Anda di halaman 1dari 32

MUSABAQAH KARYA TULIS ILMIAH AL–QUR’AN

GEBYAR BRAWIJAYA QUR’ANI VI 2019


KATEGORI SISWA
PELESTARIAN BATIK SEBAGAI KEKAYAAN BUDAYA MELALUI
EVENT BBF (Banyuwangi Batik Festival) KABUPATEN BANYUWANGI

Diusulkan Oleh :
(Luky Nor Fahmi/0012464519/2017-2018)
(Nafis Kumala/0011223951/2017-2018)
(Mohammad Zulfi Ardiansyah/0022617833 /2017-2018)

MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 BANYUWANGI


BANYUWANGI
2019

i
ii
iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................iv
ABSTRAK ..........................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. LATAR BELAKANG .............................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................2
C. TUJUAN PENELITIAN .........................................................................2
D. MANFAAT PENELITIAN .....................................................................3
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..............................................................................4

A. BUDAYA ................................................................................................4
B. BATIK.....................................................................................................5
C. KAJIAN AYAT ......................................................................................8

BAB III METODE PENELITIAN......................................................................9

A. JENIS PENELITIAN ..............................................................................9


B. SUMBER DATA ....................................................................................9
C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA.......................................................9
D. ANALISIS DATA ..................................................................................9

BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................................11

A. PENGARUH BATIK TERHADAP LINGKUNGAN


MASYARAKAT.....................................................................................11
B. PENGARUH BANYUWANGI BATIK FESTIVAL TERHADAP UKM
BATIK DI BANYUWANGI ..................................................................13

iv
BAB V PENUTUP ..............................................................................................19

A. KESIMPULAN .......................................................................................19
B. SARAN ...................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................20

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................21

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................25

LAMPIRAN ........................................................................................................26

v
PELESTARIAN BATIK SEBAGAI KEKAYAAN BUDAYA MELALUI
EVENT BBF (BANYUWANGI BATIK FESTIVAL) KABUPATEN
BANYUWANGI

Luky Nor Fahmi, Nafis kumala, M. Zulfi Ardiansyah.


MAN 2 Banyuwangi

Abstrak : Kebudayaan adalah suatu tingkah laku serta kepercayaan yang


dianggap baik dan telah menjadi bagian masyarakat. Secara bahasa kata
kebudayaaan berasal dari bahasa sanserketa buddhayah, yaitu bentuk jamak dari
buddhi yang berarti bentuk atau akal yang disatukan menjadi akal budi.
Sedangkan batik merupakan tradisi mengggambar hiasan atau pola yang lebih
dikenal dengan motif diatas sebuah kain yang ditutup mengggunakan lilin serta
proses khusus menggunakan alat yang disebut canting. Batik telah menjadi suatu
destinasi wisata budaya yang diminati wisatawan luar daerah. Karena hal tersebut
maka pemerintah kabupaten Banyuwangi, melakukan upaya untuk melestarikan
budaya membatik untuk membantu mengenalkan budaya di sektor pariwisata.
Usaha pemerintah Banyuwangi diwujudkan dengan mengadakan event BBF
(Banyuwangi Batik Festival). Event ini diadakan pemerintah kabupaten
Banyuwangi untuk terus mengupayakan pelestarian budaya batik, selain untuk
menjadi daya tarik wisata juga sebagai ajang untuk mendorong designer dan
pelaku batik Banyuwangi untuk selalu eksis dan tumbuh di kalangan seniman
tanah air. Selain itu budaya batik Banyuwangi juga merupakan budaya yang
memiliki dampak positif di masyarakat karena di dalam membatik terdapat nilai-
nilai budaya yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Dalam agama islam
manusia di ajarkan untuk selalu bersikap tenang dalam menghadapi masalah,
tidak tergesa gesa, serta mengajarkan manusia untuk selalu bersikap sabar di kala
kondisi dan situasi apapun. Karena hal tersebut batik menjadi budaya yang tetap
dilestarikan di Banyuwangi. Allah swt berfirman dalam. Q.S. Al-A’raf : 199,
yang berbunyi:

Yang artinya : Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang
ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.

Berdasarkan ayat tersebut, Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw. agar


menyuruh umatnya mengerjakan yang ma’ruf, maksud dari kata “urf” dalam ayat
diatas adalah tradisi yang baik. Batik menjadi budaya yang tetap lestari karena
didalamnya terdapat pembelajaran bagi manusia dalam menjalani kehidupan.
Penelitian yang penulis lakukan ditunjukkan untuk mengeksplore budaya batik
serta memperkenalkannya kepada masyarakat. Penulis menyarankan kepada
seluruh masyarakat khususnya anak muda untuk terus mempelajari budaya
membatik. Selain karena warisan budaya, batik juga mengajarkan pembelajaran
untuk menjalankan kehidupan dengan baik.

Kata Kunci : Budaya, Batik, Banyuwangi Batik Festival (BBF)

vi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki berbagai macam suku,
ras, dan agama yang tersebar ke seluruh pelosok wilayah nusantara. Setiap lapisan
masyarakat Indonesia berasal dari latar belakang yang berbeda, hal ini
menyebabkan Indonesia memiliki berbagai macam kebudayaan atau kepercayaan
tersendiri yang mencirikhaskan keunikan tiap daerah di nusantara. Kebudayaan
yang ada di Indonesia berasal dari tingkah laku masyarakat yang dianggap baik
dan diwujudkan dalam kegiatan sehari hari.
Nenek moyang bangsa Indonesia telah menciptakan sebuah karya seni
berupa budaya yang sangat eksotis yaitu batik, Seperti yang ada di Banyuwangi,
karakteristik masyarakat Banyuwangi yang ulet atau “tlaten” diwujudkan dalam
sebuah budaya yang dilakukan dengan cara menggambar diatas sebuah media
berupa kain menggunakan lilin yang disebut dengan malam, kemudian dituangkan
dalam sebuah wadah yang disebut canting dan melalui proses khusus dalam
pembuatannya. Batik muncul di Banyuwangi sejak zaman kerajaan Majapahit
pada tahun 1665 M, batik Banyuwangi merupakan salah satu batik tertua yang ada
di Indonesia, hingga saat ini motif asli dari Banyuwangi sendiri berjumlah 44
motif batik. Batik Banyuwangi mulai diperkenalkan pada masyarakat luas sekitar
tahun 1990 melalui seorang pekerja dari Dinas Penerangan, yakni bapak Purnomo
Shidiq. Seiring berjalannya waktu pemkab Banyuwangi terus mengupayakan agar
batik Banyuwangi terus dilestarikan. Salah satunya melalui event BBF
(Banyuwangi Batik Festival).

Banyuwangi Batik festifal merupakan event tahunan yang diadakan


pemerintah kabupaten Banyuwangi sejak tahun 2013 dibawah pimpinan bapak
Bupati Banyuwangi yaitu bapak Abdullah Azwar Anas, event Banyuwangi batik
festival hingga tahun ini sudah diadakan sebanyak 7 kali dengan tema yang
berbeda di setiap tahunnya. Banyuwangi batik festival memberikan pengaruh
positif bagi perekonomian masyarakat Banyuwangi. Pada bidang ekonomi batik
2

memiliki peranan yang baik di sektor pariwisata, sedangkan pada masyarakat,


batik memiliki peran terhadap pengurangan jumlah pengangguran.

Manusia memiliki akal pikiran dan mempunyai sistem pengetahuan yang


digunakan untuk menafsirkan berbagai gejala serta simbol-simbol. Oleh karena
itu, islam sebagai agama universal dari segi waktu, tempat dan kandungan
ajarannya yang diturunkan oleh maha pencipta dengan rahmat seluruh semesta, ia
datang sebagai pedoman, dan parameter untuk memfiltrasi berbagai norma dan
nilai kebudayaan. Agama islam menjunjung tinggi nilai-nilai budaya selama tidak
bertentangan dengan prinsip ajaran agama islam. Allah swt berfirman dalam. Q.S.
Al-A’raf : 199, yang berbunyi:

Berdasarkan ayat diatas, allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk melakukan


sesuatu yang ma’ruf, yang dimaksud dari kata urf diatas adalah budaya yang baik.
Batik merupakan budaya yang memiliki pengaruh positif terhadap kehidupan
masyarakat, didalam membatik ita diajarkan untuk bersifat tenang dan sabar. Hal
tersebut memeberikan pembelajaran dalam menjalani kehidupan kita harus
bersikap tenang dan sabar dalam menghadapi setiap masalah yang ada. Karena
itulah batik menjadi budaya yang tetap dilestarikan di Banyuwangi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa penyebab budaya batik menjadi kebudayaan yang tetap dilestarikan di
Banyuwangi ?
2. Bagaimana pengaruh event BBF (Banyuwangi Batik Festival) terhadap
perkembangan batik di Banyuwangi ?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui penyebab budaya batik menjadi kebudayaan yang tetap
dilestarikan di Banyuwangi.
2. Mengetahui pengaruh BBF (Banyuwangi Batik Festival) terhadap
perkembangan batik Banyuwangi.
3

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi siswa, dapat digunakan sebagai sumber rujukan atau sumber referensi
untuk lebih mengetahui tentang budaya batik Banyuwangi.
2. Bagi peneliti, yaitu dapat mengetahui serta mengekplore lebih dalam
mengenai budaya batik Banyuwangi.
3. Bagi pembaca, sebagai sumber ilmu pengetahuan mengenai produk karya
seni masyarakat Banyuwangi yang berupa batik tradisional.
4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. BUDAYA
Budaya adalah hasil cipta karsa dari masyarakat berupa tingkah laku
kehidupan masyarakat sehari hari yang dianggap baik serta memiliki tata cara
tertentu dalam pelaksanaannya. Kebudayaan atau culture dalam bahasa Belanda
dan culture dalam bahasa Inggris, berasal dari bahasa latin colere yang berarti
mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan. Dari istilah ini
berkembanglah arti culture sebagai “segala daya dan aktivitas manusia untuk
mengolah dan mengubah alam (Setiawan Sabana dan Acep Irawan, 2007:69)
buddhi yang berarti budi atau akal, kalau disatukan menjadi akal budi.
Pendapat lain mengatakan bahwa budaya adalah perkembangan dari kata
majemuk budi-daya yang berarti daya dari budi, karena itu budaya dan
kebudayaan memiliki makna yang berbeda, budaya adalah daya dari budi yang
berupa cipta, karsa, dan rasa sementara kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa
dan karsa tersebut. Menurut M.A.W Brouwer sebagaimana mengutip Hannah
Arendt “studi kebudayaan ialah studi dari tingkah laku manusia”. Kebudayaan
atau secara agak lebih mendalam disebut peradaban memiliki definisi yang luas
meliputi pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks entah itu menyangkut
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat (kebiasaan), dan
pembawaan lain yang diperoleh dari anggota masyarakat (Taylor, 1897).
Budaya merupakan wujud yang abstrak dari kebudayaan. Sistem budaya
atau cultural merupakan ide-ide dan gagasan manusia yang hidup bersama dalam
suatu masyarakat. Gagasan tersebut tidak dalam keadaan terlepas satu dari yang
lainnya, tetapi selalu berkaitan dan menjadi suatu sistem. Dengan demikian sistem
budaya adalah bagian dari kebudayaan. Yang diartikan pula adat istiadat. Adat
istiadat mencakup nilai sistem budaya, norma-norma yang ada menurut pranata
yang ada di dalam masyarakat yang bersangkutan termasuk norma agama. Fungsi
sistem budaya dalam menata dan memantapkan tindakan-tindakan serta tingkah
laku manusia .
5

Banyuwangi sebagai salah satu destinasi wisata yang ada di Jawa Timur,
memiliki berbagai macam kebudayaan yang tersebar di seluruh wilayah
Banyuwangi. Semakin dalam menyusuri pelosok Banyuwangi, akan semakin
banyak anda temukan berbagai keunikan adat, tradisi yang hidup dan berkembang
dikalangan masyarakat osing, yaitu masyarakat asli Banyuwangi yang merupakan
keturunan kerajaan Belambangan (Tri Edy Margono, 2009:7).

B. BATIK
Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya akan berbagai macam
budaya, nenek moyang kita telah mendirikan negara Indonesia kaya akan segala
adat istiadat yang mencirikhaskan keaslian serta pesona keindahan wilayah
nusantara, diantara sekian banyak budaya yang tersebar diseluruh Indonesia, batik
adalah salah satu budaya yang sudah mendarah daging dan bukan hal asing lagi
bagi masyarakat Indonesia, menurut Kawindro Susanto Isyanti (2003:63)
menyatakan bahwa batik berdasarkan etimologinya sebagai berikut. Kata
membatik adalah rangkaian kata mbat dan tik. Mbat dalam bahasa Jawa diartikan
sebagai ngembat atau melempar berkali-kali, sedangkan tik berasal dari kata titik.
Dari penjelasan tersebut kata membatik diartikan sebagai melempar titik berkali-
kali pada sehelai kain. Ada juga yang mengatakan bahwa kata batik berasal dari
kata mbat dan tik. Dalam Bahasa Jawa Kuno (kromo inggil), kata menulis berarti
nyerat dan membatik pun disebut sebagai nyerat. Jadi, membatik adalah
menggambar atau mencoret-coret dengan lilin (malam) pada kain yang berisikan
motif-motif ornamen.
Pengertian batik dapat ditinjau dari beberapa aspek, baik dari katanya
(Batik), prosesnya yaitu teknik penutupan lilin, dan hasil dari proses batik. Sampai
saat ini pengertian batik oleh para ahli masih belum terdapat kesepakatan
pendapat, meskipun demikian telah banyak para ahli yang berusaha
mengemukakan pendapat, diantaranya adalah Van Roojen (2001:9) yang
menyatakan bahwa batik merupakan kegiatan yang melapisi kain dengan lilin
yang berfungsi sebagai penghalang warna dan berkembang di Indonesia.
6

Pendapat lain dikemukakan oleh Djoemena (1990) yang menyatakan


bahwa batik merupakan kegiatan melukis, alat yang digunakan untuk melukis
adalah canting. Hasil lukisan ini kemudian disebut dengan nama ragam hias,
umumnya sangat dipengaruhi oleh letak geografis daerah pembuat batik yang
bersangkutan, sifat, tata penghidupan daerah, adat istiadat yang ada di daerah
tersebut, keadaan alam disekitarnya termasuk flora dan fauna, dan adanya kontak
atau hubungan antar daerah pembatikan. Sedangkan menurut Yudo Seputro
(2008:2017) batik berarti gambar yang ditulis pada kain dengan mempergunakan
malam sebagai media sekaligus menutup kain batik.
Didalam kamus umum Bahasa Indonesia Purwodarminto (1984:96)
dikatakan bahwa : “batik sebagai kain dan sebagainya yang bergambar, bercorak
yang pembuatannya dengan cara tertentu (mula-mula ditulis atau ditera dengan
lilin lalu diwarnai dengan soga)”.
Hamidin (2010 : 7) mengatakan bahwa batik berasal dari “amba” jawa
yang berarti menulis dan “nitik”. Kata batik sendiri merujuk pada teknik
pembuatan corak menggunakan canting atau cap dan pencelupan kain, dengan
menggunakan bahan perintang warna corak, bernama “malam” (lilin) yang
diaplikasikan diatas kain sehingga menahan memasukkannya bahan perwarna.
Batik adalah kain yang pemuatannya secara khusus dengan menuliskan
atau menorehkan malam pada kain itu kemudian pengolahannya diproses dengan
cara tertentu (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Batik memiliki proses dan cara
khusus dalam pembuatannya, karena itu tak jarang masyarakat zaman sekarang
kurang tertarik dengan batik dikarenakan batik sendiri dalam pembuatannya ada
yang masih menggunakan metode tradisional atau lebih dikenal dengan nama
batik tulis. Menurut Dewan Kesenian Blambangan (2007:5) “munculnya istilah
batik tulis ini karena ada perkembangan dalam pembatikan dengan menggunakan
cap dan berikutnya muncul dalam perkembanagan baru yang dikenal dengan kain
motif batik” batik merupakan salah satu ungkapan seni yang tumbuh dan
berkembang dalam urat nadi bangsa Indonesia. Satu pola ragam hias mungkin
sangat umum bahkan menonjol pada batik suatu daerah, namun juga sangat
mungkin motif batik suatu daerah tidak dikenal atau jarang dipergunakan di
daerah lain.
7

Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan budaya yang beragam,
keanekaragaman yang sangat penting bagi kita untuk dilestarikan keberadaannya.
Salah satu warisan budaya yang menjadi identitas bangsa kita adalah batik. Batik
merupakan warisan budaya asli bangsa Indonesia, yang penting untuk kita
lestarikan keberadaannya (Azhar Prasetyo, 2008:9). Menurut arti kamusnya batik
yaitu gambaran atau hiasan pada kain yang pengerjaannya melalui proses
penutupan dengan bahan lilin atau malam yang kemudian dicelup atau diberi
warna. Sedangkan batik itu sendiri adalah kain bergambar, berhiasan dengan
proses pembuatan yang khusus menggunakan lilin atau malam pada kain,
kemudian pengolahannya diproses menggunakan cara tertentu. Pembuatan batik
pada kain memerlukan ketelitian dan kesabaran karena semua proses dikerjakan
menggunakan tangan. Hal itu menjadikan batik menjadi kain yang memiliki
keistimewaan yang menarik.
Pada perkembangannya batik tidak hanya terbatas pada bahan dasar kain
mori saja, akan tetapi membatik bisa juga diterapkan pada media lain, diantaranya
kayu, batu. Pada mulanya bentuk dan fungsi kain batik hanya sebagai keperluan
busana tradisional dikalangan bangsawan kerajaan, yang tumbuh dan
berkembang penuh dengan filsafat budaya Jawa yang mengacu pada nilai-nilai
budaya yang masih kental sedangkan pada rakyat biasa batik pada awalnya
digunakan sebagai bahan sandang kehidupan sehari-hari yaitu sebagai penutup
tubuh atau pakaian. Biasanya batik lebih sering digunakan sebagai sebuah
selendang atau jarik dalam bahasa Jawa yang berarti selembar kain yang
dililitkan pada tubuh sehingga pada umumnya akan menutupi bagian bawah
tubuh.
Batik merupakan wahana dalam mengekspresikan estetika. Dalam hal ini
batik Banyuwangi dulu dikenal dengan sebutan batik Gajah Oling yang
merupakan perwujudan nilai estetika ragam hias khas Banyuwangi (Ike
Rahmawati, S.Pd.,M.Pd, 2011:8). Banyak yang bisa diambil untuk mendasari
konsepsi sejarah estetika Belambangan dengan melihat dalam tinggalan-tinggalan
yang ditemukan didalam gua yang terdapat di alas Purwo (semenanjung
belambangan) atau tinggalan-tinggalan lain.
8

Seiring berjalannya waktu batik Banyuwangi menjadi budaya yang mulai


dilupakan masyarakat. Menumbuh kembangkan batik Banyuwangi berarti
menggali kembali estetika belambangan yang tersebar pada tinggalan arkeolog
dan sebagainya masa stagnasi yang mamat panjang, pasca runtuhnya kerajaan
belambangan telah menyulitkan reka ulang estetika blambangan sehingga
pertanyaan yang muncul adalah bagaimana batik itu bisa kembali berkembang di
bumi belambangan, akan tetapi sebenarnya khusus dalam rekonstruksi estetika
batik Banyuwangi sudah memiliki bekal berupa motif asli Banyuwangi yang
sudah menjadi dasar bagi seluruh motif yang ada di Banyuwangi yaitu motif
Gajah Oling sehingga dalam proses menumbuh kembangkan ulang budaya batik
Banyuwangi tidak membutuhkan waktu yang panjang.

C. KAJIAN AYAT
Dalam firman Allah swt. Q.S. Al-A’raf : 199, yang berbunyi..

Artinya : : Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf,
serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.
Berdasarkan ayat diatas, Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw. agar
menyuruh umatnya mengerjakan yang ma’ruf, maksud dari kata urf dalam ayat
diatas adalah tradisi yang baik. Batik sebagai salah satu budaya yang telah lama
berkembang di Banyuwangi merupakan budaya yang memiliki dampak positif di
Banyuwangi. batik dalam proses pembuatannya memerlukan ketenangan dan
kesabaran dikarenakan batik merupakan budaya yang masih mengedepankan
prinsip budaya. Dalam agama islam kita diajarkan untuk bersikap tenang, tidak
tergesa gesa dalam melakukan sesuatu serta kesabaran yang berarti dalam
menjalani kehidupan, kita di ajarkan untuk selalu bersikap sabar dalam
menghadapi setiap cobaan. Karena itulah dalam perkembangannya batik menjadi
budaya yang tetap dilestarikan oleh masyarakat dikarenakan batik memiliki nilai
moral yang tinggi dalam menjalankan kehidupan.
9

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
Berdasarkan judul penelitian ‟Pelestarian Batik Sebagai Kekayaan Budaya
Melalui Event BBF (Banyuwangi Batik Festival) Kabupaten Banyuwangi‟ maka
penelitian ini berjenis penelitian deskriptif kualitatif atau sering disebut metode
penelitian naturalistic karena penelitianya dilakukan pada kondisi alamiah,
sehingga data yang ditulis sesuai dengan apa yang telah di temukan oleh peneliti
tanpa mengurangi ataupun menambah keadaan data yang telah ada.

B. SUMBER DATA
Sumber data adalah tempat di dapatkannya data yang diinginkan. Sumber
data penelitian ini adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pariwisata,
Pusat Batik Banyuwangi.

C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Teknik yang penulis
gunakan adalah teknik wawancara yaitu percakapan antara dua orang atau lebih
dan berlangsungan antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara
adalah agar mampu mendapatkan data secara mendalam dari narasumber
terpercaya.

D. ANALISIS DATA
Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen Moleong (2011: 248)
adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-memilahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain. Maka teknis analisis data dalam penelitian ini yaitu, (1) reduksi
data (2) penarikan kesimpulan.
10

Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Membaca referensi tentang batik Banyuwangi


2. Menganalisis pengaruh event BBF terhadap batik Banyuwangi
3. Menyimpulkan hasil wawancara Event BBF (Banyuwangi Batik Festival)
11

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PENGARUH BATIK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT


Batik merupakan budaya yang sudah ada sejak zaman dahulu, batik ada di
Banyuwangi sejak zaman kerajaan majapahit pada tahun 1665. Batik sudah
menjadi budaya masyarakat sejak dulu dikarenakan masyarakat Banyuwangi sejak
pertama kali menetap di Banyuwangi telah mengenal batik. Batik mempunyai
peran besar di lingkungan masyarakat karena batik merupakan pakaian tradisional
masyarakat pada zaman dahulu, sehingga masyarakat pada saat itu sangat
bergantung terhadap pakaian batik. seiring berjalannya waktu batik menjadi
budaya yang mulai kurang dikenal masyarakat, hal ini dikarenakan pada saat
kerajaan Belambangan masih di dikuasai oleh belanda pada tahun 1771-1774.
Ketika Bupati Banyuwangi yang pertama menjabat aturan yang melarang laki-laki
mengerjakan budaya batik pun dihapuskan, meski begitu banyak pembatik
Banyuwangi yang gugur dikarenakan saat perjuangan melawan koloni Belanda.
Sejak dahulu batik Banyuwangi telah menjadi karya seni yang bernilai
tinggi, seperti yang dikatakan oleh bapak Fauzi “batik sudah ada sejak kerajaan
Belambangan sampai episode macan putih, sejak zaman dahulu batik bukan
hanya menjadi bahan sandang pakaian akan tetapi juga menjadi hasil cipta karya
seni dari masyarakat pada zaman itu, karena itu kita sebagai generasi milenial
tidak berhak menilai karya nenek moyang bagus atau tidak akan tetapi
mempelajari bagaimana itu bisa terwujud” dari pernyataan tersebut menjelaskan
bahwa sejak dulu batik telah menjadi salah satu karya seni pertama yang ada dan
paling digemari masyarakat. Motif batik jaman dahulu dengan yang ada ada di era
ini menunjukkkan beberapa perbedaan motif, hal ini menjelaskan bahwa batik
Banyuwangi terus mengalami perkembangan seiring berjalannnya waktu. Meski
begitu Banyuwangi tetap mempertahankan motif asli yang dimiliki. sampai
sekarang berjumlah 44 motif batik, dan juga terus mengembangkan motif untuk
meningkatkan karya seni masyarakat.
Sejak zaman dahulu batik Banyuwangi telah menjadi bahan utama
pakaian, sehingga dalam perkembangannnya batik Banyuwangi mudah untuk
12

dijadikan bahan atau produk jual beli yang mampu bersaing dengan produk kain
lain di pasaran. Seiring berjalannya waktu terbentuklah usaha kecil menengah
yang disebut UKM, UKM ini berdiri untuk memproduksi dan mendistribusikan
produk batik, sehingga batik bukan hanya menjadi sebuah budaya melainkan
sebagai usaha yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Batik juga
merupakan lapangan pekerjaan yang mudah di lakukan oleh semua orang. Hal ini
dikarenakan batik dalam pembuatannya cukup membutuhkan kain yang di tulis
dengan menggunakan canting, serta membutuhkan teknik khusus dalam
pembuatannya. Hingga saat ini batik masih menjadi ciri khas dari masyarakat
Banyuwangi, sekarang batik Banyuwangi bukan hanya digunakan sebagai bahan
sandang pakaian namun, juga digunakan sebagai sebagai bahan karya seni seperti,
dekorasi ruangan dan furniture, batik memiliki motif yang berpola khusus
sehingga pantas apabila digunakan sebagai motif kombinasi suatu ruangan.
Dalam perkembangannya batik Banyuwangi mulai berpengaruh besar di
masyarakat Banyuwangi sejak tahun 2013 yaitu pada saat UKM Sayuwiwit
sebagai salah satu UKM tertua yang ada di Banyuwangi. Untuk mempromosikan
produk batik, batik disambut hangat oleh masyarakat. Pada awalnya produk batik
Sayuwiwit hanya dijual di sekitar wilayah UKM saja, namun secara perlahan
distribusi produk dari Sayuwiwit sudah menjalar hingga hampir ke seluruh
wilayah Banyuwangi. Seiring berjalannya waktu UKM lain mulai muncul dan
ikut mempromosikan produk batik Hingga saat ini UKM batik Banyuwangi yang
berada dibawah naungan Disperindag (Dinas Perindustrian dan Perdagangan)
secara resmi berjumlah 13 anggota Yang berasal dari berbagai wilayah di
kabupaten Banyuwangi. Berkat hal tersebut sekarang batik Banyuwangi menjadi
budaya yang dikenal luas oleh masyarakat, selain itu batik Banyuwangi juga
menjadi sarana bagi pemerintah untuk mengurangi dampak globalisasi yaitu
pengangguran. Dari hasil yang penulis peroleh karyawan-karyawan yang bekerja
di UKM Banyuwangi rata-rata berasal dari penduduk sekitar dan daerah luar
sekitar wilayah tempat tinggal, dan sebagian besar karyawan yang diambil
merupakan karyawan yang tidak berprofesi atau sebagai pengangguran. Batik
menurut pandangan orang Banyuwangi bukan hanya sebuah kain melainkan
sebuah warisan nenek moyang yang tidak ada harganya seperti yang dikatakan
13

bapak Antok “batik bukanlah sebuah kain biasa melainkan sebuah warisan yang
tidak ada harganya, batik lebih berharga daripada uang, kami lebih menghormati
sebuah warisan daripada uang”.
Para UKM batik yang ada di Banyuwangi memasarkan produk batik
dikarenakan batik memiliki peluang yang besar untuk berkembang dan bersaing di
pasaran nasional, pada beberapa tahun terakhir berdasarkan hasil yang penulis
peroleh, UKM batik Banyuwangi mengalami peningkatan dalam segi pendapatan.
Hal ini selain karena faktor wilayah namun juga disebabkan oleh keunikan motif
batik Banyuwangi menurut Wahyu Tri Sulo Dai UKM Pandawa ”saya memilih
batik Banyuwangi karena saya tinggal di Banyuwangi dan lebih berseni, ketika
dijual di daerah luar Banyuwangi seperti solo dan pekalongan harganya lebih
mahal.” Setiap daerah memiliki ciri khas motif serta keunikan motif tersendiri.
Yang menjadikan motif batik Banyuwangi lebih berseni adalah pada proses
pembuatannya, batik Banyuwangi dalam pembuatannya banyak yang masih
menggunakan cara manual yaitu tulis sehingga keaslian serta keorisinilannya
masih sangat terjaga, bila batik cap terlihat rapi maka batik tulis terlihat tidak rapi.
Akan tetapi hal tersebut yang menjadikan batik menjadi lebih berseni, karena akan
memperlihatkan hasil karya yang unik serta lebih menarik.

B. PENGARUH BANYUWANGI BATIK FESTIVAL TERHADAP UKM


BATIK DI BANYUWANGI
Sebagai budaya yang memberikan dampak baik bagi masyarakat, batik
mendapat respon positif dari pemerintah kabupaten Banyuwangi. Pemerintah
mengadakan sebuah event yang disebut dengan BBF (Banyuwangi Batik Festival)
atau juga dikenal dengan istilah B-FEST. Event Banyuwangi batik festival
merupakan event tahunan yang diadakan oleh pemerintah kabupaten Banyuwangi.
Event ini di adakan mulai tahun 2012 pada masa pemerintahan Bupati Abdullah
Azwar Anas, Dalam acara ini pemerintah mengundang para pembatik daerah serta
UKM yang ada di Banyuwangi. Bahkan pada tahun 2018 Bupati Banyuwangi
mengkolaborasikan pembatik daerah dengan pembatik dari italia “kita
kolaborasikan UMKN batik Banyuwangi dengan desaigner nasional dan
intenasional” (Abdullah Azwar Anas). BBF memiliki tema yang berbeda setiap
tahunnya.Tema yang diangkat mulai dari gajah oling, kangkung stingkes, paras
14

gempal, sekar jagad Belambangan, kopi pecah, dan gedhegan tahun ini
pemerintah kabupaten Banyuwangi mengangkat tema blarak sempal sebagai tema
utama perhelatan tahunan bumi Belambangan. Event BBF diadakan dengan tujuan
untuk melestarikan budaya batik dan juga sebagai sarana untuk memperkenalkan
salah satu unsur wisata budaya yang ada di Banyuwangi. Event ini dilakukan
ditengah Gencarnya pariwisata yang dilakukan pemerintah Banyuwangi
dikarenakan produk batik yang menopang bagi produk tradisional yang lain.
Apabila produk tradisional batik meningkat maka produk tradisional yang lain
akan ikut terangkat.
BBF memiliki dampak yang positif bagi para UKM yang ada di
Banyuwangi adanya event BBF membantu para pengerajin batik untuk
memasarkan dan mengenalkan produk mereka kepada masyarakat. Wahyu Tri
Sulo menuturkan bahwa “sangat terbantu karena selain mengenalkan batik juga
meningkatkan penghasilan saya, 3 hari selama BBF saya mendapatkan
keuntungan tak kurang dari 150 juta” penuturan yang lain dari owner Tatzaka
Edy Fitriyanto mengatakan bahwa “BBF sangat membantu karena menarik
wisatawan luar daerah” sementara owner dari Suruh Temurose mengatakan
“BBF sangat membantu untuk pemasaran produk batik”. Event Banyuwangi batik
festival ini juga merupakan event yang mewadahi para desaigner batik daerah
untuk lebih mengembangkan skill atau kemampuan dalam dunia seni nasional
agar karya seni batik Banyuwangi semakin mengalami peningkatan dan juga
menjadi sorotan bagi seniman luar daerah. Pada event ini disediakan stan untuk
para UKM memamerkan produk dari UKM masing-masing. Selain itu disetiap
UKM diharuskan membawa moif batik lama dan motif batik yang telah
dimodifikasi sesuai tema yang telah ditentukan, event tersebut juga sebagai ajang
untuk mempromosikan keunggulan masing-masing UKM.

a. UKM Pandawa
UKM Pandawa merupakan sebuah usaha kecil menengah yang
memproduksi dan mendistribusikan batik di daerah Banyuwangi, UKM Pandawa
berdiri pada tahun 2016 dengan modal awal lima puluh juta rupiah. Usaha ini
didirikan dikarenakan pendiri usaha melihat peluang yang cukup besar untuk
perkembangan produk batik khususnya di daerah kabupaten Banyuwangi.
15

Produksi batik pertama kali yang dilakukan UKM Pandawa bertempat di desa
Pakis Haji yang sekarang berada di Karang Anyar. Pada awalnya usaha ini hanya
memproduksi satu jenis motif batik yaitu Gajah Oling, dikarenakan pada saat itu
motif tersebut banyak di minati oleh konsumen. Seiring berjalannya waktu UKM
Pandawa terus melakukan peningkatan jumlah motif yang sampai saat ini
semuanya berjumlah 52 motif batik, disetiap motif batik yang diproduksi
memiliki ikon atau ciri khas batik Banyuwangi yaitu motif Gajah Oling. Menurut,
Wahyu Tri Sulo “alasan memilih batik Banyuwangi karena bertempat di daerah
Banyuwangi dan lebih berseni, ketika dijual di daerah luar Banyuwangi seperti
Solo dan Pekalongan harganya lebih mahal”. Dari pernyataan beliau
menunjukkan bahwa batik Banyuwangi memiliki keunggulan tersendiri dibanding
batik dari daerah lain, batik Banyuwangi memiliki motif yang lebih berantakan
sehingga terlihat lebih berseni jika dibandingkan dengan batik dari luar daerah
yang terlihat lebih rapi, beliau juga menambahkan bahwa ” jumlah desaigner
batik Banyuwangi masih sedikit” dari pernyataan ini lebih menegaskan bahwa
batik Banyuwangi memiliki peluang yang besar untuk besaing dengan produk
pemasaran yang lain,
UKM Pandawa sendri merasa bangga kepada pemerintah kabupaten
Banyuwangi mengadakan event BBF (Banyuwangi Batik Festival) karena dengan
diadakannya event tersebut omset UKM Pandawa mengalami peningkatan yang
signifikan seperti yang dituturkan oleh Wahyu atri Sulo. “Selama event BBF,
dalam waktu tiga hari mampu menghasilkan penghasilan lima puluh juta,setelah
event tersebut omset kami naik dari seratus juta per bulan menjadi seratus lima
puluh juta per bulan”. Beliau juga menambahkan “kami merasa khusunya saya
sendiri merasa terbantu dengan adanya event BBF karena membantu pemasaran
produk batik kami”

b. UKM Tatzaka
UKM Tatzaka adalah usaha yang memproduksi produk batik. Usaha ini
didirikan pada tahun 2010 yaitu terletak di desa Tampo. Dengan modal awal lima
juta. Motif pertama yang diproduksi UKM Tatzaka adalah motif kangkung
stingkes. Hingga saat ini jumlah motif yang di produksi berjumlah 65 motif batik.
Alasan beliau mendirikan UKM Tatzaka dikarenakan batik pada saat itu sangat
16

digemari masyarakat. Seperti yang dikatakan bapak Edy Fitriyanto “pada saat itu
batik sangat ngetren lek ngarani, karena batik menjadi pakaian tradisional dan
bahan sandang masyarakat”.
UKM Tatzaka mengalami peningkatan pendapatan yang signifikan setelah
diadakannya event BBF (Banyuwangi Batik Festival) dikarenakan event tersebut
membantu pengusaha batik dalam mempromosikan produk batik Banyuwangi.
Edy Fitriyanto “event batik berpengaruh banget soalnya yang jadi jujukan
masyarakat luar daerah adalah batik, batiknya mana?. Jadi selain pariwisata
juga yang dicari adalah batik”. UKM Tatzaka menegaskan bahwa batik harus
tetap dilestarikan dikarenakan batik memberikan pendapatan yang cukup fantastis,
yaitu dikisaran tiga puluh hingga lima puluh juta rupiah per bulan. Setelah
diadakannnya Banyuwangi Batik Festival pendapatan UKM Tatzaka terus
mengalami peningkatan per tahun sebesar 10% dalam kurun waktu dua tahun
terakhir. Selain itu, Event BBF juga berpengaruh terhadap pariwisata asing yaitu
dengan meningkatnya jumlah pengunjung asing di UKM Tatzaka yaitu dari 1%
menjadi 5% dari jumlah pengunjung di toko Tatzaka. Bapak Edy fitriyanto
mengatakan “karena BBF menarik wisatawan luar maka saya berharap
pemerintah lebih mendukung terkait batik, meskipun mengangkat tema-tema lain.
Seperti Banyuwangi diharapkan juga menetapkan kebijakan untuk menggunakan
batik tulis bukan batik cap”.

c. UKM Suruh Temorose


UKM Suruh Temurose berdiri pada tahun 2016, di desa Tamansuruh
kabupaten Banyuwangi, pada awal berdirinya UKM Suruh Temurose masih
bergabung dengan UKM Sisik Melik. Hingga pada tahun 2016 mereka
mendirikan usaha sendiri dengan modal awal 150.000,00 bapak Hadi Kurniawan
menuturkan bahwa “saya mendirikan usaha berkaitan dengan skill yang saya
miliki yaitu menggambar, selain itu batik Banyuwangi memilki potensi yang besar
daya saing yang kuat”.
Pada awal berdirinya UKM Suruh Temurose mengambil karyawan dari
daerah sekitar usaha saja, namun seiring berjalannya waktu para karyawan yang
bekerja di UKM Suruh Temurose bukan hanya berasal dari wilayah sekitar namun
berasal dari luar daerah seperti kali puro dan taman suruh. Jumlah motif yang
17

diproduksi pada awalnya hanya 1 sampai 3 motif batik namun sekarang UKM
Suruh Temuruse sudah mengeluarkan 44 motif batik asli Banyuwangi.
Sebagai UKM yang masih baru berdiri, Suruh Temurose tergolong UKM
yang maju. Dengan modal awal yang sedikit, Suruh Temurose sukses berkembang
sebagai UKM yang unggul dan mampu bersaing dengan UKM lain yang sudah
lebih dahulu berdiri di kabupaten Banyuwangi. Perkembangan pesat pada Suruh
Temurose terjadi dikarenakan pendiri UKM yaitu bapak Hadi mampu untuk
memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh produk batik. Perkembangan UKM ini
semakin meningkat setelah adanya progam pemerintah kabupaten Banyuwangi
yaitu BBF (Banyuwangi Batik Festival). Menurut bapak Wahyu Kurniawan
selaku owner dari Suruh Temurose “ BBF (Banyuwangi Batik Festival) sangat
membantu proses pemasaran. Dengan modal hanya 150.000,00 sekarang saya
bisa menghasilkan 50.000.000,00 perbulan.”. para pengunjung UKM ini sebagian
besar berasal dari penduduk wilayah Banyuwangi akan tetapi setelah adanya event
BBF pengunjung suruh temurose banyak yang berasal dari luar daerah. Menurut
beliau batik Banyuwangi selain lebih berseni namun harganya juga lebih mahal
jika di bandingkan dari daerah lain,.” Yang mendasari batik Banyuwangi lebih
mahal adalah kualitas batik Banyuwangi sendiri” (Wahyu Kurniawan)

d. Dinas Budaya dan Pariwisata


Dinas Budaya dan Pariwisata adalah lembaga pemerintah yang
menangani masalah kebudayaan dan pariwisata. Di kabupaten Banyuwangi, Dinas
Budaya dan Pariwisata menangani masalah terkait dengan pengenalan pariwisata
dan pelestarian budaya kabupaten Banyuwangi untuk mempromosikan budaya
Banyuwangi ke mancanegara. Sektor pariwisata yang ada di Banyuwangi
memiliki potensi untuk menopang perekonomian wilayah Banyuwangi, selain itu
Banyuwangi memiliki banyak lokasi pariwisata yang masih belum terexplore,
selain tempat pariwisata, Banyuwangi juga memiliki kebudayaan yang sangat
beragam, budaya yang ada di Banyuwangi merupakan salah satu destinasi wisata
para pengunjung. Selain tempat paiwisata, para pengunjung dari luar daerah
sering melirik oleh-oleh yang menjadi khas wilayah Banyuwangi. , diantaranya
adalah batik, batik Banyuwangi adalah salah satu oleh-oleh yang paling diminati
para pelancong dari luar daerah, menurut data yang kami peroleh dari Dinas
18

Pariwisata sekitar 30% wisatawan luar daerah merasa tertarik dan mengunjungi
pusat batik Banyuwangi ada yang sekedar berfoto-foto, ada juga yang memang
berniat membeli kain batik sebagai oleh-oleh, bapak Fauzi mengatakan bahwa “
batik Banyuwangi adalah batik tertua yang ada di Indonesia, orang-orang baru
mengenal batik Banyuwangi setelah batik Banyuwangi terkenal luas di
masyarakat” dari penuturan kepala Dinas Pariwisata, batik Banyuwangi sangat
berpengaruh terhadap eksistensi sektor pariwisata di Banyuwangi. Dikarenakan
Banyuwangi marupakan salah satu wilayah dengan potensi budaya yang sangat
bagus dan batik adalah salah satu budaya yang paling berpengaruh bila
dibandingkan dengan budaya yang lainnya.

e. Dinas Perindustrian dan Perdagangan


Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) merupakan sebuah
lembaga pemerintah yang menangani masalah industri dan perdagangan,
Disperidag juga menangani masalah terkait promosi dan pengenalan produk
daerah. Diantaranya adalah produk batik, batik menjadi salah satu produk yang
paling diminati masyarakat luar daerah, bahkan batik sudah menjadi hasil karya
seni budaya yang diakui oleh masyarakat nasional dan juga PBB (Perserikatan
Bangsa Bangsa).
Pemerintah Banyuwangi merespon cepat terkait perkembangan produk
batik yang semakin meningkat yaitu dengan mengadakan event Banyuwangi
Batik Festifal (BBF). Event BBF diadakan pemerintah Banyuwangi untuk
mengenalkan produk batik ke masyarakat luas, BBF juga dimaksudkan agar para
pembatik Banyuwangi memiliki nilai tambah dalam hal kreativitas dan mampu
bersaing di tingkat nasional, BBF juga membuka sentra-sentra batik yang belum
terekplore serta mengangkat UKM yang masih belum terlalu dikenal di
masyarakat, agar nantinya UKM yang masih belum dikenal masyarakat dapat
terangkat dan meningkatkan skala produksinya sehingga pendapatan UKM pun
bisa bertambah. Hal ini merupakan salah satu partisipasi pemerintah dalam
membantu mengenalkan produk batik yang dimiliki Banyuwangi.
19

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
 Event BBF (Banyuwangi Batik Festival) memiliki pengaruh besar
terhadap batik Banyuwangi, BBF membantu dalam pelestarian serta
pengenalan batik Banyuwangi terhadap masyarakat khususnya masyarakat
Banyuwangi. Serta membantu dalam proses pemasaran produk batik
sehingga dapat meningkatkan kualitas serta kemampuan designer lokal
untuk bersaing dengan designer nasional.
 Budaya batik menjadi budaya yang tetap dilestarikan di Banyuwangi
karena batik memiliki pengaruh yang besar terhadap pariwisata di
Banyuwangi, batik menjadi salah satu destinasi wisata budaya serta hasil
buah tangan yang sering dicari masyarakat luar daerah, serta batik
memiliki unsur-unsur ajaran islam yang mengajarkan manusia untuk hidup
dengan baik, karena itulah mengapa batik menjadi budaya yang tetap
dilestarikan di Banyuwangi.
B. SARAN
a. Bagi warga Banyuwangi hendaknya tetap melestarikan batik Banyuwangi
agar menjadi salah satu icon budaya di Banyuwangi.
b. Bagi siswa hendaknya lebih mencintai dan mempelajari budaya di
daerahnya sendiri.
c. Bagi pembaca dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan mengenai batik Banyuwangi. Selain itu, peneliti juga
mendapatkan pengalaman baru sehingga termotivasi untuk membuat
penelitian yang lebih baik.
20

DAFTAR PUSTAKA

1. Sumber dari buku


Muzayanah, Ulfah Hayati, Fauziyah Lilis. 2005. Al-Qur’an Hadis. Surabaya:
MDC Jatim.
Sabana Setiawan, Saidi Acep Iwan. 2007. Seni Rupa. Bandung: PT Gelora
Aksara Pratama.
Prasetyo Azhar. 2007. Batik Banyuwangi. Banyuwangi: Dewan Kesenian
Blambangan.
2. Sumber dari skripsi/ tesis/ disertasi
Mundirahayu, Trio Alan. 2016. Perubahan Makna Lesikal pada Peribahasa
Indonesia. Skripsi, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Jember.
Ratnawati Ike. 2011. Batik Gajah Oling Banyuwangi. Skripsi, Universitas
Negeri Malang.
3. Sumber dari internet
Haorrahman, 2018. Filosofi Pertemuan dan Kekuatan dalam Tema Gedekan
di Banyuwangi Batik Festival. [Online] <https://surabaya.
tribunnews.com/2018/11/17/filosofi-persatuan-dan-kekuatan-dalam-tema-
gedegan-di-banyuwangi-batik-festival?page=2> [17 November 2018]
21

Daftar Riwayat Hidup Penullis dan Guru Pembimbing

1. KETUA TIM
A. Identitas Diri
1. Nama lengkap Luky Nor Fahmi
2. Jenis Kelamin Laki – Laki
3. NISN 0012464519
4. Tempat Tanggal Lahir Banyuwangi, 27 Agustus 2001
5. E-mail lukynurfahmi@gmail.com
6. Nomor Telepon/HP 087712603107
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi MI NU MTS MAN 2
TEGALSARI DIPONEGORO Banyuwangi
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk- 2008/2009- 2014/2015- 2017/2018-
Lulus 2013/2014 2016-2017 2018/2019
C. Penghargaan 10 Tahun Terakhir

No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun


1 Juara 3 Lomba Hadrah Se MA MAMBAUL HUDA 2016
Kabupaten Banyuwangi
2 - - -
22

2. ANGGOTA TIM 1
D. Identitas Diri
1. Nama lengkap Nafis Kumala
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. NISN 0011223951
4. Tempat Tanggal Lahir Banyuwangi, 19 Desember
5. E-mail kumalanafis@gmail.com
6. Nomor Telepon/HP 082334866898
E. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SDN 5 Genteng SMPN 1 Genteng MAN 2
Banyuwangi
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk- 2008/2009- 2014/2015- 2017/2018-
Lulus 2013/2014 2016-2017 2018/2019
F. Penghargaan 10 Tahun Terakhir

No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun


1 Juara 2 Kader Kesehatan STIKES Banyuwangi 2018
UKS tingkat Kabupaten
Banyuwangi
2 Harapan III Telling Story IAIN Jember 2019
Se Tapal Kuda Jawa Timur
23

3. ANGGOTA TIM 2
G. Identitas Diri
1. Nama lengkap Mohammad Zulfi Ardiansyah
2. Jenis Kelamin Laki–Laki
3. NISN 0022617833
4. Tempat Tanggal Lahir Banyuwangi, 23 Januari 2002
5. E-mail Luckyfahmi28@gmail.com
6. Nomor Telepon/HP 087863518476
H. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SDN 2 Genteng MTsN 8 MAN 2
Banyuwangi Banyuwangi
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk- 2008/2009- 2014/2015- 2017/2018-
Lulus 2013/2014 2016-2017 2018/2019
I. Penghargaan 10 Tahun Terakhir

No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun


1 Harapan III Debat Bahasa BCSC IAIDA BLOKAGUNG 2019
Indonesia
2 - - -
24

4. GURU PEMBIMBING
A. Identitas Diri
1. Nama lengkap Trio Alan Mundirahayu S.Pd
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. NIP -
4. Tempat Tanggal Lahir Jember, 9 Januari 1994
5. E-mail Alanmundirahayu@gmail.com
6. Nomor Telepon/HP 082143281263
B. Riwayat Pendidikan
S1 S2 S3
Nama Institusi Universitas Jember - -
Jurusan Pendidikan Bahasa, - -
Sastra Indonesia dan
Seni
TahunMasuk- 2012-2016 - -
Lulus
C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)

No Nama Pertemuan Judul Artikel Waktu dan


Ilmiah Ilmiah Tempat

D. Penghargaan 10 tahunTerakhir
No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun
1 - - -
2 - - -
25
26

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai