Anda di halaman 1dari 41

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)

KELOMPOK 19

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu ukur tanah adalah ilmu yang mempelajari tentang cara-cara pengukuran
diatas tanah yang diperlukan untuk menyatakan letak titik-titik diatas
permukaan bumi yang kemudian dinyatakan dalam hasil-hasil pengukuran
yang dimaksudkan untuk menggambarkan bentuk permukaan bumi.
Untuk menghasilkan peta yang baik, diperlukan pemahaman teori, dan
melakukan praktik langsung di lapangan.Sehingga dapat diketahui mengenai
pengambilan data sudut, jarak, elevasi dan posisi.Untuk memudahkan
pengambilan data-data tersebut maka digunakan alat theodolit dan waterpass
serta alat ukur lainnya.Pengukuran-pengukuran dibagi dalam pengukuran
mendatar untuk mendapat untuk hubungan mendatar titik-titik yang diukur
diatas permukaan bumi dan pengukuran-pengukuran tegak guna mendapat
hubungan antara titik-titik yang diukur.
Saat dilapangan praktikan dapat mengaplikasikan teori secara langsung.
Dengan bekal pemahaman yang telah diterima, praktikan dengan mudah
mengambil data yang selanjutnya dituangkan dalam pemetaan. Juru ukur
harus semaksimal mungkin melakukan praktikum di lapangan dengan teliti
dan seksama.Hal ini dimaksudkan agar pembuatan peta tidak mengalami
kesulitan dan peta mudah dipahami.
Kerjasama yang baik antar individu dalam kelompok praktikan sangatlah
penting. Apabila terdapat suatu kesalahan saja pada satu macam pekerjaan,
maka dampaknya bisa mempengaruhi data-data yang lainnya.Sehingga,
komunikasi yang efektif harus ada antar anggota praktikum.
Oleh karena itu, praktikum dan pengembangan ilmu ukur tanah penting
untuk diketahui dan dipahami, khususnya bagi mahasiswa Teknik Sipil yang
berkaitan dengan mata kuliah konstruksi.

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 1


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari praktikum Ilmu Ukur Tanah adalah :
1. Mahasiswa dapat mempraktikkan pengukuran penampang memanjang dan
penampang melintang di lapangan dengan alat waterpass dan
perlengkapannya, serta menuliskan data pembacaan rambu ukur.
2. Praktikan mampu menyelesaikan perhitungan pengukuran sudut dan jarak
mendatar (polygon) dipermukaan tanah berdasarkan data ukur secara
tertulis pada tabel perhitungan secara benar.
3. Praktikan dapat menggambarkan denah atau gambar suatu jarak pada
gambar serta lengkap dengan situasi daerah dengan skala dan penulisan
yang benar dan rapi.

Tujuan dari praktikum Ilmu Ukur Tanah adalah :


1. Agar praktikan lebih menguasai Ilmu Ukur Tanah secara teori maupun
pelakasanaan secara langsung di lapangan.
2. Untuk mendapatkan gambaran dari keadaan lapangan sesungguhnya
dengan pengukuran tempat tertentu.
3. Dapat melakukan perhitungan sifat datar (waterpass) maupun pengukuran
polygon (theodolit).

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengukuran Waterpass

Waterpass adalah alat mengukur beda ketinggian dari satu titik acuan ke
acuan berikutnya. Waterpass dilengkapi dengan kaca dan gelembung kecil di
dalamnya.Untuk mengecek apakah waterpass telah terpasang dengan benar,
perhatikan gelembung di dalam kaca berbentuk bulat.Apabila gelembung
tepat berada di tengah, berarti waterpass telah terpasang dengan benar.Pada
waterpass, terdapat lensa untuk melihat sasaran bidik.Dalam lensa, terdapat
tanda panah menyerupai ordinat (koordinat kartesius). Angka pada sasaran
bidik akan terbaca dengan melakukan pengaturan fokus lensa. Selisih
ketinggian diperoleh dengan cara mengurangi nilai pengukuran sasaran
bidik kiri dengan kanan. Waterpass memiliki nivo sebagai penyama
ketinggian, lensa objektif, lensa okuler, dan penangkap cahaya.  Dengan
waterpass ini kita dapat menentukan berapa banyak tanah yang dibutuhkan
untuk meratakan suatu lokasi.Alat ini bersifat sangat sensitif terhadap
cahaya, sehingga memerlukan payung untuk menutupi cahaya
matahari.Untuk dapat mengetahui bagian-bagian dari waterpass dapat dilihat
pada Gambar 2.1.
Angka angka pada BT, BB, BA dapat kita baca pada rambu
yangditegakan pada strat pot (patok kayu yang diberi paku payung)melalui
water pass yang telah distel.pasang la trifood statif(kaki 3) setinggi dada juru
ukur, dan pasang water pass pada kaki3. Atur lah alat ukur sehingga nivo
kontak tepat ditengah, dengan menggunakan 3 buah skrup penyetel. Intip
lensa okuler, fokuskan pada tiang (objek) yang akan diukur. Catat
ketinggian tiang. Ulangi langkah yang sama pada tempat yang akan dicari
selisih ketinggiannya. Setelah melakukan pengukuran di lapangan,maka kita
dapat membuat tabel hasil pengukuran dan mendapatkan gambar hasil
kontur tanahnya.

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 3


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

2.1.1 Kesalahan dalam Pengukuran Waterpass


Dalam setiap pengukuran tidaklah lepas dari adanya kesalahan
pembacaanangka, sehingga diperlukan adanya koreksi antara hasil yang
didapat di lapangan dengan hasil dari perhitungan.Dalam melakukan
pengukuran kemungkinan terjadi kesalahan pastilah ada dimana sumber
kesalahan atau permasalahan tersebut, antara lain :

a. Kesalahan yang bersumber dari pengukur


Kurangnya ketelitian mata dalam pembacaan alat waterpass, yaitu
pembacaan benang atas, benang bawah, dan benang tengah.Adanya
emosi dari pengukur akibat rasa lapar,cuaca yang panas,dan
penyebab emosi yang lainnya sehingga tergesa-gesa dalam
melakukan pengukuran dan akhirnya terjadi kesalahan mencatat.

b. Kesalahan yang bersumber dari alat


Pita ukur yang sering dipakai mempunyai tendensi panjangnya akan
berubah, apalagi jika menariknya terlalu kuat. Sehingga panjang pita
ukur tidak betul atau tidak memenuhi standar lagi.Patahnya pita ukur
akibat terlalu kencangnya menarik pita ukur, sehingga panjang pita
ukur bergeser (berkurang)

c. Kesalahan yang bersumber dari alam.


Adanya angin yang membuat rambu ukur terkena hembusan angin,
sehingga tidak dapat berdiri dengan tegak.Angin yang merupakan
faktor alam, membuat pita ukur menjadi susah diluruskan, sehingga
jarak yang didapatkan menjadi lebih panjang daripada jarak
sebenarnya.

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 4


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

Gambar 2.1 Alat Ukur Waterpass

Keterangan:
1. Nivo Kotak merupakan bagian waterpass yang dipakai untuk mengetahui
tingkat kedataran pesawat.
2. Cermin membantu mempermudah pembacaan hasil pengukuran nivo kotak.
3. Visier juga membantu proses pembidikan suatu objek secara kasar sehingga
berlangsung lebih cepat.
4. Lensa Pembacaan Sudut Horisontal memiliki peranan untuk memperjelas
bacaan sudut horisontal dengan membesarkannya.
5. Lensa Okuler mempunyai kegunaan untuk mengamati objek yang dibidik.
6. Lensa Objektif adalah bagian yang berfungsi menerima objek yang dibidik.
7. Pelindung Lensa Objektif bermanfaat untuk melindungi lensa objektif dari
pancaran sinar matahari langsung.
8. Sekrup A, B, C ialah komponen waterpass yang bertugas untuk mengatur
tingkat kedataran suatu pesawat pada sumbu I vertikal.
9. Sekrup Pengatur Fokus Teropong berperan untuk mengatur derajat kejelasan
objek yang dibidik.
10. Sekrup Pengatur Sudut berguna untuk mengatur landasan sudut datar.
11. Sekrup Okuler Pengamat Ketajaman Diafragma berfungsi untuk mengatur
tingkat ketajaman benang diafragma atau benang silang.
12. Sekrup Penggerak Halus Aldehide Horisontal berperan untuk menggerakan
pesawat arah horisontal supaya kedudukan benang tepat pada objek yang
dibidik.

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 5


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

2.2 Rambu Ukur


Alat yang terbuat dari aluminium yang di dalamnya terdapat angka-angka
ukur sebagai penunjuk pengukuran. Ditengahnya terdapat engsel agar rambu
ukur dapat digunakan dengan cara diperpanjang serta terdapat garis-garis
dengan bentuk E untuk setiap cm selang seling antara warna merah dan garis
putih( lihat Gambar 1.1 ). Ada garis melintang setiap batas 10 cm yang
ditandai dengan angka puluhan cm. Dalam pembacaan sesuai yang tertera
pada benang tengah atau mendatar dari teropong yaitu untuk ketinggiannya.

Gambar 2.2 Rambu


2.2.1 Cara Pembacaan Rambu Ukur
Bentuk dari rambu ukur bermacam-macam, tetapi cara membacanya sama
saja. Rambu ini tiap petaknya satu centimeter, untuk hitungan millimeter
ditaksir angka pada petak rambu ukur akan terlihat dengan jelas pada saat
pengukuran dengan menggunakan teropong yang terdapat benang bening.

2.2.2 Cara Pengukuran Beda Tinggi


Pengukuran beda tinggi dilakukan untuk mencari selisih ketinggian antara
titik yang satu dengan yang lainya. Untuk kondisi permukaan tanah yang
datar pengukuran beda tinggi dapat dilakukan dengan metode waterpass
memanjang pulang-pergi, sedangkan pada kondisi permukaan tanah yang
terjal pengukuran beda tinggi dilakukan dengan menggunakan metode
Trigonometris.
Pengukuran dengan metode waterpass memanjang pulang-pergi
dilakukan untuk mendapatkan beda tinggi pada jarak yang saling berjauhan

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 6


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

dengan 2 kali pengukuran yaitu : pengukuran Pulang dan pengukuran Pergi,


sehingga dapat dilakukan koreksi kesalahan.

pergi

b 2 c
a 1 3 d
A B
h e
3 g 2 f 1
pulang

Gambar 2.3 PengukuranWaterpass Memanjang Pulang - Pergi

Rumus :
hAB : Btb - Btm
HB : HA + hAB
Keterangan :
Btb : Jumlah bacaan benang tengah pada skala rambu belakang
Btm : Jumlah bacaan benang tengah pada skala rambu muka
HB : Elevasi titik B
HA : Elevasi titik A
hAB : Beda tinggi antara titik A dengan titik B
: Arah pengukuran

2.3 Pengukuran Poligon


Poligon adalah rangkaian dari titik-titik yang membentuk segi banyak dan
titik awal harus selalu diketahui nilainya, baik kedudukanya maupun arahnya.
Besaran yang diukur dalam poligon adalah unsur-unsur setiap titik dan jarak
di setiap dua titik yang berurutan. Rangkaian titik tersebut dapat dipergunakan
sebagai kerangka peta dengan menentukan koordinat titik lapangan. yang
dapat ditentukan dengan mengukur jarak ke arah titik kontrol yang diukur
secara teliti. Untuk menentukan arah, salah satu sisi harus diketahui
azimuthnya.Agar kedudukan titik yang dihitung koordinatnya berada dalam

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 7


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

satu sistem dengan koordinat yang telah ada, maka perlu beberapa titik
diikatkan pada jaringan poligon yang telah ada.

2.3.1 Poligon Tertutup


Poligon tertutup merupakan suatu jaringan poligon yang mempunyai
titik awal dan titik akhir yang sama pada satu titik.

U
P2 P3
P1-P2 2 DP2-P3 3
DP1-P2 DP3-P4
P1 1 4 P4
DP6-P1 DP4-P5
6 DP5-P6 5
P6 P5
Gambar2.4 Poligon Tertutup

Keterangan gambar :

P1, P2, P3, … P6 : Titik poligon.


DP1-P2,…,DP6-P1 : Jarak antar titik poligon
1, 2, ...¸6 : Sudut horizontal.

P1-P2 : Azimuth dari P1 ke P2.


U : Arah utara.
Sedangkan syarat yang harus dipenuhi sebuah poligon tetutup adalah:
a. Syarat penutup sudut untuk poligon tertutup :
- Sudut dalam : = (n-2) * 180o.
- Sudut luar :  = (n+2) * 180o.
b. Syarat untuk koordinat :

 Absis (X) :  (d * sin  + f(x)) = 0


 Ordinat (Y) :  (d * cos  + f(y)) = 0
Keterangan rumus :

 : Jumlah sudut horisontal yang diukur.


d : Jumlah total jarak yang diukur.
f(x) : Koreksi jarak arah absis.
f(y) : Koreksi jarak arah ordinat.

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 8


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

 : Azimuth.
n : Jumlah titik poligon tertutup.

2.3.2 Poligon Terbuka


Poligon terbuka adalah poligon dengan titik awal dan titik akhir tidak
saling bertemu atau berhimpit atau terikat pada sebuah titik dengan
ketelitian sama atau lebih tinggi ordenya. Poligon terbuka biasanya
digunakan pada pengukuran lintas jalur.Pada poligon terbuka pengukuran-
pengukuran harus diulang untuk mendapatkan hasil yang terbaik untuk
mengurangi atau mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan yang dapat
mengurangi ketelitian pengukuran.

a) Poligon Terbuka Lepas


Adalah suatu bentuk poligon tanpa ikatan ( tanpa titik tetap ), jadi hanya
berupa rangkaian sudut dan jarak. Poligon jenis ini biasanya digunakan
untuk pekerjaan bangunan sipil yang tidak memerlukan ketelitian tinggi
(hanya untuk keperluan praktis) seperti untuk pemasangan pipa, irigasi ,
jalan dan lain-lain.

S1
S3
d1-2 2
d2-3 d3-4 4
d4-5
1 S2
5
3
Gambar 2.5 Poligon Terbuka Lepas

Keterangan gambar :
S1…S3: sudut antar titik polygon
d1-2,… : jarak antara titik-titik poligon

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 9


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

b) Poligon Terbuka Terikat Sepihak


Merupakan poligon terbuka yang titik awal atau titik akhirnya berada
pada titik yang tetap.
`

S3 Sn-1
S1
A1 3 n-1
1 Dn-1.n
S2 D23
DA1 D12
n
2
A
Gambar 2.6 Poligon Terbuka Terikat Sepihak

Keterangan :
A : titik tetap
1, 2,…, n : titik yang akan ditentukan koordinatnya
S1, S2,…, Sn : sudut
.A1 : azimuth awal
DA1, D12,…n : jarak antar titik
Pada poligon jenis ini tidak terdapat adanya koreksi sudut

c) Poligon Terbuka Terikat 2 Koordinat


Poligon terbuka Terikat 2 Koordinat.merupakan poligon yang terbuka
dengan titik awal dan titik akhirnya diikatkan pada BM, poligon ini hanya
dapat dilakukan koreksi koordinat (Absis dan Ordinat).

s3
s2
1 3
dA-1 d1-2 d2-3 d3-B
2 B (XB;YB)
A (XA;YA)

Gambar 2.7 Poligon Terbuka Terikat 2 Koordinat


Keterangan gambar :
1,2,3,4,5 : titik poligon
d1-2,,d2-3,dN(n+1) : jarak sisi poligon
S2, Sn : sudut horizontal
Koreksi Koardinat sebagai berikut :

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 10


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

d sin  = XB – XA
d cos  = YB – YA

d) Poligon Terbuka Terikat 2 Azimut


Poligon terbuka Terikat 2 Azimuth merupakan poligon yang terbuka,
pada titik awal dan titik akhir diadakan pengamatan azimuth, sehingga ada
koreksi sudut. Poligon terbuka terikat sepihak ,merupakan suatu bentuk
poligon yang hanya salah satu ujungnya saja ada sistem ikatan, sedangkan
ujung yang lainnya lepas (tanpa ikatan).

sn
s3 U
U
s2
A-1 n
1 (n+1)-n
d1-2 dn(n+1)
dA-1
2
A (Xa,Ya) n+1
Gambar 2.8Poligon Terbuka Terikat 2 Azimuth

Keterangan gambar :
1,2,3,...,n : titik poligon
d1-2, d2-N, ..: jarak antar titik poligon
s1, s2, ... : sudut dalam (sudut yang diukur)
 : azimuth
A : titik BM (Bench Mark)

Koreksi sudut : s = (akhir - awal) + n . 1800


Keterangan rumus :
s : jumlah sudut horisontal
n : titik poligon ke-n
 : azimuth

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 11


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

e) Poligon Terbuka Terikat Sempurna


Poligon terbuka terikat sempurna merupakan poligon dengan titik awal
dan titik akhir berupa titik tetap yang sudah diketahui koordinatnya.Pada
poligon terbuka terikat sempurna pengikatan dilakukan terhadap dua titik
tetap (BM).

BM1-BM2
s1 S3 Sn

BM1 BM2 P2 Pn
dBM2-P1 dP2-P3 dP4-BM3 BM3-BM4
S2 S4
dP1-P2 dP3-Pn
S6
P1 P3 BM4
BM3
Gambar II.6. Poligon Terbuka Terikat Sempurna

Keterangan gambar :
P1, P2, P3, ...,Pn : Titik poligon.
dP1-P2,… dPn-BM3 : Jarak antar titik poligon.
S1,…,Sn : sudut yang diukur.
BM1-BM2 : Azimuth.
BM1, BM2, … : Titik BM (Bench Mark).

Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi poligon terbuka


terikat sempurna, yaitu:

s + f(s) : (akhir - awal) + ((n-1).1800)

d sin  +f(x) : Xakhir - Xawal

d cos  + f(y): Yakhir - Yawal

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 12


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

2.4 Alat Ukur Theodolit


Theodolite/theodolit merupakan suatu alat instrumen teknik sipil
bangunan yang dirancang untuk pengukuran sudut yaitu sudut mendatar
yang dinamakan dengan sudut horizontal dan sudut tegak yang dinamakan
dengan sudut vertikal.Dimana sudut – sudut tersebut berperan dalam
penentuan jarak mendatar dan jarak tegak diantara dua buah titik lapangan.
Konstruksi instrument theodolite ini secara mendasar dibagimenjadi
3bagian.

Gambar 2.10 Alat Theodolit

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 13


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

Keterangan :
1. Bagian Bawah, terdiri dari pelat dasar dengan tiga sekrup penyetel yang
menyanggah suatu tabung sumbu dan pelat mendatar berbentuk lingkaran.
Pada tepi lingkaran ini dibuat pengunci limbus.
2. Bagian Tengah, terdiri dari suatu sumbu yang dimasukkan ke dalam
tabung dan diletakkan pada bagian bawah. Sumbu ini adalah sumbu tegak
lurus kesatu. Diatas sumbu kesatu diletakkan lagi suatu plat yang
berbentuk lingkaran yang berbentuk lingkaran yang mempunyai jari – jari
plat pada bagian bawah. Pada dua tempat di tepi lingkaran dibuat alat
pembaca nonius. Di atas plat nonius ini ditempatkan 2 kaki yang menjadi
penyanggah sumbu mendatar atau sumbu kedua dan sutu nivo tabung
diletakkan untuk membuat sumbu kesatu tegak lurus. Lingkaran dibuat
dari kaca dengan garis – garis pembagian skala dan angka digoreskan di
permukaannya. Garis – garis tersebut sangat tipis dan lebih jelas tajam bila
dibandingkan hasil goresan pada logam. Lingkaran dibagi dalam derajat
sexagesimal yaitu suatu lingkaran penuh dibagi dalam 360° atau dalam
grades senticimal yaitu satu lingkaran penuh dibagi dalam 400 g.
3. Bagian Atas, terdiri dari sumbu kedua yang diletakkan diatas kaki
penyanggah sumbu kedua. Pada sumbu kedua diletakkan suatu teropong
yang mempunyai diafragma dan dengan demikian mempunyai garis bidik.
Pada sumbu ini pula diletakkan plat yang berbentuk lingkaran tegak sama
seperti plat lingkaran mendatar.

2.5 Pengolahan Data


Dari data yang diperoleh saat praktikum di lapangan perlu perhitungan
ulang.Sehingga diperoleh hasil hitungan yang bisa diplot dalam kertas
millimeter blok.Setiap perhitungan diperlukan ketelitian agar gambar peta
yang dihasilkan mudah untuk dipahami.

2.5.1 Tahapan Hitungan Koordinat, Toleransi dan Prinsip Hitungan


Pada perhitungan kerangka dasar horizontal merupakan perhitungan
polygon. Adapun cara dari perhitungan polygon adalah sebagai berikut :

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 14


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

- Sudut dan jarak diambil rata-rata tiap titiknya.


- Sudut yang telah diambil kemudian dijumlahkan.

- Untuk polygon tertutup harus memenuhi syarat sebagai berikut :


* jumlah sudut luar = ( n + 2) x 180°
* jumlah sudut dalam = ( n – 2) x 180°
Apabila
Hasil azimuth > 180° maka dikurangi 180°
Hasil azimuth < 180° maka ditambah 180°
Hasil azimuth > 540° maka dikurangi 540°

a) Perhitungan Jarak
Jarak yang diambil adalah jarak optis ( datar )
100 – ( ba – bb) x cos ( 90° – z )
b) Perhitungan mencari d sin α
d sin α = jarak x sin azimuth

Koreksi =
∑ d sin α
∑ titik
c) Perhitungan mencari d cos α
d cos α = jarak x cos azimuth

koreksi =
∑ d cos α
∑ titik
d) Perhitungan Koordinat x
∆x = selisih d sin α untuk kolom ( tambah dan kurang ). Apabila selisih
bernilai negative, maka ∆x yang dipakai adalah (+).Apabila selisih bernilai
positif, maka ∆x yang dipakai adalah (-). Syarat lain yang harus diketahui
adalah jumlah total sudut dalam, bila ternyata tidak sama maka sisanya
dibagikan dengan jumlah titik, dibagikan keseluruh titik.
e) Perhitungan Sudut Rata-rata
Langkah pertama adalah menentukan sudut biasa dari hasil bacaan pada
selisih sudut belakang dikurangi sudut muka. Kemudian menentukan sudut
luar biasa dengan cara yang sama seperti halnya dengan mencari sudut

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 15


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

biasa yaitu selisih sudut belakang dikurangi dengan sudut muka. Maka
setelah perhitungan sudut biasa dan sudut luar biasa didapatkan, dengan
demikian didapat pula sudut rata-rata dengan rumus sebagai berikut :
sudut biasa+ sudut luar biasa
Rumus =
2
f) Perhitungan Koreksi
Total koreksi = total koreksi – koreksi sudut
koreksi keseluruhan
Koreksi =
∑ titik
g) Perhitungan Sudut yang Telah Dikoreksi
Sudut sesudah koreksi = sudut sebelum koreksi + koreksi sudut
h) Perhitungan Mencari Azimut
Azimut n = azimuth (n – 1) – sudut sesudah koreksi (n – 1)
Koordinat x ke-n = koordinat ke (n-1) + selisih absis + koreksi
koordinat
Data yang diketahui :
- Koordinat x ke-n
- Selisih absis
- Koreksi koordinat
- Koordinat x ke-d
i) Perhitungan Koordinat y
∆y = selisih d cos α untuk kolom (+) dan (-). Apabila hasil selisih
koordinat bernilai (+) maka ∆y (+).Apabila hasil selisih koordinat bernilai
(-), maka ∆y yang dipakai (-).
Data yang diketahui yaitu :
- ∑ d cos α (+)
- ∑ d cos α (-)
- ∆y
- Koreksi ∆y

Koordinat y ke-n = koordinat ke (n-1) + selisih ordinat + koreksi koordinat

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 16


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

j) Perhitungan Kerangka Dasar Vertikal


- beda tinggi, didapat dari beda tinggi rata-rata. Rumus yang digunakan
adalah:
∆ h pulang+ ∆ h pergi
∆h rata-rata =
2
- menentukan koreksi beda tinggi saat pengukuran (f ∆h)

koreksi =
∑ ∆ h rata−rata
h

2.5.2 Perhitungan Situasi Detail


Yang dimaksud dengan detail atau titik detail adalah semua benda-
benda di lapangan yang merupakan kelengkapan daripada sebagian
permukaan bumi. Jadi, disini tidak hanya dimaksudkan pada benda-benda
buatan seperti bangunan-bangunan, jalan-jalan dengan segala
perlengkapan dan lain sebagainya.Jadi, penggambaran kembali sebagian
permukaan bumi dengan segala perlengkapan termasuk tujuan dari
pengukuran detail yang akhirnya berwujud suatu peta.

Pada pengukuran situasi (titik detail) ada dua hal yang harus
diperhatikan, yaitu:

1. Penentuan posisi planimetris titik detail (koordinat X dan Y);


2. Penentuan posisi ketinggian (H).
Kedua hal tersebut diatas dapat dilaksanakan dengan menggunakan
metode Trigonometrii yang meliputi pengukuran jarak miring, sudut
horisontal, dan sudut vertikal.
Pengukuran titik detail dengan metode Radial yaitu mengukur jarak,
sudut vertikal maupun horisontal dari titik poligon terhadap titik-titik
detail. Keuntungan dari metode ini ialah banyak titik yang dapat diukur
dari satu kedudukan alat ukur dan dapat digunakan di medan yang datar

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 17


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

atau yang berfariatif dan cepat dalam pelaksanaan pengukuran di


lapangan.

U
a b

d2-a
1-2 U d2-b
1 2-b
2-a

2 3
Gambar 2.11 Pengukuran Metode Radial

Keterangan gambar :
a,b : Titik detail yang diukur.
1,2,3 : Titik poligon.
U : Arah utara.
1-2 : Azimuth titik poligon 1 ke 2.
2-a : Azimuth titik poligon 2 ke titik detail a.
2-b : Azimuth titik poligon 2 ke titik detail b.
d2-a : Jarak dari titik poligon 2 ke titik detail a.
d2-b : Jarak dari titik poligon 2 ke titik detail b.

Rumus menghitung koordinat titik detail :


Xa = X2 + d2-a sin 2-a
Ya = Y2 + d2-a cos 2-a
Keterangan rumus :
Xa : Koordinat X titik detail a.
Ya : Koordinat Y titik detail a.
2-a : Azimuth titik poligon 2 ke titik detail a.
d2-a : Jarak dari titik poligon 2 ke titik detail a.

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 18


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

2.5.3 Perhitungan Memanjang dan Melintang


Data yang diperoleh saat pengukuran di lapangan dihitung kembali.
Pengukuran dengan menggunakan waterpass akan memperoleh
perhitungan memanjang dan melintang.
a) Pengukuran Waterpass Profil Memanjang
Pengukuran Waterpass profil memanjang mempunyai maksud dan
tujuan unutk menentukan ketinggian titik-titik sepanjang suatu garis
rencana proyek sehingga dapat digambarkan irisan tegak, keadaan
lapangan sepanjang garis rencana proyek tersebut.Gambar irisan tegak
keadaan lapangan sepanjang garis rencana proyek inilah yang disebut
profil memanjang. Profil memanjang diperlukan untuk membuat trase
jalan kereta api, jalan raya, saluran air, pipa air minum, hool.

STA STA STA STA STA STA STA STA STA STA- STA-
-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 10 11

I I
I
Gambar2.12 PengukuranWaterpass Profil Memanjang

Δ hn – (n + 1)

Untuk Δ hn – (n + 1) = Btn – Btn + 1


Hn + 1 = Hn + jarak digunakan jarak langsung.

Keterangan :

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 19


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

= Titik ikat
= Titik berdiri alat
= Target
Δh = Beda tinggi
Bt = Benang tengah
H = Elevasi

b) Waterpass Profil Melintang


Profil melintang diperlukan untuk mengetahui profil lapangan pada arah
tegak lurus garis rencan yang berpotongan, atau lebih jelasnya lagi untuk
mengetahui relief tanah yang terletak dikanan dan kiri garis proyek.

G F E D C B A 1 2 3 4 5 6
7

Gambar 2.13Pengukuran Beda Tinggi dengan Metode Pulang- Pergi

Rumus yang digunakan :


Δ hA = Ti – Bta

H = H. awal + Δ hA

D = (Ba – Bb) x 100


Keterangan:
h = beda tinggi
Ba = benang atas
Bt = benang tengah
Bb = benang bawah
Ti = tinggi alat
H = elevasi
D = jarak optis

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 20


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

STA = stationing
1,2,3,4,… = Titik detail (rambu kanan)
a,b,c,…. = Titik detail (rambu kiri)

2.6 Tachimetri
Pengukuran titik-titik detail dengan metode Tachymetri ini adalah cara
yang paling banyak digunakan dalam praktek, terutama untuk pemetaan
daerah yang luas dan untuk detail-detail yang bentuknya tidak beraturan.
Untuk dapat memetakan dengan cara ini diperlukan alat yang dapat
mengukur arah dan sekaligus mengukur jarak, yaitu Teodolite Kompas atau
BTM (Boussole Tranche Montage). Pada alat-alat tersebut arah-arah garis di
lapangan diukur dengan jarum kompas sedangkan untuk jarak digunakan
benang silang diafragma pengukur jarak yang terdapat pada
teropongnya.Salah satu theodolite kompas yang banyak digunakan misalnya
theodolite WILD TO. Tergantung dengan jaraknya, dengan cara ini titik-
titik detail dapat diukur dari titik kerangka dasar atau dari titik-titik
penolong yang diikatkan pada titik kerangka dasar.

2.6.1 Pembuatan Titik Detail


Titik sudut dibuat untuk mendapatkan situasi bangunan yang berada
disekitar lokasi pengukuran.Titik sudut ditentukan dari lingkungan sekitar
bangunan yang dijadikan objek, seperti as jalan, as selokan, trotoar dan
sebagainya.Untuk mencari titik detail, harus dicari terlebih dahulu jarak dari
patok atau BM ke bidang bangunan yang dijadikan objek serta sudut.

2.6.2 Pengukuran Jarak dan Beda Tinggi secara Optis


Untuk melakukan pengukuran jarak dan beda tinggi secara optis
diperlukan alat-alat pengukuran di lapangan, seperti meteran, pen ukur/jalon,
waterpass dan baak ukur. Cara melakukan pengukuran jarak optis adalah
pertama – tama dua orang dalam satu kelompok menentukan titik A dan B
sejauh yang diinginkan, kemudian diberi tanda yang tidak mudah

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 21


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

hilang/terhapus oleh apapun, misal : jallon, pen ukur, dsb. Setelah itu titik
nol dari meteran itu diletakkan/diimpitkan di titik A, meteran ditarik dan di
rentangkan( usahakan meteran tidak terhalang apapun dan datar ) sampai ke
titik B. Sehingga dapat diketahui berapa jarak titik A ketitik B tersebut.

Atau dapat juga di tuliskan dengan rumus :

d = (BA – BB ) x 100

Dimana :
d    =  jarak (m)
BA = Benang atas
BB = Benang bawah
Cara untuk mengukur beda tinggi antara titik BM ke A. Bila pesawat
waterpass telah memenuhi syarat, maka pesawat diletakkan di tengah –
tengah titik BM dan A. Setelah itu pesawat dihadapkan ke titik BM dan kita
tembak / baca BA, BT, & Bbnya, kemudian dinamakan bacaan belakang.
Selanjutnya pesawat diputar searah jarum jam di arahkan ke titik A,
sehingga didapatkan bacaan Ba, BT, & BB dan dinamakan bacaan muka.
Kemudian dilakukan ke titik selanjutnya dengan cara yang sama.
Atau secara umum dikatakan bahwa untuk mencari beda tinggi antara 2
titik adalah pembacaan benang tengah belakang dikurangi dengan dengan
pembacaan benang tengah muka. Atau dapat ditulis dengan rumus :

∆H = BTblk – BTmk

Dimana :
∆H      =  Beda tinggi (m)
BTblk = Benang tengah belakang
BTmk = Benang tengah muka

2.6.3 Penggambaran peta


Saat melakukan pengukuran di lapangan, haruslah dibuat lebih dahulu
sketsa daripada keadaan lapangan yang diukur disekitar titik alat ukur di

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 22


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

BM. Pembuatan sketsa ini janganlah sekali-kali ditangguhkan. Karena bila


nanti sketsa itu harus disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya atau
ada kesalahan pada pengukuran, kita haruis kembali lagi ke titik yang
semula.Sehingga memakan waktu dan biaya, dan pula menjadikan
terhambatnya pekerjaan.Bila kita belum pindah tempat dan sketsa sudah
diselesaikan lebih dahulu, maka pengukuran kembali dapat dengan segera
dilakukan, karena kita masih berada di tempat semula.
Sebelum hasil pengukuran digunakan untuk membuat peta, lebih dahulu
pengukuran harus teliti. Lalu di plot dalam kertas millimeter blok dengan
skala tertentu. Setelah semua titik dipindahkan ke kertas peta, maka titik-
titik dihubungkan satu sama lain (yang ada hubungannya) sedemikian
rupa, hingga didapat jalan raya, jalan kecil, batas jalan, saluran air dan
sebagainya. Dengan demikian akan didapat gambar atau peta daerah yang
diukur. Keadaan tanah seperti ladang, semak dan tanaman-tanaman diberi
tanda yang lazim digunakan.

a) Skala Peta
Peta adalahbayangan yang diperkecil dari sebagian besar atau sebagian
kecil permukaan bumi.Bayangan ini harus selengkap-lengkapnya
mengikat perkecilan itu. Perkecilan ini adalah perbandingan antara suatu
jarak di atas peta dan jarak yang sama di atas permukaan bumi dan
perbandingan ini dinamakan skala pada peta.
Misalnya suatu jarak antara 2 titik di atas peta adalah 1 cm dan jarak
sebenarnya diatas permukaan bumi antara 2 titik itu adalah 1 km,maka
skala peta adalah 1 cm : 1 km = 1 cm : 100.000 cm.Bila sebaliknya
diketahui skala peta dan jarak yang diukur diatas peta diketahui dengan
pengukuran, maka dapatlah ditentukan jarak sebenarnya di atas permukaan
bumi. Misalkan di atas peta jarak itru diukur adalah 8,3 cm dan skala peta
adalah 1 : 25000, maka jarak itu di atas permukaan bumi adalah 25000 x
8,3 = 2075 km.

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 23


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

Jalan lain untuk menyatakan skala peta ialah memberitahukan


berapa cm di atas peta yang sama dengan 1 km di atas permukaan tanah
atau bumi, misalnya :

- Skala 1:25000, adalah 1km = 4 cm, dinamakan peta 4 cm


- Skala 1:50000, adalah 1 km = 2 cm, dinamakan peta 2 cm
- Skala 1:100000, adalah 1 km = 1 cm dinamakan peta 1 cm.
Dikatakan pula tentang skala besar dan skala kecil, dua perkataan ini
seringkali dibalik. Skala besar akan menyatakan satu daerah besar juga, dan
juga sebaliknya. Maka skala 1 : 10000 disebut skala yang lebih besar
daripada 1 : 25000. Jadi nama skala ( besar atau kecil ) adalah sebaliknya
dengan skala itu.
b) Simbol-Simbol
Supaya pada lereng dapat dibaca, maka digunakan tanda-tanda
(simbol). Untuk menyatakan bangunan-bangunan, seperti jalan raya, jalan
kereta api, jalan orang, sungai, selokan, telaga, rawa-rawa, pepohonan dan
lain-lain.
Perlu diterangkan pula bahwa untuk bermacam-macam keadaan dan
bermacam-macam tanaman yang berada pada permukaan bumi, misalkan
lading, padang rumput, atau alang-alang. Perkebunan seperti karet, kelapa,
teh, kina, kopi, untuk tiap macam pohon digunakan tanda-tanda berbeda
satu sama lain. Untuk tiap macam bangunan, tanda seperti gedung dari
batu diberi warna merah, maka umumnya kota-kota diberi warna merah,
sedangkan macam rumah lainnya diberi warna hijau, maka desa dan
kampong umumnya diberi warna hijau.
Untuk dapat membanyangkan tinggi rendahnya bumi maka digunakan
garis-garis tinggi atau tranches yang menghubungkan titik-titik yang
tingginya sama diatas bumi. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa
garis-garis tinggi ini tidak mungkin akan berpotongan. Umumnya garis-
garis tinggi ditarik dengan warna coklat. Garis tinggi dibuat dengan beda
tinggi antara dua garis tinggi yang letaknya berdekatan sama dengan

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 24


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

setengahnya angka ribuan skala peta. Misalkan peta dibuat dengan skala
1:10000 maka beda tinggi antara garis-garis tinggi itu dibuat sama dengan
½ x 10 = 5 meter.
Pentingnya garis-garis ini terasa waktu merencanakan frase jalan raya,
kereta api, saluran air, dan sebagainya. Dengan adanya garis-garis tinggi
dapat dilihat dengan oleh jalan-jalan yang direncanakan itu berhubung
dengan jumlah jembatan yang dibuat.Dengan sendirinya harus diusahakan
untuk sedikit mungkin melintasi sungai pada waktu mencari frase.
c) Informasi Peta
Informasi peta diberikan bertujuan untuk memberi keterangan pada
gambar, baik penggambaran manuskrip dan penggambaran halus pada
masing-masing penggambaran terdapat simbol-simbol. Namun, pada
umumnya informasi tepi maupun simbol-simbol mempunyai arti yang sama
dalam hal menunjukan masing-masing tanda atau informasi maupun simbol
dalam makna atau arti yang digambarkan.

2.7 Penggambaran Profil Memanjang dan Melintang


Selanjutnya pesawat di pindahkan lagi ketitik yang akan diukur untuk
pengukuran memanjang. Setelah itu dilanjutkan dengan pengukuran
melintang.Begitu seterusnya sampai titik terakhir dan dilanjutkan dengan
pengukuran memanjang pulang. Penggunaan alat ukur waterpass pada saat
pengukuran memanjang dan melintang sama saja dengan penjelasan
penggunaan waterpass pengukuran jarak dan beda tinggi secara optis.
Setelah pengambilan data profil memanjang dan melintang maka
penggambaran profil memanjang dan melintang dapat dilakukan.

2.7.1 Penggambaran Profil Memanjang


Penggambaran profil memanjang dengan menggunaan hasil
hitungan dapat dilakukan sebagai berikut :
Tentukan terlebih dahulu skala untuk jarak dan tinggi karena jarak
jauh lebih panjang daripada beda tinggi, maka untuk jarak dan untuk

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 25


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

tinggi selalu diambil skala yang tidak sama, skala untuk jarak akan
lebih kecil daripada skala beda tinggi.
Tariklah selanjutnya empat garis yang mendatar.Pada garis yang
pertama ditentukan oleh titik-titik yang diukur dengan menggunakan
jarak yang diambil dari titik 1.Titik 1 ditempatkan paling kiri diatas
garis mendatar pertama dan garis mendatar kedua ditulis tegak lurus
setelah melalui titik-titik yang telah ada pada garis mendatar pertama
ditarik garis-garis yang tegak.Diantara garis mendatar kedua dan garis
mendatar ketiga ditulis dengan arah yang tegaktinggi di titik-titik.
Bila suatu garis mempunyai tinggi yang sama dengan nol harus ada
pada gambar untuk melukiskan tinggi yang diukur, sehingga
diperlukan ruang yang banyak. Maka untuk menghemat ruang, titik-
titik yang diukur akan dilukiskan diatas suatu garis yang tingginya
mendekati tinggi titik-titik itu dan tingginya diambil dengan angka
bulat. Bagi mendatar ketiga digunakan garis yang tingginya sama
dengan 345 m, dengan menggunakan skala tinggi dapatlah sekarang
dilukiskan titik-titik yang diukur, diletakkan garis tegak dan ditarik
melalui titik-titik yang telah ada pada garis mendatar pertama.Bila
sekarang titik-titik itu telah dilukiskan dengan tingginya, dihubungkan
berturut-turut maka dapatlah profil lapangan memanjang pada suatu
proyek.

2.7.2 Penggambaran Profil Melintang


Penggambaran profil melintang harus dibuat tegak lurus pada
sumbu proyek dan pada tempat-tempat penting, jarak antara profil
melintang pada garis proyek yang lurus.Profil melintang harus dibuat
titik permulaan dan titik akhir garis proyek melengkung.Profil
melintang dibuat dengan lebar 50 m dan 10 m kiri kanan garis
proyek.
Cara pengukuran untuk profil melintang sama dengan cara
pengukuran untuk profil memanjang hanya jarak–jarak adalah
pendek bila dibandingkan dengan jarak-jarak pada profil

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 26


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

memanjang. Skala untuk jarak dan beda tinggi karena jarak-jarak


menjadi pendek dapat dibuat sama, misalnya 1:100.

BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Persiapan dan Pelaksanaan Praktikum


Persiapan praktikum dimulai dengan diadakannya responsi Ilmu Ukur
Tanah yang diikuti semua kelompok. Responsi ini membahas tentang tata cara
pelaksanaan praktikum Ilmu Ukur Tanah di lapangan. Responsi ini dipandu
oleh beberapa instruktur praktikum Ilmu Ukur Tanah.
Pembahasan dan penjabaran pada responsi adalah menjelaskan tentang tata
cara pembuatan laporan praktikum Ilmu Ukur Tanah. Pengenalan alat-alat dan
peralatan perlengkapan lainnya yang digunakan saat praktikum di lapangan,
serta tata cara pelaksanaan praktikum. Mahasiswa yang mengikuti praktikum
terdiri dari dua puluh kelompok yang mana setiap kelompok terdiri dari lima
sampai tujuh orang.
Orientasi lapangan dilakukan sesaat sebelum praktikum Ilmu Ukur Tanah
dimulai. Pada saat orientasi dijelaskan tentang cara penggunaan alat secara
langsung dan pelaksaan praktikum.

3.2 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Praktikum

Praktikum Ilmu Ukur Tanah kelompok sembilan belas (19) lokasinya


berada dalam area kampus Unlam Banjarbaru, tepatnya disekitar Fakultas
Perikanansampai Gedung Pasca Sarjana Banjarbaru. Sketsa peta lokasi
praktikum dapat dilihat pada Gambar 3.1

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 27


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

Waktu pelaksanaan praktikum Ilmu Ukur Tanah yaitu tanggal 12, 13, dan
14 Oktober2020. Pelaksanaan dimulai jam 08.00 WITA – selesai dengan
dipandu oleh tiga instruktur lapangan.

3.3 Alat dan Perlengkapan

Sebelum melaksanakan praktikum di lapangan, praktikan harus


memastikan terlebih dahulu mengenai kelengkapan alat yang akan digunakan
saat di lapangan. Hal ini agar dapat menbantu kelancaran praktikum dan hasil
data pengukuran yang memuaskan.Selain itu, alat-alat yang digunakan juga
diperhatikan mengenai kelayakan pakainya agar memudahkan praktikan
mendapatkan hasil pengukuran yang akurat, sehingga hasil akhir yang
dituangkan dalam bentuk gambar atau peta mudah untuk dipahami.

3.3.1 Alat yang Digunakan

Peralatan yang digunakan pada praktikum Ilmu Ukur Tanah adalah


sebagai berikut :

1. Theodolit : 1 buah
2. Waterpass : 1 buah
3. Statif / tripod aluminium : 1 buah
4. Rambuukur 3 m, aluminium : 2 buah
5. Meteran 100 m : 1 buah
6. Patok : 15 buah
7. Payung, pakupayung

3.3.2 Pemeriksaan alat


Pemeriksaan alat ukur dilakukan sebelum dilaksanakannya
praktikum. Hal ini dilakukan untuk menghindari penggunaan alat yang
rusak yang akan menghambat jalannya praktikum. Karena kerusakan alat
juga berakibat pada data yang diperoleh saat melakukan pengukuran di
lapangan.
Syarat-syarat dari alat ukur theodolite dan waterpass yang dapat
digunakan adalah sebagai berikut :

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 28


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

1. sumbu vertikal benar-benar tegak


2. Sumbu horizontal harus mendatar
3. Garis bidik harus tegak lurus sumbu mendatar
4. Tidak terdapat kesalahan indeks pada lingkaran sumbu tegak
5. Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.
6. Garis arah nivo tegak lurus sumbu tegak
7. Benang silang horizontal harus tegak lurus sumbu vertikal

3.4 Prosedur Kerja

Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah ini, alat ukur yang digunakan
adalah theodolite dan waterpass. Oleh sebab itu praktikan haruslah menguasai
dan memahami bagaimana cara menggunakan kedua alat tersebut. Sehingga
saat di lapangan praktikan sudah dapat melaksanakan praktikum sesuai
prosedur pelaksanaan dengan teori penggunaan alat yang telah dikuasai.

3.4.1 Cara Kerja Menyiapkan Alat Ukur Theodolit

1. Berdirikan alat di BM 12
2. Pasanglah tripod statif (kaki 3) setinggi dada juru ukur, dan pasang
theodolit pada kaki 3.
3. Centring alat ukur sehingga nivo kontak tepat ditengah, dengan
menggunakan 3 buah skrup penyetel.
4. Sejajarkan nivo kotak dan nivo tabung
5. Tentukan nilai azimuth
6. Bidik sudut Luar Biasa kearah belakang( titik p3 ), catat hasil
pengukuran.
7. Bidik sudut Biasa ke arah depan( titik p1 ), catat hasil pengukuran.
8. Bidik titik-titik detail yang sudah ditentukan, catat hasil pengukuran
pada form pengukuran.
9. Pindah alat ke titik P1 dan ulangi langkah seperti yang diatas.

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 29


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

3.4.2 Cara Kerja Penyiapan Alat Ukur Waterpass


1. Pasanglah trifood statif (kaki 3) setinggi dada juru ukur, dan pasang
waterpass pada kaki 3.
2. Centring alat ukur sehingga nivo kontak tepat di tengah, dengan
menggunakan 3 buah skrup penyetel.
3. Intip lensa okuler, focuskan pada rambu ukur.
4. Catat hasil pembacaan rambu dan ukur tinggi alat.
5. Lengkapi form sesuai data yang dibutuhkan.
6. Ulangi langkah yang sama pada tempat yang akan dicari selisih
ketinggiannya.
7. Setelah melakukan pengukuran di lapangan, maka kita dapat
membuat tabel hasil pengukuran dan mendapatkan gambar hasil
kontur tanahnya.

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 30


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal


Poligon merupakan rangkaian titik-titik yang membentuk segi banyak,
dan titik tersebut dapat digunakan sebagai kerangka peta. Kordinat titik-titik
itu dapat dihitung dengan data masukan yang merupakan hasil dari penentuan
azimuth, pengukuran sudut, dan jarak. Berdasarkan bentuk geometrisnya
poligon dapat dibedakan menjadi poligon terbuka dan tertutup.

4.1.1 Penentuan Azimuth


Sudut jurusan atau azimuth adalah sudut yang dihitung mulai dari
sumbu Y+ (Utara) berputar searah jarum jam seperti titik yang
bersangkutan.

4.1.2 Pengukuran Sudut


Sudut jurusan suatu sisi dihitung dari sumbu Y+ berputar searah
jarum jam sampai titik yang bersangkutan harganya 0°-360°. Apabila
dua sudut berarah berlawanan maka berselisih 180°. Misalnya
abn=aab+180°.

U U
abn

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 31


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

aab

Gambar 4.2 Pengukuran sudut

4.1.3 Pengukuran Jarak


Titik A dan B terletak dipermukaan. Garis penghubung lurus AG
disebut jarak miring. Garis mendatar dari A ke B merupakan garis AA’
dan BB’ yang dihubungkan oleh garis. Antara sudut miring, jarak
miring, jarak mendatar dan beda tinggi terdapat hubungan sebagai
berikuit :
AB” = A’ B’ = AB COS m
Bb” = ab sin m
(AB)2 = (A’ B’)2 + (BB”)2

4.2 Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal


Kerangka dasar vertical merupakan kumpulan titik-titik yang telah
diketahui posisi vertikalnya berupa. Bidang ketinggian rujukan ini bisa
berupa ketinggian muka air laut rata-rata atau ditentukan lokal.

4.2.1 Titik Ikat


Pemetaan fotografi dilakukan untuk menentukan posisi horizontal
(v,y) dan posisi vertikal (H) dari objek-objek dipermukaan bumi yang
meliputi unsur-unsur alamiah serta unsur-unsur buatan manusia.
Penentuan kerangka kontrol peta adalah salah satu tahapan yang harus
dilaksanakan dalam proses pembuatan peta topografi. Dengan adanya
titik ikat, dapat dijadikan acuan untuk menghitung nilai titik detail yang
lain.

4.2.2 Pengukuran beda tinggi

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 32


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

Pengukuran ini dilakukan untuk mencari selisih ketinggian antara


titik yang satu dengan yang lainnya. Untuk kondisi tanah yang dasar
dapat dilakukan dengan metode waterpass memanjang pulang pergi
sedangkan beda tanah yang terjal dilakukan metode trigonometrik.

4.3 Pengukuran Situasi Detail dengan Metode Tachimetri


Pengukuran ini untuk menentukan atau menggambarkan peta pada
daerah yang luas dan detail-detail yang tidak beraturan. Metode ini
memerlukan alat yang mengukur arah dan jarak sekaligus, yang dinamakan
theodolit kompas atau BTM.
Titik sudut dibuat untuk mendapatkan situasi bangunan yang berada
disekitar lokasi pengukuran. Titik sudut ditentukan dari lingkungan sekitar
bangunan yang dijadikan objek. Untuk mencari titik detail, harus dicari
terlebih dahulu jarak dari patok atau BM kebidang bangunan yang dijadikan
objek serta sudut.

4.4 Pengukuran Profil Memanjang Dan Melintang


a. Profil Memanjang
Pengukuran ini bermaksud untuk meneruskan ketinggian titik-titik
sepanjang suatu garis rencana proyek sehingga dapat digambarkan irisan
tegak, keadaan lapangan sepanjang garis rencana proyek tersebut. Gambar
irisan inilah yang disebut profil memanjang.
b. Profil Melintang
Profil melintang diperlukan untuk mengetahui profil lapangan pada
arah tegak lurus garis rencana yang berpotongan atau untuk mengetahui
relief tanah yang terletak di kanan dan kiri garis proyek.

4.5 Perhitungan Waterpass


NomorSeksi BEDA
Ukuran :Pergi / BENANG Jarak Alat
No. Titik TINGGI
Pulang ATAS (BA) keRambu
=
Blkg. (B) Bacaan BT BENANG Belakang Muka BLKG - Ket.
Rambu BAWAH (BB) MUKA =

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 33


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

∑ Δh =
Muka (M) Belakang Muka Belakang Muka ∑ Db
Dm (+/-) m
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
B BM4 919 25,4
50 795 968 665 1095 25,1 -0,173 124
M P1 992 50,5
B P1 1280 24,3
40 1160 650 1068 773 24,3 0,510 131,5
M BM3 530 48,6

4.5.1 Hitungan Sifat Datar (Waterpass)


a. Menentukan jarak alat kerambu.
Pada BM4 dan P1
1) Belakang pada ukuran pergi
Db = (Ba – Bb) x 100
= (0,919– 0,665) x 100
= 25,4 m
2) Muka pada ukuran pergi
Dm = (Ba – Bb) x 100
= ( 1,095– 0,844) x 100
= 25,1m
b. Menentukan beda tinggi (∆h) untuk ukuran pergi
1) Bacaan BT untuk rambu belakang di titik BM4 = 0,795m
2) Bacaan BT untuk rambu muka di titik P1 = 0,968 m
∆h = Btbelakang – Btmuka
= 0,795 – 0,968
= - 0,173 m
c. Menentukan beda tinggi (∆h) untuk ukuran pulang
1) Bacaan BT untuk rambu belakang di titik P1 = 0,970 m
2) Bacaan BT untuk rambu muka di titik BM4= 0,794 m
∆h = Btbelakang – Btmuka
= 0,970– 0,794
= 0,176 m

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 34


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

4.5.2 Hitungan Sifat Datar (Waterpass) Memanjang


a. Menentukan Panjang seksi
= (Db + Dm) pergi + (Db + Dm) pulang
2
= ( 25,4+ 25,1) + (28 + 22) = 50,25 m
2

b. Menentukan perbedaan tinggi rata-rata (∆h rata-rata)


Rumus: ∆h rata-rata = ∆h pergi + ∆h pulang
2
= (-0,173 + 0,174) = 0,05 m
2
Tanda ± pada ∆h rata-rata mengikuti tanda pada perbedaan tinggi
ukuran pergi.

c. Mencari tinggi terhadap MSL


BM4 = 34 m
P1 = Tinggi titik MSL di BM4 + ∆h rata-rata
= 34 + (- 0,1735) = 33,826 m
4.5.3 `Pengukuran Profil Melintang (Waterpass Profil)
a. Perhitungan beda tinggi
∆hBM4 = Tinggi alat – BT BM4
= 1,290 – 1,219
= 0,071 m
∆h1 = Tinggi alat – BT 1
= 1,290 – 1,382
= -0,092 m
b. Mencari tinggi terhadap tinggi MSL
Titik 1 = (MSL BM4 - ∆h BM4) +∆h1
= (34 – 0,071) – 0,092
= 33,837 m

4.6 PerhitunganTheodolit
4.6.1 Pengukuran sudut dan jarak mendatar (Poligon)

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 35


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

Bacaan sudut belakang = P3


Bacaan sudut muka = P1
Diketahui : Sudut biasa P1= 336˚ 37’ 45”
P3 = 56˚ 10’ 45”
Sudut luar biasa P1= 156˚ 37’ 15”
P3= 236˚ 10’ 15”
a. Sudut horizontal biasa (B) = P1 – P3
= 336˚ 37’ 45”- 56˚ 10’ 45”
= 280˚ 27’ 0”
b. Sudut horizontal luarbiasa (LB) = P1 – P3
= 156˚ 37’ 15”- 236˚ 10’ 15”
= -79˚ 33’ 0”
B+ LB
c. Sudut horizontal rata-rata =
2
280˚ 27 ’ 0”−79˚ 33 ’ 0 ”
=
2
= 100˚ 27’ 0”

4.6.1 Hitungan Koordinat Titik (Poligon)


∑ koreksi sudut (sudut dalam) = ( n+ 2 ) x 180° – ( ∑ sudut rata-rata (β) )

= (4+ 2 ) x 180° – ( 1079° 59’ 15” )

= 00° 00’ 45”

∑ Koreksi Sudut 0 °0 ’ 45 ”
Koreksi = = =00° 00 ’11,25 ”
n 4

a. Perhitungan sudut jurusan (azimuth)


α awal = 336˚ 37’45”
azimuth P1 – P2 = α + β + koreksi ± 180˚
= (336˚ 37’45”+ 243˚42’15” + 00 ° 00’ 11,25”)-540˚

= 580˚20’11,25” - 540˚
= 40˚20’11,25”

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 36


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

b. Perhitungan jarak datar (D)


Didapatkan dilapangan dengan mengunakan pita meteran.
c. Menghitung selisih absis (∆x)
Di BM24-P1
∆x = D sin α
= 16,86 x sin 336˚ 37’45” = - 6,688 m
d. Koreksi ∆x
∑∆ x −0,580
= = = 0,145 m (ditulis berlawanan dengan hasil)
4 4
e. Menghitung selisih ordinat (∆y)
∆y = D cos α
= 16,86 x cos 336˚ 37’45= 15,476 m
f. Koreksi ∆y
∑∆ y −1,465
= = = 0,366 m (ditulis berlawanan dengan hasil)
4 4
g. Perhitungan koordinat x (absis)
X = koordinat BM24 + ∆x + koreksi ∆x
= 260287+ (- 6,688) + 0,145
= 260280,457 m
h. Perhitungan koordinat y (ordinat)
Y = koordinat BM18 + ∆y + koreksi ∆y
= 9618800 + 15,476 + 0,366
= 9618815,842 m

4.7 Perhitungan Titik Detail dengan Metode Tacheometri


a. Menentukan jarak optis/datar
D optis(P1) = 100 x (Ba – Bb) x sin2 V
= 100 x (1,270 – 1,080) x sin 2(90˚28’00”) = 18,9987m
b. Menentukan beda tinggi
∆h = [(Ba-Bb) x 50 ] x sin 2V + (Ta – BT)
= [(1,270 – 1,080) x 50] x sin 2(90˚28’00”) + (1,44 – 1,173) = 0,1123
c. Tinggi terhadap titik MSL
Titik 1 = titik awal + beda tinggi

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 37


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

= 46 + 0,1123= 46,1123 m

4.8 Skala Peta


Pada praktikum kali ini skala peta yang digunakan pada polygon
adalah 1:200 sedangkan untuk profil memanjang horizontal 1:1000 dan
vertikal1 :100. Pada profil melintang horizontal skalanya 1:50 dan vertikal
1:100.

4.9 Penggambaran Manuskrip


Dalam penggambaran manuskrip ada dua jenis, yaitu penggambaran
profil memanjang dan profil melintang.

4.9.1 Penggambaran Profil Memanjang


Skala yang digunakan adalah dalam penggambaran adalah;
horizontal 1:1000 ; Vertikal 1:100. Langkah-langkah penggambaran
adalah sebagai berikut :
1. Membuat bidang persamaan antara titik dengan elevasi dari titik.
2. Memasukan elevasi-elevasi dari tiap-tiap patok, kemudian
menghubungkannya.
3. Menulis elevasi patok dari elevasi tanah tiap patok.

4.9.2 Penggambaran Profil Melintang


Skala yang digunakan horizontal 1:50 dan vertikal 1:100.
Langkah-langkah penggambaran sifat datar melintang adalah sebagai
berikut:

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 38


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

1. Membuat tiap bidang persamaan elevasi tertinggi.


2. Pengukuran jarak mulai dari alat berdiri ke patok atau BM dan
titik detailnya sesuai data pengukuran profil melintang.

4.10 Penggambaran Peta Situasi


Skala yang digunakan adalah 1:200. Adapun langkah-langkah dalam
penggambarannya sebagai berikut:
1. Membuat garis koordinat x dan y masing-masing titik pada AutoCAD
berdasarkan data dari perhitungan koordinat poligon.
2. Memasukan nilai x dan y masing-masing titik kedalam koordinat,
tandai patok dengan tanda lingkaran dan BM dengan bentuk persegi
untuk membedakan BM dengan patok.
3. Menghubungkan titik yang telah ditandai dengan garis putus-putus.
4. Menulis elevasi muka tanah.
5. Memasukkan koordinat titik situasi detail keadaan di lapangan
berdasarkan data yang didapat dilapangan, seperti trotoar jalan,
selokan bangunan dan lain-lain.

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 39


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum Ilmu Ukur Tanah ini di harapkan mahasiswa dapat
memahami seluruh tahapan dalam pengukuran tanah dan dapat menerapkan
ilmu atau teori yang didapat dalam mata kuliah Ilmu Ukur Tanah.

Adapun kesalahan perhitungan polygon dapat disebabkan oleh tiga


faktor berikut, yaitu:

1. Faktor manusia
Faktor ini terjadi karena kesalahan pada waktu membaca sudut Azimuth,
kesalahan pada waktu pemutaran alat dan kesalahan pada waktu
pencatatan data yang telah didapat.

2. Faktor alat
Faktor alat ini terjadi karena tak semua alat yang dipakai dapat
digunakan sebagai mana mestinya, seperti tulisan dan warna rambu ukur
yang sudah mulai memudar sehingga praktikan kurang jelas membaca
rambu.
3. Faktor alam
Ada beberapa hal yang mengganggu saat praktikum akibat dari
alam seperti mendung sehingga rambu kurang jelas terlihat. Apalagi jika
hujan, praktikum pun akan dihentikan untuk menghindari kerusakan alat,
bahkan jika cuaca sangat panas praktikan akan kelelahan yang dapat
menimbulkan kesalahan pada pencatatan data.
Dari ketiga faktor diatas, kesalahan yang terjadi pada perhitungan
lebih banyak dipengaruhi oleh praktikan itu sendiri, mulai dari
pemasangan alat, letak alat yang kurang sesuai.

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 40


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (HSKK 329)
KELOMPOK 19

Dari hasil data praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik


kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari data praktikum poligon dapat diambil beberapa hal yaitu : sudut,
jarak,dan azimuth dari suatu daerah.
2. Dari azimuth dapat diketahui koordinat titik-titik poligon yang akan di
plot ke media gambar.

5.2. Saran

Dari praktikum yang telah dilaksanakan saran yang dapat diberikan yaitu :

1. Praktikan seharusnya terlebih dahulu menguasai teori mengenai Ilmu


Ukur Tanah.
2. Pembagian tugas dan tanggung jawab setiap individu sangat diperlukan
untuk menunjang kelancaran saat praktikum di lapangan.
3. Diharapkan kecermatan dan ketelitian setiap praktikan saat pengambilan
data di lapangan ditingkatkan.
4. Kerjasama yang baik antar anggota kelompok, maupun dengan instruktur
lapangan yang baik menjadikan praktikum sesuai dengan apa yang
harapkan.
5. Sebaiknya instruktur lapangan lebih mengarahkan praktikan saat di
lapangan agar tidak banyak kesalahan dalam pengambilan data
pengukuran.

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 41


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

Anda mungkin juga menyukai