A. INFORMASI UMUM
B. Capaian Pembelajaran :
Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menyusun paragraf dengan tepat.
C. Materi :
1. Hakikat Paragraf
Sebuah karangan pada dasarnya terbentuk dari serangkaian kalimat yang tergabung
dalam satu paragraf, dan beberapa paragraf terkait dalam satu topik pembahasan. Paragraf adalah
rangkaian kalimat yang menyatakan gagasan atau pikiran secara utuh dan terpadu, yang di
dalamnya terdiri dari kalimat utama dan kalimat penunjang.
Akhadiah (1988:144) mengemukakan bahwa “paragraf merupakan inti penuangan buah
pikiran dalam sebuah karangan dan dapat juga dikatakan karangan yang paling pendek atau
singkat”. Paragraf adalah “seperangkat kalimat yang tersusun secara logis-sistematis guna
membicarakan satu pokok pikiran” (Gani, 1999:116). Senada dengan itu, Tarigan (1998:13)
menyatakan bahwa paragraf adalah “kesatuan ekspresi yang terdiri atas seperangkat kalimat
yang digunakan oleh pengarang sebagai alat untuk menyatakan dan menyampaikan jalan
pikirannya kepada pembaca”. Selanjutnya paragraf menurut Parera (1987:21) adalah “satu model
karangan yang terkecil”. Akhadiah (1988: 156) menyatakan bahwa,
kerangka paragraf yang berisi satu gagasan pokok dan beberapa gagasan
penunjang dapat dikembangkan menjadi satu paragraf. Agar paragraf yang
dibuat tersebut koheren, ada beberapa hal yang harus diperhatikan: yaitu (1)
susunlah kalimat topik dengan baik, (2) tempatkan kalimat topik dalam satu
posisi menyolok dan jelas dalam sebuah paragraf, (3) tunjanglah (dukunglah)
kalimat topik tersebut dengan detail-detail atau perincian-perincian yang tepat,
(4) gunakan kata-kata transisi, frasa dan alat lain di dalam dan antar paragraf.
Dari defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa paragraf itu merupakan kumpulan atau
gabungan dari beberapa kalimat yang membentuk satu pokok pikiran. Sebuah paragraf terdiri
dari satu kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas yang saling berhubungan untuk
membentuk satu pokok pikiran. Jadi, sebuah paragraf bukan terdiri dari satu kalimat saja tetapi
terdiri dari beberapa kalimat.
2. Persyaratan Paragraf
Sebuah paragraf yang baik harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Seperti
yang dikemukakan Semi (1990:57-58) paragraf yang baik harus memiliki syarat-syarat sebagai
berikut.
a. Kesatuan
Kesatuan dalam paragraf berhubungan dengan pengembangan kalimat topik. Kalimat
topik yang akan dikembangkan dapat diletakkan pada awal paragraf, awal dan akhir paragraf,
akhir paragraf. Selain itu topik paragraf ada yang tersebar pada seluruh kalimat dalam paragraf.
Kalimat topik yang terdapat di awal paragraf disebut juga dengan paragraf deduktif. Kalimat
topiknya dinyatakan dalam kalimat pertama kemudian disusul oleh kalimat-kalimat penjelas.
Kalimat topik yang berada di akhir paragraf disebut paragraf induktif. paragraf ini mula-
mula dikemukakan dengann fakta-fakta, uraian, penjelasan, dan contoh. Kemudian dari fakta itu
penulis menggeneralisasikan ke dalam sebuah kalimat. Paragraf yang kalimat topiknya terdapat
pada kalimat pertama dan kalimat akhir (deduktif-induktif). Pada dasarnya kalimat ini hanya
menggunakan satu gagasan saja, namun kalimat topiknya diletakkan di awal dan di akhir
paragraf.
c. Kecukupan Pengembangan
Panjang sebuah paragraf ditentukan oleh keluasan topik paragraf itu sendiri. Bila topik
itu agak luas, maka kalimat penjelas yang digunakan sesuai dengan tuntutan. Menulis paragraf,
jangan terlalu banyak menggunakan kalimat penjelas digunakan karena akan menimbulkan
kemubaziran, dan jangan pula terlalu sedikit karena akan muncul suatu penyampain ide atau
gagasan yang kurang jelas. Dengan kata lain, paragraf tersebut belum kembang secara memadai.
(Semi: 1990:81).
3. Struktur Paragraf
Menuangkan buah pikiran secara teratur dan terorganisasi ke dalam sebuah tulisan,
sehingga pembaca dapat memahaminya, dan memahami pikiran orang lain, tidaklah mudah.
Supaya pikiran tersebut dapat diterima dengan jelas oleh pembaca, paragraf harus tersusun
secara logis dan sistematis. Alat untuk menciptakan susunan logis dan sistematis pada paragraf
itu adalah harus terdiri dari unsur transisi, kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat
penegas (Tarigan, 1998:18).
Berdasarkan kelengkapan unsur dan posisinya dalam paragraf, maka dapat ditentukan
beberapa struktur paragraf. Menurut Tarigan (1998:21) struktur paragraf sebagai berikut.
(1) unsur paragraf lengkap dengan susunan transisi, kalimat topik, kalimat
pengembang, dan kalimat penegas, (2) paragraf yang memiliki tiga
susunan unsur seperti kalimat topik, kalimat pangembang dan kalimat
penegas, (3) paragraf yang memilki tiga unsur dengan susunan transisi,
kalimat topik, dan kalimat pengembang, (4) paragraf yang memiliki dua
susunan unsur dengan susuna kalimat topik dan kalimat pengembang, (5)
paragraf yang memilki dua unsur dengan susunan kalimat pengembang,
kalimat topik dan kembali lagi ke kalimat pengembang.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa paragraf memiliki unsur pokok, yaitu: (a)
kalimat topik dan (b) kalimat pengembang.
4. Jenis Paragraf
Emidar dan Ermanto (2018) membagi jenis paragraaf ke dalam beberapa jenis, yaitu:
kelengkapan paragraf, fungsi paragraf, dan teknik pemaparan paragraf.
a. Berdasarkan Kelengkapan
Berdasarkan kelengkapannya paragraf dibedakan menjadi dua jenis, yaitu paragraf
sederhana dan paragraf sempurna.
1) Paragraf Sederhana
Paragraf sederhana adalah paragraf yang terdiri dari kumpulan satu atau dua kalimat yang
membentuk satu kesatuan. Paragraf ini hanya berisi pengantar suatu topik bahasan, penutup topik
bahasan, dan peralihan topik bahasan dalam buku atau karangan ilmiah. Paragraf sederhana
biasanya berisi pengantar/pembuka suatu topik bahasan atau kalimat yang berisi
penghubung/peralihan topik bahasan atau penutup topik bahasan. Dalam tulisan jurnalistik,
paragraph sederhana biasanya diletakkan sebagai paragraph teras dan tubuh berita. Paragraf
sederhana juga digunakan sebagai paragraf pembuka dan penutup.
2) Paragraf Sempurna
Paragraf sempurna adalah paragraf yang terdiri dari beberapa kalimat. Biasanya kalimat
dalam paragraf sempurna terdiri dari topik bahasa paragraf, sedangkan beberapa kalimat lainnya
menjelaskan topik bahasan paragraf. Paragraf sempurna berisi satu topik bahasan, sedangkan
kalimat yang lain berfungsi sebagai kalimat pengembang.
2) Deskripsi
Tulisan deskripsi adalah tulisan yang digunakan penulis untuk mendeskripsikan atau
menguraikan sesuatu. Menurut Semi (1990:42), tulisan deskripsi adalah tulisan yang tujuannya
memberikan perincian atau detail tentang objek sehingga dapat memberi pengaruh terhadap
pembaca atau pendengar bagaikan pembaca ikut melihat, mende-ngar, merasakan, atau
mengalami langsung objek tersebut. Sejalan dengan itu, Atmazaki (2006:88) menjelaskan bahwa
deskripsi merupakan bentuk tulisan yang melukiskan suatu objek (tempat, benda, dan manusia)
sehingga pembaca seolah-olah mencermati, mendengarkan, meraba, merasakan, atau melihat
segala sesuatu yang dideskripsikan tersebut. Selain itu, tulisan deskripsi harus mampu memikat
dan mem-pengaruhi emosi serta sensitivitas pembaca dan membentuk imajinasi pembaca.
Suparno dan Mohammad Yunus (2003: 4.5) juga menyatakan bahwa kata deskripsii berasal dari
kata describere yang berarti menggambarkan atau memerikan suatu hal. Berdasarkan istilah
tersebut disimpulkan bahwa deskripsi adalah suatu bentuk tulisan yang melukiskan sesuatu
sesuai dengan keadaan sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar,
mencium, dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya. Jadi, tulisan
deskripsi adalah tulisan yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu objek sehingga pembaca
seakan-akan mampu mengindera objek tersebut. Objek dalam tulisan deskripsi dapat berupa
benda, perasaan atau ide atau imajinasi.
Tulisan deskripsi berbeda dengan tulisan lain seperti narasi, eksposisi, dan argu-mentasi.
Menurut Semi (1990: 41), ciri penanda deskripsi sekaligus sebagai pembeda dengan jenis
karangan yang lain ada lima, yaitu sebagai berikut ini.
a) Deskripsi lebih berupaya memperlihatkan detail atau perincian tentang objek. Mak-
sudnya, untuk menghasilkan tulisan deskripsi yang baik seorang penulis harus mam-pu
memperlihatkan suatu objek secara detail dan lebih terperinci. Misalnya, penulis ingin
melukiskan tentang benda/orang, maka penulis harus mampu melukiskan bagaimana
bentuk atau sosok orang tersebut..
b) Deskripsi lebih bersifat mempengaruhi emosi serta sensitivitas dan membentuk ima-jinasi
pembaca. Maksudnya, pembaca akan ikut merasakan tentang objek yang dilu-kiskan dan
merasa bahwa objek yang dilukiskan itu seolah-olah dapat dirasakan sesuai dengan
imajinasi yang disuguhkan penulis.
c) Deskripsi disampaikan dengan gaya memikat dan pilihan kata yang menggugah.
Maksudnya, pilihan kata dalam tulisan deskripsi dapat menggugah perasaan pem-baca.
Setelah membaca sebuah tulisan deskripsi, imajinasi pembaca akan ter-pancing.
Misalnya, penulis ingin melukiskan suasana di dalam bus yang sesak, maka penulis harus
mampu memilih diksi dan gaya bahasa yang tepat sehingga imajinasi pembaca terpancing
ikut merasakan atau mampu membayangkan alangkah sesak dan pengapnya bus tersebut..
d) Deskripsi lebih banyak memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat dan
dirasakan sehingga objeknya pada umumnya benda, alam, warna dan manusia. Setiap
rangkaian kalimat yang dibuat dapat membentuk imajinasi pembaca sehingga pembaca
dapat merasakan seolah-olah melihat, mendengar dan merasakan apa yang dibacanya.
e) Organisasi penyajian lebih umum menggunakan susunan ruang. Misalnya, jika penulis
ingin melukiskan suatu tempat atau ruangan, penulis tersebut akan merinci bentuk, isi,
dan susunan ruang.
Berdasarkan uraian tentang ciri-ciri tulisan deskripsi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
indikator tulisan deskripsi yang baik ada lima. Kelima indikator tersebut adalah: (1)
mengungkapkan rincian tentang objek, (2) menggugah emosi pembaca, (3) meng-gunakan diksi
yang tepat, (4) menggugah imajinasi pembaca, dan (5) mengorganisasikan tulisan dengan cara
yang tepat, lazimnya menggunakan susunan ruang. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa Semi
(1990:42) membagi tulisan deskripsi ke dalam dua jenis. Kedua jenis tulisan deskripsi itu adalah
deskripsi ekspositorik dan deskripsi artistik. Tulisan deskripsi ekspositorik (deskripsi teknis)
adalah tulisan deksripsi yang bertujuan untuk menjelaskan sesuatu dengan perincian yang jelas
sebagaimana adanya tanpa mene-kankan unsur impresi atau sugesti kepada pembaca.
Sebaliknya, tulisan deskripsi artistik adalah tulisan deskripsi yang mengarah pada pemberian
pengalaman kepada pembaca bagaikan berkenalan langsung dengan objek yang disampaikan,
dengan jalan menciptakan sugesti dan impresi melalui keterampilan penyampaian dengan gaya
yang memikat dan pilihan kata yang menggugah perasaan.
3) Eksposisi
Kata eksposisi berasal dari bahasa Inggris yaitu exposition, dalam bentuk verbanya
adalah to exspose yang berarti menerangkan, atau menjelaskan. Sebenarnya, kata eksposisi
berasal dari bahasa Latin, yang berarti memulai atau membuka. Tulisan eksposisi adalah tulisan
yang uraiannya berupa penjelasan-penjelasan sehingga dapat membuka cakrawala berpikir
pembaca. Tujuan penulis menyusun karangan eksposisi adalah memaparkan, menguraikan, dan
menjelasakan atau memberi informasi tentang sesuatu secara murni, apa adanya. Melalui tulisan
ini, diharapkan pengetahuan pembaca tentang apa yang dibacanya menjadi bertambah luas dan
dalam. Menurut Gani (1999:151), “Wacana eksposisi adalah wacana yang uraiannya berupa
penjelasan-penjelasan, sehingga dapat membuka cakrawala berpikir pembacanya”.
Keraf (1995:8), mengemukakan bahwa tulisan eksposisi adalah bentuk wacana yang
tujuan utamanya memberitahukan atau memberi informasi mengenai suatu objek tertentu dan
dengan informasi itu pengetahuan para pembaca bertambah luas. Jenis karangan ini tidak
termaksud mempengaruhi atau mengubah sikap pembaca. Sebaliknya, Semi (1990:37),
menjelaskan pengertian eksposisi sebagai berikut.
4) Argumentasi
Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan
pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang
diinginkan penulis atau pembicara (Keraf, 1983: 23). Melalui argumentasi, penulis berusaha
merangkaikan fakta sedemikian rupa sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat
atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak. Argumentasi merupakan dasar yang paling
fundamental dalam ilmu pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan, argumentasi itu tidak lain
daripada usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan-kemungkinan
untuk menyatakan sikap atau pendapat mengenai suatu hal.
Semi (1987: 53) mengemukakan bahwa suatu argumentasi adalah suatu tulisan yang
bertujuan meyakinkan atau membujuk pembaca tentang kebenaran pendapat atau pernyataan
penulis. Dalam komunikasi antaranggota masyarakat, argumentasi merupakan alat pertukaran
informasi yang tidak dipengaruhi oleh pandangan-pandanga yang subyektif.
Menurut C.H Vivian (dalam Achmadi, 1988: 90) argumen adalah suatu bentuk wacana yang
tujuan utamanya adalah untuk mempersuasi audien tertentu untuk mengambil suatu doktrin,
sikap, atau perbuatan tertentu. Argumen kadang-kadang menggerakkan intelek, kadang-kadang
menggugah emosi, dan seringkali menggerakkan keduanya. Lebih lanjut, Achmadi (1988: 93)
mengemukakan bahwa argumentasi dapat dikatakan sebagai salah satu proses belajar. Dalam
proses ini, serangkaian fakta dan pendapat atau pertimbangan disusun untuk membangun suatu
simpulan. Selanjutnya dikatakan bahwa pembahasan tentang argumentasi itu bersifat kompleks,
oleh karena banyaknya cara dalam mengatur fakta dan pendapat.
Menurut Keraf (1991: 3) argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk
mempengaruhi sikap dan pendapat oran lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara. Dalam dunia ilmu pengetahuan,
argumentasi tidak lain dari pada usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan
kemungkinan-kemungkinan untuk menya-takan sikap atau pendapat mengenai suatu hal.
Bertolak dari kutipan-kutipan tersebut, dapat disimpulkan secara sederhana tentang tulisan
argumentasi. Tulisan argumentasi adalah tulisan yang digunakan untuk mengungkapkan suatu
data, fakta, dan alasan sesuatu dilakukan dengan jelas sehingga pembaca yakin akan suatu yang
diungkapkan itu. Menurut Keraf (1983: 4) sebuah tulisan argumentasi mempunyai empat ciri
utama. Keempat ciri-ciri tersebut adalah: (1) merupakan hasil pemikiran yang kritis dan logis, (2)
bertolak dari fakta atau evidensi-evidensi yang ada, (3) bersifat mengajak atau mempengaruhi
orang lain, dan (4) dapat diuji kebenarannya.