Anda di halaman 1dari 5

Kelompok 1

SOAL-SOAL Bea Materai, PBB, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB)
Jawaban kelompok 7 :
1. Agatha Malinda (212114114)
2. Agnes Ponno Rara' Rose (212114085)
3.Ana cecile raupahi (212114101)
4. Sinta Simon (212114106)
5. Nicholas Philippe Jiang (212114100)

ISIAN
1. Pajak atas Dokumen merupakan pengertian dari Bea Materai
2. Ciri umum materai tempel tertuang dalam pasal 13
3. Meterai yang dipalsu atau dibuat secara melawan hukum seolah-olah asli, tidak
dipalsu, dan dibuat secara tidak melawan hukum akan dikenai sanksi berupa Dipidana
dengan pidana penjara paling lama 7 tahun dan pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00
4. Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dikenai Bea Meterai dengan tarif
tetap sebesar Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah).
5. Yang menetapkan subyek pajak atas suatu obyek pajak yang belum jelas diketahui
wajib pajaknya adalah Direktur Jendral Pajak.
6. Besarnya presentase Nilai Jual Pajak serendah-rendahnya 20% dan setinggi-tingginya
100% dari Nilai Jual Obyek Pajak, hal tersebut ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional.
7. Dalam rangka pendataan, subyek pajak wajib mendaftarkan obyek pajaknya dengan
mengisi Surat Pemberitahuan Obyek Pajak. Maka, Direktur Jenderal Pajak akan
menerbitkan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang
8. Terhadap obyek pajak dalam bidang penambangan minyak dan gas bumi serta dalam
bidang pembangunan lainnya, sehubungan dengan Kontrak Karya dan Kontrak Bagi
Hasil yang masih berlaku pada saat berlakunya Undang-undang ini, tetap dikenakan
Iuran Pembangunan Daerah (Ipeda)
9. Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan Pejabat Lelang Negara yang melanggar
ketentuan dalam Pasal 24 ayat (1) dan ayat (2), dikenakan sanksi administrasi dan
denda sebesar Rp 7.500.000
10. Pemberian hak baru karena diluar pelepasan hak
11. Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang dengan tidak mendasarkan pada
adanya surat ketetapan pajak
12. Tahun pajak adalah jangka waktu Satu tahun takwim
13. Dalam rangka pendataan, subyek pajak wajib mendaftarkan obyek pajaknya dengan
mengisi Surat Pemberitahuan Obyek Pajak
14. Jumlah pajak yang terhutang berdasarkan surat Tagihan Pajak yang tidak dibayar
pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa merupakan bunyi pasal 13
15. Sebelum surat keputusan diterbitkan, wajib pajak dapat menyampaikan alasan
tambahan atau penjelasan tertulis

ALTERNATIF JAWABAN
1. Kondisi ekonomi nasional
2. Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 tahun dan pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00
3. Surat ketetapan pajak
4. 13
5. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang
6. Rp 7.500.000
7. Rp10.000,00
8. Diluar pelepasan hak
9. Surat Pemberitahuan Obyek Pajak
10. Bea Meterai
11. Satu tahun takwim
12. Iuran Pembangunan Daerah (Ipeda)
13. Alasan tambahan atau penjelasan tertulis
14. 13
15. Direktur Jenderal Pajak

URAIAN
1. Sebutkan 5 tujuan dari pengaturan Bea Meterai!
a) Membantu mengoptimalkan penerimaan negara guna membiayai pembangunan
nasional secara mandiri menuju masyarakat Indonesia yang sejahtera.
b) Memberikan kepastian hukum dalam pemungutan Bea Meterai.
c) Menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
d) Menerapkan pengenaan Bea Meterai secara lebih adil.
e) Menyelaraskan ketentuan Bea Meterai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan lainnya.
2. Apa larangan bagi pejabat yang berwenang dalam menjalankan tugas?
a) Menyalahgunakan wewenang;
b) menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain
dengan menggunakan kewenangan orang lain;
c) tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau
lembaga atau organisasi internasional;
d) bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya
masyarakat asing;
e) memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan
barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga
milik negara secara tidak sah;
f) melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang
lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk
keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak
langsung merugikan negara;
g) memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara
langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam
jabatan;
h) menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang
berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;
i) bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya
j) melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat
menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga
mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani;
k) menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
l) memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
dengan cara :
a. ikut serta sebagai pelaksana kampanye;
b. menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut
PNS;
c. sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; dan/atau
d. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara;
m) memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan cara:
a. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan
salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau
b. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan
calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa
kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian
barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan
masyarakat;
n) memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau
calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat
dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda
Penduduk sesuai peraturan perundang-undangan; dan
o) memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah,
dengan cara:
- terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah;
- menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye;
- membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan
salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau
- mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan
calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa
kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian
barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan
masyarakat.
3. Bagaimana bunyi perubahan UU No. 12 Tahun 1985?
UU No. 12 Tahun 1994 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan [JDIH BPK RI]
Pasal I
Mengubah beberapa ketentuan dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang
Pajak Bumi dan Bangunan, sebagai berikut :
1. Ketentuan Pasal 3 ayat (3) dan ayat (4) diubah, sehingga Pasal 3 seluruhnya
menjadi berbunyi sebagai berikut :
(1) Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah objek pajak
yang :
a. digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah,
sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan
untuk memperoleh keuntungan;
b. digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu;
c. merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah
penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu
hak;
d. digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal
balik;
e. digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan
oleh Menteri Keuangan.
(2) Objek Pajak yang digunakan oleh negara untuk penyelenggaraan pemerintahan,
penentuan pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
(3) Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan sebesar
Rp.8.000.000,00 (delapan juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak.
(4) Penyesuaian besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Menteri Keuangan".
2. Ketentuan Pasal 17 dihapus
3. Ketentuan Pasal 23 diubah, sehingga Pasal 23 seluruhnya menjadi berbunyi sebagai
berikut :
"Pasal 23
dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994
(Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3566) serta peraturan perundang-undangan lainnya".
Terhadap hal-hal yang tidak diatur secara khusus dalam Undang-undang ini, berlaku
ketentuan
Ketentuan Pasal 27 dihapus.
Pasal II
Dengan berlakunya Undang-undang ini, peraturan pelaksanaan yang telah ada
dibidang Pajak Bumi dan Bangunan berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun
1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dan belum diatur dengan peraturan pelaksanaan yang baru berdasarkan Undang-
undang ini.
Pasal III
Undang-undang ini dapat disebut "Undang-undang Perubahan Undang undang Pajak
Bumi dan Bangunan".
Pasal IV
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1995.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
4. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap berbagai
macam surat. Sebutkan 3 surat yg termasuk di dalamnya!
 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB).
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB).
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Baya Tambahan (SKPKBT).
 Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN).
5. Apa saja yang objek pajak yang diperoleh dari Objek Pajak yang tidak dikenakan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan?
a. Objek yang diperoleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasar azas perlakuan
timbal balik;
b. Objek yang diperoleh negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan atau
untuk pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum;
c. Objek yang diperoleh Badan/Perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat tidak menjalankan
usaha/kegiatan lain diluar fungsi dan tugasnya;
d. Objek yang diperoleh orang pribadi/Badan karena KONVERSI HAK atau karena
perbuatan Hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama;
e. Objek yang diperoleh orang pribadi/Badan karena WAKAF; dan
f. Objek yang diperoleh orang pribadi/Badan karena kepentingan IBADAH.

Anda mungkin juga menyukai