Anda di halaman 1dari 19

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“ANTENATAL-CARE”

Topik : Antenatal-care
Sub topik : Pengertian antenatal-care, tujuan antenatal-care, pelaksana
antenatal-care, lokasi pelayanan antenatal-care, Pelaksanaan
Pelayanan antenatal-care, frekuensi kunjungan, antenatal-care,
dan keluhan pada masa kehamilan.
Hari/Tanggal : Rabu, 22 September 2021
Waktu/Jam : 09:00-09:30 WIB
Tempat : PKM Pahandut
Peserta : Ibu Hamil, Keluarga Ibu Hamil
Penyuluh : Mahasiswa Sarjana Terapan Keperawatan Poltekkes Palangka Raya

I. Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan ibu hamil dan keluarga dapat


mengetahui Pengertian antenatal-care, tujuan antenatal-care, pelaksana antenatal-
care, lokasi pelayanan antenatal-care, Pelaksanaan Pelayanan antenatal-care,
frekuensi kunjungan, antenatal-care, dan keluhan pada masa kehamilan.

II. Tujuan Khusus


Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, ibu hamil dan keluarga mampu :
1. Menjelaskan pengertian dari antenatal-care
2. Menjelaskan tentang tujuan antenatal-care
3. Menjelaskan tentang pelaksana antenatal-care
4. Menjelaskan tentang lokasi pelayanan antenatal-care
5. Menjelaskan tentang Pelaksanaan Pelayanan antenatal-care
6. Menjelaskan tentang frekuensi kunjungan, antenatal-care
7. Menjelaskan tentang keluhan pada masa kehamilan
III. Materi
a. Pengertian antenatal-care
b. Tujuan antenatal-care
c. Pelaksana antenatal-care
d. Pelayanan antenatal-care
e. Pelaksanaan Pelayanan antenatal-care
f. Frekuensi kunjungan, antenatal-care
g. Keluhan pada masa kehamilan

IV. Metode

Ceramah dan tanya jawab.

V. Media dan alat peraga


a. Laptop
b. LCD
c. Leaflet
d. Flip Chart
VI. Kegiatan.

NO Kegiatan Respon Waktu

1 Pembukaan
- Mengucapkan salam - Membalas salam
- Menjelaskan tujuan - Mendengarkan 5 menit
- Kontrak waktu - Memberi respon
- Test awal

2 Inti
- menjelaskan pengertian -Mendengarkan
antenatal-care dengan penuh
- Menjelaskan tentang tujuan perhatian
antenatal-care
- Menjelaskan tentang pelaksana
antenatal-care
- Menjelaskan tentang lokasi
15 menit
pelayanan antenatal-care
- Menjelaskan tentang
Pelaksanaan Pelayanan
antenatal-care
- Menjelaskan tentang frekuensi
kunjungan, antenatal-care
- Menjelaskan tentang keluhan
pada masa kehamilan

3 Penutup -Menanyakan
- Tanya jawab
yang belum jelas
- Test terakhir
- Menyimpulkan hasil -Aktif bersama 10 menit
penyuluhan menyimpulkan
- Memberi salam penutup
-Membalas salam
VII. Pengorganisasian
a. Moderator : Mahasiswa

Tugas : Memimpin jalannya acara dan proses penyuluhan

b. Penyaji : Mahasiswa
Tugas : Menyampaikan materi penyuluhan

c. Notulen : Mahsiswa
Tugas : Mencatat pertanyaan dari peserta

d. Observer : Mahasiswa
Tugas : Mengamati jalannya proses penyuluhan sesuai dengan SAP

e. Fasilitator : Mahasiswa
Tugas : Menyediakan fasilitas pendukung proses penyuluhan

f. Konsumsi : Mahasiswa
Tugas : Menyediakan konsumsi bagi peserta penkes

VIII. Pola Penyuluhan

layar

Penyaji Operator

Notulen Moderator LCD Laptop

Peserta Peserta Peserta Peserta

Peserta Peserta Peserta Peserta

Peserta Peserta Peserta Peserta


Lampiran : materi penyuluhan

ANTENATAL-CARE
1. Pengertian

Antenatal care adalah : Pelayanan kesehatan atau perawatan kepada ibu selama masa
kehamilan (DepKes RI, 2018 : 26).
Menurut Prawiroharjo S. (2019 : 72) antenatal care adalah : pengawasan terhadap ibu
hamil dengan mempersiapkan sebaik-baiknya fisik dan mental ibu dalam kehamilan,
persalinan dan nifas sehingga selalu dalam keadaan sehat dan normal.

2. Tujuan

Antenatal Care bertujuan untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa
kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta menghasilkan bayi
yang sehat. (Dep Kes RI, 2018 : 48).
Menurut Reeder S.J. (2017 : 111) tujuan antenatal care adalah melindungi dan
menjaga kesehatan serta kehidupan ibu dan janin selama kehamilan dengan
mempertimbangkan sosio kultural keluarga (meliputi status ekonomi, tingkat
pendidikan dan support system).
Sedangkan tujuan utama pelayanan antenatal care di Indonesia adalah :
1) Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan,
persalinan dan nifas.
2) Mengenal dan menangani penyakit yang menyerati kehamilan, persalinan dan
nifas.
3) Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan,
laktasi dan keluarga berencana.
4) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

3. Pelaksana
Sebagai pelaksana pelayanan antenatal care terdiri atas :
Tenaga medis meliputi dokter umum dan dokter spesialis Obstretik Gineokologi.
Tenaga perawat meliputi bidan/perawat yang telah mendapatkan pelatihan antenatal
care. (Dep Kes RI, 2018 : 16)
4. Lokasi Pelayanan
Menurut Dep Kes RI (2018 : 16), tempat pemberian pelayanan antenatal care dapat
bersifat statis dan aktif meliputi :
1. Puskesmas/ puskesmas pembantu
2. Pondok bersalin desa.
3. Posyandu.
4. Rumah Penduduk (pada kunjungan rumah.
5. Rumah sakit pemerintah/ swasta
6. Rumah sakit bersalin
7. Tempat praktek swasta (bidan dan dokter)

5. Pelaksanaan Pelayanan
Pelayanan antenatal care selengkapnya mencakup anemnesis, pemeriksaan fisik
(umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi dasar dan intervensi
khusus sesuai dengan tingkat resiko. Dengan penerapan operasionalnya dikenal
standar minimal ”5T” untuk pelayanan antenatal yang terdiri atas :

 Timbang berat badan


 Ukuran tekanan darah, diukur setiap kunjungan
 Ukur tinggi fundus uteri, dilakukan setiap kunjungan dimana fundus uteri mulai
teraba setelah usia kehamilan > 12 minggu.
 Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid atau TT lengkap, mulai diberikan usia
kehamilan 16 minggu dengan interval pemberian selanjutnya 4 minggu.
 Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama hamil, mulai diberikan pada
usia kehamilan 20 minggu diminum 1 hari 1 tablet.
 Dengan demikian maka secara operasional pelayanan antenatal yang tidak
memenuhi standar minimal ”5T” tersebut belum dianggap suatu pelayanan
antenatal care (Dep Kes RI, 2018 : 18).
6. Frekuensi Kunjungan Antenatal Care
Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dan petugas kesehatan yang
memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah
kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas
pelayanan tetapi dapat juga sebaliknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas
kesehatan dirumahnya. Selama kehamilan keadaan ibu dan janin harus selalu dipantau
jika terjadi penyimpangan dari keadaan normal dapat dideteksi secara dini dan
diberikan penanganan yang tepat. Oleh karena itu ibu hamil diharuskan
memeriksakan diri secara berkala selama kehamilannya. Menurut Manuaba (2017 :
129), berdasarkan standar pemeriksaan kehamilan dilakukan berulang dengan
ketentuan sebagai berikut :
- Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.
- Satu kali dalam sebulan sampai umur kehamilan 7 bulan.
- Dua kali sebulan sampai umur kehamilan 8 bulan.
- Setiap minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai dengan bersalin.

Dalam pelaksanaan ANC terdapat kesepakatan adanya standar minimal yaitu dengan
pemeriksaan ANC 4 kali selama kehamilan dengan distribusi sebagai berikut :
- Minimal satu kali pada trimester I
- Minimal satu kali pada trimester II
- Minimal dua kali pada trimester III (Dep Kes RI, 2017 : 24)

Menurut Jumiarni (2019 : 34), frekuensi ANC diharapkan paling kurang 8 kali (7 – 9
kali) sehingga pengawasan ibu dan janin dapat dilaksanakan dengan optimal.
Pemeriksaan kehamilan tersebut dilaksanakan dengan jadwal dan kegiatan sebagai
berikut :
 Kunjungan 1 (0-12 minggu), kunjungan II 12-24 minggu
Pada kunjungan ini dilakukan:
1. Anamnesis lengkap, termasuk mengenai riwayat obstertric dan ginekologi.
2. Pemeriksaan fisik ; Tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu tubuh, bunyi jantung,
bunyi pernafasan, reflek patella, edema dan lain-lain.
3. Pemeriksaan obstetric : Usia kehamilan, tinggi fundus uteri, DJJ (kehamilan
lebih dari 12 minggu), pengukuran panggul luar.
4. Pemeriksaan laboratorium : urine lengkap, darah (Haemoglobin, leukosit, Diff,
Golongan darah, Rhesus, sitologi, dan gula darah).
5. Penilaian status gizi, dilihat dari keseimbangan antara berat badan (BB) dan
tinggi badan (TB).
6. Penilaian resiko kehamilan.
7. KIE pada ibu hamil tentang keberhasilan diri dan gizi ibu hamil.
8. Pemberian imunisasi TT 1.

 Kunjungan III, 28 – 32 Minggu


Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan, laju pertumbuhan janin,
kelainan atau cacat bawaan.
Kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Anemnese meliputi keluhan dan perkembangan yang dirasakan oleh ibu.
2. Pemeriksaan fisik dan obstetric (pengukuran panggul luar tak perlu dilakukan
lagi).
3. Pemerksaan dengan USG. Biometri janin (besar dan usia kehamilan), aktifitas
janin, kelainan, cairan ketuban dan letak plasenta, serta keadaan plasenta.
4. Penilaian resiko kehamilan.
5. KIE tentang perawatan payudara.
6. Pemberian imunisasi TT 2 dan vitamin bila perlu.

 Kunjungan IV kehamilan 34 minggu.


Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan dan pemeriksaan
laboratorium ulang. Kegiatannya adalah
1) Anamnese keluhan dan gerakan janin.
2) Pengamatan gerak janin
3) Pemeriksaan fisik dan obstetrik (pemeriksaa panggl dalam bagi kehamilan
pertama)
4) Penilaian resiko kehamilan.
5) Pemeriksaan laboratorium ulang : Hb, Ht, dan gula darah.
6) Nasehat senam hamil, perawatan payudara dan gizi.
 Kunjungan V (36 minggu), Kunjungan VI (38 minggu), Kunjungan VII (40
minggu) (2 minggu 1 kali)
Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan, aktifitas janin dan
pertumbuhan janin secara klinis.
Kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Anamnese meliputi keluhan, gerakan janin dan keluhan.
2. Pemeriksaan laboratorium ulang (Hb dan gula darah).
3. Pemeriksaan fisik dan obstetrik.
4. Penilaian resiko kehamilan.
5. USG ulang pada kunjungan 4.
6. KIE tentang senam hamil, perawatan payudaran, dan persiapan persalinan.
7. Pengawasan penyakit yang menyertai kehamilan dan komplikasi trimester III.
8. Penyuluhan diet 4 sehat 5 sempurna.

 Kunjungan VIII 41 minggu, kunjungan IX 42 minggu (1 minggu sekali)


Pemeriksaan terutama ditujukan kepada penilaian, kesejahteraan janin dan fungsi
plasenta serta persiapan persalinan.
Kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Anamnese meliputi keluhan dan lain-lain.
2. Pengamatan gerak janin.
3. Pemeriksaan fisik dan obstetric.
4. Pemeriksaan USG yaitu pemeriksaan yang memantau keadaan jantung janin
sehubungan dengan timbulnya kontraksi.
5. Memberi nasehat tentang tanda-tanda persalinan, persiapan persalinan dan
rencana untuk melahirkan.
6. Sesuai standar kunjungan ibu hamil diatas maka semakin tua umur kehamilan
harus semakin sering memeriksakan kehamilannya, resiko kehamilan semakin
tinggi, semakin tinggi pula kebutuhan untuk memeriksakan kehamilannya.
Berdasarkan uraian diatas berikut ini akan digambarkan jadwal/frekuensi
antenatal care sebagai berikut :
Tabel Frekuensi / Jadwal Pemeriksaan Kehamilan

Minimal Frek Optimal Frek Ideal Frek

Triwulan I 1 - Kehamilan 1 - Sejak haid 1


1 – 12 terlambat 1
minggu 2 bulan 5
- Kehamilan - Sampai
Triwulan II 1 12 – 28 1 kehamilan 28 4
minggu mg (1 bulan
Triwulan III 2 - Kehamilan 3 1x) 5
28 – 32 - Kehamilan
minggu 28-36 mg (2
- Kehamilan mg 1x)
34 – 40 - Kehamilan
minggu 7 / 37
- Kehamilan (1 mg 1x)
41 – 42
minggu
Total 4 9 15

Sumber : Dep Kes RI, 2018 : 24, Jumiarni, 2018 : 34, Manuaba, 2018 : 130

Dari tabel diatas dapat disampaikan hal – hal sebagai berikut :


1. Frekuensi pemeriksaan kehamilan minimal (4 kali,Depkes,2018) Frekuensi
pemeriksaan kehamilan dilakukan 4 kali yang terbagi dalam triwulan I,II,III.
Frekuensi ini dapat terjadi bila segalanya normal tanpa adanya resiko dan
frekuensi lebih sering dilakukan pada triwulan III untuk deteksi dini terhadap
kelainan.
2. Frekuensi pemeriksaankehamilan optimal ( 9 kali, Jumiarni 2019)
Pemeriksaan kehamilan dilakukan sejak haid terlambat sampai dengan usia
kehamilan 12 minggu l kali. Pemeriksaan tiap l bulan sekali dilakukan sampai
dengan usia kehamilan 36 minggu, sedangkan pemeriksaan kehamilan 36 – 40
minggu dilakukan setiap 2 minggu sekali.dan sampai dengan melahirkan
pemeriksaan dilakukan l minggu sekali. Dengan frekuensi demikian adanya
penyulit kehamilan dapat dideteksi dan diatasi sedini mungkin.
3. Frekuensi pemeriksaan kehamilan ideal (Manuaba, 2019).
Pemeriksaan kehamilan dilakukan sejak terlambat haid satu bulan sampai
dengan usia kehamilan 28 minggu dilakukan satu bulan satu kali. Pada usia
kehamilan 28 – 36 minggu pemeriksaan dilakukan setiap 2 minggu sekali dan
usia 37 minggu sampai dengan melahirkan pemeriksaan dilakukan 1 minggu
sekali. Pemeriksaan kehamilan ini yang paling ideal sehingga diharapkan
dengan frekuensi seperti ini penyulit kehamilan dapat terdeteksi dan diatasi
sedini mungkin.
Menurut Manuaba (2020 : 130), jadwal melakukan ANC sebaiknya 12 – 13
kali selama hamil. Dinegara berkembang ANC dilakukan sebanyak 4 kali
sudah cukup (tercatat).
Menurut Puji Rochyati Penentuan frekuensi ANC antara lain didasarkan atas
resiko kehamilan yang dihadapi oleh ibu hamil, adapun resiko itu dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.

Tabel Screening/ Deteksi Dini Ibu Hamil Resiko Tinggi

A) Kehamilan Skor pada kelompok umur/tahun skore awal:


………

Ke < 16 17 - 19 20 – 34 > 35

1 4 4 2 4

2 4 2 4

3 4 2 4

4 2 4
>5 4 4

Kelompok Faktor Resiko No. Kondisi Ibu Hamil Skor

1 Terlalu muda, hamil pertama < 16 tahun 4

B) 2 a. Terlalu tua hamil pertama > 35 tahun 4

b. Terlalu lambat hamil pertama 4

Ⅰ. 3 Anak terkecil > 10 tahun 4

4 Anak terkecil > 2 tahun 4

5 Terlalu banyak punya anak 4 atau lebih 4

6 Terlalu tua, umur > 35 tahun 4

7 Terlalu pendek < 145 cm 4

8 Pernah gagal kehamilan 4

9 Pernah melahirkan dengan : 4

a. Tarikan tang/ vakum


b. Uri rogoh
c. Diberi infus/ transfusi
10 Pernah dioperasi 4

Ⅱ. 11 Penyakit pada ibu hamil : 4

a. Kurang darah.
b. Malaria
c. Tuberkulosa paru
d. Payah jantung
e. Kencing manis/ diabetes
12 Bengkak pada muka dan tungkai (tekanan
darah tinggi)

13 a. Letak sungsang 4
b. Letak lintang
14 Hamil kembar 2 atau lebih 4
15 Hamil kembar air (Hydrammon) 4

16 Bayi mati dalam kandungan 4

17 Kehamilan lebih bulan 4

Ⅲ. 18 Perdarahan waktu hamil ini 8

19 Kejang-kejang hamil > 7 8

Jumlah skor kelompok faktor resiko I, II dan III (B)

Jumlah skor awal (A)

Jumlah skor (A + B)

Pedoman penyuluhan menuju persalinan aman :

Jumlah Kelompok Periksa Rujukan Tempat Penolong


skor resiko kehamilan kehamilan persalinan

2–4 Resiko Bidan Tidak Rumah pasien Bidan


ringan dirujuk Dukun

6–8 Resiko Bidan Bidan Rumah Bidan


tinggi Polindes

> 10 Resiko Dokter Dokter Puskesmas Dokter


tinggi Rumah sakit

Menurut Dep Kes RI (2019), faktor resiko ibu hamil seperti yang tercantum dalam
KMS ibu hamil adalah sebagai berikut :
1. Anemia berat (Hb < 8 gr %)
2. Tekanan darah diastole > 90 mmHg
3. Perdarahan selama kehamilan
4. Kelainan pada persalinan terdahulu
5. Jarak kehamilan terakhir kurang dari 2 tahun
6. Tinggi badan kurang dari 140 cm
7. Umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih 35 tahun
8. Pernah sakit kronis

Tabel Penilaian resiko kehamilan (Depkes RI, 2018 : 85)

No. Kriteria Jumlah


Nilai

1. Kematian neonatal BB < 40 atau > 70 kg


Riwayat preterm Premipara < 20 tahun
Riwayat preeklamsi dan > 35 tahun
1
Penyakit paru Multi para > 40 tahun
Anemi 8-10 gr% Paritas > 3
Tinggi badan < 145 cm Tanpa antenatal

2. Abortus > 3 Gemelli


Riwayat SC Sungsang
2
Placenta previa Partus percobaan
Diabetes mellitus Hiperteoridism

3. Riwayat lahir mati Sungsang (premipara)


Penyakit ginjal Ketuban pecah > 6 jam
Partus 32 – 36 minggu Mekonium (kepala)
3
Posterum > 42 minggu Partus > 24 jam
Penyakit hepar Plasenta previa
Preeklamsi berat SC

4. Diabetes mellitus DJJ ireguler < 120 atau


Fitiumcordis > 180 kali / menit 4
KMK
5. Eklamsi Incomtabilitas RH
Hedramnion Solutio pacenta
5
Infeksi intra partum Letak lintang
KPD > 24 jam Prolapsus tali pusat

Keterangan :
1. Bila jumlah nilai resikonya > 3 ibu hamil perlu dirujuk ke Puskesmas untuk
mendapatkan pemriksaan dan penanganan yang lebih teliti dari dokter.
2. Bila jumlah nilai resiko > 5 ibu hamil harus dirujuk ke rumah sakit. Ibu hamil
yang boleh ditolong perawat/ bidan hanya pasien dengan resiko rendah dengan
nilai < 3.

7. Keluhan Pada Masa Kehamilan


Keluhan ada masa hamil menurut Dep.Kes.RI. (2018: 84) adalah suatu kondisi
bersifat subyektif dimana pada individu yang hamil terjadi proses adaptasi terhadap
kehamilannya. Keluhan-keluhan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

 Keluhan pada Triwulan I usia kehamilan 1 – 3 bulan


Pada triwulan ini keluhan yang timbul adalah :

1. Mual dan Muntah


Terutama terjadi pada pagi hari dan akan hilang menjelang tengah hari.
(Morning Sicknes)

2. Perasaan neg atau mual


Hal ini terjadi bila mencium bau yang menyengat penciuman, misalnya :
Bawang goreng, minyak rambut.

3. Pusing terutama bila akan bangun dari tidur


Hal ini terjadi karena adanya gangguan keseimbangan, perut kosong.
4. Sering kencing
Sering kencing terjadi karena tekanan uterus yang membesar dan menekan
pada kandung kencing.
5. Keputihan (leukorhoe)
Pengaruh peningkatan hormon kehamilan (estrogen dan progesteron) yang
mempengaruhi mukosa servix dan vagina.

6. Pengeluaran darah pervaginam


Bila terjadi perdarahan, perlu diwaspadai ancaman abortus.

7. Perut membesar lebih besar dari usia kehamilan


Bila terjadi pembesaran uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan
diwaspadai kemungkinan terjadi molla hidatidosa.

Perasaan gembira dengan penerimaan kehamilan akan mempengaruhi penerimaan ibu


terhadap kelainan-kelainan yang timbul. Sebaliknya karena menolak kehamilan,
keluhan tersebut menimbulkan rasa tidak nyaman dan menimbulkan antipati terhadap
kehamilannya. Pada masa ini sering timbul konflik karena pengalaman baru, sehingga
ibu hamil perlu mendapatkan perhatian dan dukungan suami.

 Keluhan pada triwulan II, usia 4 – 6 bulan


Pada triwulan ini keluhan yang bersifat subyektif sudah berakhir, sehingga bila
ada ibu hamil masih mendapatkan keluhan seperti pada triwulan I yang
menyangkut faktor-faktor subyektif, perlu diwaspadai kemungkinan adanya
faktor psikologis. Pada triwulan ini sering ditandai adanya adaptasi ibu terhadap
kehamilannya, perasaan ibu cenderung lebih stabil, karena keluhan yang terjadi
pada triwulan I sudah terlewati. Ibu merasakan pengalaman baru, mulai
merasakan gerakan bayi, terdengarnya detak jantung janin (DJJ) melalui alat
doptone atau melihat gambar/posisi melalui pemeriksaan USG. Triwulan II juga
dikatakan fase aman untuk kehamilan, sehingga aktifitas ibu dapat berjalan tanpa
gangguan yang berarti.

 Pada triwulan III, usia kehamilan 7 – 9 bulan


Pada triwulan ini keluhan yang sering muncul akan mencerminkan prognose
kehamilan. Keluhan yang bersifat subyektif perlu mendapatkan perhatian karena
hal ini menunjukkan kepada kondisi patologis. Kejadian yang sering timbul
antara lain :

1. Pusing disertai pandangan berkunang-kunang


Hal ini dapat menunjukkan kemungkinan terjadi anemia dengan HB kurang
dari 10 %.
2. Pandangan mata kaburdisertai pusing
Hal ini dapat digunakan rujukan kemungkinan adanya hipertensi.

3. Kaki odem
Odem pada kaki perlu dicurigai karena sebagai salah satu gejala dari trias
klasik ekslamsi, yakni hipertensi, odem pada kaki dan protein uri. Sesak
nafas pada triwulan III perlu dicurigai kemungkinan adanya kelainan adanya
kelainan letak (sungsang) kelainan posisi bayi.

4. Perdarahan
Pada triwulan III bisa terjadi perdarahan pervaginam perlu dicurigai adanya
placenta praevia atau solutio plasenta.

5. Keluar cairan di tempat tidur pada siang atau malam hari, cairan jernih bukan
pada saat kencing perlu dicurigai adanya ketuban pecah dini (KPD).

6. Sering kencing
Pada triwulan III karena kepala bayi akan masuk ke pintu atas panggul (PAP)
pada usia kehamilan 36 minggu. Sering kencing disebabkan tekanan kepala
bayi pada kandung kemih.

Apabila ibu hamil mendapat keluhan diatas, perlu segera periksa ke fasilitas
kesehatan, untuk itu penyuluhan pada triwulan III diarahkan kepada hal-halyang
berkaitan dengan antisipasi dari keluhan di atas. Selain keluhan di atas pada
truwulan III ditandai dengan adanya kegembiraan emosi karena akan lahirnya
seorang bayi. Reaksi calon ibu terhadap persalinan secara umum tergan\tung pada
persiapan dan persepsinya terhadap kewjadian ini, untuk itu kerjasama dan
komunikasi yang baik selama ANC perlu dibina sehingga ibu dapat melalui masa
kehamilan dan persalinan dengan perasaan gembira (Hamiton, 2019: 163).

Anda mungkin juga menyukai