KELOMPOK 19
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
DASAR TEORI
Waterpass adalah alat mengukur beda ketinggian dari satu titik acuan ke
acuan berikutnya. Waterpass dilengkapi dengan kaca dan gelembung kecil di
dalamnya.Untuk mengecek apakah waterpass telah terpasang dengan benar,
perhatikan gelembung di dalam kaca berbentuk bulat.Apabila gelembung
tepat berada di tengah, berarti waterpass telah terpasang dengan benar.Pada
waterpass, terdapat lensa untuk melihat sasaran bidik.Dalam lensa, terdapat
tanda panah menyerupai ordinat (koordinat kartesius). Angka pada sasaran
bidik akan terbaca dengan melakukan pengaturan fokus lensa. Selisih
ketinggian diperoleh dengan cara mengurangi nilai pengukuran sasaran
bidik kiri dengan kanan. Waterpass memiliki nivo sebagai penyama
ketinggian, lensa objektif, lensa okuler, dan penangkap cahaya. Dengan
waterpass ini kita dapat menentukan berapa banyak tanah yang dibutuhkan
untuk meratakan suatu lokasi.Alat ini bersifat sangat sensitif terhadap
cahaya, sehingga memerlukan payung untuk menutupi cahaya
matahari.Untuk dapat mengetahui bagian-bagian dari waterpass dapat dilihat
pada Gambar 2.1.
Angka angka pada BT, BB, BA dapat kita baca pada rambu
yangditegakan pada strat pot (patok kayu yang diberi paku payung)melalui
water pass yang telah distel.pasang la trifood statif(kaki 3) setinggi dada juru
ukur, dan pasang water pass pada kaki3. Atur lah alat ukur sehingga nivo
kontak tepat ditengah, dengan menggunakan 3 buah skrup penyetel. Intip
lensa okuler, fokuskan pada tiang (objek) yang akan diukur. Catat
ketinggian tiang. Ulangi langkah yang sama pada tempat yang akan dicari
selisih ketinggiannya. Setelah melakukan pengukuran di lapangan,maka kita
dapat membuat tabel hasil pengukuran dan mendapatkan gambar hasil
kontur tanahnya.
Keterangan:
1. Nivo Kotak merupakan bagian waterpass yang dipakai untuk mengetahui
tingkat kedataran pesawat.
2. Cermin membantu mempermudah pembacaan hasil pengukuran nivo kotak.
3. Visier juga membantu proses pembidikan suatu objek secara kasar sehingga
berlangsung lebih cepat.
4. Lensa Pembacaan Sudut Horisontal memiliki peranan untuk memperjelas
bacaan sudut horisontal dengan membesarkannya.
5. Lensa Okuler mempunyai kegunaan untuk mengamati objek yang dibidik.
6. Lensa Objektif adalah bagian yang berfungsi menerima objek yang dibidik.
7. Pelindung Lensa Objektif bermanfaat untuk melindungi lensa objektif dari
pancaran sinar matahari langsung.
8. Sekrup A, B, C ialah komponen waterpass yang bertugas untuk mengatur
tingkat kedataran suatu pesawat pada sumbu I vertikal.
9. Sekrup Pengatur Fokus Teropong berperan untuk mengatur derajat kejelasan
objek yang dibidik.
10. Sekrup Pengatur Sudut berguna untuk mengatur landasan sudut datar.
11. Sekrup Okuler Pengamat Ketajaman Diafragma berfungsi untuk mengatur
tingkat ketajaman benang diafragma atau benang silang.
12. Sekrup Penggerak Halus Aldehide Horisontal berperan untuk menggerakan
pesawat arah horisontal supaya kedudukan benang tepat pada objek yang
dibidik.
pergi
b 2 c
a 1 3 d
A B
h e
3 g 2 f 1
pulang
Rumus :
hAB : Btb - Btm
HB : HA + hAB
Keterangan :
Btb : Jumlah bacaan benang tengah pada skala rambu belakang
Btm : Jumlah bacaan benang tengah pada skala rambu muka
HB : Elevasi titik B
HA : Elevasi titik A
hAB : Beda tinggi antara titik A dengan titik B
: Arah pengukuran
satu sistem dengan koordinat yang telah ada, maka perlu beberapa titik
diikatkan pada jaringan poligon yang telah ada.
U
P2 P3
P1-P2 2 DP2-P3 3
DP1-P2 DP3-P4
P1 1 4 P4
DP6-P1 DP4-P5
6 DP5-P6 5
P6 P5
Gambar2.4 Poligon Tertutup
Keterangan gambar :
: Azimuth.
n : Jumlah titik poligon tertutup.
S1
S3
d1-2 2
d2-3 d3-4 4
d4-5
1 S2
5
3
Gambar 2.5 Poligon Terbuka Lepas
Keterangan gambar :
S1…S3: sudut antar titik polygon
d1-2,… : jarak antara titik-titik poligon
S3 Sn-1
S1
A1 3 n-1
1 Dn-1.n
S2 D23
DA1 D12
n
2
A
Gambar 2.6 Poligon Terbuka Terikat Sepihak
Keterangan :
A : titik tetap
1, 2,…, n : titik yang akan ditentukan koordinatnya
S1, S2,…, Sn : sudut
.A1 : azimuth awal
DA1, D12,…n : jarak antar titik
Pada poligon jenis ini tidak terdapat adanya koreksi sudut
s3
s2
1 3
dA-1 d1-2 d2-3 d3-B
2 B (XB;YB)
A (XA;YA)
d sin = XB – XA
d cos = YB – YA
sn
s3 U
U
s2
A-1 n
1 (n+1)-n
d1-2 dn(n+1)
dA-1
2
A (Xa,Ya) n+1
Gambar 2.8Poligon Terbuka Terikat 2 Azimuth
Keterangan gambar :
1,2,3,...,n : titik poligon
d1-2, d2-N, ..: jarak antar titik poligon
s1, s2, ... : sudut dalam (sudut yang diukur)
: azimuth
A : titik BM (Bench Mark)
BM1-BM2
s1 S3 Sn
BM1 BM2 P2 Pn
dBM2-P1 dP2-P3 dP4-BM3 BM3-BM4
S2 S4
dP1-P2 dP3-Pn
S6
P1 P3 BM4
BM3
Gambar II.6. Poligon Terbuka Terikat Sempurna
Keterangan gambar :
P1, P2, P3, ...,Pn : Titik poligon.
dP1-P2,… dPn-BM3 : Jarak antar titik poligon.
S1,…,Sn : sudut yang diukur.
BM1-BM2 : Azimuth.
BM1, BM2, … : Titik BM (Bench Mark).
Keterangan :
1. Bagian Bawah, terdiri dari pelat dasar dengan tiga sekrup penyetel yang
menyanggah suatu tabung sumbu dan pelat mendatar berbentuk lingkaran.
Pada tepi lingkaran ini dibuat pengunci limbus.
2. Bagian Tengah, terdiri dari suatu sumbu yang dimasukkan ke dalam
tabung dan diletakkan pada bagian bawah. Sumbu ini adalah sumbu tegak
lurus kesatu. Diatas sumbu kesatu diletakkan lagi suatu plat yang
berbentuk lingkaran yang berbentuk lingkaran yang mempunyai jari – jari
plat pada bagian bawah. Pada dua tempat di tepi lingkaran dibuat alat
pembaca nonius. Di atas plat nonius ini ditempatkan 2 kaki yang menjadi
penyanggah sumbu mendatar atau sumbu kedua dan sutu nivo tabung
diletakkan untuk membuat sumbu kesatu tegak lurus. Lingkaran dibuat
dari kaca dengan garis – garis pembagian skala dan angka digoreskan di
permukaannya. Garis – garis tersebut sangat tipis dan lebih jelas tajam bila
dibandingkan hasil goresan pada logam. Lingkaran dibagi dalam derajat
sexagesimal yaitu suatu lingkaran penuh dibagi dalam 360° atau dalam
grades senticimal yaitu satu lingkaran penuh dibagi dalam 400 g.
3. Bagian Atas, terdiri dari sumbu kedua yang diletakkan diatas kaki
penyanggah sumbu kedua. Pada sumbu kedua diletakkan suatu teropong
yang mempunyai diafragma dan dengan demikian mempunyai garis bidik.
Pada sumbu ini pula diletakkan plat yang berbentuk lingkaran tegak sama
seperti plat lingkaran mendatar.
a) Perhitungan Jarak
Jarak yang diambil adalah jarak optis ( datar )
100 – ( ba – bb) x cos ( 90° – z )
b) Perhitungan mencari d sin α
d sin α = jarak x sin azimuth
Koreksi =
∑ d sin α
∑ titik
c) Perhitungan mencari d cos α
d cos α = jarak x cos azimuth
koreksi =
∑ d cos α
∑ titik
d) Perhitungan Koordinat x
∆x = selisih d sin α untuk kolom ( tambah dan kurang ). Apabila selisih
bernilai negative, maka ∆x yang dipakai adalah (+).Apabila selisih bernilai
positif, maka ∆x yang dipakai adalah (-). Syarat lain yang harus diketahui
adalah jumlah total sudut dalam, bila ternyata tidak sama maka sisanya
dibagikan dengan jumlah titik, dibagikan keseluruh titik.
e) Perhitungan Sudut Rata-rata
Langkah pertama adalah menentukan sudut biasa dari hasil bacaan pada
selisih sudut belakang dikurangi sudut muka. Kemudian menentukan sudut
luar biasa dengan cara yang sama seperti halnya dengan mencari sudut
biasa yaitu selisih sudut belakang dikurangi dengan sudut muka. Maka
setelah perhitungan sudut biasa dan sudut luar biasa didapatkan, dengan
demikian didapat pula sudut rata-rata dengan rumus sebagai berikut :
sudut biasa+ sudut luar biasa
Rumus =
2
f) Perhitungan Koreksi
Total koreksi = total koreksi – koreksi sudut
koreksi keseluruhan
Koreksi =
∑ titik
g) Perhitungan Sudut yang Telah Dikoreksi
Sudut sesudah koreksi = sudut sebelum koreksi + koreksi sudut
h) Perhitungan Mencari Azimut
Azimut n = azimuth (n – 1) – sudut sesudah koreksi (n – 1)
Koordinat x ke-n = koordinat ke (n-1) + selisih absis + koreksi
koordinat
Data yang diketahui :
- Koordinat x ke-n
- Selisih absis
- Koreksi koordinat
- Koordinat x ke-d
i) Perhitungan Koordinat y
∆y = selisih d cos α untuk kolom (+) dan (-). Apabila hasil selisih
koordinat bernilai (+) maka ∆y (+).Apabila hasil selisih koordinat bernilai
(-), maka ∆y yang dipakai (-).
Data yang diketahui yaitu :
- ∑ d cos α (+)
- ∑ d cos α (-)
- ∆y
- Koreksi ∆y
koreksi =
∑ ∆ h rata−rata
h
Pada pengukuran situasi (titik detail) ada dua hal yang harus
diperhatikan, yaitu:
U
a b
d2-a
1-2 U d2-b
1 2-b
2-a
2 3
Gambar 2.11 Pengukuran Metode Radial
Keterangan gambar :
a,b : Titik detail yang diukur.
1,2,3 : Titik poligon.
U : Arah utara.
1-2 : Azimuth titik poligon 1 ke 2.
2-a : Azimuth titik poligon 2 ke titik detail a.
2-b : Azimuth titik poligon 2 ke titik detail b.
d2-a : Jarak dari titik poligon 2 ke titik detail a.
d2-b : Jarak dari titik poligon 2 ke titik detail b.
STA STA STA STA STA STA STA STA STA STA- STA-
-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 10 11
I I
I
Gambar2.12 PengukuranWaterpass Profil Memanjang
Δ hn – (n + 1)
Keterangan :
= Titik ikat
= Titik berdiri alat
= Target
Δh = Beda tinggi
Bt = Benang tengah
H = Elevasi
G F E D C B A 1 2 3 4 5 6
7
H = H. awal + Δ hA
STA = stationing
1,2,3,4,… = Titik detail (rambu kanan)
a,b,c,…. = Titik detail (rambu kiri)
2.6 Tachimetri
Pengukuran titik-titik detail dengan metode Tachymetri ini adalah cara
yang paling banyak digunakan dalam praktek, terutama untuk pemetaan
daerah yang luas dan untuk detail-detail yang bentuknya tidak beraturan.
Untuk dapat memetakan dengan cara ini diperlukan alat yang dapat
mengukur arah dan sekaligus mengukur jarak, yaitu Teodolite Kompas atau
BTM (Boussole Tranche Montage). Pada alat-alat tersebut arah-arah garis di
lapangan diukur dengan jarum kompas sedangkan untuk jarak digunakan
benang silang diafragma pengukur jarak yang terdapat pada
teropongnya.Salah satu theodolite kompas yang banyak digunakan misalnya
theodolite WILD TO. Tergantung dengan jaraknya, dengan cara ini titik-
titik detail dapat diukur dari titik kerangka dasar atau dari titik-titik
penolong yang diikatkan pada titik kerangka dasar.
hilang/terhapus oleh apapun, misal : jallon, pen ukur, dsb. Setelah itu titik
nol dari meteran itu diletakkan/diimpitkan di titik A, meteran ditarik dan di
rentangkan( usahakan meteran tidak terhalang apapun dan datar ) sampai ke
titik B. Sehingga dapat diketahui berapa jarak titik A ketitik B tersebut.
d = (BA – BB ) x 100
Dimana :
d = jarak (m)
BA = Benang atas
BB = Benang bawah
Cara untuk mengukur beda tinggi antara titik BM ke A. Bila pesawat
waterpass telah memenuhi syarat, maka pesawat diletakkan di tengah –
tengah titik BM dan A. Setelah itu pesawat dihadapkan ke titik BM dan kita
tembak / baca BA, BT, & Bbnya, kemudian dinamakan bacaan belakang.
Selanjutnya pesawat diputar searah jarum jam di arahkan ke titik A,
sehingga didapatkan bacaan Ba, BT, & BB dan dinamakan bacaan muka.
Kemudian dilakukan ke titik selanjutnya dengan cara yang sama.
Atau secara umum dikatakan bahwa untuk mencari beda tinggi antara 2
titik adalah pembacaan benang tengah belakang dikurangi dengan dengan
pembacaan benang tengah muka. Atau dapat ditulis dengan rumus :
∆H = BTblk – BTmk
Dimana :
∆H = Beda tinggi (m)
BTblk = Benang tengah belakang
BTmk = Benang tengah muka
a) Skala Peta
Peta adalahbayangan yang diperkecil dari sebagian besar atau sebagian
kecil permukaan bumi.Bayangan ini harus selengkap-lengkapnya
mengikat perkecilan itu. Perkecilan ini adalah perbandingan antara suatu
jarak di atas peta dan jarak yang sama di atas permukaan bumi dan
perbandingan ini dinamakan skala pada peta.
Misalnya suatu jarak antara 2 titik di atas peta adalah 1 cm dan jarak
sebenarnya diatas permukaan bumi antara 2 titik itu adalah 1 km,maka
skala peta adalah 1 cm : 1 km = 1 cm : 100.000 cm.Bila sebaliknya
diketahui skala peta dan jarak yang diukur diatas peta diketahui dengan
pengukuran, maka dapatlah ditentukan jarak sebenarnya di atas permukaan
bumi. Misalkan di atas peta jarak itru diukur adalah 8,3 cm dan skala peta
adalah 1 : 25000, maka jarak itu di atas permukaan bumi adalah 25000 x
8,3 = 2075 km.
setengahnya angka ribuan skala peta. Misalkan peta dibuat dengan skala
1:10000 maka beda tinggi antara garis-garis tinggi itu dibuat sama dengan
½ x 10 = 5 meter.
Pentingnya garis-garis ini terasa waktu merencanakan frase jalan raya,
kereta api, saluran air, dan sebagainya. Dengan adanya garis-garis tinggi
dapat dilihat dengan oleh jalan-jalan yang direncanakan itu berhubung
dengan jumlah jembatan yang dibuat.Dengan sendirinya harus diusahakan
untuk sedikit mungkin melintasi sungai pada waktu mencari frase.
c) Informasi Peta
Informasi peta diberikan bertujuan untuk memberi keterangan pada
gambar, baik penggambaran manuskrip dan penggambaran halus pada
masing-masing penggambaran terdapat simbol-simbol. Namun, pada
umumnya informasi tepi maupun simbol-simbol mempunyai arti yang sama
dalam hal menunjukan masing-masing tanda atau informasi maupun simbol
dalam makna atau arti yang digambarkan.
tinggi selalu diambil skala yang tidak sama, skala untuk jarak akan
lebih kecil daripada skala beda tinggi.
Tariklah selanjutnya empat garis yang mendatar.Pada garis yang
pertama ditentukan oleh titik-titik yang diukur dengan menggunakan
jarak yang diambil dari titik 1.Titik 1 ditempatkan paling kiri diatas
garis mendatar pertama dan garis mendatar kedua ditulis tegak lurus
setelah melalui titik-titik yang telah ada pada garis mendatar pertama
ditarik garis-garis yang tegak.Diantara garis mendatar kedua dan garis
mendatar ketiga ditulis dengan arah yang tegaktinggi di titik-titik.
Bila suatu garis mempunyai tinggi yang sama dengan nol harus ada
pada gambar untuk melukiskan tinggi yang diukur, sehingga
diperlukan ruang yang banyak. Maka untuk menghemat ruang, titik-
titik yang diukur akan dilukiskan diatas suatu garis yang tingginya
mendekati tinggi titik-titik itu dan tingginya diambil dengan angka
bulat. Bagi mendatar ketiga digunakan garis yang tingginya sama
dengan 345 m, dengan menggunakan skala tinggi dapatlah sekarang
dilukiskan titik-titik yang diukur, diletakkan garis tegak dan ditarik
melalui titik-titik yang telah ada pada garis mendatar pertama.Bila
sekarang titik-titik itu telah dilukiskan dengan tingginya, dihubungkan
berturut-turut maka dapatlah profil lapangan memanjang pada suatu
proyek.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Waktu pelaksanaan praktikum Ilmu Ukur Tanah yaitu tanggal 12, 13, dan
14 Oktober2020. Pelaksanaan dimulai jam 08.00 WITA – selesai dengan
dipandu oleh tiga instruktur lapangan.
1. Theodolit : 1 buah
2. Waterpass : 1 buah
3. Statif / tripod aluminium : 1 buah
4. Rambuukur 3 m, aluminium : 2 buah
5. Meteran 100 m : 1 buah
6. Patok : 15 buah
7. Payung, pakupayung
Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah ini, alat ukur yang digunakan
adalah theodolite dan waterpass. Oleh sebab itu praktikan haruslah menguasai
dan memahami bagaimana cara menggunakan kedua alat tersebut. Sehingga
saat di lapangan praktikan sudah dapat melaksanakan praktikum sesuai
prosedur pelaksanaan dengan teori penggunaan alat yang telah dikuasai.
1. Berdirikan alat di BM 12
2. Pasanglah tripod statif (kaki 3) setinggi dada juru ukur, dan pasang
theodolit pada kaki 3.
3. Centring alat ukur sehingga nivo kontak tepat ditengah, dengan
menggunakan 3 buah skrup penyetel.
4. Sejajarkan nivo kotak dan nivo tabung
5. Tentukan nilai azimuth
6. Bidik sudut Luar Biasa kearah belakang( titik p3 ), catat hasil
pengukuran.
7. Bidik sudut Biasa ke arah depan( titik p1 ), catat hasil pengukuran.
8. Bidik titik-titik detail yang sudah ditentukan, catat hasil pengukuran
pada form pengukuran.
9. Pindah alat ke titik P1 dan ulangi langkah seperti yang diatas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
U U
abn
aab
∑ Δh =
Muka (M) Belakang Muka Belakang Muka ∑ Db
Dm (+/-) m
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
B BM4 919 25,4
50 795 968 665 1095 25,1 -0,173 124
M P1 992 50,5
B P1 1280 24,3
40 1160 650 1068 773 24,3 0,510 131,5
M BM3 530 48,6
4.6 PerhitunganTheodolit
4.6.1 Pengukuran sudut dan jarak mendatar (Poligon)
∑ Koreksi Sudut 0 °0 ’ 45 ”
Koreksi = = =00° 00 ’11,25 ”
n 4
= 580˚20’11,25” - 540˚
= 40˚20’11,25”
= 46 + 0,1123= 46,1123 m
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum Ilmu Ukur Tanah ini di harapkan mahasiswa dapat
memahami seluruh tahapan dalam pengukuran tanah dan dapat menerapkan
ilmu atau teori yang didapat dalam mata kuliah Ilmu Ukur Tanah.
1. Faktor manusia
Faktor ini terjadi karena kesalahan pada waktu membaca sudut Azimuth,
kesalahan pada waktu pemutaran alat dan kesalahan pada waktu
pencatatan data yang telah didapat.
2. Faktor alat
Faktor alat ini terjadi karena tak semua alat yang dipakai dapat
digunakan sebagai mana mestinya, seperti tulisan dan warna rambu ukur
yang sudah mulai memudar sehingga praktikan kurang jelas membaca
rambu.
3. Faktor alam
Ada beberapa hal yang mengganggu saat praktikum akibat dari
alam seperti mendung sehingga rambu kurang jelas terlihat. Apalagi jika
hujan, praktikum pun akan dihentikan untuk menghindari kerusakan alat,
bahkan jika cuaca sangat panas praktikan akan kelelahan yang dapat
menimbulkan kesalahan pada pencatatan data.
Dari ketiga faktor diatas, kesalahan yang terjadi pada perhitungan
lebih banyak dipengaruhi oleh praktikan itu sendiri, mulai dari
pemasangan alat, letak alat yang kurang sesuai.
5.2. Saran
Dari praktikum yang telah dilaksanakan saran yang dapat diberikan yaitu :