Anda di halaman 1dari 10

PARAGRAF

A. INFORMASI UMUM

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia


Kode/SKS : UNP 1.60.1404/2 SKS
Pokok bahasan : Paragraf
Pertemuan Ke :7
Dosen : Dr. Amril Amir, M.Pd. (Tim Dosen MK Bahasa Indonesia)

B. Capaian Pembelajaran :
Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menyusun paragraf dengan tepat.

C. Materi :

1. Hakikat Paragraf
Sebuah karangan pada dasarnya terbentuk dari serangkaian kalimat yang tergabung
dalam satu paragraf, dan beberapa paragraf terkait dalam satu topik pembahasan. Paragraf adalah
rangkaian kalimat yang menyatakan gagasan atau pikiran secara utuh dan terpadu, yang di
dalamnya terdiri dari kalimat utama dan kalimat penunjang.
Akhadiah (1988:144) mengemukakan bahwa “paragraf merupakan inti penuangan buah
pikiran dalam sebuah karangan dan dapat juga dikatakan karangan yang paling pendek atau
singkat”. Paragraf adalah “seperangkat kalimat yang tersusun secara logis-sistematis guna
membicarakan satu pokok pikiran” (Gani, 1999:116). Senada dengan itu, Tarigan (1998:13)
menyatakan bahwa paragraf adalah “kesatuan ekspresi yang terdiri atas seperangkat kalimat
yang digunakan oleh pengarang sebagai alat untuk menyatakan dan menyampaikan jalan
pikirannya kepada pembaca”. Selanjutnya paragraf menurut Parera (1987:21) adalah “satu model
karangan yang terkecil”. Akhadiah (1988: 156) menyatakan bahwa,

kerangka paragraf yang berisi satu gagasan pokok dan beberapa gagasan
penunjang dapat dikembangkan menjadi satu paragraf. Agar paragraf yang
dibuat tersebut koheren, ada beberapa hal yang harus diperhatikan: yaitu (1)
susunlah kalimat topik dengan baik, (2) tempatkan kalimat topik dalam satu
posisi menyolok dan jelas dalam sebuah paragraf, (3) tunjanglah (dukunglah)
kalimat topik tersebut dengan detail-detail atau perincian-perincian yang tepat,
(4) gunakan kata-kata transisi, frasa dan alat lain di dalam dan antar paragraf.

Dari defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa paragraf itu merupakan kumpulan atau
gabungan dari beberapa kalimat yang membentuk satu pokok pikiran. Sebuah paragraf terdiri
dari satu kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas yang saling berhubungan untuk
membentuk satu pokok pikiran. Jadi, sebuah paragraf bukan terdiri dari satu kalimat saja tetapi
terdiri dari beberapa kalimat.
2. Persyaratan Paragraf
Sebuah paragraf yang baik harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Seperti
yang dikemukakan Semi (1990:57-58) paragraf yang baik harus memiliki syarat-syarat sebagai
berikut.

a. Kesatuan
Kesatuan dalam paragraf berhubungan dengan pengembangan kalimat topik. Kalimat
topik yang akan dikembangkan dapat diletakkan pada awal paragraf, awal dan akhir paragraf,
akhir paragraf. Selain itu topik paragraf ada yang tersebar pada seluruh kalimat dalam paragraf.
Kalimat topik yang terdapat di awal paragraf disebut juga dengan paragraf deduktif. Kalimat
topiknya dinyatakan dalam kalimat pertama kemudian disusul oleh kalimat-kalimat penjelas.
Kalimat topik yang berada di akhir paragraf disebut paragraf induktif. paragraf ini mula-
mula dikemukakan dengann fakta-fakta, uraian, penjelasan, dan contoh. Kemudian dari fakta itu
penulis menggeneralisasikan ke dalam sebuah kalimat. Paragraf yang kalimat topiknya terdapat
pada kalimat pertama dan kalimat akhir (deduktif-induktif). Pada dasarnya kalimat ini hanya
menggunakan satu gagasan saja, namun kalimat topiknya diletakkan di awal dan di akhir
paragraf.

b. Koherensi atau Penyatuan


Suatu paragraf dapat dikatakan koheren apabila terdapat kekompakan kalimat yang satu
dengan kalimat yang lainnya di dalam sebuah paragraf. Menurut Semi (1990:74-75) paragraf
yang koheren dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut.
(1) Ide disusun dengan satu pola susunan yang tepat dan tertib. (2) Kalimat-
kalimat disusun dalam pola dan kaidah kebahasaan yang teratur. Artinya
penyatusn paragraf ini bukan saja bermaksud menyatakan hubungan antara
kalimat dengan kalima, melainkan untuk menunjukkan kejelasan hubungan itu.
Kejelasan hubungan itu dapat dicapai dengan menggunakan kata transisi, kata
ganti, repetisi, dan penggunaan struktur paralel.

c. Kecukupan Pengembangan
Panjang sebuah paragraf ditentukan oleh keluasan topik paragraf itu sendiri. Bila topik
itu agak luas, maka kalimat penjelas yang digunakan sesuai dengan tuntutan. Menulis paragraf,
jangan terlalu banyak menggunakan kalimat penjelas digunakan karena akan menimbulkan
kemubaziran, dan jangan pula terlalu sedikit karena akan muncul suatu penyampain ide atau
gagasan yang kurang jelas. Dengan kata lain, paragraf tersebut belum kembang secara memadai.
(Semi: 1990:81).

d. Susunan yang terpola


Menurut Semi (1990:82-83) ada tiga yaitu susuna kronologis, susunan ruang, dan susuna
logis. Susunan khronologis adalah pengembangan paragraf dengan memperhatikan urutan waktu,
lokasi, dan peristiwa. Pengembangan khronologis sering menggunakan kata-kata bantu seperti,
mula-mula, kemudian, sesudah itu, selanjutnya, dan lalu. Susunan ruang adalah pengembangan
paragaraf dengan menitikberatkan kepada pendeskripsian kondisi, bentuk, dan letak objek yang
diamati. Deskripsi itu dapat dalam bentuk gambaran umum (tidak jelas) atau gambaran yang
lebih pasti (tegas). Susunan logis adalah gagasan berdasarkan urutan semestinya, mendahulukan
apa yang patut dahulu dan mengemudiankan apa yang patut kemudian. Susunan logis ini terdiri
beberapa pola seperti: defenisi, klasifikasi, perbandingan, pertentangan, pemberian contoh,
pemberian alasan, dan analisis sebab akibat. Jadi sebuah paragraf harus memiliki susunan
terpola agar tidak rancu maksud yang dikemukakan dalam paragraf.

3. Struktur Paragraf

Menuangkan buah pikiran secara teratur dan terorganisasi ke dalam sebuah tulisan,
sehingga pembaca dapat memahaminya, dan memahami pikiran orang lain, tidaklah mudah.
Supaya pikiran tersebut dapat diterima dengan jelas oleh pembaca, paragraf harus tersusun
secara logis dan sistematis. Alat untuk menciptakan susunan logis dan sistematis pada paragraf
itu adalah harus terdiri dari unsur transisi, kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat
penegas (Tarigan, 1998:18).
Berdasarkan kelengkapan unsur dan posisinya dalam paragraf, maka dapat ditentukan
beberapa struktur paragraf. Menurut Tarigan (1998:21) struktur paragraf sebagai berikut.
(1) unsur paragraf lengkap dengan susunan transisi, kalimat topik, kalimat
pengembang, dan kalimat penegas, (2) paragraf yang memiliki tiga
susunan unsur seperti kalimat topik, kalimat pangembang dan kalimat
penegas, (3) paragraf yang memilki tiga unsur dengan susunan transisi,
kalimat topik, dan kalimat pengembang, (4) paragraf yang memiliki dua
susunan unsur dengan susuna kalimat topik dan kalimat pengembang, (5)
paragraf yang memilki dua unsur dengan susunan kalimat pengembang,
kalimat topik dan kembali lagi ke kalimat pengembang.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa paragraf memiliki unsur pokok, yaitu: (a)
kalimat topik dan (b) kalimat pengembang.

(a) Kalimat Topik


Kalimat topik merupakan kalimat utama dalam paragraf. Di dalam kalimat itu tersirat
tentang masalah apa yang akan didiskusikan atau dibahas. Oleh karena itu, kalimat topik
merupakan pegangan bagi penulis tentang pemilihaninformasi-informasi penjelas. Tetapi juga
merupakan bimbingan bagi pembaca untuk mengikuti jalan gagasan penulis. (Sujanto,1998:135-
136). Menurut Gani, (1999:118) kalimat topik atau kalimat utama adalah kalimat yang memuat
gagasan atau pikiran utama dan kalimat penjelas adalah kalimat yang memuat ide atau gagasan
penjelas. Selanjutnya Semi (1990:60) mengungkapkan bahwa “kalimat yang menyatakan pokok
pikiran itulah disebut kalimat topik, sedangkan kalimat-kalimat lain yang menjelaskan pokok
pikiran itu disebut dengan kalimat penjelas.
Dari pandangan di atas, jelas dikatakan bahwa kalimat topik atau kalimat utama adalah
kalimat yang mengungkapkan ide/gagasan utama, sedangkan kalimat penjelas adalah kalimat
yang menjelaskan kalimat utama atau kalimat topik.

(b) Kalimat Pengembang


Sebagian besar kalimat-kalimat yang terdapat dalam satu paragraf adalah kalimat
pengembang. Susunan kalimat pengembang tidak sembarangan. Urutan kalimat pengembang
sebagai perluasan pemaparan ide pokok yang bersifat abstrak, menuruti hakikat ide pkok.
Pengembangan kalimat topik yang barsifat kronologis biasanya menyangkut hubungan antara
benda atau kejadian dengan waktu. Urutannya masa lalu, masa kini, dan masa akan datang.
Bila pengembangan kalimat topik berhubungan dengan jarak, biasanya menyangkut
hubungan antgar benda, peristiwa atau hal dengan ukuran jarak. Urutannya sebab dinyatakan
lebih dahulu kemudian diikuti akibatnya atau sebaliknya. Penyusunan urutan kalimat
pengembang berdasarkan urutan nomor, dimulai dari kejadian pertama, kedua, ketiga, dan
seterusnya (Gani, 1999:119).
Berdasarkan penjelasan dari kalimat topik dan kalimat pengembang di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa salah satu kalimat dalam paragraf merupakan kalimat topik, selebihnya
merupakan kalimat pengembang yang berfungsi memperluas keterangan, memperjelas,
menganalisis, atau menerangkan kalimat topik.

4. Jenis Paragraf
Emidar dan Ermanto (2018) membagi jenis paragraaf ke dalam beberapa jenis, yaitu:
kelengkapan paragraf, fungsi paragraf, dan teknik pemaparan paragraf.

a. Berdasarkan Kelengkapan
Berdasarkan kelengkapannya paragraf dibedakan menjadi dua jenis, yaitu paragraf
sederhana dan paragraf sempurna.
1) Paragraf Sederhana
Paragraf sederhana adalah paragraf yang terdiri dari kumpulan satu atau dua kalimat yang
membentuk satu kesatuan. Paragraf ini hanya berisi pengantar suatu topik bahasan, penutup topik
bahasan, dan peralihan topik bahasan dalam buku atau karangan ilmiah. Paragraf sederhana
biasanya berisi pengantar/pembuka suatu topik bahasan atau kalimat yang berisi
penghubung/peralihan topik bahasan atau penutup topik bahasan. Dalam tulisan jurnalistik,
paragraph sederhana biasanya diletakkan sebagai paragraph teras dan tubuh berita. Paragraf
sederhana juga digunakan sebagai paragraf pembuka dan penutup.

2) Paragraf Sempurna
Paragraf sempurna adalah paragraf yang terdiri dari beberapa kalimat. Biasanya kalimat
dalam paragraf sempurna terdiri dari topik bahasa paragraf, sedangkan beberapa kalimat lainnya
menjelaskan topik bahasan paragraf. Paragraf sempurna berisi satu topik bahasan, sedangkan
kalimat yang lain berfungsi sebagai kalimat pengembang.

b. Berdasarkan Posisi Kalimat Topik


Kalimat yang berisi gagasan utama paragraf adalah kalimat topik. Karena berisi gagasan
utama itulah keberadaan kalimat topik dan letak posisinya dalam paragraf menjadi penting.
Posisi kalimat dalam sebuah paragraf akan memberi warna tersendiri bagi sebuah paragraf. Hal
ini berkaitan dengan penekanan dalam sebuah kalimat dengan cara menempatkan bagian yang
penting pada posisi tertentu. Berdasarkan posisi kalimat topik, paragraf dibedakan atas empat
macam, yakni (a) paragraf deduktif, (b) paragraf induktif, (c) paragraf deduktif-induktif, dan (d)
paragraf penuh kalimat topik.
(1) Paragraf deduktif
Bila kalimat pokok ditempatkan pada bagian awal paragraf akan terbentuk paragraf yang
bersifat deduktif, yaitu cara penguraian yang menyajikan pokok permasalahan lebih dahulu, lalu
menyusul uraian yang terinci mengenai pemasalahan atau gagasan paragraf (urutan umum-
khusus).
(2) Paragraf Induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan pada akhir paragraf, akan terbentuk paragraf induktif.
Dalam pragraf ini, penulis menguraikan penjelasan terlebih dahulu, barulah diakhiri dengan
pokok pembicaraan (urutan khusus-umum). Penyajian paragraf dengan cara ini lebih sulit jika
dibandingkan dengan paragraf deduktif, tetapi paragrafnya akan terasa lebih argumentatif.
(3) Paragraf Deduktif-Induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf maka akan
terbentuklah paragraf campuran. Kalimat pada akhir paragraf bersifat mengulang atau
menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.
(4) Paragraf Penuh Kalimat Topik
Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga tidak satu pun
kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi demikian itu bisa terjadi akibat sulitnya
menentukan kalimat topik karena kalimat yang satu dengan yang lainnya sama-sama penting.
Paragraf semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian yang bersifat deskriptif dan naratif.

c. Berdasarkan Fungsi Paragraf


Berdasarkan fungsinya dalam karangan, paragraf dapat dibedakan atas tiga macam yaitu
paragraf pembuka, paragraf pengembang, dan paragraf penutup. Ketiga jenis paragraf itu
memiliki fungsi tersendiri antara satu dengan yang lain.
(1) Paragraf pembuka
Paragraf pembuka berfungsi mengutarakan satu aspek pokok pembicaraan dalam
karangan. Sebagai awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus mampu menjalankan
fungsinya, yaitu: (a) mengantar pokok pembicaraan; (b) menarik minat dan perhatian pembaca;
dan (c) menyiapkan pikiran pembaca untuk mendapatkan gambaran umum tentang isi karangan.
Setelah menilik ketiga fungsi tersebut, dapat dikatakan bahwa paragraf pembuka
memegang peranan penting di dalam sebuah karangan. Guna mencapai sasaran penulisan,
paragraf pembuka harus disajikan dalam bentuk yang menawan pembaca. Untuk itu, bentuk-
bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis paragraf pembuka, yaitu: (a)
kutipan, peribahasa, anekdot; (b) uraian mengenai pentingnya pokok pembicaraan; (c) suatu
tantangan atas pendapat atau pertanyaan seseorang; (d) uraian tentang pengalaman pribadi; (e)
uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan; atau (e) sebuah pernyataan.
(2) Paragraf Pengembang
Paragraf ini mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah
dirumuskan di dalam paragraf pembuka. Contoh-contoh ilustrasi, inti permasalahan, dan uraian
pembahasan adalah isi sebuah paragraf pengembang.
Secara rinci dapat dirumuskan bahwa fungsi paragraf pengembang di dalam karangan
adalah: (a) mengemukan inti persoalan; (b) memberi ilustrasi atau contoh; (c) menjelaskan hal
yang diuraikan pada paragraf berikutnya; (d) meringkas paragraf berikutnya; dan (e)
mempersiapkan dasar atau landasan bagi simpulan
(3) Paragraf Penutup
Paragraf penutup berisi simpulan bagian karangan (subbab, bab) atau simpulan seluruh
karangan. Paragraf ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas.
Mengingat paragraf ini dimaksud untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan,
penyajiannya harus memperhatikan hal berikut ini: (a) sebagai penutup, paragraf ini tidak boleh
terlalu panjang; (b) isi paragraf ini harus berisi simpulan yang mencerminkan sebagai inti seluruh
uraian; (c) sebagai bagian yang paling akhir di baca, hendaklah paragraf ini dapat menimbulkan
kesan yang mendalam bagi pembacanya.
d. Berdasarkan Teknik Pemaparan Paragraf
Berdasarkan Teknik pemaparannya, maka paragraf dibedakan atas empat jenis, yaitu:
1) Narasi
Menurut Semi (1990: 32), tulisan narasi pada umumnya digunakan menyampaikan
rangkaian peristiwa yang dialami oleh manusia. Narasi merupakan bentuk percakapan atau
tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman
manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Peristiwa yang disampaikan bisa
tentang diri sendiri bisa juga tentang orang lain, bahkan mungkin merupakan peristiwa yang
dikisahkan turun temurun. Keraf (1997:136) mengungkapkan konsep yang jelas tentang narasi.
Konsep tentang narasi tersebut adalah sebagai berikut ini.
Suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin
dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan
waktu. Atau dapat juga dirumuskan dengan cara lain: narasi adalah suatu bentuk
wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada
pembaca tentang peristiwa yang terjadi.
Kutipan tersebut menunjukkan bahwa unsur utama tulisan narasi adalah kejadian. Dari unsur
kejadian atau peristiwa ini, diperlukan unsur lain seperti pelaku, tempat atau lokasi atau setting,
dan waktu. Urut-urutan antara kejadian, pelaku atau tokoh, tempat atau lokasi, dan waktu akan
membentuk alur. Alwi (2001:46) juga memberikan pandangan yang identik tentang narasi.
Menurut pakar ini, narasi merupakan gaya atau corak tulisan yang bertujuan menceritakan
rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan pengembangannya dari waktu ke
waktu.
Berdasarkan pengertian tentang tulisan narasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa tulisan
narasi bertujuan untuk menguraikan serangkaian peristiwa yang diatur sedemikian rupa sehingga
maknanya muncul di dalamnya. Dengan demikian, dalam tulisan narasi terdapat unsur utama,
yaitu: (1) peristiwa atau kejadian, (2) tokoh, (3) latar (termasuk tempat, waktu, dan suasana),
serta (4) alur atau rangkaian peristiwa.
Ada dua jenis tulisan narasi, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Tulisan narasi
ekspositoris digunakan untuk menggugah pikiran para pembaca sehingga para pembaca
mengetahui apa yang dikisahkan atau diceritakan si penulis. Sasaran utama adalah adanya
perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca tulisan tersebut. Menurut Keraf
(1997:137), tulisan narasi ekspositoris mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-
rangkaian perbuatan kepada para pembaca atau pendengar.
Menurut Semi (1990:35), ”Narasi ekspositoris atau narasi informatif adalah narasi yang
pada dasarnya berkecenderungan sebagai bentuk eksposisi untuk mengin-formasikan peristiwa
dengan bahasa yang lugas dan konfliknya tidak terlalu kelihatan”. Narasi ekspositoris lebih dekat
hubungannya dengan tujuan untuk menyajikan suatu analisis proses. Isi tulisan narasi
ekspositoris mengungkapkan rangkaian peristiwa atau kejadian secara berurutan. Sebagai
contoh, jika penulis ingin mengungkapkan kisah-kisah yang menarik, pengalaman yang
berkesan, atau peristiwa-peristiwa yang pernah dialaminya, tulisan narasi ekspositoris
merupakan jenis tulisan yang tepat digunakan.
Tulisan narasi sugestif berbeda dengan tulisan narasi ekspositoris. Menurut Keraf
(1997:138), ”Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam
sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Pembaca menarik suatu makna baru di luar apa
yang diungkapkan secara eksplisit.” Dengan demikian, penulis narasi sugestif berusaha agar
pembaca juga ikut dalam cerita yang diungkapkan pengarang sehingga pembaca juga ikut terharu
dalam membaca ceritanya. Bentuk narasi sugestif ini lazimnya dikenal dengan cerita, misalnya
cerita pendek (cerpen), cerita bersambung (cerbung), atau cerita yang lebih kompleks misalnya
novel atau roman.

2) Deskripsi
Tulisan deskripsi adalah tulisan yang digunakan penulis untuk mendeskripsikan atau
menguraikan sesuatu. Menurut Semi (1990:42), tulisan deskripsi adalah tulisan yang tujuannya
memberikan perincian atau detail tentang objek sehingga dapat memberi pengaruh terhadap
pembaca atau pendengar bagaikan pembaca ikut melihat, mende-ngar, merasakan, atau
mengalami langsung objek tersebut. Sejalan dengan itu, Atmazaki (2006:88) menjelaskan bahwa
deskripsi merupakan bentuk tulisan yang melukiskan suatu objek (tempat, benda, dan manusia)
sehingga pembaca seolah-olah mencermati, mendengarkan, meraba, merasakan, atau melihat
segala sesuatu yang dideskripsikan tersebut. Selain itu, tulisan deskripsi harus mampu memikat
dan mem-pengaruhi emosi serta sensitivitas pembaca dan membentuk imajinasi pembaca.
Suparno dan Mohammad Yunus (2003: 4.5) juga menyatakan bahwa kata deskripsii berasal dari
kata describere yang berarti menggambarkan atau memerikan suatu hal. Berdasarkan istilah
tersebut disimpulkan bahwa deskripsi adalah suatu bentuk tulisan yang melukiskan sesuatu
sesuai dengan keadaan sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar,
mencium, dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya. Jadi, tulisan
deskripsi adalah tulisan yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu objek sehingga pembaca
seakan-akan mampu mengindera objek tersebut. Objek dalam tulisan deskripsi dapat berupa
benda, perasaan atau ide atau imajinasi.
Tulisan deskripsi berbeda dengan tulisan lain seperti narasi, eksposisi, dan argu-mentasi.
Menurut Semi (1990: 41), ciri penanda deskripsi sekaligus sebagai pembeda dengan jenis
karangan yang lain ada lima, yaitu sebagai berikut ini.
a) Deskripsi lebih berupaya memperlihatkan detail atau perincian tentang objek. Mak-
sudnya, untuk menghasilkan tulisan deskripsi yang baik seorang penulis harus mam-pu
memperlihatkan suatu objek secara detail dan lebih terperinci. Misalnya, penulis ingin
melukiskan tentang benda/orang, maka penulis harus mampu melukiskan bagaimana
bentuk atau sosok orang tersebut..
b) Deskripsi lebih bersifat mempengaruhi emosi serta sensitivitas dan membentuk ima-jinasi
pembaca. Maksudnya, pembaca akan ikut merasakan tentang objek yang dilu-kiskan dan
merasa bahwa objek yang dilukiskan itu seolah-olah dapat dirasakan sesuai dengan
imajinasi yang disuguhkan penulis.
c) Deskripsi disampaikan dengan gaya memikat dan pilihan kata yang menggugah.
Maksudnya, pilihan kata dalam tulisan deskripsi dapat menggugah perasaan pem-baca.
Setelah membaca sebuah tulisan deskripsi, imajinasi pembaca akan ter-pancing.
Misalnya, penulis ingin melukiskan suasana di dalam bus yang sesak, maka penulis harus
mampu memilih diksi dan gaya bahasa yang tepat sehingga imajinasi pembaca terpancing
ikut merasakan atau mampu membayangkan alangkah sesak dan pengapnya bus tersebut..
d) Deskripsi lebih banyak memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat dan
dirasakan sehingga objeknya pada umumnya benda, alam, warna dan manusia. Setiap
rangkaian kalimat yang dibuat dapat membentuk imajinasi pembaca sehingga pembaca
dapat merasakan seolah-olah melihat, mendengar dan merasakan apa yang dibacanya.
e) Organisasi penyajian lebih umum menggunakan susunan ruang. Misalnya, jika penulis
ingin melukiskan suatu tempat atau ruangan, penulis tersebut akan merinci bentuk, isi,
dan susunan ruang.
Berdasarkan uraian tentang ciri-ciri tulisan deskripsi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
indikator tulisan deskripsi yang baik ada lima. Kelima indikator tersebut adalah: (1)
mengungkapkan rincian tentang objek, (2) menggugah emosi pembaca, (3) meng-gunakan diksi
yang tepat, (4) menggugah imajinasi pembaca, dan (5) mengorganisasikan tulisan dengan cara
yang tepat, lazimnya menggunakan susunan ruang. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa Semi
(1990:42) membagi tulisan deskripsi ke dalam dua jenis. Kedua jenis tulisan deskripsi itu adalah
deskripsi ekspositorik dan deskripsi artistik. Tulisan deskripsi ekspositorik (deskripsi teknis)
adalah tulisan deksripsi yang bertujuan untuk menjelaskan sesuatu dengan perincian yang jelas
sebagaimana adanya tanpa mene-kankan unsur impresi atau sugesti kepada pembaca.
Sebaliknya, tulisan deskripsi artistik adalah tulisan deskripsi yang mengarah pada pemberian
pengalaman kepada pembaca bagaikan berkenalan langsung dengan objek yang disampaikan,
dengan jalan menciptakan sugesti dan impresi melalui keterampilan penyampaian dengan gaya
yang memikat dan pilihan kata yang menggugah perasaan.

3) Eksposisi
Kata eksposisi berasal dari bahasa Inggris yaitu exposition, dalam bentuk verbanya
adalah to exspose yang berarti menerangkan, atau menjelaskan. Sebenarnya, kata eksposisi
berasal dari bahasa Latin, yang berarti memulai atau membuka. Tulisan eksposisi adalah tulisan
yang uraiannya berupa penjelasan-penjelasan sehingga dapat membuka cakrawala berpikir
pembaca. Tujuan penulis menyusun karangan eksposisi adalah memaparkan, menguraikan, dan
menjelasakan atau memberi informasi tentang sesuatu secara murni, apa adanya. Melalui tulisan
ini, diharapkan pengetahuan pembaca tentang apa yang dibacanya menjadi bertambah luas dan
dalam. Menurut Gani (1999:151), “Wacana eksposisi adalah wacana yang uraiannya berupa
penjelasan-penjelasan, sehingga dapat membuka cakrawala berpikir pembacanya”.
Keraf (1995:8), mengemukakan bahwa tulisan eksposisi adalah bentuk wacana yang
tujuan utamanya memberitahukan atau memberi informasi mengenai suatu objek tertentu dan
dengan informasi itu pengetahuan para pembaca bertambah luas. Jenis karangan ini tidak
termaksud mempengaruhi atau mengubah sikap pembaca. Sebaliknya, Semi (1990:37),
menjelaskan pengertian eksposisi sebagai berikut.

Eksposisi adalah tulisan yang bertujuan menjelaskan atau memberikan informasi


tentang sesuatu. Contoh umum tentang eksposisi adalah: sebagian besar buku
teks, petunjuk tentang cara menjalankan mesin, petunjuk tentang komponen
suatu obat, laporan, skripsi, label pada botol makanan, kamus, buku Tanya
jawab, berita-berita atau artikel di surat kabar, surat resmi, buku tentang
masakan, buku tentang merawat bunga, petunjuk tentang merawat wajah atau
rambut, bahkan uraian tentang pengertian eksposisi ini pun adalah eksposisi.
Untuk mendapatkan contoh tulisan eksposisi tidaklah begitu sulit. Contoh tulisan
eksposisi dapat diperoleh di perpustakaan, di media masa, seperti buku teks, petunjuk jalan,
petunjuk menjalakan mesin, penjelasan tentang komponen suatu obat, makalah, skripsi, label
pada botol makanan, kamus, artikel, surat resmi, dan sebagainya. Hakikat tulisan eksposisi
merupakan jawaban dari pertanyaan mengapa dan bagaimana. Jawaban atas pertanyaan inilah
yang menguraikan atau menjelaskan suatu ilmu pengetahuan. Dikarenakan eksposisi merupakan
tulisan yang memberikan penjelasan dan informasi, bahasa yang digunakan pun haruslah lugas,
padat, tidak bertele-tele serta netral. Arti kata yang dipilih harus mempunyai arti yang standar.
Kenetralan merupakan kunci utama tulisan eksposisi.
Semi (1990: 38--39) menyatakan lima ciri penanda tulisan eksposisi yaitu: (1) berupa
tulisan yang memberikan pengertian dan pengetahuan, (2) menjawab pertanyaan dari apa,
mengapa, kapan, dan bagaimana, (3) disampaikan dengan bahasa baku, (4) menggunakan (lebih
umum) susunan logis, dan (5) disampaikan dengan nada netral, tidak memihak, dan tidak
memaksakan sikap penulis terhadap pembaca. Kelima ciri-ciri tersebut memiliki hubungan yang
erat antara yang satu dengan yang lain.
Berdasarkan proses penulisannya, Keraf (1995:6) menyatakan bahwa suatu tulisan dapat
dikatakan sebagai tulisan eksposisi jika telah terpenuhi syarat-syarat tulisan eksposisi tersebut.
Menurut Keraf (1995:6) ada tiga syarat tulisan eksposisi. Pertama, penulis harus mengetahui
subjek yang digarapnya. Pengetahuan ini harus di-ketahuinya agar ia dapat memperluas
pengetahuannya tentang hal tersebut. Pengetahu-annya itu dapat diperolehnya melalui penelitian
lapangan, wawancara, atau penelitian kepustakaan. Kedua, penulis harus mampu menganalisis
persoalan sacara jelas dan konkret. Ketiga, penulis mengumpulkan bahan sebanyak-banyaknya,
kemudian bahan tersebut dipilih sesuai dengan tujuan tulisan eksposisi, selanjutnya bahan-bahan
tersebut disampaikan dalam bentuk tulisan eksposisi. Relevan dengan pendapat tersebut,
Tarigan (1986: 35) mengatakan setelah membaca tulisan eksposisi pembaca akan memahami hal
yang telah telah dijelaskan penulis. Tulisan eksposisi merupakan tulisan yang member pengertian
dan pengetahuan tentang suatu hal. Tulisan penyingkapan dilakukan dengan jalan memberikan
jawaban-jawaban atas sejumlah pertanyaan yang vital, seperti apa, bagaimana, mengapa, dan
dimana.
Unsur umum tulisan eksposisi tudak terlepas dari unsur sebuah wacana pada umumnya.
Sebuah wacana selalu mengandung topik dan tema, frase, kata, dan unsur ortografis yang
berkaitan dengan tata ejaan dan tata istilah. Topik disebut juga dengan pokok pikiran yang
diperbincangkan dalam sebuah wacana. Sebuah wacana yang baik hanya memiliki satu topik
utama. Topik utama dapat dikembangkan dengan beberapa topik penjelas, yang penting topik
penjelas itu harus mengacu pada topik utama. Dengan kata lain, titk tolak topik penjelas adalah
topik utama. Ada tiga hal yang dapat dilakukan agar pengembangan topik itu terarah, yaitu: 1)
membagi topik utama atas beberapa subtopik dan subtopik dikembangkan atas beberapa
paragraf, 2) menyisihkan detail atau ide penjelas yang tidak penting, dan 3) memilih dan
mengambil ide penjelas yang sesuai ide pokok.
Keraf (1995:9), mengemukakan langkah-langkah menulis tulisan eksposisi sebagai
berikut. Pertama, pendahuluan disajikan latar belakang, alasan memilih topik itu, pentingnya
topik, luas lingkup, batasan pengertian topik, permasalahan dan tujuan penulisan kerangka acuan
yang digunakan. Kedua, tubuh eksposisi. Tubuh atau isi eksposisi ini hendaknya disajikan
dengan teratur. Penulis harus mengembangkan sebuah organisasi atau kerangka karangan
terlebih dahulu. Ketiga, kesimpulan. Dalam bagian ini diungkapkan apa yang disajikan dalam isi
eksposisi sesuai dengan sifat eksposisi. Apa yang disajikan hendaknya tidak mengarah kepada
usaha mempengaruhi para pembaca. Jadi, hanya bersifat semacam pendapat atau kesimpulan
yang dapat diterima atau ditolak pembaca.

4) Argumentasi
Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan
pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang
diinginkan penulis atau pembicara (Keraf, 1983: 23). Melalui argumentasi, penulis berusaha
merangkaikan fakta sedemikian rupa sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat
atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak. Argumentasi merupakan dasar yang paling
fundamental dalam ilmu pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan, argumentasi itu tidak lain
daripada usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan-kemungkinan
untuk menyatakan sikap atau pendapat mengenai suatu hal.
Semi (1987: 53) mengemukakan bahwa suatu argumentasi adalah suatu tulisan yang
bertujuan meyakinkan atau membujuk pembaca tentang kebenaran pendapat atau pernyataan
penulis. Dalam komunikasi antaranggota masyarakat, argumentasi merupakan alat pertukaran
informasi yang tidak dipengaruhi oleh pandangan-pandanga yang subyektif.
Menurut C.H Vivian (dalam Achmadi, 1988: 90) argumen adalah suatu bentuk wacana yang
tujuan utamanya adalah untuk mempersuasi audien tertentu untuk mengambil suatu doktrin,
sikap, atau perbuatan tertentu. Argumen kadang-kadang menggerakkan intelek, kadang-kadang
menggugah emosi, dan seringkali menggerakkan keduanya. Lebih lanjut, Achmadi (1988: 93)
mengemukakan bahwa argumentasi dapat dikatakan sebagai salah satu proses belajar. Dalam
proses ini, serangkaian fakta dan pendapat atau pertimbangan disusun untuk membangun suatu
simpulan. Selanjutnya dikatakan bahwa pembahasan tentang argumentasi itu bersifat kompleks,
oleh karena banyaknya cara dalam mengatur fakta dan pendapat.
Menurut Keraf (1991: 3) argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk
mempengaruhi sikap dan pendapat oran lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara. Dalam dunia ilmu pengetahuan,
argumentasi tidak lain dari pada usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan
kemungkinan-kemungkinan untuk menya-takan sikap atau pendapat mengenai suatu hal.
Bertolak dari kutipan-kutipan tersebut, dapat disimpulkan secara sederhana tentang tulisan
argumentasi. Tulisan argumentasi adalah tulisan yang digunakan untuk mengungkapkan suatu
data, fakta, dan alasan sesuatu dilakukan dengan jelas sehingga pembaca yakin akan suatu yang
diungkapkan itu. Menurut Keraf (1983: 4) sebuah tulisan argumentasi mempunyai empat ciri
utama. Keempat ciri-ciri tersebut adalah: (1) merupakan hasil pemikiran yang kritis dan logis, (2)
bertolak dari fakta atau evidensi-evidensi yang ada, (3) bersifat mengajak atau mempengaruhi
orang lain, dan (4) dapat diuji kebenarannya.

Anda mungkin juga menyukai