Anda di halaman 1dari 4

RESUME

Muzara’ah dan Musaqoh

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh dan Ushul Fiqh

Dosen Pengampu :

Dr. H. M. Lathoif Ghozali, Lc., MA

Nama penyusun:

Nahdiya Anfa Taskiya (08010220024)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

AKUNTANSI
1. Definisi : Muzara’ah adalah kerjasama antara pemilik lahan pertanian dan pengelola
lahan pertanian yang bertujuan agar lahan pertanian menjadi produktif dan bibit tanaman
berasal dari si pemilik lahan.
Musaqoh adalah suatu akad antara pemilik lahan dengan penggarap dan hasilnya dibagi
sesuai dengan perjanjian pada saat akad. Benih dan biaya perawatannya ditanggung oleh
pemilik lahan, sedangakan penggarap hanya menggarap benih atau bibit yang telah
diserahkan oleh pemilik lahan
2. Rukun Muzara’ah : a. Ijab qabul (akad) b. Pemilik dan pengelola tanah/lahan (aqid)
c. Adanya objek (Ma’qud ilaih) d. Harus ada ketentuan bagi hasil.
Rukun-Rukun Musaqoh: a. Adanya dua orang yang akad b. tanaman yang ditanam
harus tanaman yang bisa berbuah, seperti kurma. Namun, menurut pendapat ulama’
hanafiyah lainnya diperbolehkan menggunakan tanaman yang tidak berbuah karena
sama-sama membutuhkan orang untuk merawatnya. c. Telah ditentukannya benih yang
akan digunakan oleh kedua belah pihak pada saat akad. d. Penggarap disyaratkan harus
bekerja dengan sendiri tidak dengan bersama-sama. e. Menurut pendapat ulama’
Syafi’iyah bahwa dalam akad musaqoh tidak diperbolehkan menyebutnya dengan kata
ijarah (sewaan) dikarenakan berlainan akad. Namun, ulama’ Hanabila membolehkan
yang terpenting adalah maksudnya
3. Syarat-syarat Muzaraah:
a. Orang yang terlibat dalam akad muzaraah harus baligh dan berakal.
b. Benih atau bibit yang ditanam harus jelas dan menghasilkan, sehingga pengelola
tanaman tahu apa yang yang diinginkan pemilik dan tahu apa yang harus dilakukan.
c. Lahan atau tanah yang dikerjakan, haruslah bisa diolah dan dapat menghasilkan.
Sebab, tidak semua tanaman cocok dibeberapa daerah. Lalu, batas-batas lahan atau
tanah harus jelas.
d. Untuk hasil yang akan dipanen, presentase pembagian hasilnya harus jelas.
e. Terdapatnya halangan dari pengelola tanah, seperti apabila pengelola sakit dan harus
berobat ke kota atau tempat lain, atau sakit yang tidak bisa sembuh sehingga tidak
mampu melanjutkan akad
Syarat-syarat dari musaqoh adalah:
a. Dari kedua pihak yang melakukan akad merupakan orang yang dewasa atau berakal.
b. Adanya penentuan macam tanaman apa saja yang akan ditanam.
c. Hal-hal yang berkaitan dengan pendapatan hasil:
1) Bagian masing-masing antara pemilik lahan dan penggarap harus disebutkan
atau disepakati pada saat akad.
2) Hasilnya adalah milik bersama.
3) Bagian antara pemilik lahan dan penggarap merupakan satu jenis barang yang
sama.
4) Pada saat akad dilakukan bagian dari kedua pihak sudah diketahui.
5) Tidak disyaratkan adanya penambahan yang ma’lum.
d. Tanah yang akan ditanami
e. Pada saat akad dilakukan, sudah ditentukan jangka waktu yang akan digunakan.
f. Benih atau bibit dibebankan pada pemlik lahan.
4. Berakhirnya Akad Muzaraah
a. Berakhirnya waktu perjanjian, apabila waktu perjanjian sudah berakhir tetapi
tumbuhan yang ditanam belum layak panen maka ditunggu sampai layak panen
meskipun sudah jatuh tempo.
b. Wafatnya salah satu orang yang berakad
menurut mahzab Maliki dan syafi’i, apabila salah satu orang yang terlibat akad
meninggal, maka akad tersebut tidak berakhir dan bisa dilanjutkan oleh ahli
warisnya. Jika pemilik tanah wafat tetapi tanaman yang ditanam masih hijau, maka
pengelola harus meneruskan merawat tanaman tersebut sampai matang. Ahli waris
pemilik tanah tidak boleh melarang apa yang dilakukan oleh pengelola.
c. Adanya bencana alam
d. Terdapat halangan antara pemilik tanah dan pengelola tanah yang jelas-jelas tidak
dapat melanjutkan akadnya, seperti:
5. Berakhirnya Musaqoh Menurut pendapat ulama’ Syafi’iyyah, berakhirnya akad
musaqoh dikarenakan telah habisnya jangka waktu yang telah disepakati pada saat akad
dilakukan. Misalnya, waktu yang disepakati adalah sepuluh tahun. Kemudian pada tahun
kesepuluh seharusnya pohon tersebut telah berbuah. Namun, pada saat jangka waktu
yang ditentukan telah berakhir barulah muncul buah tersebut. Maka, pihak penggarap
tidak mendapatkan hak apapun dari buah tersebut karena buah muncul pada saat akad
sudah berakhir.

6. Implementasi Muzara’ah pada zaman sekarang banyak terjadi pada masyarakat


pedesaan yang sebagian besar mata pencahariannya sebagai petani yang bekerja di sawah
atau ladang. Kebanyakan, para petani kesulitan dalam pembiayaan pengembangan
pertaniannya.

Implementasi Musaqoh masing-masing dari keduanya mempunyai tugas. Tugas untuk


pemilik kebun adalah menanggung semua biaya dan kebutuhan yang digunakan untuk
merawat perkebunannya. Sedangkan, tugas untuk penggarap adalah:
 Mengelolah tanah, tanaman, dan pengairan. Baik itu dikerjakan sendiri atau
menggunakan mesin.
 Memberikan pupuk pada tanaman.
 Membersihakan saluran-saluran yang menghalangi pengairan pada kebun.
 Membasmi segala penyakit yang dapat mengganggu perkebunan, seperti hama.

Anda mungkin juga menyukai