TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
Menurut Nursalam, M (2010), gagal nafas dapat disebebkan oleh
beberapa hal, sebagai berikut :
a. Depresi Sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat
pernafasan yang mengendalikan pernapasan, terletak dibawah
batang otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan
dangkal.
b. Kelainan neurologis primer
Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam
pusat pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari
1|GagalNafas
batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot
pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla
spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang
terjadi pada pernapasan akan sangat mempengaruhi ventilasi.
c. Efusi pleura, hemothoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui
penghambatan ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan
penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan
cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.
d. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab
gagal nafas. Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala,
ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat
mengarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernapasan.
Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi
dan mungkin menyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi
dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah
untuk memperbaiki patologi yang mendasar.
e. Penyakit akut paru
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi
atau pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengiritasi
dan materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkial,
atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah beberapa
kondisi lain yang menyababkan gagal nafas.
2|GagalNafas
3. Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi, gagal nafas dapat dibagi menjadi dua
bagian, sebagai berikut :
a. Gagal napas akut
Gagal napas akut terjadi dalam hitungan menit hingga jam,
yang ditandai dengan perubahan hasil analisa gas darah yang
mengancam jiwa. Terjadi peningkatan kadar PaCO2. Gagal napas
akut timbul pada pasien yang keadaan parunya normal secara
struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul
(Wijiatmodjo,K, 2008).
b. Gagal napas kronik
Gagal napas kronik terjadi dalam beberapa hari. Biasanya
terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik, seperti bronkhitis
kronik dan emfisema. Pasien akan mengalami toleransi terhadap
hipoksia dan hiperkapneu yang memburuk secara bertahap
(Wijiatmodjo,K, 2008).
4. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Sudarth (2010), tanda dan gejala gagal nafas
dapat dibagi menjadi du bagia, sebagai berikut :
a. Tanda-tanda hypoksemia/hypoksia
1) Disorientasi, bingung, gelisah, apatis, atau kesadaran menurun
2) Takipnoe
3) Nafas pendek dan dangkal / dipsnoe
4) Takikardi, vasokonstriksi, tensi meningkat
b. Tanda-tanda hyperkapnoe
1) Sakit kepala akibat vasodilatasi serebral
3|GagalNafas
2) Depresi mental, miosis, keringat dingin, kulit / sklera /
konjungtiva memerah
3) Takikardi, tensi meningkat
4) Aritmia
5. Patofisiologi
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal
nafas kronik. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada
pasien yang parunya normal secara struktural maupun fungsional
sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah
terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis
kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang
batubara). Pasien mengalami toleransi terhadap hipoksia dan
hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas
akut biasanya paru-paru kembali keasalnya. Pada gagal nafas kronik
struktur paru alami kerusakan yang ireversibel (Price & Wilson,2008).
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak
adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan
yang mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons
dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala,
stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia
mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga
pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode post operatif
dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat
agen menekan pernafasan dengan efek yang dikeluarkan atau dengan
meningkatkan efek dari analgetik opiood. Pnemonia atau dengan
penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut (Price &
Wilson,2008).
4|GagalNafas
5|GagalNafas
6. Pathway
↑ permeabilitas membrane
Kegagalan ventilasi pernafasan
alveolar kapiler
Gagal Nafas
6|GagalNafas
Kerusakan pada Ketidakefektifan perfusi
Perdarahan paru
dinding kapiler paru jaringan perifer
↓ compliance paru
Hipoksia jaringan
Asidosis metabolik
Cairan surfakan ↓
Ketidakefektifan perfusi
jarigan serebral
7|GagalNafas
Gangguan Dyspnea, takipnea
pengembangan paru
(atelektasis) kolaps alveoli
Gangguan pertukaran
Refleks batuk melemah
gas
Penumpukan sekret
Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas
8|GagalNafas
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemerikasaan gas-gas darah arteri
Hipoksemia
Ringan : PaO2 < 80 mmHg
Sedang : PaO2 < 60 mmHg
Berat : PaO2 < 40 mmHg
b. Pemeriksaan rontgen dada
Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit
yang tidak diketahui
c. Hemodinamik
Tipe I : peningkatan PCWP
d. EKG
Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan
Disritmia
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hb : dibawah 12 gr %
b. Analisa gas darah :
1) pH dibawah 7,35 atau di atas 7,45
2) paO2 di bawah 80 atau di atas 100 mmHg
3) pCO2 di bawah 35 atau di atas 45 mmHg
4) BE di bawah -2 atau di atas +2
c. Saturasi O2 kurang dari 90 %
d. Ro : terdapat gambaran akumulasi udara/cairan , dapat terlihat
perpindahan letak mediastinum
9|GagalNafas
9. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi oksigen : pemberian oksigen rendah nasal atau masker
b. Ventilator mekanik dengan memberikan tekanan positif kontinu
c. Inhalasi nebulizer
d. Fisioterapi dada
e. Pemantauan hemodinamik / jantung
f. Pengobatan: bronkodilator, steroid
g. Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan
10. Komplikasi
a. Asidosis respiratorik kronis : kondisi medis dimana paru-paru tidak
dapat mengeluarkan semua karbondioksida yang dihasilkan dalam
tubuh. Hal ini mengakibatkan gangguan keseimbangan asam-basa
dan membuat cairan tubuh lebih asam, terutama darah.
b. Henti napas
c. Henti jantung
10 | G a g a l N a f a s
pasien dengan tingkat ketergantungan sebagian dan perawatan
suportif-edukatif untuk membantu klien mencapai kemungkinan
tingkat kesehatan dan kesejahteraan tertinggi.
b. Advocat Keluarga
Selain melakukan tugas utama dalam merawat, perawat juga
mampu sebagai advocat keluarga sebagai pembela keluarga
dalam beberapa hal seperti dalam menentukan haknya sebagai
klien. Dalam peran ini, perawat dapat mewakili kebutuhan dan
harapan klien kepada profesional kesehatan lain, seperti
menyampaikan keinginan klien mengenai informasi tentang
penyakitnya yang diketahu oleh dokter. Perawat juga membantu
klien mendapatkan hak-haknya dan membantu pasien
menyampaikan keinginan.
c. Pencegahan Penyakit
Upaya pencegahan merupakan bagian dari bentuk pelayanan
keperawatan sehingga setiap dalam melakukan asuhan
keperawatan harus selalu mengutamakan tindakan pencegahan
terhadap timbulnya masalah baru sebagai dampak dari penyakit
atau masalah yang diderita. Salah satu contoh yang paling
signifikan yaitu keamanan, karena setiap kelompok usia beresiko
mengalami tipe cedera tertentu, penyuluhan preventif dapat
membantu pencegahan banyak cedera, sehingga secara
bermakna menurunkan tingkat kecacatan permanen dan mortalitas
akibat cidera pada pasien.
d. Pendidik
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien, perawat
harus mampu berperan sebagai pendidik, sebab beberapa pesan
dan cara mengubah perilaku pada pasien atau keluarga harus
selalu dilakukan dengan pendidikan kesehatan khususnya dalam
11 | G a g a l N a f a s
keperawatan. Melalui pendidikan ini diupayakan pasien tidak lagi
mengalami gangguan yang sama dan dapat mengubah perilaku
yang tidak sehat. Contoh dari peran perawat sebagai pendidik
yaitu keseluruhan tujuan penyuluhan pasien dan keluaraga adalah
untuk meminimalkan stres pasien dan keluarga, mengajarkan
mereka tentang terapi dan asuhan keperawatan di rumah sakit,
dan memastikan keluarga dapat memberikan asuhan yang sesuai
di rumah saat pulang.
e. Konseling
Konseling merupakan upaya perawat dalam melaksanakan
peranya dengan memberikan waktu untuk berkonsultasi terhadap
masalah yang dialami oleh pasien maupun keluarga, berbagai
masalah tersebut diharapkan mampu diatasi dengan cepat dan
diharapkan pula tidak terjadi kesenjangan antara perawat,
keluarga maupun pasien itu sendiri. Konseling melibatkan
pemberian dukungan emosi, intelektual dan psikologis. Dalam hal
ini perawat memberikan konsultasi terutama kepada individu sehat
dengan kesulitan penyesuaian diri yang normal dan fokus dalam
membuat individu tersebut untuk mengembangkan sikap,
perasaan dan perilaku baru dengan cara mendorong klien untuk
mencari perilaku alternatif, mengenai pilihan-pilihan yang tersedia
dan mengembangkan rasa pengendalian diri (Berman,2010).
f. Kolaborasi
Kolaborasi merupakan tindakan kerja sama dalam menentukan
tindakan yang akan dilaksanakan oleh perawat dengan tim
kesehatan lain. Pelayanan keperawatan pasien tidak dilaksanakan
secara mandiri oleh tim perawat tetapi harus melibatkan tim
kesehatan lain seperti dokter, ahli gizi, psikolog dan lain-lain,
12 | G a g a l N a f a s
mengingat pasien merupakan individu yang kompleks/yang
membutuhkan perhatian dalam perkembangan (Hidayat,2012).
g. Pengambilan Keputusan Etik
Dalam mengambil keputusan, perawat mempunyai peran yang
sangat penting sebab perawat selalu berhubungan dengan pasien
kurang lebih 24 jam selalu disamping pasien, maka peran
perawatan sebagai pengambil keputusan etik dapat dilakukan oleh
perawat, seperti akan melakukan tindakan pelayanan
keperawatan.
h. Peneliti
Adalah Peran perawat ini sangat penting yang harus dimiliki
oleh semua perawat pasien. Sebagai peneliti perawat harus
melakukan kajian-kajian keperawatan pasien, yang dapat
dikembangkan untuk perkembangan teknologi keperawatan. Peran
perawat sebagai peneliti dapat dilakukan dalam meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan pasien (Hidayat,2012)
13 | G a g a l N a f a s
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien : meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama dan suku bangsa.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering muncul adalah gejala sesak nafas
atau peningkatan frekuensi nafas. Secara umum perlu dikaji
tentang gambaran secara menyeluruh apakah klien tampak takut,
mengalami sianosis, dan apakah tampak mengalami kesukaran
bernafas.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Yaitu meliputi alas an klien masuk ke RSdan yang dialami
klien saat ini, misalnya klien menunjukan sesak nafas, ada
suara tambahan, ada retraksi dada, penurunan kesadaran,
sianosis, takikardi, gelisah dll.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah ada riwayat gagal nafas terdahulu, kecelakaan /
trauma serta mengkonsumsi obat berlebihan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita
penyakit yang sama dengan klien atau penyakit yang
mengenai sistem pernafasan.
d. Pemeriksaan Fisik Primer (primary survey)
1) Airway : peningkatan sekresi pernapasan, bunyi nafas
krekels, ronki dan mengi
2) Breathing :
(1) Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung,
takipneu/bradipneu, retraksi
14 | G a g a l N a f a s
(2) Menggunakan otot aksesori pernapasan
(3) Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
3) Circulation
(1) Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
(2) Sakit kepala
(3) Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau
mental, mengantuk
(4) Papiledema
(5) Penurunan haluaran urine
4) Disability : perhatikan bagaimana tingkat kesadaran klien,
dengan penilain GCS, dengan memperhatikan refleks
pupil, diameter pupil.
5) Eksposure : penampilan umum klien seperti apa, apakah
adanya udem, pucat, tampak lemah, adanya perlukaan
atau adanya kelainan yang didapat secara objektif.
e. Pemeriksaan Fisik Sekunder (secondary survey)
1) B1 (Breathing)
(1) Inspeksi
Kesulitan bernafas tampak dalam, perubahan irama dan
frekuensi pernafasan. Keadaan normal frekuensi
pernafasan 16-20×/menit dengan ampitudo yang cukup
besar. Jika seseorang bernafas lambat dan dangkal, itu
menunjukan adanya depresi pusat pernafasan, penyakit
akut paru sering menunjukan frekuensi pernafasan
≥20×/menit atau karena penyakit sistemik seperti sepsis,
perdarahan, syok dan gangguan metabolic seperti diabetes
militus.
15 | G a g a l N a f a s
(2) Palpasi
Perawat ICU memperhatikan pelebaran ICS dan
penurunan taktil fremitus yang mejadi penyebab utama
gagal nafas
(3) Perkusi
Perkusi yang dilakukan dengan seksama dan cermat dapat
ditemukan daerah redup sampai daerah-daerah nafas
melemah yang disebabkan oleh penebalan pleura, efusi
pleura yang cukup banyak dan hipersonor bila ditemukan
pneumothoraks atau enfisema paru.
(4) Auskultasi
Untuk menilai apakah ada bunyi nafas tambahan, seperti
wheezing dan ronki serta untuk menetukan dengan tepat
lokasi yang didapat dari kelainan yang ada.
2) B2 (Blood)
Monitor dampak gagal nafas terhadap kardiovaskuler meliputi,
keadaan hemodinamik seperti nadi, tekanan darah dan CRT.
3) B3 (Brain)
Pengkajian perubahan status mental penting dilakukan
perawat karena merupakan gejala sekunder yang terjadi akibat
gangguan pertukaran gas. Diperlukan pemeriksaan GCS untuk
menentukan tingkat kesadaran.
4) B4 (Bladder)
Pengukuraan volume output urin perlu dilakukan karena
berkaitan dengan intake cairan. Oleh karena itu, perlu
memonitor adanya oliguria, karena hal tersebut merupakan
tanda awal dari syok.
16 | G a g a l N a f a s
5) B5 (Bowel)
Pengkajian terhadap status nutrisi klien, meliputi jumlah,
frekuensi dan kesulitan-kesulitan dalam memenihi
kebutuhanya. Pada klien gagal nafas, potensial terjadi
kekurangan pemenuhan nutrisi, hal ini karena terjadi dipnea
saat makan, laju metabolisme dan kecemasan yang dialami
klien.
6) B6 (Bone)
Dikaji adanya edema ekstermitas, tremor, tanda-tanda infeksi
pada ekstermitas, turgor kulit, kelembaban, pengelupasan atau
bersisik pada dermis / integument.
17 | G a g a l N a f a s
dalam sehari, BAB lebih dari 3 kali sehari atau tidak
mengalami keinginan untuk BAB atau BAK selama beberapa
waktu
DO : Kaji karakteristik urine, warna dan jumlah, kaji adanya
gangguan eliminasi BAB.
4) Pola aktivitas dan latihan
DS : Tanyakan kegiatan sehari-hari sebelum MRS, tanyakan
adanya rasa nyeri yang mengganggu aktivitas, tanyakan
adanya rasa lemah atau letih yang mengakibatkan klien sulit
melakukan kegiatan
DO : Kaji adanya penurunan rentang gerak akibat nyeri dan
kaji adanya kelemahan atau keletihan
5) Pola tidur dan istirahat
DS : Tanyakan pola tidur klien (jam tidur, jam bangun,
intensitas tidur dalam sehari), tanyakan apakah klien sering
terbangun di malam hari, tanyakan adanya kegelisahan di
malam hari yang mengganggu
DO: Kaji adanya tanda-tanda kurangnya istirahat seperti
terkantuk-kantuk di siang hari, adanya kantong mata, ataupun
mata merah dan berair akibat mengantuk dan kurang istirahat
di malam hari
6) Pola presepsi dan kognitif
DS : Tanyakan apa yang pasien rasakan terkait dengan
penyakit yang dialami. Tanyakan tentang pengetahuan klien
mengenai penyakit yang dialami
DO : Kaji pemahaman klien mengenai tanda-tanda gagal nafas
dan pemahaman klien mengenai gagal nafas
18 | G a g a l N a f a s
7) Pola presepsi dan konsep diri
DS : Tanyakan apakah klien puas dengan dirinya, tanyakan
apakah klien puas terhadap citra diri dan peran dirinya, apakah
klien merasa ada perubahan pada dirinya semenjak menderita
penyakit tersebut
DO : Kaji adanya tanda-tanda stress fisik atau ketidakterimaan
akan kondisi diri seperti emosional yang labil
8) Pola peran dan hubungan
DS : Tanyakan apakah klien tinggal sendiri atau ditemani
keluarga, adakah orang terdekat yang sangat dekat dengan
klien
DO: Kaji adanya tanda-tanda menarik diri, seperti tidak ingin
diajak bicara, selalu ingin sendiri dan tidak mau ditemani
9) Pola seksualitas dan reproduksi
DS : Tanyakan apakah klien mengalami nyeri saat berkemih
DO : Kaji adanya ciri penyimpangan ketertarikan seksual pada
klien dengan melihat ciri fisik, cara berpakaian dan cara
berbicara klien.
10)Pola koping dan stress
DS : Tanyakan kepada klien bagaimana cara klien dalam
mengatasi masalah terkait dengan penyakit yang dialami,
tanyakan apakah klien merasa cemas dengan penyakit yang
dialami
DO : Kaji bentuk dukungan atau bantuan keluarga terhadap
klien, kaji adanya tanda-tanda stress seperti gelisah dan
cemas
11)Pola nilai dan kepercayaan
DS : Tanyakan kepada klien apakah selama sakit pasien
pernah berdoa, tanyakan kepada klien bagaimana presepsi
19 | G a g a l N a f a s
klien tentang penyakitnya (apakah penyakit klien merupakan
suatu kutukan)
DO : Kaji apakah selama klien sakit, disekitar tempat tidur
klien pakah ada kelengkapan klien untuk berdoa
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi secret
b. Gangguan pertukran gas berhubungan dengan hiperventilasi
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru
d. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan curah jantung
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
hipoksia
20 | G a g a l N a f a s
3. Intervensi Keperawatan
Mata melebar mudah, tidak ada pursed Gunakan alat yang steril sitiap
lips) melakukan tindakan
21 | G a g a l N a f a s
Produksi sputum Menunjukkan jalan nafas Anjurkan pasien untuk istirahat dan
Gelisah yang paten (klien tidak napas dalam setelah kateter
Perubahan frekuensi merasa tercekik, irama dikeluarkan dari nasotrakeal
dan irama nafas nafas, frekuensi pernafasan Monitor status oksigen pasien
Faktor yang berhubungan : dalam rentang normal, tidak Ajarkan keluarga bagaimana cara
Lingkungan : merokok, ada suara nafas abnormal melakukan suksion
menghirup asap rokok, Mampu mengidentifikasikan Hentikan suksion dan berikan
perokok pasif-POK, infeksi dan mencegah factor yang oksigen apabila pasien
Fisiologis : disfungsi dapat menghambat jalan menunjukkan bradikardi,
neuromuskular, nafas peningkatan saturasi O2, dll
hiperplasia dinding Airway Management
bronkus, alergi jalan nafas, Buka jalan nafas, guanakan teknik
asma chin lift atau jaw thrust bila perlu
Obstruksi jalan nafas : Posisikan pasien untuk
spasme jalan nafas, memaksimalkan ventilasi
sekresi tertahan, Identifikasi pasien perlunya
banyaknya mukus, adanya pemasangan alat jalan nafas
jalan nafas buatan, sekresi buatan
bronkus, adanya eksudat di Pasang mayo bila perlu
alveolus,
adanya benda asing di
22 | G a g a l N a f a s
jalan nafas Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
Lakukan suction pada mayo
Berikan bronkodilator bila perlu
Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
23 | G a g a l N a f a s
Takikardi Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
Hiperkapnia Mendemonstrasikan Identifikasi pasien perlunya
Keletihan peningkatan ventilasi dan pemasangan alat jalan nafas
Somnolen oksigenasi yang adekuat buatan
Hypoxia paru dan bebas dari tanda Lakukan fisioterapi dada jika perlu
24 | G a g a l N a f a s
ventilasi Catat pergerakan dada,amati
Perubahan membran kesimetrisan, penggunaan otot
kapiler-alveolar tambahan, retraksi otot supraclavicular
dan intercostal
Monitor suara nafas, seperti
dengkurMonitor pola nafas :
bradipena, takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes
Catat lokasi trakea
Monitor kelelahan otot diagfragma
(gerakan paradoksis)
Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles dan ronkhi
pada jalan napas utama
Auskultasi suara paru setelah tindakan
untuk mengetahui hasilnya
25 | G a g a l N a f a s
3 Pola Nafas tidak efektif b/d NOC : NIC :
penurunan ekspansi paru Respiratory status : Ventilation Airway Management
Batasan karakteristik : Respiratory status : Airway
Buka jalan nafas, gunakan teknik
Penurunan patency
chin lift atau jaw thrust bila perlu
tekanan Vital sign Status
Posisikan pasien untuk
inspirasi/ekspirasi Kriteria Hasil :
memaksimalkan ventilasi
Penurunan Mendemonstrasikan batuk
Identifikasi pasien perlunya
pertukaran udara per efektif dan suara nafas yang
pemasangan alat jalan nafas
menit bersih, tidak ada sianosis
buatan
Menggunakan otot dan dyspnea (mampu
Pasang mayo bila perlu
pernafasan tambahan mengeluarkan sputum,
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Nasal flaring mampu bernafas dengan
Keluarkan sekret dengan batuk atau
Dyspnea mudah, tidak ada pursed
suction
Orthopnea lips)
Auskultasi suara nafas, catat
Perubahan Menunjukkan jalan nafas
adanya suara tambahan
penyimpangan dada yang paten (klien tidak
Lakukan suction pada mayo
Nafas pendek merasa tercekik, irama
Berikan bronkodilator bila perlu
Pernafasan pursed-lip nafas, frekuensi pernafasan
Tahap ekspirasi
26 | G a g a l N a f a s
berlangsung sangat lama dalam rentang normal, tidak Berikan pelembab udara Kassa
Peningkatan diameter ada suara nafas abnormal) basah NaCl Lembab
anterior-posterior Tanda Tanda vital dalam Atur intake untuk cairan
Pernafasan rata- rentang normal (tekanan mengoptimalkan keseimbangan.
rata/minimal darah, nadi, pernafasan) Monitor respirasi dan status O2
Bayi : < 25 atau > 60 Terapi Oksigen
Usia 1-4 : < 20 atau > Bersihkan mulut, hidung dan secret
30 trakea
Usia 5-14 : < 14 atau > Pertahankan jalan nafas yang paten
25 Atur peralatan oksigenasi
Usia > 14 : < 11 atau > Monitor aliran oksigen
24 Pertahankan posisi pasien
Kedalaman pernafasan Onservasi adanya tanda tanda
Dewasa volume hipoventilasi
tidalnya 500 ml saat Monitor adanya kecemasan pasien
istirahat terhadap oksigenasi
Bayi volume tidalnya 6-8 Vital sign Monitoring
ml/Kg Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Penurunan kapasitas vital Catat adanya fluktuasi tekanan
Faktor yang berhubungan :
27 | G a g a l N a f a s
Hiperventilasi darah
Deformitas tulang Monitor VS saat pasien berbaring,
Kelainan bentuk duduk, atau berdiri
dinding dada Auskultasi TD pada kedua lengan
Penurunan dan bandingkan
energi/kelelahan Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
Perusakan/pelemahan selama, dan setelah aktivitas
muskulo-skeletal Monitor kualitas dari nadi
Obesitas Monitor frekuensi dan irama
Posisi tubuh pernapasan
Kelelahan otot pernafasan Monitor suara paru
Hipoventilasi sindrom Monitor pola pernapasan abnormal
Kecemasan Monitor suhu, warna, dan
Disfungsi Neuromuskuler kelembaban kulit
28 | G a g a l N a f a s
perubahan vital sign
29 | G a g a l N a f a s
Peripheral ditandai dengan : perubahan sensasi
Edema o Berkomunikasi dengan
Tanda Homan positif jelas dan sesuai dengan
Perubahan karakteristik kemampuan
kulit (rambut, kuku, o Menunjukkan perhatian,
air/kelembaban) konsentrasi dan orientasi
Denyut nadi lemah o Memproses informasi
atau tidak ada o Membuat keputusan
Diskolorisasi kulit dengan benar
Terlambat sembuh
Pulsasi arterial berkurang
Warna kulit pucat pada
elevasi, warna tidak
kembali pada penurunan
30 | G a g a l N a f a s
kaki
Cerebral
Abnormalitas bicara
Kelemahan
ekstremitas atau
paralis
Perubahan status mental
Perubahan pada respon
motorik
Perubahan reaksi pupil
Kesulitan untuk menelan
Perubahan kebiasaan
Kardiopulmonar
Perubahan frekuensi
respirasi di luar batas
parameter
Penggunaan otot
pernafasan tambahan
Balikkan kapiler > 3 detik
(Capillary refill)
31 | G a g a l N a f a s
Abnormal gas darah
arteri
Bronkospasme
Dyspnea
Aritmia
Hidung kemerahan
Retraksi dada
Nyeri dada
Faktor yang berhubungan :
Hipovolemia
Hipervolemia
Aliran arteri terputus
Exchange problems
Aliran vena terputus
Hipoventilasi
Reduksi mekanik pada
vena dan atau aliran
darah arteri
Kerusakan transport
32 | G a g a l N a f a s
oksigen melalui alveolar
dan atau membran
kapiler
Tidak sebanding antara
ventilasi dengan aliran
darah
Keracunan enzim
Perubahan
afinitas/ikatan O2 dengan
Hb
Penurunan konsentrasi
Hb dalam darah
33 | G a g a l N a f a s
abnormal sekmen o Tekanan systole dan Monitor tekanan intrakranial pasien
ventrikel kiri akinetik diastole dalam rentang dan respon neurology terhadap
Ateroklerosis aerotik yang diharapkan aktivitas
Disekresi arteri o Tidak ada ortostatik Monitor jumlah drainage cairan
Fibrilasi atrium hipertensi serebrospinal
Miksoma atrium o Tidak ada tanda tanda Monitor intake dan output cairan
Stenosis carotid intrakranial (tidak lebih dari Monitor suhu dan angka WBC
15 mmHg) Kolaborasi pemberian antibiotic
Aneurisme serebri
Mendemonstrasikan Posisikan pasien pada posisi
Koagulopati (mis, anemia
kemampuan kognitif yang semifowler
sel sabit)
ditandai dengan: Minimalkan stimuli dari lingkungan
Kardiomiopati dilatasi
o Berkomunikasi dengan Peripheral Sensation Management
Koagulasi intraveskular
jelas dan sesuai dengan (Manajemen sensasi perifer)
deseminata
kemampuan Monitor adanya daerah tertentu yang
Trauma kepala
o Menunjukkan perhatian, hanya peka terhadap
Hierkolesterolemia
konsentrasi dan orientasi panas/dingin/tajam/tumpul
Hipertensi
o Memproses informasi Monitor adanya paretese
Endocarditis infeksi
o Membuat keputusan Instruksikan keluarga untuk
Katup prostetik mekanis
34 | G a g a l N a f a s
Stenosis mitral dengan benar mengobservasi kulit jika ada lsi atau
Neoplasma otak Menunjukkan fungsi sensori laserasi
Baru terjadi infark motori cranial yang utuh : Gunakan sarun tangan untuk proteksi
miokardium tingkat kesadaran mambaik, Batasi gerakan pada kepala, leher
Sindrom sick sinus tidak ada gerakan gerakan dan punggung
involunter Monitor kemampuan BAB
Faktor Berhubungan
Kolaborasi pemberian analgetik
Dengan:
Monitor adanya tromboplebitis
Kurang pengetahuan
Diskusikan mengenai penyebab
tentang faktor pemberat
perubahan sensasi
35 | G a g a l N a f a s