Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEHILANGAN DENGAN

INTERVENSI SOCIAL SUPPORT


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa
Dosen Pengampu Endang Caturini S.,SKp.,Ns.,M.Kep.

Disusun oleh
1. Alfina Vandiza (P27220019142)
2. Anggita Tri Sapriya Ningrum (P27220019143)
3. Rika Dea Ariati (P27220019179)
4. Rosa Sheila Diana Oasis (P27220019181)

PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN BERLANJUT NERS


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN SURAKARTA 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemungkinan menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan (Nurhalimah, 2016). Kehilangan merupakan pengalaman yang
pernah dialami oleh setiap individu selama rentang kehidupan cenderung
mengalami kembali walaupun dalam bentuk berbeda. Kehilangan dapat berupa
hal yang riil seperti kehilangan sebagian anggota tubuh atau fungsinya,
hubungan atau kepemilikan. Dapat pula yang sifatnya tidak berwujud seperti
harga diri, kepercayaan diri, atau cita-cita (Novieastari, Enie., dkk, 2020).
Perubahan dalam kehidupan adalah normal, dapat diharapkan dan
seringkali bersifat positif. Seiring bertambahnya usia, perubahan selalu
melibatkan kehilangan yang diperlukan. Dapat dijadikan pembelajaran bahwa
kehilangan pada akhirnya digantikan oleh sesuatu yang berbeda atau lebih
baik. Namun, beberapa kehilangan menyebabkan mereka mengalami
perubahan permanen dalam hidup mereka yang mengancam rasa memiliki dan
keamanan mereka. Kematian orang yang dicintai, perceraian, atau kehilangan
kemerdekaan mengubah hidup dan secara signifikan mengganggu kesehatan
fisik, psikologis, dan spiritual seseorang (Novieastari, Enie., dkk, 2020).
Individu yang mengalami kehilangan akan berada pada keadaan berduka
(grief) karena kehilangan dan berduka merupakan suatu yang integral. Menurut
Hidayat (2012), grieving (berduka) adalah reaksi emosional dari kehilangan
dan terjadi bersamaan dengan kehilangan baik karena perpisahan, perceraian
maupun kematian. Sedangkan istilah bereavement adalah keadaan berduka
yang ditunjukan selama individu melewati rekasi atau masa berkabung
(mourning). Berduka (Grief) adalah respon emosi yang diekspresikan ketika
seseorang mengalami suatu kehilangan yang kemudian dimanifestasikan dalam
bentuk perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain
sebagainya (Novieastari, Enie dkk, 2020).
Agar individu dapat kembali ke kondisi normal, diperlukan intervensi
keperawatan yang sesuai dalam menghadapi masalah kehilangan. Salah satu
intervensi yang dapat digunakan adalah dengan dukungan sosial (social
support). Dukungan sosial merupakan psikoterapi yang bertujuan untuk
membawa individu menuju keseimbangan emosional, meningkatkan
pertahanan yang ada dan mampu melaksanakan mekanisme kontrol secara aktif
serta mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor yang berperan sebagai
stresor. Dukungan dukacita diberikan dengan mendengarkan secara aktif dan
mengizinkan klien dan keluarga untuk mendiskusikan emosi mereka, dapat
berupa konseling individu atau keluarga untuk mengatasi masalah kehilangan.
Hasil yang diinginkan dari dukungan sosial adalah agar klien dan keluarga
mengakui kehilangan dan mengakomodasi serta mengintegrasikannya ke
dalam fungsi kehidupan sehari-hari yang sehat. Hasil yang diinginkan bukanlah
untuk membuat mereka melanjutkan atau melupakan kehilangan, tetapi agar
individu atau keluarga mampu menerapkan koping kehilangan yang sehat
dalam fungsi kehidupan sehari-hari, sehingga kehilangan tidak berdampak
negatif secara terus menerus dalam kehidupan seseorang (Therivel, Jessica dan
Jennifer Kornusky, 2018).

B. Tujuan
Tujuan umum
Mendeskripsikan konsep teori dan intervensi keperawatan pada klien dengan
Kehilangan
Tujuan Khusus
1. Mendeskripsikan konsep teori keperawatan jiwa dengan Kehilangan
2. Mendeskripsikan pengertian intervensi keperawatan Social Support
dengan Kehilangan
3. Mendeskripsikan tujuan intervensi keperawatan Social Support dengan
Kehilangan
4. Mendeskripsikan indikasi intervensi keperawatan Social Support dengan
Kehilangan
5. Mendeskripsikan pelaksanaan intervensi keperawatan Social Support
dengan Kehilangan
6. Mendeskripsikan langkah-langkah intervensi keperawatan Social Support
dengan Kehilangan
7. Menganalisis perbandingan hasil jurnal penerapan intervensi keperawatan
Social Support dalam Kehilangan

C. Manfaat
Sebagai karya ilmiah, diharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai bahan
informasi dan menambah wawasan pembaca tentang masalah Kehilangan pada
klien.
BAB II
PEMBAHASAN
(sumber dicantumkan)

A. Konsep Kehilangan
1. Pengertian
Menurut Lambert&Lambert, kehilangan adalah suatu keadaan
individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemungkinan
menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan. Kehilangan
merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama
rentang kehidupan cenderung mengalami kembali walaupun dalam bentuk
berbeda. Kehilangan dapat berupa hal yang riil seperti kehilangan sebagian
anggota tubuh atau fungsinya, hubungan atau kepemilikan. Dapat pula yang
sifatnya tidak berwujud seperti harga diri, kepercayaan diri, atau cita-cita
(Nurhalimah, 2016).
Perubahan dalam kehidupan adalah normal, dapat diharapkan dan
seringkali bersifat positif. Seiring bertambahnya usia, perubahan selalu
melibatkan kehilangan yang diperlukan. Dapat dijadikan pembelajaran bahwa
kehilangan pada akhirnya digantikan oleh sesuatu yang berbeda atau lebih
baik. Namun, beberapa kehilangan menyebabkan mereka mengalami
perubahan permanen dalam hidup mereka yang mengancam rasa memiliki
dan keamanan mereka. Kematian orang yang dicintai, perceraian, atau
kehilangan kemerdekaan mengubah hidup dan secara signifikan mengganggu
kesehatan fisik, psikologis, dan spiritual seseorang (Nurhalimah, 2016).
Kehilangan maturasional (akibat proses pendewasaan) adalah bentuk
kehilangan yang diperlukan dan mencakup semua perubahan kehidupan yang
biasanya diharapkan di seluruh rentang kehidupan. Setiap orang merespons
kehilangan secara berbeda. Jenis kehilangan dan persepsi orang turut
memengaruhi kedalaman dan durasi respons kesedihan. Selain itu,
pengalaman seseorang yang sebelumnya pernah mengalami kehilangan juga
memengaruhi bagaimana dia merespons kehilangan yang (Novieastari, Enie
dkk, 2020).

2. Faktor yang mempengaruhi kehilangan


Banyak faktor memengaruhi cara seseorang merasakan dan
merespons kehilangan. Faktor-faktor tersebut adalah perkembangan,
hubungan pribadi, sifat kehilangan, strategi penanggulangan, status sosial
ekonomi, dan pengaruh dan keyakinan budaya serta spiritual.
a. Perkembangan Manusia
Usia pasien dan tahap perkembangan memengaruhi respons
kesedihan. Misalnya, balita tidak dapat memahami kehilangan atau kematian
tetapi sering merasa cemas atas hilangnya objek dan berpisah dari orang tua.
Ekspresi kesedihan yang umum termasuk perubahan dalam pola makan dan
tidur, gangguan usus dan kandung kemih, dan peningkatan kerewelan
(AACN 2014). Anak-anak usia sekolah memahami konsep keabadian dan
sifat tidak dapat diubah tetapi tidak selalu memahami penyebab kehilangan.
Beberapa memiliki periode ekspresi emosi yang intens dan mengalami
perubahan dalam hal makan, tidur, dan tingkat keterlibatan sosial (AACN
dan CHNMC, 2014 dalam Novieastari, Enie dkk, 2020).
b. Hubungan Pribadi
Ketika kehilangan melibatkan orang lain, kualitas dan makna dari
hubungan yang hilang memengaruhi respons kesedihan. Ketika hubungan
dua orang saling bermanfaat dan terhubung dengan baik, orang yang
selamat sering merasa sulit bergerak maju setelah kematian. Proses berduka
terhambat oleh penyesalan dan rasa kepentingan yang belum selesai,
terutama ketika orang-orang terkait erat tetapi tidak memiliki hubungan yang
baik pada saat kematian. Dukungan sosial dan kemampuan untuk menerima
bantuan dari orang lain merupakan variabel penting dalam pemulihan dari
kehilangan dan berduka. Orang yang berduka akan mengalami lebih sedikit
depresi ketika mereka memiliki hubungan pribadi dan teman yang sangat
memuaskan untuk mendukung mereka dalam kesedihan mereka (de Vries et
al, 2014 dalam Novieastari, Enie dkk, 2020).
c. Sifat Kehilangan
Menjelajahi sifat kehilangan akan membantu memahami efek dari
kehilangan pada perilaku, kesehatan, dan kesejahteraan pasien. Kehilangan
yang sangat terlihat umumnya merangsang respons bantuan dari orang lain.
Misalnya kehilangan rumah seseorang dari tornado, biasanya sering
membawa dukungan masyarakat dan pemerintah. Kehilangan yang lebih
pribadi seperti keguguran membawa lebih sedikit dukungan dari orang lain.
Kematian yang tiba-tiba tidak terduga menimbulkan tantangan yang berbeda
dari orang yang menderita penyakit kronis yang melemahkan (Novieastari,
Enie dkk, 2020).
d. Strategi Koping
Kehilangan yang dihadapi pasien saat merasa anak-anak
menghasilkan keterampilan mengatasi kehilangan yang akan mereka
gunakan ketika menghadapi kehilangan yang lebih besar dan lebih
menyakitkan di masa dewasa. Strategi mengatasi ini seperti berbicara,
membuat jurnal, dan berbagi emosi mereka dengan orang lain mungkin lebih
sehat dan efektif. Bisa juga berimbas ke perilaku tidak sehat dan tidak efektif
seperti peningkatan penggunaan alkohol, obat-obatan, dan kekerasan.
Perawat memberikan dukungan dengan menilai strategi koping pasien,
mendidik tentang strategi baru yang sehat, dan mendorong penggunaan
strategi ini (Novieastari, Enie dkk, 2020).
e. Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi memengaruhi proses berduka seseorang secara
langsung dan tidak langsung. Karena perubahan peran, seorang ibu yang
baru menjanda menemukan dirinya bekerja untuk memenuhi kebutuhan dan
tidak memiliki waktu untuk merawat diri atau membiarkan dirinya berduka
atas kehilangan suaminya. Dengan sumber daya terbatas, kegiatan yang
mendukung berduka yang sehat seperti membeli pohon untuk ditanam untuk
menghormati almarhum. Seorang pasien dengan keuangan terbatas tidak
dapat mengganti mobil yang dihancurkan dalam kecelakaan dan membayar
biaya medis yang terkait (Novieastari, Enie dkk, 2020).
f. Budaya
Selama masa kehilangan dan berduka, pasien dan keluarga
memanfaatkan praktik sosial dan spiritual dari budaya mereka untuk
menemukan kenyamanan, ekspresi, dan makna dalam pengalaman. Untuk
memberikan perawatan sebaik mungkin, penting bagi kita untuk bertanya
tentang keyakinan dan praktik budaya. Pasien dan keluarga jarang
menyampaikan informasi ini tanpa disuruh. Ekspresi berduka dalam
kerangka untuk menavigasi, memahami, dan menyembuhkan dari
kehilangan, kematian, dan berduka. Keyakinan pasien dapat memengaruhi
cara mereka menanggapi penyakit, pengobatan, opsi dukungan kehidupan
lanjutan, otopsi, donasi organ, dan apa yang terjadi pada tubuh dan jiwa
setelah kematian. Pasien memanfaatkan keyakinan spiritual mereka untuk
memberikan kenyamanan dan mencari pemahaman pada saat kehilangan
(Novieastari, Enie dkk, 2020).

3. Indikasi
Gejala yang timbul pada pasien dengan kehilangan antara lain:
a. Adaptasi terhadap kehilangan yang tidak berhasil
b. Depresi, menyangkal yang berkepanjangan
c. Reaksi emosional yang lambat
d. Tidak mampu menerima pola kehidupan yang normal
Tanda yang mungkin dijumpai pada pasien kehilangan antara lain:
a. Isolasi sosial atau menarik diri
b. Gagal untuk mengembangkan hubungan/ minat-minat baru
c. Gagal untuk menyusun kembali kehidupan setelah kehilangan.
(Nurhalimah, 2016).

4. Penatalaksanaan
a. Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif merupakan metode holistik untuk mencegah dan
mengurangi dan mencegah gejala kehilangan dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan pribadi melalui
perawatan pikiran, tubuh, dan jiwa. Perawatan ini berfokus pada
pencegahan, bantuan, pengurangan, atau menenangkan gejala penyakit
atau gangguan di seluruh perjalanan penyakit. Tujuan utamanya ialah
membantu pasien dan keluarga mencapai kualitas hidup terbaik.
b. Hospic Care
Perawatan Hospis merupakan model keperawatan untuk melakukan
perawatan pada pasien yang sakit parah dan keluarga di akhir kehidupan.
Hal ini memberikan prioritas untuk mengelola rasa sakit pasien dan
gejala lainnya seperti kenyamanan, kualitas hidup dan perhatian terhadap
kebutuhan dan sumber daya fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Pasien
yang diterima dalam program ini biasanya pasien yang memiliki
prognosis untuk hidup kurang dari 6 bulan.
c. Komunikasi Terapeutik
Pembentukan hubungan yang penuh perhatian dan kepercayaan dengan
pasien merupakan hal yang utama dari asuhan keperawatan. Pendekatan
yang berfokus pada pasien memungkinkan untuk menggapai pasien
daripada bereaksi dan mendorong pasien untuk berbagi informasi
penting. Pertanyaan terbuka yang mengundang pasien untuk
menguraikan pemikirn mereka dan mendorong mereka untuk
menceritakan kisah mereka.
Komunikasi terapetik ini merupakan salah satu cara untuk membuat
seseoarng tergerak untuk dapat terbuka terhadap orang lain dan
lingkungannya. Salah satu tindakan terapeutik yang bisa dilakukan yaitu
dengan terapi dukungan kelompok Social Support.
d. Perawatan Psikososial
Pasien di akhir kehidupan mengalami berbagai gejala psikologis,
termasuk kecemasan, depresi, ketidakberdayaan, ketidakpastian, dan
isolasi. Mereka dapat mengalami penderitaan dari lingkungan yang tidak
diketahui, pilihan pengobatan, status kesehatan, dan proses kematian.
e. Dukung Keluarga yang berduka (DITAMBAHKAN 1 paragraf SOCIAL
SUPPORT)
Pada pasien dengan perawatan paliatif, rumah dan anggota kelarga
merupakan unit perawatan. Anggota keluarga juga dapat menderita
ketika pasien sudah menjadi lemah dan mendekati akhir kehidupan,
dengan mengasuh keluarga yang pada akhir kehidupannya tidak dapat
diprediksi, menakutkan, dan memilukan. Seringkali anggota keluarga
menghadapi situasi yang menantang dan kompleks jauh sebelum orang
yang mereka cintai meninggal.

f. Fasilitasi Dukacita
Strategi yang dapat digunakan untuk membantu keluarga yang berduka
yaitu dengan cara:
- Bantu keluarga untuk menerika bahwa kehilangan itu nyata
- Dukung upaya untuk menyesuaikan dengan kehilangan
- Dorong pembentukan hubungan baru. Keluarga yang kehilangan harus
diyakinkan bahwa dengan hubungan baru tidak berarti bahwa mereka
menggantikan orang yang telah meninggal. Dorong keterlibatan dalam
kegiatan sosial kelompok yang tidak mengancam, misalnya dengan ikut
dalam terapi kelompok social support
- Berikan waktu untuk berduka
- Waspadai tanda-tanda mekanisme koping yang tidak efektif dan
berpotensi membahayakan seperti penggunaan alkohol dan
penyalahgunaan zat atau penggunaan analgesik yang dijual bebas (Potter
dan Perry, 2019).

5. Perencanaan
Perawat memberikan perawatan secara holistic, meliputi fisik,
emosional, social, dan spiritual kepada pasien yang mengalami
berduka, kematian, atau kehilangan. Penggunaan pemikiran kritis
memastikan rencana perawatan yang dirancang dengan baik
mendukung harga diri dan otonomi pasien dengan memasukkan dia
dalam proses perencanaan. Model berpikir kritis untuk perencanaan
kehilangan harus memperhatikan aspek berikut:
1. Pengetahuan (PENULISAN) (a)
a. Spiritualitas sebagai sumber dalam menghadapi kehilangan
(1)
b. Peran profesi kesehatan lain dalam membantu pasien
menghadapi kehilangan
c. Layanan yang diberikan oleh lembaga masyarakat
d. Prinsip pemberian rasa nyaman
e. Prinsip dukungan berduka
2. Pengalaman
Respons pasien sebelumnya untuk merencanakan intervensi
keperawatan terkait pengelolaan gejala nyeri atau kehilangan
orang penting lainnya
3. Standar
a. Berikan privasi bagi pasien dan keluarga
b. Gunakan prinsip etik otonomi dalam mendukung pilihan
tatalaksana oleh pasien
c. Sesuaikan terapi terhadap harga diri pasien
d. Gunakan standar profesi yang sesuai pada perawatan terminal
(missal: Asosiasi Perawat Amerika: Ranah dan Perawatan
Hospis dan Paliatif)
4. Perilaku
a. Bertanggung jawab dalam memberikan perawatan supportif
yang berkualitas tinggi
b. Tunjukkan keterbukaan dalam berpartisipasi saat mengalami
kehilangan
c. Tunjukkan pendekatan empati
5. Perencanaan asuhan keperawatan
a. Pilih strategi komunikasi yang membantu pasien atau
keluarga dalam menerima dan beradaptasi terhadap
kehilangan
b. Pilih bentuk intervensi untuk menjaga kehormatan dan harga
diri pasien
c. Berikan keterampilan atau pengetahuan kepada keluarga
untuk mengelola dan memahami bagaimana merawat pasien
yang meninggal
Rencana asuhan keperawatan untuk pasien yang sedang sekarat
berfokus pada kenyamanan; menjaga martabat dan kualitas hidup; dan
memberikan dukungan anggota keluarga secara emosional. Selama
perencanaan, tentukan tujuan yang realistis dan hasil yang diharapkan
berdasarkan diagnosis keperawatan. Pertimbangkan sumber daya
pasien sendiri seperti energi fisik dan toleransi aktivitas, dukungan
keluarga, dan gaya koping. Selain itu, berikan prioritas pada
kebutuhan fisik atau psikologis pasien yang paling mendesak
sekaligus juga mempertimbangkan harapan dan prioritasnya. Jika
tujuan pasien yang sakit parah termasuk mengontrol rasa sakit dan
mempromosikan harga diri, kontrol nyeri menjadi prioritas ketika
pasien mengalami ketidaknyamanan fisik akut. Ketika kebutuhan
kenyamanan telah dipenuhi, Anda mengatasi masalah lain yang
penting bagi pasien dan keluarga. Ketika realistis bagi pasien untuk
tetap independen, strategi yang menumbuhkan rasa otonominya dan
kemampuan untuk berfungsi secara independen menjadi prioritas.
Kondisi pasien di akhir kehidupan sering berubah dengan cepat; oleh
karena itu mempertahankan pengkajian yang sedang berlangsung
berujuan untuk merevisi rencana perawatan sesuai dengan kebutuhan
dan preferensi pasien.

6. Evaluasi
Keberhasilan proses evaluasi sebagian bergantung pada ikatan yang
telah perawat bentuk dengan klien dan keluarga. Melalui klien
hubungan saling percaya lebih memungkinkan untuk berbagi harapan
pribadi atau keinginan mereka, terutama jika didorong melalui
pertanyaan yang sesuai. Rujuk kembali tujuan dan hasil yang
diharapkan yang telah ditetapkan selama fase perencanaan untuk
memutuskan efektivitas intervensi keperawatan. Tanggapan dan
persepsi pasien terhadap efektivitas intervensi menentukan apakah
rencana perawatan yang ada efektif atau jika diperlukan strategi yang
berbeda. Misalnya, jika tujuannya adalah agar pasien menyampaikan
rasa harapan kepada anggota keluarga, evaluasi komunikasi dan
perilaku vebal dan nonverbal untuk isyarat yang berkaitan dengan
ungkapan harapan. Lanjutkan untuk mengevaluasi kemajuan pasien,
efektivitas intervensi, dan interaksi pasien dan keluarga.
Hasil yang diharapkan yaitu hasil yang menunjukkan efektivitas
intervensi meliputi berbicara tanpa merasa kewalahan, tingkat energi
meningkat, tidur normal, reorganisasi pola hidup, peningkatan
kemampuan untuk membuat keputusan, dan lebih mudah berada
disektar orang lain (Potter dan Perry, 2019).

B. Intervensi Social Support


Berdasarakan penatalaksanaan fasilitasi dukacita salah satunya yaitu
dengan pembentukan hubungan baru dimana keluarga atau individu
yang berduka didorong keterlibatan dalam kegiatan sosial
kelompok, hal yang dapat dilakukan yaitu dengan mengikuti terapi
kelompok Social Support, berikut akan diuraikan mengenai
intervensi Social Support.
1. Pengertian Social Support
Supportive therapy adalah psikoterapi yang bertujuan untuk membawa
individu menuju keseimbangan emosional, meningkatkan pertahanan
yang ada dan mampu melakukan mekanisme kontrol secara aktif serta
mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor yang berperan sebagai
stresor. Supportive therapy juga merupakan terapi psikologi yang
mendorong seseorang untuk mengekspresikan dan mengevaluasi
kehidupan mereka (Lisnawati, Arifin, Widyastuti, 2018).
2. Tujuan Social Support
Tujuan dari pemberian supportive therapy adalah untuk memperbaiki
gejala gangguan emosi yang muncul dan memperthanakannya,
memulihkan, dan memperbaiki harga diri, serta meningkatkan harga
diri dan kemampuan adaptif dalam mengatasi masalah (Lisnawati,
Arifin, Widyastuti, 2018)
3. Manfaat Social Support
Dalam Rogalla (2020) disebutkan bahwa manfaat dukungan sosial
efektif dalam pengelolaan stress dan dapat memperkuat hubungan
interpersonal. Dikatakn juga bahwa dukungan sosial dan koping
proaktif apabila digabungkan dapat menghasilkan pengaruh positif
yaitu peningkatan motivasi untuk melanjutkan hidup.
Manfaat dari dukungan sosial ini juga yaitu menciptakan rasa nyaman
dan persahabatan yang dihasilkan dari mengetahui bahwa setiap orang
disana memiliki pengalaman yang sama, hal ini akan menciptakan
suasana yang tidak saling menghakimi dan dapat mengekspresikan
perasaan mereka masing-masing (Support Group Facilitation Guide,
2016).
4. Indikasi Social Support
Indikasi pemberian terapi supportive ini yaitu:
a. Gangguan psikologi seperti kecemasan, stres, depresi
b. Caregiver yang mengalami beban dalam memberi perawatan
kepada pasien
c. Gangguan mental
d. Pasien yang mengalami penyakit kronik dalam jangka waktu yang
lama seperti demensia, stroke, hipertensi, skizofrenia, dan lain
sebagainya (Lisnawati, Arifin, Widyastuti, 2018).
5. Pelaksanaan Social Support
Social support dengan menggunakan grup terapi biasanya memiliki
waktu yang dibatasi, tanggal yang sudah ditentukan awalnya dan
akhirnya, dan terapi ini seringkali untuk jenis kehilangan tertentu.
Kelompok tertutup untuk member baru hingga tanggal terakhir terapi
tercapai (kelompok akan bertemu selama 2 jam sekali seminggu
selama 6 minggu dengan anggota minimal 6 dan tidak lebih dari 12).
Yang harus diperhatikan oleh pembimbing kelompok yaitu:
- Menetapkan aturan, misalnya saling menghormati
- Mendengarkan dan memberikan pendidikan tentang berduka dan
kehilangan
- Memberikan edukasi kepada kelompok tentang pentingnya diam
dan memperhatikan ketika seseorang sedang berbicara
- Partisipan diushakan harus menghadiri setiap sesi.
Hal yang harus diajarkan kepada klien
- Edukasi klien bahwa berduka tidak selalu berada di fase yang
sama sebaliknya mungkin akan terjadi kemajuan.
- Minta individu untuk mencari bantuan medis untuk mendapatkan
dukungan berduka dan kehilangan.
- Menjelaskan kepada klien bahwa proses kehilangan yang mereka
rasakan itu normal sehingga mereka tidak merasa itu hal yang
tidak normal dan tidak sendiri dalam mengahadapi proses
kehilangan mereka.
- Edukasi klien tentang pencetus atau pemicu kehilangan. Peristiwa
pemicu merupakan pengalam emosional yang intens yang dapat
disebabkan oleh bau, suara, lokasi, atau peristiwa kehilangan
keluarga yang dirasakan sangat kuat. Edukasi bahwa ini tidak
boleh dipandang sebagai kemunduran dalam proses kehilangan
(Therivel and Kornusky, 2018).

6. Langkah-langkah Social Support


a. Perencanaan terapi
b. Persiapan
c. Terapi:
- Sesi 1 (identifikasi kehilangan)
- Sesi 2 (koping dalam diri klien)
- Sesi 3 (koping di luar diri lansia)
d. Evaluasi
e. Dokumentasi (Lisnawati, Arifin, Widyastuti, 2018)

( ditambahkan setiap sesi 1,2,3)

BAB III
ANALISIS PICO

A. Jurnal Pertama
1. Identitas Jurnal:
a. Judul : The Role of Social Support in the Relationship
Between Adolescents' Level of Loss and Grief and
Well-Being
b. Penulis : Firdevs Savi Çakar
c. Tahun terbit : 2020
d. Jurnal : International Education Studies; Vol. 13, No. 12

2. Analisis PICO
a. P (Population, Prognostic Factors, Problem)
Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan
responden terdiri dari 216 remaja yang merupakan siswa SMA, di
Turki. Partisipan penelitian terdiri dari 216 siswa SMA yang
bersekolah di kelas 9, 10, dan 11 SMA ditentukan dengan
menggunakan metode sampel mudah. Peserta terdiri dari 216
siswa SMA, termasuk 123 perempuan (56,9%) dan 93 laki-laki
(43,1 laki-laki). Distribusi usia berkisar antara 14 hingga 18
tahun; usia rata-rata adalah 15.5 tahun. Distribusi menurut
tingkatan kelas adalah sebagai berikut: 80 siswa kelas 9 (37%),
77 siswa kelas 10 (35,6%), dan 59 kelas 11 siswa kelas (27,4%).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menyertakan
Formulir Informasi Pribadi; Skala Duka; Skala Kesejahteraan
Lima Dimensi untuk Remaja (EPOCH); Skala Penilaian
Dukungan Sosial untuk Anak dan Remaja (CASSS dan Formulir
Informasi Pribadi). Model persamaan struktural digunakan untuk
menguji peran mediator dukungan sosial dalam hubungan antara
kesedihan dan kesejahteraan di kalangan remaja.
b. I (Intervention)
Penelitian ini menggunakan intervensi pemberian dukungan
sosial dalam hubungan antara tingkat kehilangan, kesedihan, dan
kesejahteraan remaja
c. C (Comparison)
Tidak ada perbandingan dalam penelitian ini.
d. O (Outcome)
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial
pada remaja dapat meningkatkan kesejahteraan atas kehilangan
dan kesedihan yang dirasakan remaja.
B. Jurnal Kedua
1. Identitas Jurnal
a. Judul : What is good grief support? Exploring the actors
and actions in social support after traumatic grief
b. Penulis : Joanne Cacciatore, Kara Thieleman, Ruth Fretts,
dan Lori Barnes Jackson

c. Tahun terbit : 2021


d. Jurnal : Journal Pone

2. Analisis PICO
a. P (Population,)
Sampel diambil melalui media sosial dan beberapa organisasi
pendukung duka, total 372 orang dewasa yang berduka di atas usia 18
tahun. Selama satu minggu selama Januari 2020, data dikumpulkan
secara online menggunakan Qualtrics setelah disetujui oleh Dewan
Peninjau Institusional Universitas penyelidik utama.
Sampel survei (n=372) didominasi perempuan (91,4%), kulit putih
(91,1%), berpasangan atau menikah (69%), dengan gelar sarjana atau
sarjana (58,1%). Sebagian besar responden pernah mengalami
kematian anak (75,1%), diikuti oleh pasangan/pasangan (11,7%),
orang tua (7,9%), dan saudara kandung (5,2%). Waktu sejak hilangnya
lebih dari lima tahun (43,3%), diikuti oleh satu hingga tiga tahun
(25,8%), tiga hingga lima tahun (17,5%), dan dalam satu tahun terakhir
(13,4%). Penyebab kematian terbanyak adalah sakit atau penyakit
(25,8%) diikuti kecelakaan (19,2%), kematian perinatal/bayi (12,6%),
bunuh diri (9,3%), tidak diketahui/tidak dapat ditentukan (7,9%),
pembunuhan (6%) , dan overdosis (4,9%), dengan 14,3% memilih
"lain" sebagai penyebab kematian.
b. I (Intervention)
Responden diminta untuk menilai persepsi mereka tentang
dukungan sosial sejak kematian orang yang mereka cintai dalam skala
mulai dari sangat baik hingga sangat buruk; 35,7% melaporkan
dukungan mereka secara keseluruhan sebagai sangat baik atau baik,
26,5% sebagai memadai, dan 37,9% sebagai buruk atau sangat buruk.
Peserta diminta untuk menilai tingkat kepuasan mereka dengan
dukungan sosial awal yang mereka terima dari penyedia selama krisis
terkait kerugian akut, jika berlaku.C (Comparison)
c. O (Outcome)
Hewan dapat menjadi sumber dukungan emosional yang sangat
penting selama kondisi yang melibatkan isolasi sosial, seperti pandemi
COVID-19 ketika kontak dengan orang lain terbatas, atau selama
kondisi pengalaman seperti kesepian yang umum terjadi dalam duka.
C. Jurnal Ketiga
1. Identitas Jurnal
a. Judul : Anticipatory Grief, Proactive Coping, Social Support, and
Growth: Exploring Positive Experiences of Preparing for
Loss
b. Penulis : Kylie B. Rogalla
c. Tahun terbit: 2020
d. Jurnal : Journal of Dead and Dying

2. Analisis PICO
a. P (Population)
Tiga pertanyaan penelitian, yang membingkai arah analisis data
dalam penyelidikan ini, dijelaskan secara rinci selanjutnya. Setiap
pertanyaan disajikan di samping pendekatan analitik yang sesuai dan
prosedur yang dipilih. Metode ini termasuk standarT-tes, regresi
berganda hierarkis, dan pemodelan mediasi. Data dari hasil ini
menunjukkan signifikansi statistik, dan oleh karena itu, menolak
hipotesis nol di ketiga pertanyaan untuk setidaknya satu variabel
pertumbuhan yang diselidiki. Perangkat lunak statistik SPSS (versi 23)
digunakan untuk menyelesaikan setiap analisis Sebanyak 120
tanggapan yang dapat digunakan dikumpulkan. Sampel akhir ini terdiri
dari 100 perempuan, 18 laki-laki, dan 2 partisipan yang tidak
menyebutkan jenis kelamin. Rata-rata usia peserta adalah 52,7 tahun
(SD¼.16,5) dan rentang usianya luas (18-96 tahun). Diindikasikan
etnis peserta terutama Kaukasia (n¼.107; 89,2%). Lainnya termasuk
Asia (n¼.2; 1,7%), Hispanik (n¼.5; 4,2%), Afrika Amerika (n¼.1;
0,8%), dan lainnya (n¼.3; 2,5%). Sebanyak 27 negara bagian di
keempat wilayah (Barat,n¼.30; Barat tengah,n¼.53; Selatan,n¼.22;
dan Timur Laut;n¼.11) dari Amerika Serikat diwakili dalam sampel.
Lima peserta tambahan menyelesaikan instrumen dari negara-negara di
luar Amerika Serikat.
b. I (Intervention)
Tiga pertanyaan penelitian dijelaskan secara rinci selanjutnya.
Setiap pertanyaan disajikan di samping pendekatan analitik yang
sesuai dan prosedur yang dipilih. Metode ini termasuk standarT-tes,
regresi berganda hierarkis, dan pemodelan mediasi. Data dari hasil ini
menunjukkan signifikansi statistik, dan oleh karena itu, menolak
hipotesis nol di ketiga pertanyaan untuk setidaknya satu variabel
pertumbuhan yang diselidiki. Perangkat lunak statistik SPSS (versi 23)
digunakan untuk menyelesaikan setiap analisis.
c. C (Comparison)
Tiga pertanyaan penelitian, yang membingkai arah analisis data
dalam penyelidikan ini, dijelaskan secara rinci selanjutnya. Setiap
pertanyaan disajikan di samping pendekatan analitik yang sesuai dan
prosedur yang dipilih. Metode ini termasuk standarT-tes, regresi
berganda hierarkis, dan pemodelan mediasi. Data dari hasil ini
menunjukkan signifikansi statistik, dan oleh karena itu, menolak
hipotesis nol di ketiga pertanyaan untuk setidaknya satu variabel
pertumbuhan yang diselidiki. Perangkat lunak statistik SPSS (versi 23)
digunakan untuk menyelesaikan setiap analisis.
d. (Outcome)
Hasil dan implikasi dari penelitian ini dimaksudkan untuk
membantu konselor dan profesional membantu lainnya dalam
membahas dukungan berbasis kekuatan dengan individu
mengantisipasi kehilangan orang yang dicintai. Arah penelitian masa
depan telah disediakan, khususnya dalam referensi untuk
mengeksplorasi hambatan untuk mendefinisikan asal mula pengalaman
kesedihan antisipatif. Beberapa keterbatasan berdampak pada
generalisasi implikasi ini untuk praktik dan harus dipertimbangkan
dengan tepat. Penelitian di bidang kesedihan antisipatif kaya akan
implikasi potensial yang dirancang untuk meningkatkan hasil
berkabung yang sukses. Proses mengungkap faktor-faktor fasilitatif ini
masih jauh dari akhir.

D. KESIMPULAN JURNAL (mencerminkan 3 jurnal dijadikan 3


kesimpulan perjurnal)
Dari pembahasan ketiga jurnal diatas dapat dilihat bahwa
dukungan sosial yang diberikan dapat meningkatkan kesejahteraan atas
kehilangan dan kesedihan yang dirasakan. Dukungan emosional juga
sangat penting selama kondisi yang melibatkan isolasi sosial, seperti
pandemi COVID-19 dimana banyak terjadinya pengalaman kesepian
dan kehilangan yang umum terjadi dalam berduka. Kemudian pada
penelitian yang mengacu pada implikasi potensial yang dirancang
untuk meningkatkan hasil berkabung dengan tindakan yang lebih tepat
masih bisa dikembangkan mengingat faktor-faktor fasilitatif pada
penelitian tersebut masih terbilang jauh dari akhir.
BAB IV

A. KESIMPULAN

Perubahan dalam kehidupan adalah normal, dapat diharapkan dan


seringkali bersifat positif. Seiring bertambahnya usia, perubahan selalu
melibatkan kehilangan yang diperlukan. Dalam penelitian yang pertama
pemberian dukungan sosial pada dapat meningkatkan kesejahteraan atas
kehilangan dan kesedihan yang dirasakan remaja. Penelitian kedua Hewan
dapat menjadi sumber dukungan emosional yang sangat penting selama
kondisi yang melibatkan isolasi sosial, seperti pandemi COVID-19 ketika
kontak dengan orang lain terbatas, atau selama kondisi pengalaman seperti
kesepian yang umum terjadi dalam duka. Penelitian ketiga di bidang
kesedihan antisipatif kaya akan implikasi potensial yang dirancang untuk
meningkatkan hasil berkabung yang efektif diatasi.
(simpulkan menyeluruh)

B. SARAN
Sebagai mahasiswa keperawatan seharusnya lebih prevalensi
mengidentifikasi pengalaman entah sumbernya dari diri sendiri atau orang lain
ketika kehilangan menimpa remaja adalah penting dalam hal mengenali
kebutuhan dukungan psikologis yang meningkat karena kesedihan. Hasil ini
penting bagi remaja maupun mahasiswa untuk menunjukkan prevalensi
pengalaman kehilangan dan pentingnya memahami proses berduka. Perawat dan
tenaga kesehatan lainnya harus meningkatkan kemampuan analisis maupun
mengkaji peran dukungan sosial dalam hubungan antara tingkat kehilangan dan
kesedihan remaja serta kesejahteraan psikologis.
DAFTAR PUSTAKA

Cacciatore, J , dkk. (2021). What is good grief support? Exploring the actors and
actions in social support after traumatic grief . Journal Pone ( online)
(https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/
journal.pone.0252324 diakses pada 06 Februari 2022 )
Cakar, Firdevs Savi. (2020). The Role of Social Support in the Relationship
Between Adolescents' Level of Loss and Grief and Well-Being. Indonesia
: Jurnal International Education Studies; Vol. 13, No. 12. (online) (
https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1276984.pdf diakses pada 06
Februari 2022 )
Lisnawati, Muhammad Thohar Arifin, dan Rita Hadi Widyastuti. 2018. Modul
Supportive Group Therapy Pada Lansia Dengan Hipertensi Yang
Mengalami Stress. Fakultas Kedokteran Undip: Semarang
Mental Health America’s. 2016. Support Group Facilitation Guide. (Online)
(Mental Health America’s (mhanational.org), diakses 6 Februari
2022)
Nurhalimah. (2016). Keperawatan Jiwa Komprehensif. Jakarta Selatan:
Kemenkes RI Pusdik SDM Kesehatan. (Online)
(https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://bppsdmk
.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Keperawatan-Jiwa-
Komprehensif.pdf&ved=2ahUKEwjG0J7xy-
31AhVSSmwGHbCzAZMQFnoECAYQAQ&usg=AOvVaw07Zm-XW-
yXILhUkOlK-pp2 diakses pada 02 Februari 2022)
Patricia, A Potter dkk. 2017. Dasar-Dasar Keperawatan Volume 2 Edisi
Indonesia ke 9. Novieastari, Enie dkk. 2020. Indonesia. (Online)
(https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=vez3DwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA661&dq=terapi+keluarg
a+pada+pasien+berduka+dan+kehilangan&ots=Z5OBN4j7Sz&sig=mq3Ls
bzksxe1mMfHqnNqe2VOBOA&redir_esc=y#v=onepage&q=terapi
%20keluarga%20pada%20pasien%20berduka%20dan
%20kehilangan&f=false diakses pada 02 Februari 2022)
Potter, Patricia and Anne Griffin Perry. 2019. Dasar-Dasar Keperawatan. AIPNI
dan AIPViKI.2020. Elesvier:Indonesia
Rogalla, Kylie B. ( 2020). Anticipatory Grief, Proactive Coping, Social Support,
and Growth: Exploring Positive Experiences of Preparing for Loss.
Journal of Dead and Dying (online) (
https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/0030222818761461
diakses pada 06 Februari 2022 )

Therivel, Jessica dan Jennifer Kornusky. 2018. Social Workpractice & Skill.
(Online) (https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.ebscohost.com/assets-sample-
content/SWRC-Clients-Families-in-Grief-Skill-
Sheet.pdf&ved=2ahUKEwjKuO3vyu31AhWZT2wGHUXDAfkQFnoECA
MQAQ&usg=AOvVaw3UCmy4XxLR9ZOxaPgpOI7T diakses pada 06
Februari 2022)

Anda mungkin juga menyukai