilmu) Dan Metode Ilmiah
2.1.3 Ilmu (Science)
Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode
ilmiah. Makna ilmu menunjukkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) hal, yaitu:
1) Kumpulan Pengetahuan (Produk)
2) Aktivitas ilmiah, proses berfikir ilmiah (Proses)
3) Metode Ilmiah (Metode)
Metode ilmiah adalah proses keilmuan untuk mendapatkan pengetahuan secara
sistematis melalui bukti fisis.
a. Ilmu Sebagai Produk
Ilmu Sebagai Produk adalah kumpulan informasi yang telah teruji
kebenarannya dan dikembangkan berdasarkan metode ilmiah dan pemikiran
logis (John G. Kemeny, 1961). Struktur Sains adalah sebagai berikut:
a) Paradigma
b) Teori
c) Konsep dan Asumsi
d) Variabel dan parameter
b. Ilmu Sebagai Proses
Ilmu Sebagai Proses adalah cara mempelajari suatu realita (kejadian) dan
upaya memberi penjelasan tentang suatu mekanisme jawaban terhadap
pertanyaan “WHY‟ dan “HOW‟ (Charles Singer, 1954). Karakteristik Sain :
a) Logico-emperical-verivikatif
b) Generalized understanding
c) Theoritical construction
d) Information about Why and How
c. Ilmu Sebagai Metode
Ilmu Sebagai Metode adalah metode guna memperoleh pengetahuan yang
obyektif dan dapat diuji kebenarannya (Horold H. Titus, 1964). Metode
adalah rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola, dan untuk
menegaskan bidang keilmuan seringkali disebut metode ilmiahMetode
ilmiah berkaitan erat dengan dengan logika, metode penelitian, metode
sampling, pengukuran, analisa, penulisan hasil, dan kesimpulanPendekatan
adalah pemilihan area kajian.
2.1.4 Penggolongan Ilmu
Banyak pendapat tentang penggolongan ilmu, tergantung pada criteria
penggolongannya. Secara umum hampir selalu dikelompokkan menjadi 2 (dua)
kategori, yaitu:
1. Nomothetic Science (Deductive)
suatu ilmu yang didasrkan pada kajian-kajian makro (kasus-kasus) luas dan
banyak terjadi, kemudian dijabarkan pada hal-hal yang khusus. Pendekatan
penelitian dapat digolongkan pada metode kuantitatif. Misalnya, semua
pasien yang masuk rumah sakit akan mengalami stres hospitalisasi. Pasien
anak yang masuk rumah sakit mengalami stres, pasien dewasa mengalami
stres, pasien remaja mengalami stres.
2. Idiographic Science (Inductive).
Suatu kajian ilmu didasarkan pada hal-hal yang mikro, unik dan khusus,
bersifat individual kemudian ditarik suatukesimpulan secara umum.
Pendekatan penelitian digolongkan pada metode kualitatif. Contoh penyanyi
A rambut keriting, Penyanyi B juga rambutnya keriting, penyanyi C dan
lainnya berambut keriting, semua pandai bernyanyi. Jadi dapat ditarik
kesimpulan bahwa rambut keriting pandai bernyanyi
2.1.5 Syarat Sebagai Ilmu
Ada beberapa persyaratan bahwa suatu pengetahuan dianggap sebagai
ilmu:
1. Memenuhi syarat sebagai ilmu pengetahuan ilmiah: Logis dan Empiris.
a. Logis: dapat dinalar, masuk akal. Misalnya, pada ilmu keperawatan.
Pasien yang masuk Rumah sakit mengalami stres, disamping keadaan
sakitnya, pasien harus beradaptasi terhadap lingkungan baru
(orang/perawat, peraturan-peraturan, dan lain-lain).
b. Empiris: data dapat diamati dan diukur. Misalnya, data tentang respon
pasien yang mengalami stres, dapat diamati dan diukur dari
ketidakmampuan pasien untuk beradaptasi terhadap stresnya. Secara
psikologis pasien mengalami gangguan affek dan emosi (cemas, marah-
marah, depresi, menolak peraturan baru) hal ini karena pasien tidak
mampu beradaptasi terhadap lingkungan baru. Secara fisik dapat diukur
dengan terjadinya peningkatan tanda-tanda vital pasien; peningkatan
hormon-hormon stres (cortisol dan katekolamin).
c. Diperoleh melalui metode ilmiah. Pendekatan yang digunakan berdasarkan
langkah-langkah dalam metode ilmiah (penjelasan lebih lanjut pada
metode sains).
2. Memenuhi Komponen Sains: (Science Building Blocks)

TEORI ADAPTASI

HUKUM,
PRINSIP:
HUMANISTIK
HOLISTIK
Penjelasan
Konsep: Konsep: Propo
1. Teori Adaptasi terdiri dari Komponen – komponen
Stres Proposi Manusia sains,Konsep:
yaitu
sisiterbentuk dari
beberapa konsep: Konsep:si Sakit
Konsep: Lingkungan
1) Konsep Stres akibat MRScoping HIPOTESIS
Konsep: Hospitalisasi
(stress hospitalisasi)
FAKTA
2) Konsep Koping (regulator & cognator)
EMPIRIS:
3) Konsep Manusia Belum
diterapkannya
4) Konsep Perawat
model asuhan
5) Konsep sakit keperawatan di
Rumah sakit
2.Adanya sekelompok pengetahuan yang dirangkai dengan penambahan
Perawat belum
pernyataan lain sehingga terbentuk suatu informasi tentang menunjukan
hubungan antar
kinerja yg
pengetahuan. Minimal pada penelitin ini akan menghasilkan suatu proposisi-
proposisi
3. Memenuhi Metode Sains: Mekanisme Stimulus-Respons
STIMULUS

LOGIKA RESPONS

2.1.6 Stimuli
1. Masalah
Fakta/empiris yang dapat diamati dan diukur berdasarkan hasil suatu
pengamatan yang cermat dan teliti
2. Perumusan Masalah Penelitian
Masalah yang sudah ditemukan kemudian dirumuskan dalam suatu
masalah penelitian. Didalam penelitian dituliskan sebagai pertanyaan
penelitian.
2.1.7 Logika
1. Kajian Toeritik/Konseptual
Misalnya, dalam ilmu keperawatan dimana tejadinya suatu sakit pada
manusia, karena adanya ketidakmampuan beradaptasi manusia antar
unsur fisik, psikis, dan sosial karena unsur-unsur tersebut merupakan
perwujudan terimplikasi adanya integrasi satu dengan yang lain. Obyek
utama dalam ilmu keperawatan, yaitu (1) Manusia (individu yang
mendapatkan asuhan keperawatan); (2) Konsep sehat; (3) Konsep
lingkungan; (4) Keperawatan
a. Stimulus / Intervensi Keperawatan (Kinerja Perawat)
Stimulus yang diberikan perawat adalah berupa asintervensi/asuhan
keperawatan dalam meningkatkan respon adaptasi berhubungan dengan
4 mode respon adaptasi. Kegaiatan yang dilaksanakan meliputi:
1) Membantu memenuhi gangguan pemenuhan kebutuhan fisiologis
dan ketergantungan
2) Mamperlakukan pasien secara manusiawi
3) Melaksanakan komunikasi terapeutik
4) Mengembangkan hubungan terapeutik
b. Lingkungan
Lingkungan sebagai semua kondisi berasal dari internal dan external
yang mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dan perilaku
seseorang dan kelompok. Lingkungan external dapat berupa fisik,
kimiawi, ataupun psikologis yang diterima individu dan dipersepsikan
sebagai suatu ancaman. Sedangkan lingkungan internal adalah keadaan
proses mental dalam tubuh individu (berupa pengalaman, kemampuan
emosional, kepribadian) dan proses stressor bologis (sel maupun
molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu.
c. Kesehatan / Sakit
Sehat merupakan suatu keadaan dan proses dalam upaya dan
menjadikan dirinya secara terintegrasi seaca keseluruhan, fisik,
mental dan sosial. Integritas adaptasi individu dimanifestasikan oleh
kemampuan individu untuk memenuhi tujuan mempertahankanm
pertumbuhan dan resproduksi. Sakit adalah suatu keadaan
ketidakmampuan individu untuk beradaptasi terhadap rangngsangan
yang berasal dari dalam dan luar individu. Kondisi sehat dan sakit
sangat indvidual dipersepsikan oleh individu. Kemampuan seseorang
dalam beradaptsi (coping) tergantung dari latar belakang individu
tersebut dalam mengartikan dan mempersepsikan sehat sakit,
misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan, usia, budaya, dan lain-lain.
d. Keperawatan
Keperawatan adalah model pelayanan profesional dalam memenuhi
kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu baik sehat maupun
sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis, sosial agar dapat mencapai
derjat kesehatan yang optimal. Bentuk pemenuhan kebutuan dasar dapat
berupa meningkatkan kemampuan yang ada pada individu, mencegah,
memperbaiki dan melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan yang
dipersepsikan sakit oleh individu.
2. Perumusan Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu
pertanyaan atau tujuan penelitian.Syarat hipotesis yang baik adalah:
1) Berupa pernyataan
2) Testability
3) Berdasarkan teori / konsep
4) Adanya hubungan antar variabel (proposisi antara konsep adaptasi
dan kinerja)
3. Identifikasi & Operasionalisasi Variabel
Di bawah ini merupakan contoh dalam penjelasan vairabel dan definisi
operasional ilmu keperawatan (Adaptasi)
Variabel Dimensi Indikator / Def. operasional
Tingkat Regulator Suatu proses fisiologis:
Adaptasi 1. Peningkatan cortisol
(Proses) 2. Penigkatan tanda-tanda vital: heart rate,
repiratory rate
Cognator Tingkat coping psikologis pasien yang
konstruktif :
1. Learning (imitasi, reinforcement, insight)
2. Judgement (problem solving & decision
making) terhadap lingkungan baru
3. Emotion: suatu respon / action pasien dalam
merespon keputusan yang telah dibuat.
Pasien diharapkan dapat menggunakan
koping yang konstruktif:
1) Menerima kenyataan sakitnya
2) Berhubungan dengan orang lain
4. Kooperatif terhadap tindakan yang diberikan
Tingkat 1. Fisiologis 1. Tingkat Fisologis:
Effector 2. Psikologis tingkat kebutuhan oksigen, nutrisi, cairan,
3. Peran istirahat & tidur
4. Ketergantungan 2. Tingkat Psikologis:
Pandangan terhadap Fisik:
1) Penurunan konsep seksual
2) Agresi; Kehilangan
Pandangan terhadap Personal:
1) Cemas
2) Tidak Berdaya
3) Merasa Bersalah
4) Harga Diri Rendah
3. Tingkat Peran:
Transisi peran; Peran berbeda Konflik peran;
Kegagalan peran
4. Tingkat Ketergantungan:
Kecemasan berpisah; merasa ditinggalkan /
isolasi
Tingkat 1. Adaptif 1. Adaptif: coping konstruktif (menerima,
Output 2. Mal-Adaptif berhubungan dgn. orang lain, melakukan
(Ineffective aktifitas sehari-hari; terpenuhi kebutuhan
Coping) fisik)
2. Ineffective coping: marah-marah,
menyendiri, merasa tidak berguna,/sedih,
peningktan hormon-hormon stres (cortsiol,
katekolamin)
Tingkat 1. Membantu Terpenuhinya kebutuhan fisiologis;
Stimulus: memenuhi 1. Makan Dan Mium
KINERJA gangguan 2. Oksigenasi
PERAWAT pemenuhan 3. Cairan
(berdasarka n kebutuhan 4. Istirahat & Tidur
Paradigma fisiologis dan 5. Nutrisi
Kperawatan: ketergantungan 6. Perawatan Diri
2. Memperlaku- 1. Memperlakukan pasien sebagai mitra /
Holitik,
kan pasien manusiawi
Humnistik,
secara 2. Sopan
dan Care)
3. Melaksanakan 1. Memanggil nama pasien
komunikasi 2. Menggunakan bahasa yang mudah
terapeutik dimengerti
3. Komunikasi secara tepat dan benar sesuai
kontrak waktu)
4. Mendengarkan dan menampung
5. Mendorong pasien untuk mengungkapkan
perasaaan pandangannya
6. Meluangkan bicara, setiap ada kesempatan
4.Mengembang- 1. Menciptakan hubungan timbal balik
kan hubungan 2. Memelihara hubungan yang harmonis
terapeutik 3. Mencegah konflik dengan pasien
dengan pasien 4. Mencegah sikap pilih kasih
5. Menilai dampak dari tindakan
6. Berpenampilan rapi dan tenang
7. Menepati janji
8. Jujur dan terbuka

2.1.8 Respons
Respons dalam kajian ilmiah dapat digolongkan seperti di bawah ini,
yaitu:
1. Penyusunan Instrumen Penelitian (validitas dan reliabilitas)
2. Melakukan sampling (randomisasi) dan estimasi sample size
3. Analisis data dan pengujian Hipotesis (regresi)
4. Mengambil Kesimpulan dan memberikan saran
2.2 Kajian Ilmu Keperawatan
2.2.1 Pengantar Filsafat ilmu Keperawatan

Gambar 2.1 Pengantar Filsafat ilmu Keperawatan


Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia dan philoshophos. Menurut
bentuk kata, philosophia diambil dari kata philos dan shopia atau philos dan
sophos. Philos berarti cinta dan shopia atau shopos berarti kebijaksanaan,
pengetahuan, dan hikmah. Dalam pengertian ini seseorang dapat disebut telah
berfilsafat apabila seluruh ucapannya dan perilakunya mengandung makna dan
ciri sebagai orang yang cinta terhadap kebijaksanaan, terhadap pengetahuan dan
terhadap hikmah.
Filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafat yang menelaah
sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-metodenya, konsep-konsepnya dan
praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang
pengetahuan intelektual (Cornelius Benjamin).
Filsafat keperawatan merupakan pandangan dasar tentang hakekat manusia
dan esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktek
keperawatan.
Pendapat lain tentang filsafat keperawatan adalah suatu ilmu yg
mempalajari tentang cara berfikir seorang perawat dalam menghadapi pasiennya
tentang kebenaran dan kebijaksanaan sehingga tingkat kesejahteraan dan
kesehatan pasien dapat meningkat.
Pokok permasalahan yang dikaji dalam filasafat, mencakup : 1) Apa yang
disebut benar dan apa yang disebut salah (logika); 2) Mana yang dianggap baik
dan mana yang dianggap buruk (etika); dan 3) Apa yang termasuk indah dan apa
yang termasuk jelek (estetika). Ketiga cabang utama filsafat itu bertambah lagi
dengan : 4) Teori tentang ada, tentang hakekat keberadaan zat, tentang hakekat
fikiran dan kaitannya dengan zat yang semuanya terangkum dalam metafisika;
serta 5) Politik, yakni kajian mengenai organisasi sosial/pemerintahan yang ideal.
Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang
menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan
aksiologi.
1. Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan
kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari
persepsi filsafat ilmu tentang apa dan bagaimana (yang) “Ada” itu (being Sein,
het zijn). Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme atau spiritualisme,
Paham dualisme, pluralisme dengan berbagai nuansanya, merupakan paham
ontologik yang pada akhimya menentukan pendapat bahkan keyakinan kita
masing-masing mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana
manifestasi kebenaran yang kita cari. Secara garis besar ontologi bermakna apa
yang dibahas oleh suatu cabang ilmu. Obyek penelahaan ilmu mencakup
seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca indera manusia.
2. Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana
tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan
landasan ontologik akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam
menentukan sarana yang akan kita pilih. Akal (Verstand), akal budi
(Vernunft), pengalaman, atau komunikasi antara akal dan pengalaman, intuisi,
merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal
adanya model-model epistemologik seperti: rasionalisme, empirisme,
kritisisme atau rasionalisme kritis, positivisme, fenomenologi dengan berbagai
variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana kelebihan dan kelemahan sesuatu
model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu seped
teori koherensi, korespondesi, pragmatis, dan teori intersubjektif. Untuk
mendapatkan pengetahuan ini ilmu membuat beberapa andaian (asumsi)
mengenai obyek-obyek empirik. Asumsi ini perlu, sebab pernyataan asumsif
inilah yang memberi arah dan landasan bagi kegiatan penelahaan. Sebuah
pengetahuan baru dianggap benar selama kita bisa menerima yang
dikemukakannya.
3. Akslologi llmu meliputi nilal-nilai (values) yang bersifat normatif dalam
pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita
jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti
kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik-material. Lebih dari itu
nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua
non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian
maupun di dalam menerapkan ilmu. Atau dengan kata lain aksiologi
menceritakan tentang apa manfaat ilmu bagi kita.
4. Dalam perkembangannya filsafat ilmu juga mengarahkan pandangannya pada
strategi pengembangan ilmu, yang menyangkut etic dan heuristic. Bahkan
sampai pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau
kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan. Saat ini
masyarakat makin menuntut pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi dan
memuaskan. Kesiapan tenaga keperawatan dituntut lebih terampil dan
professional. Masyarakat ekonomi ASEAN dan dunia menuntut
profesionalisme bidang keperawatan. Karena itulah perawat mesti
mengembangkan keilmuannya untuk mencari terobosan dan inovasi baru
dalam pelayanan.
5. Keperawatan sebagai profesi harus didasari konsep keilmuan yang jelas, yang
menuntun untuk berpikir kritis-logis-analitis, bertindak secara rasional–etis,
serta kematangan untuk bersikap tanggap terhadap kebutuhan dan
perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan.
Keperawatan sebagai direct human care harus dapat menjawab mengapa
seseorang membutuhkan keperawatan, domain keperawatan dan keterbatasan
lingkup pengetahuan serta lingkup garapan praktek keperawatan, basis konsep
dari teori dan struktur substantif setiap konsep menyiapkan substansi dari ilmu
keperawatan sehingga dapat menjadi acuan untuk melihat wujud konkrit
permasalahan pada situasi kehidupan manusia dimana perawat atau
keperawatan diperlukan keberadaannya.
6. Secara mendasar, keperawatan sebagai profesi dapat terwujud bila para
profesionalnya dalam lingkup karyanya senantiasa berpikir analitis, kritis dan
logis terhadap fenomena yang dihadapinya, bertindak secara rasional-etis,
serta bersikap tanggap atau peka terhadap kebutuhan klien sebagai pengguna
jasanya. Sehingga perlu dikaitkan atau dipahami dengan filsafat untuk mencari
kebenaran tentang ilmu keperawatan guna memajukan ilmu keperawatan.
2.2.2 Paradigma keperawatan dan kaitanya dengan penelitian
Gambar 2.2 Paradigma keperawatan dan kaitanya dengan penelitian
Paradigma adalah cara melihat fenomena dalam disipllin yang mengarahkan
metodologi dan proses perkembangan. Perawatan merupakan bagian dari sistem
pelayanan kesehatan dan salah satu faktor yang memenuhi tercapainya
pembangunan nasional, oleh karena itu tenaga keperawatan berada ditatanan
pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama dan terlama dengan klien,
yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu, maka perawat perlu
mengetahui dan memahami tentang paradigma keperawatan, peran, fungsi dan
tanggung jawab sebagai perawat profesional agar dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang optimal dalam memberikan asuhan keperawata pada klien.
Perawat harus selalu memperhatikan keadaan secara individual dari segi bio,
psiko, sosial, spiritual dan cultural.
Paradigma keperawatan merupakan suatu cara pandang yang mendasar
atau  cara kita melihat, memikirkan, member makna, menyikapi  dan memilih
tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan. Paradigma
keperawatan dalam hal ini adalah disiplin terkait konsep sentral keperawatan yang
mencakup : 1) manusia; 2) lingkungan/masyarakat; 3) kesehatan; dan 4)
keperawatan itu sendiri, yang dijelaskan dalam gambar 2.1 berikut ini :
Gambar 2.1 Paradigma keperawatan
Paradigma sebenarnya memiliki fungsi antara lain : 1) menyikapi dan
menyelesaikan berbagai persoalan yang melingkupi profesi keperawatan sebagai
aspek pendidikan dan pelayanan kperawatan, praktik dan organisasi profesi; dan
2) membantu individu dan masyarakat untuk memahami dunia keperawatan kita
dan membantu kita untuk memahami setiap fenomena yang terjadi disekitar kita.
1. Konsep manusia
Manusia adalah makhluk bio – psiko – sosial dan spiritual yang utuh, dalam
arti merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani serta unik
karena mempunyai berbagai macam kebutuhan sesuai tingkat
perkembangannya.
Konsep manusia terdiri dari :
a. Manusia sebagai makhluk hidup
b. Manusia sebagai sistem
Sistem adalah suatu kesatuan yang bekerja sama serta tidak dapat ipisah-
pisahkan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan. Sebagai sistem terbuka ,
manusia dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya, baik
lingkungan fisik, biologis, psikologis maupun sosial dan spiritual sehingga
perubahan pada manusia akan selalu terjadi khususnya dalam pemenuhan
kebutuhan dasarnya.
1) Individu sebagai klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagi kesatuan untuh dari aspek
bio-psiko-sosial-spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien pada
dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan bio-psiko-
sosio-piritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien.
2) Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus
menerus dan terjadi interaksi satu sama lain, baik secara peroraan maupun
secara bersama- sama didalam lingkungan sendiri atau masyarakat secara
keseluruhan. keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dalam rangka
membantu keluarga meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan maslah
kesehatan. Perawat berperan sebagai pendeteksi adanya masalah kesehatan
pemberi askep pada anggota keluarga yang sakit, coordinator pelayanan
kesehatan, fasilitator, pendidik dan penasehat keluarga sejauh menyangkut
masalah-maslah kesehatan yang dihadapi.
3) Masyarakat sebagai klien
Masyarakat adalah suatu pranata yang terbentuk karena integrasi antara
manusia dan budaya dalam lingkunganya bersifat dinamis dan terdiri dari
individu, keluarga, kelompok dan komunitas yang mempunyai tujuan dan
norma sebagai sistem nilai, seperti halnya keluarga.
c. Manusia sebagai makhluk holistic atau keseluruhan/utuh, terdiri dari :
Bio – Bios = Hidup
1) manusia mempunyai suatu susunan system organ tubuh
2) mempunyai kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya
3) tidak lepas dari hukum alam : lahir, berkembang, mati.
Psiko – psicha = jiwa, roh, sukma
1) mempunyai struktur kepribadian
2) mempunyai daya pikir, kecerdasan
3) mempunyai kebutuhan psikologis, berkembang
Spiritual
1) mempunyai keyakinan / mengakui adanya tuhan
2) memiliki pandangan hidup, dorongan hidup yang sejalan dengan sifat
religious yang dianutnya.
Kultural
1) mempunyai nilai budaya yang berbeda
2. Konsep keperawatan
Konsep keperawatan dikembangkan  dari paradigma keperwatan yang
disepakati sebagai bentuk pelayanan profesional yang merupakan kajian integral
dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk
perawatan bio-psiko-sosial-kultural-spiritual yang komprehensif, ditunjukan
kepada individu, keluarga, kelompok dan komunitas, baik sakit maupun sehat
serta mencakup seluruh kehidupan manusia.
3. Konsep kesehatan (sehat-sakit)
Sehat adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan lingkungan internal dan eksternal untuk
memepertahankan keadaan kesehatannya. Adapun faktor lingkungan internal yang
mempengaruhi adalah psikologis, dimensi intelektual dan spiritual dan proses
penyakit. Faktor-faktor lingkungan eksternal adalah factor-faktor yang berada
diluar individu yang mungkin mempengaruhi kesehatan antara lain variabel
lingkungan fisik, hubungan sosial dan ekonomi.
Oleh karena pengetahuan sehat dan sakit tidak terlalu spesifik maka para
ahli sepakat menggunakan suatu rentang atau skala seseorang. Salah satu ukuran
yang dipakai adalah healthillnes continum atau rentang sehat sakit. Rentang sehat
sakit merupakan skala hipotesa yang berjenjang untuk mengukur keadaan
seseorang. Tingkat sehat seseorang berada pada skala yang bersifat dinamis, dan
tergantung individualis dan tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan. Menurut model ini keadaan sehat selalu berubah secara konstan.
Penyakit meningkat menyebabkan tidak sehat dan perasaan sakit menurut
kemampuan fungsional.
Konsep sehat digunakan sebagai landasan untuk mencapai sasaran
keperawatan yaitu derajat kesehatan yang optimal untuk itu keperawatan
memberikan bantuan kepada individu, keluarga dan masyarakat untuk dapat
merawat dirinya sendiri.
4. Konsep lingkungan
Lingkungan adalah faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perkembangan
menusia dan mencakup antara lain lingkungan sosial, status ekonomi dan
kesehatan. Fokus lingkungan yaitu lingkungan fisik, psikologi, sosial, budaya dan
spiritual. Lingkungan dibagi 2 yaitu :
a. Lingkungan dalam terdiri dari:
1) Lingkungan fisik (physical enviroment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan
udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih
yang selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan
harus bebas dari debu, asap, bau-bauan. Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan
hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat
sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun
dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan
memberikan keleluasaan pasien untuk beraktifitas. Tempat tidur harus
mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posisi
pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.
2) Lingkungan psikologi (psychologi environment)
Florence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat
menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh
karena itu ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan
sinar matahari, makanan yang menarik dan aktivitas manual dapat merangsanag
semua faktor untuk membantu pasien dalam mempertahankan emosinya.
Komunikasi dengan pasien dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara
menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-
putus.
3) Lingkungan aksi (social environment)
Observasi dari lingkungan aksi terutama huhbungan yang spesifik, kumpulan
data-data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting
untuk pencegahan penyakit. Dengan demikian setiap perawat harus menggunakan
kemampuan observasi dalam hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih
dari sekedar data-data yang ditunjukkan pasien pada umumnya. Seperti juga
hubungan komuniti dengan lingkungan aksi dugaannya selalu dibicarakan dalam
hubungna individu paien yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya
meliputi lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan
komunitas yang berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.
b. Lingkungan luar (kultur, adat, struktur masyarakat, status, udara, suara,
pendidikan, pekerjaan dan faktor ekonomi budaya). Lingkungan dengan kesehatan
sangat berpengaruh karena dengan cara terapi lingkungan dapat membantu
perawat dalam menjaga pola pertahanan tubuh terhadap penyakit untuk
meningkatkan pola interaksi yang sehat dengan klien. Lingkungan dengan
timbulnya penyakit yaitu apabila lingkungan kita kotor dan tidak bersih maka
akan berpotensi sekali untuk terciptanya banyak penyakit-penyakit.
Lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi kesehatan dimana
apabila lingkungan itu kotor maka kesehatan manusia akan terganggu sehingga
manusia perlu merawat dirinya atau membutuhkan perawatan dari orang lain.
Keperawatan dengan lingkungan juga sangat berpengaruh dimana jika seseorang
sedang rehabilitasi maka akan memerlukan lingkungan yang bersih.
Paradigma berakar dari sebuah asumsi bahwa terdapat sebuah
realitas/kenyataan, yang mana dapat diverifikasi melalui indera. Dalam paradigma
ini, pengetahuan didirikan dengan mengontrol keadaan disekitar variabel untuk
menentukan hubungannya.  
Seperti kita tahu, dalam  paradigma keperawatan terdapat 4 variabel. Dalam
penjelasan diatas, pengetahuan (atau mungkin dalam hal ini adalah teori) dapat
didirikan/diteliti dengan mengontrol keadaan (mengontrol parameter) salah satu
variabel paradigma keperawatan, sehingga akan lebih jelas hubungannya dengan
yang lain.
Paradigma berkontribusi pada penelitian keperawatan yang mana paradigma
ini memfasilitasi perkembangan dan pengujian hipotesis, membandingkan
intervensi dan mendirikan hubungan antara variabel.
2.3 Konsep Dasar Metodologi Penelitian
2.3.1 Definisi Metodologi
Secara etimologi, penelitian berasal dari bahasa Inggris research (re berarti
kembali dan search berarti mencari). Dengan demikian research berarti mencari
kembali. Penelitian adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan dengan suatu
sistematika.
Pengertian penelitian menurut para ahli, sebagai berikut:
1. Marzuki, penelitian adalah suatu usaha untuk mengumpulkan , mencari , dan
menganalisis fakta-fakta mengenai suatu masalah.
2. Supranto , penelitian dari suatu bidang ilmu pengetahuan adalah kegiatan yang
dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan sabar ,
hati-hati dan sistematis.
3. Sutrisno Hadi, yaitu suatu usaha untuk menemukan sesuatu mengisi
kekosongan atau kekurangan, mengembangkan atau memperluas , dan
menggali lebih dalam apa yang telah ada , serta menguji kebenaran terhadap
apa yang sudah ada , tetapi sudah diragukan kebenarannya.
Dari beberapa pengertian tentang penelitian yang dikemukakan oleh para ahli
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian itu adalah penyaluran rasa
ingin tahu manusia terhadap suatu masalah dengan menggunakan perlakuan
tertentu, seperti memeriksa, mengusut, menelaah, dan mempelajari secara cermat
serta memformulasikan hipotesis terhadao suatu masalah, sehingga diperoleh
suatu pencapaian kebenaran jawaban atas masalah, pengembangan ilmu
pengetahuan dll. Metodologi berasal dari kata “ metode” dan” logos”. Metode
artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu. Sedangkan logos artinya ilmu
atau pengetahuan. Jadi metodologi adalah cara melakukan sesuatu dengan
menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan.
Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang
digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi juga merupakan analisis
teoritis mengenai suatu cara atau metode. Penelitian merupak an suatu
penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga
merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki
masalah tertentu yang memerlukan jawaban.  Metodologi juga merupakan analisis
teoritis mengenai suatu cara atau metode. Penelitian merupakan suatu
penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga
merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki
masalah tertentu yang memerlukan jawaban. Pengertian metodologi penelitian
menurut para ahli, sebagai berikut:
1. Nasir, metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan peneliti untuk
mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan.
2. Winarno, metode penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan
dengan teknik yg teliti dan sistematik.
3. Sugiyono, metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Jadi  dapat di ambil kesimpulan bahwa metodelogi penelitian adalah ilmu
yang mempelajari cara-cara melakukan pengamatan dengan pemikiran yang
secara tepat dan secara terpadu melalui tahapan-tahapan yang disusun secara
ilmiah untuk mencari, menyusun serta menganalisis dan menyimpulkan data-data,
sehingga dapat dipergunakan untuk menemukan mengembangkan dan menguji
kebenaran sesuatu pengetahuan berdasarkan bimbingan tuhan.
2.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan apa yang ingin dicapai oleh peneliti dalam
melakukan penelitiannya. Dari beberapa pengertian penelitian yang telah
diungkapkan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada beberapa
tujuan diantaranya:
1) Meningkatkan atau mengembangkan pengetahuan.
2) Menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.
3) Memverifikasi fenomena yang terjadi dengan suatu teori yang telah ada.
4) Melakukan pengujian terhadap suatu fenomena untuk menemukan suatu teori
yang baru.
2.3.3 Jenis-Jenis Penelitian
Dalam melakukan penelitian, orang dapat menggunakan berbagai macam
metodologi. Keputusan mengenai metodologi yang akan dipakai akan tergantung
kepada tujuan, pendekatan, bidang ilmu, sifat, tempat, masalah yang digarap dan
alternatif yang mungkin digunakan.
1) Adapun jenis-jenis penelitian secara umum dapat dibedakan menjadi:
1.   Penelitian Historis
Penelitian historis yaitu membuat suatu rekonstruksi masa lalu atau lampau
secara sistematis dan juga objektif dengan cara mengumpulkan,
mengevaluasi, memverifikasi, serta mensistensikan bukti-bukti untuk
menegakkan sesuatu yang benar/fakta..Contohnya: Penelitian untuk
mengetahui kapan berdirinya kota tertentu untuk mengetahui
perkembangan peradaban kelompok masyarakat tertentu.
2.   Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif ialah suatu metode penelitian yang digunakan dalam
Penelitian deskriptif untuk menggambarkan fenomena yang ada. Penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang memberi uraian mengenai gejala
sosial yang diteliti dengan mendeskripsikan tentang nilai variable
bedasarkan indikator yang diteliti tanpa membuat hubungan dan
perbandingan dengan sejumlah variable yang lain. Contoh: penelitian yang
berusaha menjawab bagaimanakah profil presiden Indonesia,
bagaimanakah etos kerja dan prestasi kerja para karyawan di departemen x.
3.   Penelitian Perkembangan
Penelitian perkembangan adalah penelitian untuk menyelidiki pola dan
perurutan pertumbuhan dan perubahan sebagai sebuah fungsi dari waktu.
4.   Penelitian Kasus dan Penelitian Lapangan
Penelitian Kasus dan Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan
untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan di masa
ini dan hubungan atau interaksi lingkungan unit sosial, baik individu,
kelompok, lembaga, atau masyarakat.
5.   Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional adalah penelitian yang dilakukan untuk mendeteksi
sampai sejauh mana variasi pada suatu faktor yang berkaitan dengan variasi
pada dua variable atau lebih faktor lain didasarkan pada koefisien korelasi
(hubungan). Korelasi antara dua variable atau lebih dapat berupa, sebagai
berikut:
Korelasi Positif, yaitu korelasi dimana jika salah satu variable meningkat,
maka variable lain cenderung meningkat pula, atau sebaliknya bila salah
satu variable turun, maka variable yang lain cenderung turun.
a)    Korelasi Negatif, yaitu korelasi dimana jika salah satu variable
meningkat, maka variable yang lain akan cenderung menurun, begitu
pula sebaliknya.
b)   Tidak ada Korelasi, yaitu kedua variable tidak menunjukkan adanya
hubungan antara keduanya.
c)    Korelasi sempurna, yaitu korelasi dimana kenaikan dan penurunan
variable yang satu berbanding seimbang dengan yang lain.
6. Penelitian korelasional menggambarkan suatu pendekatan yang bersifat
umum untuk suatu penelitian yang hanya berfokus pada penaksiran pada
kovariasi diantara beberapa variabel yang muncul secara sendirinya.
Contoh : Penelitian bermaksud untuk mengetahui apakah ada hubungan
(kolerasi) antara usia dengan kesehatan penduduk. Dalam penelitian ini,
peneliti hanya mengumpulkan data tentang usia dan kesehatan penduduk.
Dari data kedua variabel tersebut, peneliti menggunakan rumus tertentu,
dan dari hasil perhitungan ini dapat diketahui tingkat keeratan hubungan
antara kedua hal tersebut.
7. Penelitian Kausal Komparatif
Penelitian Kausal Komparatif adalah penelitian yang dilakukan untuk
menyelidiki hubungan sebab akibat dengan berdasarkan atas pengamatan
langsung terhadap akibat yang ada, menemukan kembali faktor yang
menjadi penyebabnya melalui data-data tertentu.
8. Penelitian Eksperimental
a)    Penelitian Eksperimental adalah penelitian yang dilakukan untuk
menyelidiki adanya kemungkinan hubungan sebab akibat dengan
memberikan perlakuan tertentu atau kondisi yang berbeda.
Contoh : Seorang guru ingin memperbaiki cara mengajar.
Maka faktor-faktor lain seperti materi, lingkungan, buku, dan sebagainya
tidak diubah, tetapi tetap seperti sediakala, dan hanya metode dan cara
mengajarlah yang di ubah.
9. Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan adalah penelitian yang diarahkan pada pemecahan
masalah atau perbaikan. Penelitian ini difokuskan kepada perbaikan proses
maupun peningkatan hasil kegiatan. Contohnya guru mengadakan
pemecahan masalah terhadap masalah-masalah yang ada dalam kelas.
10. Penelitian Dasar
Penelitian ini dilakukan untuk memverifikasi teori yang sudah ada atau
mengetahui lebih lanjut tentang sebuah konsep.
Penelitian dasar dibedakan atas pendekatan yang digunakan dalam
pengembangan teori yaitu :
a.   Penelitian deduktif, yaitu penelitian yang bertujuan menguji teori pada
keadaan tertentu. Contoh: Karena penurunan beras besar, maka harga
beras akan turun.
b.  Penelitian induktif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk
mengembangkan teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta.
Contohnya: Jika dipanaskan besi memuai, jika ada udara makhluk hidup
akan hidup dan sebagainya.
11.  Penelitian Terapan
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang
permasalahan yang khusus atau untuk membuat keputusan tentang suatu
tindakan. Contoh: berkaitan dengan peningkatan kualitas strategi, teknik,
dan model pembelajaran, atau peningkatan minat dan motivasi belajar
siswa.
2.3.4 Pendekatan dalam Penelitian
Scott W. Vanderstoep and Deirdre D. Johnston menyatakan, kendati
bervariasi, pendekatan penelitian dapat dikelompokkan ke dalam 2 bagian besar,
yaitu:
1. Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan ini menekankan pada penilaian numerik atas fenomena yang
dipelajari. Pendekatan penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme
yang memandang setiap realitas/gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan,
relative tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab
akibat. Karena itu, sebelum dilakukan penelitian dapat disusun dan dirancang
secara detail dan tidak akan berubah-ubah selama penelitian berlangsung.
Penelitian ini cenderung dilakukan secara terpisah antara peneliti dengan
obyek yang diteliti.
2. Pendekatan Kualitatif
Pendekatan ini menekankan pada pembangunan naratif atau deskripsi
tekstual atas fenomena yang diteliti. Pendekatan penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Filsafat ini
sering juga disebut sebagai paradigma interpretif dan konstruktif, yang
memandang realitas social sebagai sesuatu yang holistic/utuh, kompleks,
dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif. Pendekatakan
penelitian kualitatif disebut juga dengan pendekatan penelitian naturalistic
karena penelitiannya dilakukan pada obyek yang alamiah yaitu obyek yang
berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran
peneliti tidak mempengaruhi dinamika tersebut. Istilah naturalistik
menunjukkan bahwa pelaksanaan penelitian terjadi secara alamiah, apa adanya
dalam situasi normal dan menekankan pada deskripsi secara alami.
Sedangkan menurut Muri Yusuf (2007:13) kebenaran keilmuan itu dapat
didekati melalui pengalaman, penalaran dan penyelidikan ilmiah. Sehubungan
dengan itu, ada dua pendekatan dalam mencari kebenarannya, yaitu:
1)  Pendekatan Non-Ilmiah
Dalam pendekatan non-ilmah ini ada  beberapa bentuk yang dapat
digunakan, yaitu:
1. Akal sehat
Akal sehat merupakan serangkaian konsep dan bagan konseptual yang
memuaskan untuk penggunaan praktis bagi kemanusiaan. Menurut
James Drever dikutip oleh Muri Yusuf (2007:15) menyatakan akal
sehat sebagai intelegensi praktis yang didasarkan pengalaman. Pendapat
otoritas ilmiah
2.  Otoritas
Kebenaran yang didapat dari otoritas ilmiah ini bukanlah sesuatu yang
benar sepanjang zaman karena mereka yang memiliki otoritas dari
pendidikan dengan pikirian yang logis saja dan bukan dari penyelidikan
ilmiah, bisa saja jika sudah di teliti otoritas itu salah.
3. Intuisi
Cara ini seling digunakan oleh seseorang dalam memecahkan suatu
masalah yang sulit, dengan cara menentukan suatu pendapat atau
keputusan berdasarkan sesuatu yang didapat dari proses yang tidak
disadari atau sesuatu yang tidak dipikirkan terlebih dahulu.
4.  Coba dan salah
Cara ini sering digunakan oleh seseorang meskipun tidak efesien.
Apabila ingin memecahkan masalah maka orang itu langsung mencoba-
coba dan pada akhirnya menemukan sesuatu. Apabila gagal maka
cobalagi dan begitu seterusnya.
2)    Pendekatan ilmiah
Pengetahuan dan kebenaran yang didapat melalui pendekatan ilmiah
dengan menggunakan penelitian atau penyelidikan sebagai wahana,
serta berpijak pada teori-teori tertentu yang berkembang berdasarkan
penelitian secara empiris sebelumnya akan mempunyai kekuatan yang
sangat berarti dalam perkembangan ilmu pengetahuan.  
2.3.5 Cara Berpikir dalam Penelitian
Cara berpikir kelilmuan adalah cara berpikir induktif-deduktif atau
deduktif-induktif, kebenaran yang telah adaditinjau kembali untuk selanjutnya
diuji secara empiris menurut langkah-langkah metoda ilmiah (Yusuf, 2014: 21).
Kekuatan utama metode keilmuan (scientific method) ini adalah ketepata
(precision), kontrol, dapat diuji, dan dimungkinkan untuk menemukan sebab
akibat.
Cara berfikir seorang peneliti  dalam penelitian hendaknya yang termasuk dalam
sebagai berikut:
1. Berfikir spektif
Seorang harus selalu mempertanyakan bukti atau fakta yang dapat mendukung
suatu pernyataan (tidak mudah percaya)
2. Berfikir analisi
Peneliti harus selalu menganalisa setiap pernyataan atau persoalan yang
dihadapi
3. Berfikir kritis
3. Mulai dari awal hingga akhir kegiatan, penelitian dilakukan berdasarkan
cara-cara yang sudah ditentukan, yaitu prinsip memperoleh ilmu
pengetahuan.
2.4 Masalah, Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
2.4.1 Definisi Penelitian
Penelitian adalah terjemahan dari kata inggris research. Berasal dari kata
“Re” yange berarti kembali dan “to search” yang berarti mencari. Dengan
demikian, arti research adalah mencari kembali. Menurut Whitney, yang
dikutip oleh M.Nazir (1999), penelitian adalah pencarian atas sesuatu
(inquiry) secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan
terhadap masalah yang dapat dipecahkan.
Menurut Hidayat, Aziz Alimul (2010) mengungkapkan bahwa, Penelitian
adalah suatu kegiatan yang menghasilkan suatu karya yang ditulis
berdasarkan kenyataan ilmiah, diperoleh sebagai hasil kajian kepustakaan
maupun penelitian lapangan (klinik dan laboratorium), yang dilakukan dari
penemuan masalah untuk dianalisis atau diolah sehingga dapat menghasilkan
suatu kesimpulan.
2.4.2 Latar Belakang Penelitian
Latar belakang masalah dalam penelitian menyajikan gambaran yang dapat
menjelaskan mengapa suatu penelitian menarik untuk diteliti. Biasanya diuraikan
dalam bentuk deduksi, dimulai dengan hal-hal yang umum dan diakhiri dengan
pembatasan masalah. Ada dua model yang dapat digunakan di dalam membuat
latar belakang masalah, yaitu :

1) Menguraikan adanya kesenjangan anatara kondisi objektif dengan kondisi


normatif / asumsi-asumsi tertentu.
Jika penelitian menggunakan model pertama, kondsi objektif dapat
digambarkan melalui data sekunder yang ada, sedangkan kondisi normatif
dapat berbentuk teori, nilai, atau norma yang berlaku secara umum

2) Menggambarkan perkembangan teori atau suatu kondisi objektif tanpa


membandingkannya dengan kondisi normatif.
jika peneliti menggunakan model kedua, peneliti hanya
menggambarkan karakteristik suatu gejala secara lebih rinci. Pada bagian ini,
peneliti dapat memberikan gambaran kondisi objektif dengan alat bantu 5W +
1H, dimana penggunaan alat bantu ini tidak dapat terpisahkan dengan model
yang digunakan dalam pembuatan latar belkang masalah, tetapi berupa satu
kesatuan yang saling melengkapi.
Penulisan Latar Belakang harus memuat beberapa poin penting
dengan alur sebagai berikut:
a) Fenomena / Issue terbaru
Mengemukakan berbagai keadaan di masyarakat atau di kalangan
tertentu yang berhubungan dengan masalah yang akan di teliti. misalnya
berbagai kebijakan pemerintah, issue pendidikan, kenakalan remaja,
prestasi siswa dll
b) Kondisi Ideal didukung Teori-teori terbaru
Mengemukakan kondisi yang diharapkan oleh siswa, masyarakat
atau pemerintah didukung oleh pemaparan berbagai kajian teori yang
merujuk kondisi yang diinginkan atau kondisi yang seharusnya.
c) Kondisi Empiris
Mengemukakan kondisi yang terjadi terhadap obyek yang akan di
teliti disertai berbagai bukti yang mendukung terhadap pengungkapan
kondisi tersebut.
d) Penemuan Masalah
Berdasarkan pengungkapan kondisi ideal dan kondisi empiris (No.
2 dan No. 3) di atas maka akan muncul ketimpangan antara keduanya
yang kemudian akan di analisis dan di teliti.
e) Alasan Penelitian
Pada bagian akhir penulisan Latar Belakang kemukakan pentingnya
penulisan dan pentingnya pemilihan permasalahan yang di teliti.
2.4.3 Menyusun Rumusan Masalah Dan Tujuan Penelitian
2.4.3.1 Masalah Penelitian
Masalah penelitian merupakan langkah awal yang harus dipikirkan dan
disusun berdasarkan suatu fakta empiris di lapangan. Pada tahap awal pelaksanaan
penelitian, kegiatan yang perlu dilakukan adalah memahami konsep masalah
berdasarkan kajian kepustakaan yang dapat dipercaya. Kegiatan tersebut meliputi
berpikir, membaca teori, dan revieuw dengan teman sejawat dan pembimbing.
Selama tahap ini, seorang peneliti perlu memahami pelaksanaan deductive
reasoning dan memilih topik yang diminati dari hasil riset yang telah
dilaksanakan orang lain.

TOPIK

Fakta Kesenjangan berdasar pada


MASALAH Harapan konsep masalah (K.I)

Konsep yang digunakan dalam


paradigma penelitian/konsep
RUMUSAN
paradigma (konsep I atau II)
MASALAH
sebagai sumber variabel untuk
menjawab rumusan maslah

TUJUAN
PENELITIAN
Masalah penelitian adalah suatu kondisi yang memerlukan pemecahan atau
alternatif pemecahan (Adebo, 1974). Baik buruknya suatu penelitian sangat
ditentukan oleh masalah penelitian (research problem) (Polit & Hungler, 1993).
Masalah penelitian biasanya didapat dari topik yang secara luas berhubungan
dengan keperawatan. Mengingat dalam topik sudah terdapat suatu masalah, maka
dalam melakukan identifikasi masalah hendaknya tidak keluar dari area masalah
yang telah dicantumkan dalam topik.
2.4.3.2 Menyeleksi Masalah Riset Keperawatan
Saat memilih masalah penelitian keperawatan, peneliti dituntut untuk
menguasai lingkup masalah dan konsep keperawatan. Gambar berikut ini
menjelaskan alur pikir tentang langkah-langkah memilih masalah penelitian
keperawatan.

NANDA (9 P: Problem Proses Sumber : SYARAT:


pola E: ? (Faktor/ Keperawatan:
-Klinik/ - F : Feasibility -
perubahan Independen) Diagnosis
komunitas I : Interesting -
S : Signs & Keperawatan
GORDON (11 N : Novel -
Symptoms - literatur: buku/
pola fungsi E : Ethics -R
kesehatan) jurnal : Relevant
- diskusi/
seminar

MASALAH DAN
RUMUSAN MASALAH

Pengembangan kerangka
konseptual(teori/ilmu
keperawatan :ROY;OREM;KI
NG DLL)
GAMBAR 2.3.2 Penentuan Masalah riset Keperawatan (Nursalam,2002)
Keterangan :
Alur perumusan masalah penelitian keperawatan tersebut berdasar pada
masalah-masalah keperawatan yang berasal dari diagnosis keperawatan,yang
terdiri dari rumus PES. P (problem) adalah respons/masalah yang dirasakan oleh
klien, baik fisik, psikis, maupun sosio-spiritual. Dalam menentukan P, merujuklah
pada masalah keperawatan yang dikemukakan oleh North American Nurses
Diagnosis (NANDA), sebagai acuan penentuan masalah keperawatan di dunia. E
(Etilology) adalah penyebab dari masalah, dapat berupa patofisiologi suatu
penyakitm situasi lingkungan atau tempat tinggal. S (Sign & symptoms) adalah
tanda dan gejalan yang biasanya memberikan kontribusi terhadap timbulnya
masalah. Keterangan tersebut dapat dianalogikan, bahwa PES dipergunakan
sebagai suatu variabel penelitian, yaitu P sebagai variabel dependen; E sebagai
variabel independen; dan S dapat berperan sebagai variabel independen,
dependen, moderator, atau variabel lainnya.
Sedangkan syarat masalah riset keperawatan, menurut Sastroasmoro dan
Ismail (1995,hal 11), harus mengandung unsur = FINER
F : Bisa dijalankan (FEASIBLE)
1. Tersedia subjek penelitian
2. Tersedia dana
3. Tersedia waktu, alat, dan keahlian.
E : Menarik (INTERESTING)
1. Masalah hendaknya menarik untuk diteliti
N : hal baru (NOVEL)
1. Membantah dan mengonfirmasikan penemuan terdahulu
2. Melengkapi dan mengembangkan hasil penelitian terdahulu
3. Menemukan sesuatu yang baru
E : Etika ( ETHICAL)
1. Tidak bertentanngan dengan etika,khususnya etika keperawatan
R : Relevan (RELEVANT)
1. Bermanfaat bagi perkembangan IPTEK
2. Dapat digunakan untuk meningkatkan asuhan keperawatan dan kebijaksanaan
kesehatan
3. Sebagai dasar penelitian selanjutnya
Contoh lingkup riset keperawatan terlampir (dianmil dari hasil riset
peneliti dan mahasiswa PSIK UNAIR 2001/2001)
2.4.3.3 Lingkup Masalah Penelitian Keperawatan Menurut Nursalam
(2008:8)
Prioritas /lingkup riset keperawatan berdasarkan kelompok ilmu
keperawatn di kembangkan menjadi:
1) Prioritas kesehatan dan pencegahan penyakit pada masyarakat
2) Pencegahan perilaku dan lingkungan yang berakibat buruk pada masalah
kesehatan
3) Menguji model praktik keperawatan di komunitas
4) Menentukan efektivitas intervensi keperawatan pada infeksi HIV-AIDS.
5) Mengkaji pendekatan yang efektif pada gangguan perilaku.
6) Evaluasi intervensi keperawatan yang efektif pada penyakit kronis.
7) Identifikasi faktor-faktor bioperilaku yang berhubungan dengan kemampuan
koping.
8) Mendokumentasikan efektivitas pelayanan kesehatan /keperawatan
9) Mengembangkan masalah dan metodologi riset pelayanan kesehatan
/keperawatan .
10) Menentukan efektivitas boaya perawatan klien.
2.4.3.4 Kajian Masalah / Sumber Masalah Penelitian Keperawatan
Masalah riset bisa di dapatkan dari berbagai sumber.akan tetapi pemilihan
sumber harus selektif.aktif,dan imajinatif dalam penggunaan nya.Moody dkk,
(1989) meneliti tentang sumber-sumber permasalahan dan ternyata didaatkan 87%
dari pengalaman praktik klinik ; 57 b% dari literatur (kepustakaan) ; 46% dari
interaksi dan diskusi denga teman sejawat ; 28 % dari interaksi dengan murid ;
dan 9 % dari prioritas dana.
2.4.3.5 Praktik Keperawatan
Praktik keperawatan harus berdasarkan pada ilmu yang di peroleh dari
suatu hasil penelitian,karena praktik tersebut sangat penting untuk mengetahui
sumber permasalah ( Diers,1971,1979;Fuller ,1982).permasalahan atau topik riset
dapat diperoleh dari observasi klinik ( perilaku klien dan keluarga dalam situasi
krisis dan bagaimana perawat mengatasi masalah tersebut ; review status
klien ;proses keperawatan ;dan prosedur atau tindakan perawatan yang mungkin
menimbulkan masalah atau pertanyaan dalam pelaksanaan )/misalnya prosdur
apakah yang bisa diberikan dalam perawatan mulut pada klien kanker mulut atau
klien dengan pemasangan endotrakeal? Tindakan efektif apakah yang dilakukan
untuk mgobati luka ? tindakan keperawatan apakah yang berhubungan dengan
komunikasi klien dengan stroke? Apakah dampak kunjungan rumah dan
pelaksanaan nya setelah klien pulang dari rumah sakit?
Beberapa mahasiswa perawat dan perawat mengumpulkan suatu jurnal
atau data mengenai permasalahan yang berhubungan dengan pengalaman
praktiknya(artiman dan anderson ,1980). Mereka mencatat pengalaman,ide ,dan
observasinya dalam melaksanankan asuhan keperawatan.analisa dalam hal
tersebut sering kali membantu penyusunan suatu pola dalam mengidentifikasi
peran perawat. Mengapa pemberian asuhan keperawatan pada emosional dan
spiritual klien lebih sedikit dibandingkan dengan perawatan fisik? Apakah
anggota keluarga perlu dilibatkan atau tidak dalam pemberian asuhan keperawatan
pada klien?
2.4.3.6 Rumusan Masalah Atau Pertanyaan Penelitian
Burns dan Grove (1998) mengemukakakn lima pentanyaan yang perlu
dijawab sebelum merumuskan masalah penelitian : (1) apa yang salah satu yang
perlu di perhatikan pada situasi ini?; (2) dimana letak kesenjangan nya ?:(3)
informasi apa yang di butuhkan untuk mencari masalah ini?: (4 ) perlukan
melakukan tindakan pelayanan di kloinik ? ; dan (5 ) perubahan apa yang perlu
untuk mengatasi masalah tersebut?
Sedangkan menurut Polit dan Hunger (1993 ) pertanyaan yang perlu
dijawab sebelum merumuskan masalah penelitian : (1) apakah pertanyaan
penelitian ini berhubungan dengan teori atau praktik ? ( substan ( 2 ) bagaimana
pertanyaan akan bisa di jawab ? ( metodologi ) ; (3 ) apakah tersedia sarana dan
prasarana yang memadai ( practical dimensions ) ; dan (4) dapatkan pertanyaan ini
dijelaskan secara konsisten yang berdasarkan pada isu etik ?( ethical dimensions).
Riset keperawatan terutama ditujukan pada masalah – maslah keperawatan
di klinik dan komunitas atau keluarga ( isalnya ,sesuai 11 pola fungsi kesehatan
dari Gordon ; 9 pola respons kesehatan dari NANDA ; dan lain – lain) ; maslah
keperawatan pada bidang pendidikan ; dan masalah pada sistem pelayanan
kesehatan lain.
Pertanyaan suatu penelitian adalah suatu pernyataan yang singkat ,jelas,
dan interogatif , yang ditulis dalam bentuk saat sekarang dan melibatkan satu atau
lebih variabel.
Pertanyaan penelitian berguna untuk menjelaskan suatu variabel ,menguji
hubungan antarvariabel ,dan menentukan perbedaan antara dua atau lebih
kelompok sehubungan dengan variabel tertentu.
CONTOH :
1) Bagaimana peran orang tua dalam perawatan tali pusat pada bayi baru lahir ?
( deskriptif)
2) Adakah hubungan antara variabel x dan variabel y? ( crossectional :
asosiasi / korelasi )
3) Adakah pengaruh pemberian terapi bermain pada anak prasekolah selama
masuk rumah sakit terhadap penerimaan selama tindakan invasif ? ( pengaruh
– experiment )
2.4.3.7 Factor – Factor Yang Mendasari Perumusan Masalah
Penyusunan rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada
pemahaman yang dimiliki peneliti tentang masalah yang ada dan berkembang saat
ini. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh peniliti meliputi factor-faktor dibawah
ini :
a. Mendefinisikan permasalahan / topic (fakta empiris-induktif)
Seorang peneliti biasanya memulai pencarian topic secara umum, misalnya
asuhan keperawatan klien dengan nyeri, pola komunikasi keluarga pada
perawatan klien lanjut usia, atau asuhan keperawatan klien dengan
inkontinensia urin? Kemudian, timbul suatu pertanyaan : Mengapa perlu
dilakukan tindakan? Apa yang akan terjadi seandainya diberikan tindakan?
Atau Ciri-ciri khas apakah ada hubungannya dengan masalah tersebut?
b. Mulai mencari sumber kepustakaan (kajian terori-deduksi)
Kepustakaan dapat memberikan gambaran kepada seorang peneliti pemula
terhadap suatu topic yang diminati. Dengan melakukan kajian masalah,
peneliti akan mampu mengidentifikasi apa yang sudah diketahui dan belum
diketahui pada suatu topic. Perbedaan pendapat akan membantu menentukan
permasalahan di masa mendatang.
Teori merupakan sumber yang sangat penting dalam mendapatkan suatu
permasalahan karena disusun berdasarkan idea tau gambaran situasi sekarang dan
bersifat nyata serta telah di lakukan suatu pengujian mengenai kebenarannya
(Chin dan Kromer, 1991). Permasalahan / topic dapat disusun untuk menjelaskan
tentang konsep, misalnya teori perawatan diri dari Orem.
Berikut ini adalah contoh penyususnan rumusan masalah berdasarkan kajian
teori, dimulai adanya suatu ide / pendapat yang ada pada pikiran peniliti.

Seleksi kasus : G, E,
natal, dll
2

3 Masalah keperawatan

P- E

Ide ( masalah – empiris)


Keterlambatan pembukaan KALA I pada wanita in partu

Brainstorming
Factor apakah yang menyebabkan keterlambatan tersebut?
Kajian masalah (kepustakaan)
Berdasarkan literature, terdapat 5 faktor penyebab keterlambatan pembukaan
KALA I pada wanita in partu yang telah diidentifikasi sebagai suatu stressor.
Factor tersebut adalah kekuatan mengejan (power), anatomi jalan lahir (passage),
berat bayi (passenger), kejiwaan (psyche), dan provider. Namun belum ada
penelitian mengenai factor-faktor tersebut, kecuali factor kejiwaan, khususnya
pendampingan suami terhadappercepatan pembukaan KALA I.

Identifikasi : potensial varriabel


Kecemasan
Kekuatan mengejan
Usia ibu
Paritas (melahirkan dengan selamat)
Status social ekonomi
Tipe dukungan keluarga-suami
Stess psikologis
4 Rumusan masalah
Waktu masuk : sakit
rumah
Apakah ada pengaruh pendampingan suami terhadap
percepatan pembukaan KALA I persalinan

5 Tujuan
Menjelaskan pengaruh pendampingan suami terhadap
percepatan perubahan KALA I persalinan

Judul
6
Pengaruh pendampingan suami terhadap percepatan
pembukaan KALA I

C. Interaksi antarteman sejawat atau anggota lain


Interaksi dengan peneliti atau anggota tim sangat bermanfaat untuk
menentukan permasalahan penelitian. Seorang peneliti yang berpengalaman
memberikan pengalamannya kepada pemula ataupun seorang dosen memberikan
pengalaman kepada mahasiswanya dalam menyeleksi dan menyusun suatu
permasalahan. Jika memungkinkan, seorang mahasiswa melakukan penelitian
pada topic yang sama dengan dosennya. Dosen dapat memberikan keahliannya
berhubungan dengan program penelitian dan mahasiswa dapat mengembangkan
pengetahuannya pada topic tertentu (Burns & Grove, 1991). Tipe hubungan ini
bisa dikembangkan anatara ahli peneliti dengan perawat dirumah sakit ataupun
klinik.
D. layak dijabarkan (feasibility)
Kelayakan suatu penelitian untuk dilakukan ditentukan oleh berbagai
pertimbangan, yaitu : (1) waktu, (2) dana, (3) keahlian peneliti, (4) tersedianya
responden, (5) fasilitas dan alat, (6) kerjasama dengan tim lain, (7) pertimbangan
etika (Rogers, 1987).
1) Waktu
Suatu penelitian sering kali memerlukan waktu yang lebih lama dari yang
telah ditentukan, sehingga menjadi kendala bagi semua peneliti terutama peneliti
pemula untuk memperkirakan waktu yang diperlukan. Pertimbangan perkiraan
penentuan waktu dapat ditentukan oleh berbagai factor :
a) Tipe responden yang dipeerlukan
b) Jumlah dan kompleksnya variable yang akan digunakan
c) Metode pengukuran variablel (apakah intrumen sudah tersedia ataukah harus
mengembangkan sendiri)
d) Metode pengumpulan data
e) Proses analisis data
Seorang peneliti sering memperkirakan waktu yang diperlukan tiap
selesainya tahap proses penellitian
2) Dana
Perumusan masalah dan tujuan yang dipilih sangat dipengaruhi oleh
alokasi dana yang tersedia. Potensial sumber dana harus dipertimbangkan pada
ssat penyusunan masalah atau tujuan. Untuk memperkirakan dana yang
diperlukan, beberapa pertanyaan berikut ini perlu dipertimbangkan :
a) Literature: apakah akan diperlukan computer, fotokopi artikel, atau pembelian
buku?
b) Subjek : apakah subjek atau responden perlu diberi biaya dalam
partisipasinya?
c) Peralatan : alat –alat apakah yang diperlukan untuk penelitian? Apakah alat-
alat tersebut bisa diperoleh dengan cara meminjam, menyewa, membeli,
ataukah disediakan oleh donator? Apakah bisa menggunakan alat-alat yang
tersedia, ataukah perlu membangun membuat sendiri? Berapakah biaya untuk
pengukuran instrumen?
d) Personel : apakah asisten / konsultan perlu diberikan biaya pengetikan dan
analisis data?
e) Computer : apakah pemakaian computer diperlukan saat menganalisis data?
Jika ya, berapa biayayang diperlukan?
f) Transportasi : Berapa biaya transportasi untuk melakukan penelitian dan
menyajikan hasil?
g) Pendukung: apakah akan diperlukan alat – alat seperti amplop, prangko, pena,
kertas, dan fotokopi? Apakah perlu biaya telpon untuk jarak jauh (interlokal)?
3) Keahlian peneliti
Permasalahan / topic dan tujuan penelitian harus diseleksi berdasarkan
kemampuan peneliti. Hal ini biasanya menuntut seorang peneliti untuk
memahami suatu proses penelitian baru kemudian melakukan penelitian
berdasarkan pengalamannya. Memilih permasalahan yang sulit dan kompleks
akan mengakibatkan frustasi bagi peneliti pemula.
4) Ketersediaan Responden
Dalam menentukan suatu tujuan penelitian, yang perlu dipertimbangkan
adalah tipe dan juumlah responden yang diperlukan. Sampel biasanya sulit jika
peneliitian meliputi populasi yang unik dan jarang. Misalnya quadriplegic yang
hidup sendirian. Semakin spesifik suatu populasi, semakin sulit mendapatkannya.
Dana dan waktu yang tersedia akan berakibat terhadap responden yang dipilih.
Dengan keterbatasan waktu dan dana, seorang peneliti perlu menentukan
responden yang tersedia yang tidak memerlukan biaya (upah).
5) Ketersediaan fasilitas dan peralatan
Peneliti perlu mempertimbangkan apakah riset memerlukan fasilitas
tertentu. Apakah ruangan khusus diperlukan untuk program pendidikan,
wawancara, atau observasi? Jika risett dilaksanakan di rumah sakit, klinik, atau
sekolah perawat, apakah diperlukan seorang perawat agen? Tindakan atau les di
laboratorium akan sangat mahal dan mungkiin membutuhkan dana dari sumber
lain. Riset perawatan biasanya dilaksanakan di rumah sakit, klinik, rumah klien,
dan tempat lainnya.
6) Kerja sama dengan tim
Suatu penelitian tidak akan dapat berjalan dengan lancar tanpa kerja
sama dengan tim yang lain. Hampir semua riset keperawatan melibatkan subjek
manusia dan dilaksanakan di rumah sakit, klinik, sekolah perawat, kantor atau
rumah. Adanya hubungan yang baik dengan individu di tempat penelitian akan
sangat membantu. Orang sering berharap dapat terlibat dalam suatu penelitian jika
permasalah dan tujuan penelitian ada hubungannya dengan permasalahan yang
ada atau mereka tertrik secara individu terhadap permasalahannya. Misalnya
seorang perawat di rumah sakit tertarik dengan penelitian yang ada hubungannya
dengan effektifitas penggunaan biaya institusi terhadap program kesejahteraan
perawat.
7) Pertimbangan etika
Tujuan suatu penelitian harus etis, dalam arti hakresponden dan yang
lainnya dilindungi (Lemo-Kilpi & Tuomaala, 1989). Jika suatu tujuan penelitian
akan berakibat jelek terhadap hak responden, maka penelitian tersebut harus
dievaluasi ulang dan mungkin harus dihindari.
2.4.3.8 Menyusun Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian diperoleh dari rumusan masalah penelitian yang telah
ditetapkan sebagai indikator terhadap hasil yang dih.arapkan. Tujuan dari
penelitian berguna untuk mengidentifikasi, menjelaskan, mempelajari,
membuktikan, mengkaji dan memprediksi alternatif pemecahan masalah
terhadapmasalah penelitian. Tujuan tersebut biasanya menandakan tipe dari riset,
misalnya deskriptif : studi kasus, cross sectional, kohort, case control dab
experiment : trust-experiment, quasy-experimant, dab preaexperiment. Dengan
dengan adanya tujuan tersebut akan mempermudah untuk mencapai hasil yang
diharapkan.
Tujuan penelitian, pertanyaan penelitian (rumusan masalah), dan hipotesis
disusun untuk menjebatani kesenjangan anatara permasalahan penelitian yang
masih abstrak. Kejelasan dari objekvitas biasanya difokuskan pada satu atau dua
variabel.kadang-kadang fokusnya untuk mengidentifikasi suatu hubungan diantara
duaatau lebih variabel atau untuk menentukan perbedaan diantara dua kelompok
dari suatu variabel (Burns & Grove, 1991; Polit & Hungler, 1993; dan LoBiondo
& Wood, 1994).
Tujuan penelitian harus jelas, ringkas dan berupa pernyataan yang
deklaratif, yang biasanya dituliskan dalam bentuk kalimat aktif. Agar tujuan
menjadi jelas, biasanya tujuan perlu dijabarkan lebih lanjut. Fokus tersebut bisa
dalam bentuk identifikasi hubungan atauasosiasi diantara variabel atau
menentukan perbedaan diantara dua kelompok dengan variabel. Misalnya, tujuan
penelitian adalah untuk:
Menjelaskan pengaruh senam aerobik terhadap penurunan tekanan
intraokuler klien glaukoma. Tujuan penelitian dikembangkan dari permasalahan
penelitian, kejelasan variabel (konsep), dan populasi suatu penelitian. Penelitian
deskriptif oleh Owen (1989:235 b211) menggambarkan suatu arah siklus yang
jelas mulai dari perumusan masalah, tujuan, objektif.
Agar lebih jelas, cermati contoh berikut ini:
Rumusan Penulisan Tujuan Penelitan
Bloom + Tujuan Penelitian + Varibel-
varibel
C2-C6 Contoh
Contoh Gambar/deskriptif
Menjelaskan Perbedaan
Mengidentifikasi Hubungan
Menganalisis Pengaruh/dampak
Membuktikan Sebab akibat
(diupayakan tidak
menggunakan mengetahui)
1) Mengdentifikasi karakteristik variabel X (identification)
2) Menjelaskan keberadaan variabel X (depscribtion)
3) Menentukan atau mengidentifikasi hubungan antara varibel X dengan varibel
Y (relational)
4) Menentukan perbedaan antara kelompok 1 dan kelompok 2 sehubungan
dengan varibel X (differences).
2.4.3.9 Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat penelitian yaitu :
1) Manfaat teoritis
Penelitian yang bertitik tolak dari meragukan suatu teori tertentu
disebut penelitian verifikatif. Keraguan terhadap suatu teori mencul jika teori
yang bersangkutan tidak bisa lagi menjelaskan peristiwa-peristiwa aktual
yang dihadapi. Pengujian terhadap teori tersebut dilakukan melalui penelitian
empiris, dan hasilnya bisa menolak, atau mengukuhkan atau merevisi teori
yang bersangkutan.
Demikian teori terus berkembang melalui penelitian, dan dengan
demikian ilmu pengetahuan berkembang terus tanpa batas. Itulah sebabnya
penelitian ditetapkan sebagai darma kedua pada tridarma perguruan tinggi
sebagai lembaga yang mengelola ilmu pengetahuan.
2) Manfaat Praktis
Pada sisi lain, penelitian bermanfaat pula untuk memecahkan masala-
masalah praktis. Mengubah lahan kering menjadi lahan yang subur,
mengubah cara kerja supaya lebih efisien dan mengubah kurikulum supaya
lebih berdaya guna bagi pembangunan sumber daya manusia merupakan
contoh-contoh permasalahan yang dapat dibantu pemecahannya melalui
penelitian ilmiah. Hampir semua lembaga yang ada di masyarakat, baik
lembaga pemerintahan maupun lembaga swasta, menyadari manfaat ini
dengan menempatkan penelitian dan pengembangan sebagai bagian integral
dalam organisasi mereka.
3) Manfaat Metodologik.
Manfaat yang dapat digunakan untuk mengoreksi dan membangun
metode baru. Melalui kajian sastra lisan dilapangan, diharapkan memang
muncul strategi baru yang dianggap lebih efektif dan efisien.

2.1 Definisi Ilmu Keperawatan Dasar


Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral
pelayan kesehatan yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan meliputi aspek
biologis, psikologis, sosial, dan spiritual yang bersifat kompherensip, ditujukan
kepada individu, keluarga dan masyarakat yang sehat maupun yang sakit
mencakup hidup manusia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Keperawatan bersifat kompherensip artinya pelayanan keperawatan bersifat
menyeluruh, meliputi aspek “ Manusia biopsiko sosial dan spiritua ”.
Secara umum keperawatan adalah merupakan suatau indentifikasi seni. Istilah
seni berarti ketrampilan praktik yang diperoleh melalui pengamatan/ pengalaman.
Ilmu keperawatan adalah sintesa dari ilmu keperawatan dasar, ilmu keperawatan
klinik, ilmu biomedik, ilmu psikologi dan sosial.
2.1.1 Teori Keperawatan
1. Teori keperawatan (Taylor C. dkk)
Sebagai usaha untuk menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena
dalam keperawatan.
2. Teori keperawatan (Steven)
Teori keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan
disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan,
memperkirakan dan mengontrol hasil usaha atau pelayanan keperawatan
yang dilakukan.
3. Teori keperawatan (Newman)
Ada tiga cara pendekatan dalam pengembangan dan pembentukan teori
keperawatan yaitu meninjau teori-teori dari disiplin ilmu lain yang relevan
dengan tujuan untuk mengintegrasikan teori-teori kedalam ilmu
keperawatan, menganalisa situasi praktek keperawatan dalam rangka
mencapai konsep yang berkaitan dengan praktek keperawatan dan
menciptakan suatu  kerangka konsep yang memungkinkan pengembangan
teori keperawatan.

2.2 Ilmu Keperawatan Anak


2.2.1 Definisi
Ilmu Keperawatan Anak adalah suatu praktek keperawatan yang
menekankan pada status kesehatan anak (bayi-remaja).
2.2.2 Prinsip Keperawatan Anak
Dalam keperawatan anak, perawat harus mengetahui bahwa prinsip
keperawatan anak adalah :
1. Anak bukan miniatur orang dewasa
2. Anak sebagai individu unik & mempunyai kebutuhan sesuai tahap
perkembangan
3. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada pencegahan & peningkatan
derajat kesehatan, bukan mengobati anak sakit
4. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada
5. Kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara
komprehensif dalam memberikan askep anak
6. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak & keluarga
untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi & meningkatkan kesejahteran
dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan moral
( etik ) & aspek hukum ( legal )
7. Tujuan keperawatan anak & remaja adalah untuk meningkatkan maturasi /
kematangan
8. Berfokus pada pertumbuhan & perkembangan
2.2.3 Paradigma Keperawatan Anak
1. Manusia ( Anak )
Anak baik sebagai individu maupun bagian dari keluarga
merupakan salah satu sasaran dalam pelayanan keperawatan. Untuk dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang tepat sesuai dengan masa
tumbuh kembangnya, anak di kelompokkan berdasarkan masa tumbuh
kembangnya yaitu
1)  Bayi                           : 0 – 1 th
2) Toddler                       : 1 – 2,5 th
3) Pra Sekolah                 : 2,5 – 5 th
4) Sekolah                       : 5 – 11 th
5) Remaja                        : 11 – 18 th
Proses fisiologis juga mengalami perbedaan, kemampuan anak
dalam membentuk zat penangkal anti peradarangan belum sempurna
sehingga daya tahan tubuhnya masih rentan dan mudah terserang penyakit.
Pada aspek kognitif,  kemampuan berfikir anak  serta tanggapan terhadap
pengalaman masa lalu sangat berbeda dari orang dewasa, pengalaman
yang tidak menyenangkan selama di rawat akan di rekam sebagai suatu
trauma, sehingga pelayanan keperawatan harus meminimalisasi dampak
traumatis anak.
2. Konsep Sehat Sakit
Menurut WHO, sehat adalah keadaan keseimbangan yang
sempurna baik fisik, mental, sosial, dan tidak semata-mata hanya bebas
dari penyakit atau cacad. Konsep sehat & sakit merupakan suatu spektrum
yang lebar & setiap waktu kesehatan seseorang bergeser dalam spektrum
sesuai dengan hasil interaksi yang terjadi dengan kekuatan yang
mengganggunya.
3. Lingkungan
LIngkungan berpengaruh terhadap terjadinya suatu kondisi sehat
maupun sakit serta status kesehatan. Faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan berupa lingkungan Internal dan lingkungan
external . Lingkungan Internal yang mempengaruhi kesehatan seperti
tahap perkembangan, latar belakang intelektual, persepsi terhadap fungsi
fisik, faktor Emosional, dan spiritual. SEdangkan lingkungan external
yang mempengaruhi status kesehatan antara lain keluarga, sosial ekonomi,
budaya 
4. Keperawatan
Merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang
komprehensif meliputi biologi, psikologis, social dan spiritual yang
ditujukan pada individu, keluarga, masyarakat dan kelompok khusus yang
mengutamakan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
yang diberikan dalam kondisi sehat maupun sakit. Anak sebagai individu
maupun salah satu anggota keluarga merupakan sasaran dalam pelayanan
keperawatan Sehingga perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan harus
memandang anak sebagai individu yang unik yang memiliki kebutuhan
tersendiri sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya.

2.2.4 Peran Perawat Dalam Keperawatan Anak


1. Pemberi Perawatan ( peran utama, untuk memenuhi kebutuhan dasar anak
seperti asah, asih, asuh)
2. Sebagai Advocat Keluarga (sebagai pembela keluarga dalam menentukan
haknya pasien). Perawat membantu anak dan keluarga dlm menentukan
berbagai pilihan yg diberitahukan dan bertindak dlm memberikan yg
terbaik kepada anak.
3. Pencegahan penyakit /Promosi Kesehatan
Tren pelayanan kesehatan masa depan berfokus pada pencegahan penyakit
dan pemeliharaan kesehatan, bukan perawatan penyakit atau
ketidakmampuan. Setiap bentuk pelayanan mengutamakan tindakan
pencegahan timbulnya masalah baru sebagai dampak penyakit yang
diderita)
4. Pendidikan (dalam asuhan keperawatan mampu sebagai pendidik, untuk
merubah perilaku pada anak dan keluarga)
5. Konseling (memberikan waktu untuk berkonsultasi terhadap masalah anak
maupun keluarga)
6. Kolaborasi (bekerjasama dengan TIM kesehatan lain, mengingat anak
merupakan individu yang kompleks yang membutuhkan perhatian dalam
perkembangan)
7. Pengambil keputusan etik (mengingat perawat selalu berhubungan dengan
anak kurang lebih 24 jam, peran perawat dalam pengambil keputusan etik
dalam tindakan pelayanan keperawatan)
8. Peneliti (melakukan kajian-kajian keperawatan anak, yang dapat
dikembangkan untuk perkembangan teknologi keperawatan, untuk
meningkatkan mutu pelayanan anak)

2.3 Definisi Ilmu Keperawatan Maternitas


Keperawatan maternitas merupakan salah satu bentuk pelayanan
profesional keperawatan yang ditujukan kepada wanita pada masa usia subur
(WUS) berkaitan dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas,
antara dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari, beserta
keluarganya, berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam beradaptasi
secara fisik dan psikososial untuk mencapai kesejahteraan keluarga dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan. Setiap individu mempunyai
hak untuk lahir sehat maka setiap individu berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan yang berkualitas. Keperawatan ibu menyakini bahwa peristiwa
kelahiran merupakan proses fisik dan psikis yang normal serta membutuhkan
adaptasi fisik dan psikososial dari idividu dan keluarga. Keluarga perlu
didukung untuk memandang kehamilannya sebagai pengalaman yang positif
dan menyenangkan. Upaya mempertahankan kesehatan ibu dan bayinya
sangat membutuhkan partisipasi aktif dari keluarganya.

2.3.1 Paradigma Keperawatan Maternitas


Paradigma keperawatan pada keperawatan maternitas meliputi manusia,
lingkungan, sehat dan keperawatan.
1. Manusia
Terdiri dari wanita usia subur wanita pada masa usia subur (WUS)
berkaitan dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara
dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari, beserta
keluarganya adalah anggota keluarga yang unik dan utuh, merupakan
mahluk bio-psikososial dan spiritual yang memiliki sifat berbeda secara
individual dan dipengaruhi oleh usia dan tumbuh kembangnya. Salah satu
tugas perkembangan wanita adalah pengalaman melahirkan danak yang
dapat merupakan krisis situasi dalam keluarga tersebut apabila tidak
mampu beradaptasi dengan baik.
2. Lingkungan
Sikap, nilai dan prerilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan
budaya dan social disamping pengaruh fisik Proses kehamilan
danpersalinan serta nifas akan melibatkan semua anggota keluarga dan
masyarakat. Proses kelahiran merupakan permulaan suatu bentuk
hubungan baru dalam keluarga yang sangat penting, sehingga pelayanan
maternitas akan mendorong interaksi yang positif dari orang tua, bayi dan
angota keluarga lainnya dengan menggunakan sumber-sumber dalam
keluarga.
3. Sehat
Sehat adalah suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar, bersifat
dinamis dimana perubahan-perubahan fisik dan psikososial mempengaruhi
kesehatan seseorang.setiap indivisu memeiliki hak untuk lahir sehat
sehingga WUS dan ibu memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang berkualitas.
4. KeperawatanIbu
Keperawatan ibu merupakan pelayanan keperawatan professional yang
ditujukan kepada wanita usia subur wanita pada masa usia subur (WUS)
berkaitan dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara
dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari, beserta
keluarganya yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam
melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan. Keperawatan ibu memberikan asuhan
keperawatan holistik dengan selalu menghargai klien dan keluarganya
serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan
perawatan yang sesuai untuk dirinya.
2.3.2 Peranan Perawat Dalam Keperawatan Maternitas
Suatu perilaku yang diharapkan, yang dikaitkan dengan standar,
merefleksikan tujuan dan nilai yang dilaksanakan pada situasi tertentu. Peranan
atau tingkah laku perawatan yang diharapkan dan dinilai oleh masyarakat dalm
memberikan pelayanan ibu dan bayi baru lahir:
1. Sebagai pelaksana keperawatan (caregiver)
2. Sebagai pendidik (teacher)
3. Sebagai communicator
4. Sebagai penasehat (counselor)
5. Sebagai researcher
6. Sebagai pembela (advocate)
7. Sebagai manajer

2.4 Definisi Ilmu Keperawatan Medikal Bedah


Keperawatan Medikal Bedah adalah pelayanan profesional yang
berdasarkan pada ilmu keperawatan medikal bedah dan teknik keperawatan
medikal bedah berbentuk pelayanan Bio-psiko-sosio-spiritual, peran utama
perawat adalah memeberikan asuhan keperawatan kepada manusia (sebagai objek
utama pengkajian filsafat ilmu keperawatan: ontologis). (Nursalam, 2008: hal 14).
Pengertian keperawatan medikal bedah Menurut (Raymond H. & Simamora,
2009: hal 20)  mengandung 3 hal ialah :
1. Mengembangkan diri secara terus-menerus untuk meningkatkan
kemampuan professional dalam medikal bedah dengan cara:
1) Menerapkan konsep-konsep keperawatan dalam melaksanakan
kegiatan keperawatan.
2) Melaksanakan kegiatan keperawatan dalam menggunakan pendekatan
ilmiah.
3) Berperan sebagai pembaru dalam setiap kegiatan keperawatan pada
berbagai tatanan pelayanan keperawatan.
4) Mengikuti perkembangan IPTEK secara terus-menerus melalui
kegiatan yang menunjang.
2. Melaksanakan kegiatan penelitian rangaka pengembangan ilmu
keperawatan medikal bedah dengan cara:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan dengan menganlisis, menyintesis
informasi yang relevan dari berbagai sumber dan memerhatikan
perspektif lintas budaya.
2) Merencanakan dan melaksanakan penelitian dalam bidang
keperawatan keperawatan medikal bedah.
3) Menerapkan prinsip dan tekhnik penalaran yang tepat dalam berpikir
secara logis, kritis, dan mandiri.
3. Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang kreatif, produktif, terbuka
untuk menerima perubahan, dan berorientasi pada masa depan dengan
cara:
1) Menggali dan mengembangkan potensi yang ada pada dirinya untuk
membantu meneyelesaikan masalah masyarakat yang terkait dengan
keperawatan medikal bedah.
2) Membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
memanfaatkan dan mengelola sumber yang tersedia.

2.4.1 Peran Dan Fungsi Perawat


Peran dan fungsi perawat khususnya di rumah sakit adalah memberikan
pelayanan atau asuhan keperawatan melalui berbagai proses atau tahapan yang
harus dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada pasien.
Tahapan yang dilakukan tentunya berdasarkan standar yang diakui oleh
pemerintah maupun profesi perawat (Sumijatun, 2011: hal 1). Salah satu bagian
yang berperan penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan adalah
pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan
komponen terbesar dari sistem pelayanan kesehatan yang terintegrasi (Kuntoro,
2010: hal 1).

2.4.2 Lingkup Praktek Keperawatan Medikal Bedah


Menurut Lingkup praktek keperawatan  medikal-bedah merupakan bentuk
asuhan keperawatan pada klien dewasa yang mengalami gangguan fisiologis baik
yang sudah nyata atau terprediksi mengalami gangguan baik karena adanya
penyakit, trauma atau kecacatan. Asuhan keperawatan meliputi perlakuan
terhadap individu untuk memperoleh kenyamanan; membantu individu dalam
meningkatkan dan mempertahankan kondisi sehatnya; melakukan prevensi,
deteksi dan mengatasi kondisi berkaitan dengan penyakit: mengupayakan
pemulihan sampai klien dapat mencapai kapasitas produktif tertingginya; serta
membantu klien menghadapi kematian secara bermartabat. Praktek keperawatan
medikal bedah menggunakan langkah-langkah ilmiah pengkajian, perencanaan,
implementasi dan evaluasi; dengan memperhitungkan keterkaitan komponen-
komponen bio-psiko-sosial klien dalam merespon gangguan fisiologis sebagai
akibat penyakit, trauma atau kecacatan. (Nur hidayah, 2014: hal 417- 418).
Lingkup keperawatan medikal bedah menurut, (Nursalam, 2008 61-63)
1. Lingkup masalah penelitian pengembangan konsep dan teori keperawatan
masalah penelitian difokuskan pada kajian teori-teori yang sudah ada
dalam upaya meyakinkan masyarakat bahwa keperawatan adalah suatu
ilmu yang berbeda dari ilmu profesi kesehatan lain serta kesesuaian
penerapan ilmu tersebut dalam bidang keperawatan.
2. Lingkup masalah penelitian kebutuhan dasar manusia meliputi identifikasi
sebab dan upaya untuk memenuhi kebutuhan.
3. Lingkup masalah penelitian pendidikan keperawatan
4. Lingkup masalah penelitian manajemen keperawatan
1) Model asuhan keperawatan medikal bedah
2) Peran kinerja perawat
3) Model sistem pencatatan dan pelaporan
5. Lingkup masalah penelitian ilmu keperawatan medikal bedah di fokuskan
pada asuhan keperawtan melalui pendekatan proses keperawatan. Topic
masalah didsarkan pada gangguan sistem tubuh yang umum terjadi pada
klien dewasa. Ilmu keperawatan medikal bedah menurut (Nursalam,2008:
hal 67-68) :
1) Sistem kekebalan tubuh
2) Sistem respirasi dan oksigensi
3) Sistem kardiovaskuler
4) Sistem persyarafan.
2.5 Definisi Ilmu Keperawatan Gawat Darurat
Rangkaian kegiatan praktik keperawatan kegawat daruratan yang diberikan
oleh perawat yang kompeten untuk memberikan asuhan keperawatan diruang
gawat darurat.

2.5.1 Filosofi Keperawatan Gawat Darurat


1. Universal
Intervensi dalam keperawatan mencakup proses keperawatan yang
komprehensif dan dilakukan kepada semua manusia yang membutuhkan
bantuan dalam keadaan gawat darurat dan diperlukan pemikiran yang
mencakup seluruh sistem organ tubuh.
2. Penanganan oleh siapa saja
Penangan keperawatan gawat tidak hanya bisa dilakukan oleh tenaga
kesehatan, namun semua masyarakat bisa melakukannya dengan syarat
telah mendapatkan pelatihan khusus mengenai penanganan pasien gawat
darurat.
3. Penyelesaian berdasarkan masalah
Penyelesaian terfokus pada masalah yang dialami pasien karena dalam
kegawatdaruratan seorang tenaga terlatih berpacu dengan waktu dalam
menyelamatkan nyawa seorang pasien.
2.5.2 Tujuan Keperawatan Gawat Darurat
1. Mencegah kematian dan kecacatan (to save life and limb) pada penderita
gawat darurat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam
masyarakat sebagaimana mestinya
2. Merujuk penderita gawat darurat melalui sistem rujukan untuk
memperoleh penanganan yang lebih memadai
3. Menanggulangi korban bencana
4. Penderita Gawat Darurat
5. Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau
kegagalan dan salah satu sistem/organ di bawah ini yaitu :
a. Susunan saraf pusat
b. Pernapasan
c. Kardiovaskuler
d. Hati
e. Ginjal
f. Pankreas
g. Penyebab Kegagalan Organ:
1) Trauma/cedera
2) Infeksi
3) Keracunan (poisoning)
4) Degenerasi (failure)
5) Asfiksia
6) Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive
loss of wafer and electrolit)
7) Dan lain-lain.
Kegagalan sistem susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernapasan dan
hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4-6 menit),
sedangkan kegagalan sistem/organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam
waktu yang lebih lama.

2.5.3 Prinsip Keperawatan Gawat Darurat


Prinsip pada penanganan penderita gawat darurat harus cepat dan tepat serta
harus dilakukan segera oleh setiap orang yang pertama menemukan/mengetahui
(orang awam, perawat, para medis, dokter), baik didalam maupun diluar rumah
sakit karena kejadian ini dapat terjadi setiap saat dan menimpa siapa saja.
Kondisi gawat darurat dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Kumpulan materi
mata kuliah Gadar:2005):
1. Gawat darurat
Suatu kondisi dimana dapat mengancam nyawa apabila tidak
mendapatkan pertolongan secepatnya. Contoh : gawat nafas, gawat
jantung, kejang, koma, trauma kepala dengan penurunan kesadaran
2. Gawat tidak darurat
Suatu keadaan dimana pasien berada dalam kondisi gawat tetapi tidak
memerlukan tindakan yang darurat contohnya : kanker stadium lanjut
3. Darurat tidak gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak mengancam
nyawa atau anggota badannya contohnya : fraktur tulang tertutup.
4. Tidak gawat tidak darurat
Pasien poliklinik yang datang ke UGD

2.5.4 Alur Pelayanan Pasien Di Unit Gawat Darurat


1. Sistem yang terganggu: di triase keluhan utama pasien dikaji, lalu
ditetapkan organ yang mungkin terganggu dan asal gangguannya
(misalnya; bedah, penyakit dalam, kebidanan).
2. Tingkat kegawatan yang diderita : di triase tingkat kegawatan pasien
ditentukan (gawat
3. darurat/darurat tidak gawat/gawat tidak darurat/tidak gawat & tidak
darurat)
4. Triase bertujuan:
a. Menjaga alur klien di IGD
b. Menetapkan derajat kegawatan klien
c. Klasifikasi (Kode/Warna)
1) Biru menandakan sangat gawat darurat dan membutuhkan
bantuan sesegera mungkin
2) Merah menandakan Gawat dan Darurat
3) Kuning menandakan Darurat tidak gawat
4) Hijau menandakan Tidak gawat dan tidak daurat
5) Hitam menandakan death on arrival
d. Memberikan tindakan yang cepat dan tepat
e. Meningkatkan kualitas pelayanan
f. Tindakan Tambahan Di Triase
1) Memberikan informasi untuk pasien dan keluarga yang datang,
2) Memberikan petunjuk kesehatan,
3) Menunjukkan arah,
4) Menerima telpon, dan komunikasi.
5) Perawat triase harus perawat yang berpengetahuan,
berpengalaman, dan memiliki kemampuan pengkajian cepat
(rapid assessment) untuk menentukan tingkatan kegawatan klien

2.5.5 Prioritas Kegawatan di Gawat Darurat


1. Sangat Gawat Darurat (sangat megancam kehidupan)
a. Henti jantung (cardiac arrest)
b. Kesulitan bernafas
c. Syok
d. Infark miokard
e. Cedera kepala berat
f. Keracunan
g. Gangguan vertebrata
2. Gawat Darurat (mengancam kehidupan)
a. Nyeri dada
b. Multipel injuri berat
c. Luka terbuka dada dan abdomen          
d. Kelainan persalinan
e. Perdarahan tidak terkontrol/mayor
f. Kejang
3. Darurat tidak gawat
a. Nyeri karena gangguan paru   
b. Luka bakar
c. Multipel fraktur
d. Penurunan kesadaran
e. Diare, muntah terus menerus
f. Panas tinggi
2.6 Definisi Ilmu Keperawatan Jiwa
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi
tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta
mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Keperawatan jiwa
adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah
laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan
kesehatan mental masyarakat dimana klien berada
Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan
pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus
kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh
gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi
keperawatan jiwa ( komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan
kesehatan jiwa ) melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan,
mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien
(individu, keluarga, kelompok komunitas ).

2.6.1 Tujuan dan Manfaat Keperawatan Jiwa


1. Bagi Perawat :
a. Peningkatan otonomi, percaya diri dalam memberikan asuhan
keperawatan.
b. Tersedia pola pikir/ kerja yang logis, ilmiah, sistematis, dan
terorganisasi.
c. Pendokumentasian dalam proses keperawatan memperlihatkan bahwa
perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat.
d. Peningkatan kepuasan kerja.
e. Sarana/wahana desimasi IPTEK keperawatan.
f. Pengembangan karier, melalui pola pikir penelitian.
2. Bagi Klien :
a. Asuhan yang diterima bermutu dan dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.
b. Partisipasi meningkat dalam menuju perawatan mandiri (independen
care).
c. Terhindar dari malpraktik.

2.6.2 Prinsip-Prinsip Keperawatan Jiwa


Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia,
lingkungan, kesehatan dan keperawatan.
1. Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak,
berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan secara keseluruhan. Setiap
individu mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan penting. Setiap
individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu adalah
untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri. Setiap individu
mempunyai kemampuan untuk berubah dan keinginan untuk mengejar
tujuan personal. Setiap individu mempunyai kapasitas koping yang
bervariasi. Setiap individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputuasan. Semua perilaku individu bermakna dimana
perilaku tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.
2. Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari
dalam dirinya dan lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas.
Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan
strategi koping yang efektif agar dapat beradaptasi. Hubungan
interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan perubahan diri
individu.
3. Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
menunjukkan salah satu segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu,
setiap individu mempunyai hak untuk memperoleh kesehatan yang sama
melalui perawatan yang adekuat.
4. Keperawatan
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara
holistikndannmenggunakanndirinsendirinsecaranterapeutik.
Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri sendiri
secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan menyadari diri
sendiri, lingkungan, d an interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini
merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan
situasinya, sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah
serta memilih cara yang sehat untuk mengatasinya. Perawat memberi
stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan
masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi berbagai
masalah.
Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Pemberian asuhan
keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan
kerja sama antara perawat dengan klien, dan masyarakat untuk mencapai
tingkat kesehatan yang optimal ( Carpenito, 2012 dikutip oleh
Keliat,2011).
2.6.3 Peran Perawat Kesehatan Jiwa
1. Pengkajian yg mempertimbangkan budaya
2. Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakaN.
3. Berperan serta dlm pengelolaan kasus
4. Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental, mengatasi pengaruh
penyakit mental - penyuluhan dan konseling
5. Mengelola dan mengkoordinasikan sistem pelayanan yang
mengintegrasikan kebutuhan pasien, keluarga staf dan pembuat kebijakan
6. Memberikan pedoman pelayana kesehatan

2.7 Definisi Ilmu Keperawatan Komunitas


Keperawatan kesehatan komunitas adalah praktek melakukan promosi
kesehatan dan melindungi kesehatan masyarakat dengan menggunakan
pendekatan ilmu keperawatan, ilmu sosial dan ilmu kesehatan masyarakat
yang berfokus pada tindakan promotif dan pencegahan penyakit yang sehat
(Anderson & McFarlane, 2011).
2.7.1 Tujuan Dan Fungsi Keperawatan Komunitas
1. Tujuan Keperawatan Komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk
pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya
sebagai berikut :
a. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care ) terhadap
individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat ( health
general community ) dengan mempertimbangkan permasalahan atau
isu kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi keluarga,
individu, dan kelompok. 
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk :
a. Mengindentifikasi masalah kesehatan yang dialami
b. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan maslah tersebut
c. Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
d. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
e. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi
2.7.2 Fungsi Keperawatan Komunitas
1. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien
melalui asuhan keperawatan.
2. Agar masyarakt mendapatkan pelayan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannnya di bidang kesehatan.
3. Memeberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta
masyarakat.
4. Agar masyarakat bebas mengemukan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan
pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhan (Mubarak,2006).

2.7.3 Prinsip Keperawatan Komunitas


Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa 
prinsip, yaitu :
1. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat
yang  besar bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan
harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada
keseimbangan antara manfaat dan kerugian (Mubarak, 2009).
2. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat
berkelanjutan serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas
sektoral (Riyadi, 2007)
3. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi,
klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik
mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).
4. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas
dari komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau
tindakan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas komunitas (Mubarak,
2009).
5. Otonomi Klien
Otonomi klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau
melaksanakan  beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah
kesehatan yang ada (Mubarak, 2009).

2.7.4 Sasaran Keperawatan Komunitas


Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu,
keluarga, kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang
mempunyai masalah kesehatan atau perawatan, sasaran ini terdiri dari :
1. Individu
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari
aspek biologi, psikologi, social dan spritual.
2. Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara
terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan
maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau
masyarakat secara keseluruhan.
3. Kelompok Khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan
jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang
sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah :
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhannya, seperti :
1) Ibu hamil
2) Bayi baru lahir
3) Balita
4) Anak usia sekolah
5) Usia lanjut
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan
dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah :
1) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit
kelamin lainnya.
2) Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit diabetes
mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain
sebagainya.
c. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya :
1) Wanita tuna susila
2) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
3) Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.
d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah :
1) Panti wredha
2) Panti asuhan
3) Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
4) Penitipan balita.

2.7.5 Tingkat Pencegahan Keperawatan Komunitas


Pelayanan yang diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup
kesehatan komunitas yang luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri
dari tiga tingkat yaitu (Mubarak, 2009) :
1. Pencegahan Primer
Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian penyakit
sebelum terjadi karena itu pencegahan primer mencakup peningkatan
derajat kesehatan secara umum dan perlindungan spesifik. Promosi
kesehatan secara umum mencakup pendidikan kesehatan baik pada
individu maupun kelompok. Pencegahan primer juga mencakup tindakan
spesifik yang melindungi individu melawan agen-agen spesifik misalnya
tindakan perlindungan yang paling umum yaitu memberikan imunisasi
pada bayi, anak balita dan ibu hamil, penyuluhan gizi bayi dan balita.
2. Pencegahan Sekunder
Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi penyakit lebih
awal dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-kegiatan yang mengurangi
faktor resiko dikalifikasikansebagai pencegahan sekunder misalnya
memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara
berkala melalui posyandu dan puskesmas.
3. Pencegahan Tertier
Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada seseorang dengan
stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami kecacatan agar
dapat secara optimal berfungsi sesuai dengan kemampuannya, misalnya
mengajarkan latihan fisik pada penderita patah tulang
2.7.6 Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas
         Dalam Efendi Ferry dan Makhfudli (2009) dijelaskan strategi intervensi
keperawatan komunitas antara lain :
1.  Proses Kelompok (Group Process) 
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah
belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor pendidikan/pengetahuan
individu, media masa, Televisi, penyuluhan yang dilakukan petugas
kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah  kesehatan di
lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling
sering mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi upaya penangan
atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar
bahwa penangan yang bersifat individual tidak akan mampu mencegah,
apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan
pemecahan-pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok. 
2.  Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis,
dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer materi/teori
dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan
tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu,
kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan
kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun
WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya; sehingga
produktif secara ekonomi maupun secara sosial.
3.  Kerjasama (Partnership)
            Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi
lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan
dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas melalui upaya
ini berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi
dengan lebih cepat.

2.1 Pengertian Teori


Salah satu unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki peran sangat
besar dalam pelaksanaan penelitian adalah teori. Karena teori dengan unsur ilmiah
inilah yang akan mencoba menerangkan fenomena-fenomena sosial yang menjadi
pusat perhatian peneliti ( Masri Singarimbun & Sofyan Efendi, 1989:37). Menurut
Kerlinger (1973:9), teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi
dan proposisi untuk menerangkan fenomena sosial secara sistematis dengan cara
merumuskan hubungan antar variabel. Berdasar pengertian tersebut, definisi teori
mengandung tiga hal. Pertama, teori adalah serangkaian proposisi antar konsep-
konsep yang saling berhubungan. Kedua, teori merangkan secara sistematis atau
fenomena sosial dengan sosial dengan cara menentukan hubungan  antar konsep.
Ketiga, teori menerangkan fenomena-fenomena tertentu dengan cara menentukan
konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana bentuk
Khubungannya.
Dalam menyusun kerangka teori menurut Prof. Noeng Muhadjir, dalam
makalahnya yang berjudul ”Proses Mengkonstruksi Teori dan Hipotesis”, bagian
teori harus menampilkan bagian yang bulat yang disajikan secara holistik, tetapi
juga bukan sekedar penyajian konsep yang terpilah dan terpecah-pecah, sehingga
konsep tersebut akan lebih menarik untuk dikaji.
Tata fikir yang ditawarkan dalam penyusunan kerangka teori menggunakan
logika reflektif, yaitu logika yang mondar-mandir antara proses berfikir induktif
dan proses berfikir deduktif, dan tidak dipermasalahkan dari mana harus dimulai.
Alat berfikir bukan hanya sekedar mendasarkan pada generalisasi dari rerata
keberagaman individul dan rerata frekuensi kejadian, tetapi juga konteks, esensi,
indikasi pragmatik, fungsional, atau yang lainnya.
Oleh karena itu suatu teori tampil sebagai abstraksi, simplifikasi atau
idealitas dari fenomena, mungkin merupakan eksplanasi dan mungkin pula
merupakan penafsiran atas empiri. Pada dasarnya teori mengandung beberapa hal
antara lain: asumsi, postulat, tesis, hipotesis, proposisi dan sejumlah konsep.
Dalam teori juga terdapat idealisasi tentang tata hidup kemasyarakatan atau tata
hidup alam semesta. Validasi suatu teori diuji atas kemampuannya memberikan
evidensi  empirik.
2.1.1 Kerangka Konsep (pertama)
Kerangka konsep merupakan fokus penelitian yang aka di teliti, kerangka
konsep ini terdiri dari variabel bebas (independen) dan variabel terikat
(dependen). Adapun kerangka konsep dari penelitian ini alah sebagai berikut:

Variabel bebas Variabel Terikat

Kebiasaan
Mengkonsumsi
makanan siap saji

Hormon

Usia Manarche
Genetik
Remaja

Pornografi

Gaya Hidup

Keterangan :
: Variabel Independen yang diteliti

: Variabel Independen yang tidak diteliti

: Variabel Dependen /Terikat

: Hubungan

: Hubungan yang tidak diteliti

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda


terhadap sesuatu. Dalam penelitian ini dibedakan antara variabel.

a. Variabel Independen (Variabel Bebas)


Variabel independen ini merupakan variabel yang menjadi sebab
timbulnya variabel dependen (terkait). Variabel independen pada
penelitian ini adalah kebiasaan mengkonsumsi makanan siap saji.

b. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat karena variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah usia manarche remaja.

2.1.2 Kerangka Konsep (kedua)

Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan
membantu suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel (baik variabel
yang diteliti maupun variabel yang tidak diteliti) (Nursalam, 2016). Adapun
kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut :

Variabel Independent Variabel Dependent

a. Umur
b. Reaksi kusta
Kejadian cacat pada
c. Keteraturan pengobatan kusta
d. Pendidikan
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Garis penghubung variabel yang diteliti

2.2 Fungsi dan Peranan Teori


Sesuai dengan definisi Kerlinger (1973), bahwa teori adalah seperangkat
konstruk (konsep), definisi, dan proporsi yang menyajikan gejala-gejala
sistematis, merinci hubungan antar variabel-variabel, dengan tujuan meramalkan
dan menerangkan gejala tersebut, maka teori memiliki fungsi antara lain:
a.    Menyediakan kerangka konsepsi penelitian, dan memberikan pertimbangan
perlunya penyelidikan
b.    Melalui teori kita dapat membuat pertanyaan yang terinci untuk penyidikan.
c.    Menunjukkan hubungan antar variable yang diteliti.
d.    Kajian pustaka meliputi pengidentifikasian secara sistematis, penemuan, dan
analisis dokumen-dokumen yang memuat informasi  yang berkaitan dengan
masalah penelitian.

2.3 Teknik Penyusunan Landasan/Kerangka Teori


Ada  beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti dalam menyusun
kerangka/ landasan teori, antara lain:
a.    Kerangka teori sebaiknya menggunakan acuan yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti dan acuan-acuan yang berupa hasil penelitian terdahulu
(bisa disajikan di Bab II atau dibuat sub-bab tersendiri).
b.    Cara penulisan dari subbab ke subbab yang lain harus tetap mempunyai
keterkaitan yang jelas dengan memperhatikan aturan penulisan pustaka.
c.    Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik, studi pustaka harus memenuhi
prinsip kemutakhiran dan keterkaitannya dengan permasalahan yang ada. Apabila
menggunakan literatur dengan beberapa edisi, maka yang digunakan adalah buku
dengan edisi terbaru, jika referensi tidak terbit lagi, referensi tersebut adalah
terbitan terakhir. Dan bagi yang menggunakan Jurnal sebagai referensi
pembatasan tahun terbitan tidak berlaku
d.    Semakin banyak sumber bacaan, maka  kualitas penelitian yang akan
dilakukan semakin baik, terutama sumber bacaan yang terdiri  dari teks book atau
sumber lain misalnya jurnal, artikel dari majalah, Koran, internet dan lain-lain.
Pedoman kerangka teori di atas berlaku untuk semua jenis penelitian.
Teori bukan merupakan pendapat pribadi (kecuali pendapat tersebut sudah
ditulis di BUKU). Pada akhir kerangka teori bagi penelitian korelasional disajikan
model teori, model konsep (apabila diperlukan) dan model hipotesis pada subbab
tersendiri, sedangkan penelitian studi kasus cukup menyusun Model teori dan beri
keterangan. Model teori dimaksud merupakan kerangka pemikiran penulis dalam
penelitian yang sedang dilakukan. Kerangka itu dapat berupa kerangka dari ahli
yang sudah ada, maupun kerangka yang berdasarkan teori-teori pendukung yang
ada. Dari kerangka teori yang sudah disajikan dalam sebuah skema, harus
dijabarkan jika dianggap perlu memberikan batasan-batasan, maka asumsi-asumsi
harus dicantumkan.

2.4 Pengertian Hipotesis


Kerlinger (1973) menyatakan hipotesis adalah pernyataan yang bersifat
terkaan dari hubungan antara dua atau lebih variable. Dari arti katanya, hipotesis
memang dari dua penggalan. Kata “HYPO” yang artinya “DI BAWAH” dan
“THESA” yang artinya “KEBENARAN” jadi hipotesis yang kemudian cara
menulisnya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia menjadi hipotesa, dan
berkembang menjadi hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan
baru didasarkan pada teori dan belum menggunakan fakta. Oleh karena itu, setiap
penelitian yang dilakukan memiliki suatu hipotesis atau jawaban sementara
terhadap penelitian yang akan dilakukan. Dari hipotesis tersebut akan dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk membuktikan apakah hipotesis tersebut benar adanya
atau tidak benar. Atau bisa dikatakan bahwa Hipotesis atau hipotesa adalah
jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih
harus dibuktikan kebenarannya.

1. Hipotesis Penelitian (pertama)


Saryono (2013) mengartikan hipotesis penelitian merupakan hubungan yang
diharapkan antar variabel yang dipelajari. Jadi hipotesis penelitian
menterjemahkan tujuan penelitian ke dalam dugaan yang jelas dari hasil penelitian
yang diharapkan. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah

2. Hipotesis penelitian (kedua)


1. Ha : Ada hubungan antara umur pasien dengan kejadian cacat pada
kusta
2. Ha : Ada hubungan antara reaksi kusta dengan kejadian cacat pada
kusta
3. Ha : Ada hubungan antara keteraturan pengobatan dengan kejadian
cacat pada kusta

2.5 Kegunaan Hipotesis

Walaupun hipotesis penting sebagai arah dan pedoman kerja dalam


penelitian, tidak semua penelitian mutlak harus memiliki hipotesis. Penggunaan
hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada masalah atau tujuan penelitian.
Dalam masalah atau tujuan penelitian tampak apakah penelitian menggunakan
hipotesis atau tidak. Contohnya yaitu Penelitian eksplorasi yang tujuannya untuk
menggali dan mengumpulkan sebanyak mungkin data atau informasi tidak
menggunakan hipotesis. Hal ini sama dengan penelitian deskriptif, ada yang
berpendapat tidak menggunakan hipotesis sebab hanya membuat deskripsi atau
mengukur secara cermat tentang fenomena yang diteliti, tetapi ada juga yang
menganggap penelitian deskriptif dapat menggunakan hipotesis. Sedangkan,
dalam penelitian penjelasan yang bertujuan menjelaskan hubungan antar-variabel
adalah keharusan untuk menggunakan hipotesis.

Perumusan yang kita lakukan sebenarnya sudah memiliki jawaban dari


pertanyaan yang dibuat di perumusan masalah. Namun jawaban tersebut belum
disertai data dilapangan sehingga harus diverivikasi dilapangan ketika melakukan
penelitian. Dari perumusan masalah tersebut maka akan muncul hipotesis yang
memberikan jawaban sementara yang cepat dengan berpatokan pada fakta-fakta,
teori, dan penelitian-penelitian sebelumnya di landasan teori. Kegunaan hipotesis
antara lain :

1. Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta


memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
2. Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat
diuji dalam penelitian.
3. Hipotesis memberikan arah kepada penelitian.
4. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan
penyelidikan.

2.6 Macam Macam Hipotesis


Macam macam hipotesis dalam penelitian, sebagai berikut :
1. Hipotesis Deskriptif
Pengertian Hipotesis Deskriptif adalah dugaan terhadap nilai satu variabel
dalam satu sampel walaupun di dalamnya bisa terdapat beberapa kategori.
Hipotesis deskriptif ini merupakan salah satu dari macam macam hipotesis.

2. Hipotesis Komparatif
Pengertian Hipotesis Komparatif adalah dugaan terhadap perbandingan nilai
dua sampel atau lebih. Hipotesis komparatif merupakan salah satu dari macam
macam hipotesis. Dalam hal komparasi ini terdapat beberapa macam, yaitu :
(1) Komparasi berpasangan (related) dalam dua sampel dan lebih dari dua sampel
(k sampel).
(2) Komparasi independen dalam dua sampel dan lebih dari dua sampel (k
sampel).
3. Hipotesis Asosiatif
Pengertian Hipotesis Asosiatif adalah dugaan terhadap hubungan antara dua
variabel atau lebih. Hipotesis asosiatif merupakan salah satu dari macam macam
hipotesis.
4.      Perumusan Hipotesis
Nazir (2005: 154) menyatakan bahwa menemukan suatu hipotesis
merupakan kemampuan peneliti dalam mengaitkan masalah-masalah dengan
variabel-variabel yang dapat diukur dengan menggunakan suatu kerangka analisis
yang dibentuknya. Peneliti harus memfokuskan permasalahan sehingga
hubungan-hubungan yang terjadi dapat diterka. Menurut Nazir (2005: 154) dalam
menggali hipotesis penelitian, peneliti harus: Mempunyai banyak informasi
tentang masalah yang ingin dipecahkan dengan jalan banyak membaca literatur-
literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan;
Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat-tempat,
objek-objek serta hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam fenomena yang
sedang diselidiki; Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan
dengan keadaan lainnya yang sesuai dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang
bersangkutan.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Metode berpikir logis dan metode ilmiah adalah cara dan tekhnik
memperoleh pengetahuan, serta untuk membuktikan benar salahnya suatu
hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya.
Filsafat keperawatan merupakan pandangan dasar tentang hakekat manusia
dan esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktek
keperawatan.
Ilmu keperawatan jika dilihat dari sudut pandang filsafat akan dapat muncul
pertanyaan-pertanyaan antara lain pertanyaan ontologi ( apa ilmu keperawatan ),
pertanyaan epistemologi ( bagaimana lahirnya ilmu keperawatan ) dan pertanyaan
aksiologi ( untuk apa ilmu keperawatan itu digunakan).
Paradigma dalam keperawatan membuat kontribusi yang signifikan
terhadap pengetahuan dan praktik disiplin ilmu. Paradigma Empiris menyediakan
struktur untuk pengujian teori, dan perbandingan intervensi. Paradigma interpretif
memfasilitasi pemahaman dari pengalaman manusia.
Riset keperawatan adalah penerapan penyelidikan secara ilmiah terhadap
fenomena mengenai perhatian keperawatan  klien,individu,keluarga,masyarakat
dan pengalaman kesehatan. Riset keperawatan juga merupakan kunci untuk
menyediakan pelayanan keperawatan yang tepat.
Menurut Hidayat, Aziz Alimul (2010) mengungkapkan bahwa, Penelitian
adalah suatu kegiatan yang menghasilkan suatu karya yang ditulis berdasarkan
kenyataan ilmiah, diperoleh sebagai hasil kajian kepustakaan maupun penelitian
lapangan (klinik dan laboratorium), yang dilakukan dari penemuan masalah untuk
dianalisis atau diolah sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan.

3.2 Saran
Dalam melakukan sebuah penelitian, sebaiknya digunakan metode yang tepat.
Salah satu metode yang sering digunakan adalah metode ilmiah. Dengan metode
ini dapat mengungkapkan dan mengembangkan ilmu.

DAFTAR PUSTAKA

Alligood M. R. (2014). Nursing theorists and their work. Eighth edition.


Philadelpia : Mosby Inc. (2014). Nursing theory : utilization and
application. Philadelpia : Mosby Elsivier.
Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Fawcett. J., (2005) Contemporary nursing knowledge: analisys and evaluation of
nursing models and theorist, 2th edition. Philadelphia : FA Davis
Company
George. (1995). Nursing theories (the base for profesional nursing practice),
Fourth Edition. USA : Appleton & Lange.
Hidayat, Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif.
Surabaya :
Health Books Publishing
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif. Jakarta :
Iqbal Hasan, 2009. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.
Jakarta: Ghalia Indonesia
Moh. Nazir,Ph.D. 2010. Metode Penelitian Ghalia Indonesia : Bogor
Muri, Yusuf. 2017. Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press.
Nursalam. 2002. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Sagung
Seto: Jakarta
Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Meteodologi Penilitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi. Jakarta : Salemba Medika
Polit, D.E. & Hungler, B.P. 1993. Essential of Nursing Research. Methods,
Appraisal, and Utilization. 3rd.edn. Philadelphia: JB Lippincott Co.
Sastroasmoro S & Ismail S. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta: Binarupa Aksara.
Syofian, Siregar. 2014. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta:
Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai