Anda di halaman 1dari 5

Resume Webinar :

Data perhari ini dikatakan bahwa jumlah positif corona menjadi 91.751 + 1.882,
jumlah pasien yang dirawat 37.031-46, jumlah yang sembuh 50.261 + 1.795 dan jumlah yang
meninggal 4.459 +139.

Seperti yang kita ketahui baru-baru ini pemerintah menerbitkan oediman COVID-19
terbaru yang revisi ke-5. Pada edisi terbaru ini, diterbitkan dengan berlandaskan keputusan
menteri sehingga memiliki landasan hokum yang lebih kuat dibandingkan dengan edisi-edisi
sebelumnya. Apa saja perbedaan isi dari pedoman terbaru ini? Pada pedoman edisi ke-5 ini
mengacu pada KMK 413/2020 dimana didalamnya mencakup :

a) Indikator tatanan baru


b) Definisi Operasional
c) Menagemen kasus
d) Penggunaan RT antibodi

Pada aspek indikator tatanan baru, pedoman yang terbaru membahas mengenai
epidemiologi yang mencakup mengenai apakah epidemi telah terkendali? Hal tersebut diatur
pada 7 indikatir baru. Berikutnya adalah sistem kesehatan yang mencakup kemampuan
mendeteksi dan menangani kasus termasuk kemungkinan peningkatannya? Hal tersebut
diatur dalam 7 indikator. Dan yang terakhir adalah surveilans kesehatan masyarakat yang
mencakup kemampuan mendeteksi dan mengelola kasus di amsyrakat, hal tersebut di atur
dalam 10 indikator, sehingga total terdapat 24 indikator baru pad pedoman COVID-19
terbaru ini.

Berikutnya pada aspek definisi operasional, seperti yang kita tahu bhawa ada
perubahan istilah pada pedoman yang terbaru. Istilah-istilah ini baru digunakan pada pasien-
pasien yang teridentifikasi mulai tanggal 16 Juli 2020. Mengacu pada Kepmenkes 413/2020 :

- Istilah OTG menjadi Kontak Erat dengan didalamnya dibagi lagi menajdi probable
dan konfirmasi
- Istilah ODP/PDP menjadi Suspek dengan di bagi lagi didalamnya menajdi negative
dan konfirmasi
- Istilah PDP berat menjadi Probabel dengan didalamnya dibagi menjadi klnis khas dan
belum ada hasil PCR
- Istilah Konfirmasi tetap menjadi konfirmasi dengan didalamnya dibagi emnajdi tanpa
gejala atau dengan gejala

Permasalahan utama yang ditemukan pada pedoman baru ini adalah tidak adanya
kriteria probable yang jelas dan dengan perubahan istilah ini terntu juga akan mengarah ke
perubahan data di Indonesia yang sudah sejauh ini terekap.

Selanjutnya adalah aspek managemen kasus, Pada pedoman terbaru follow up PCR
dihilangkan. Pedoman terbaru ini mendorong PCR hanya ke arah diagnostik. Sehingga kita
harus mulai mengandalkan klinis. Selain itu untuk managemen kasus konfirmasi tanpa gejala
dan gejala ringan menjadi isolasi dirumah yang tidak diikuti dengan follow up PCR.
Pedoman terbaru mengatakan pengakhiran isolasi pada pasien kasus terkonfirmasi ini terjadi
setelah 10 hari isolasi mandiri dan bebas gejala atau 10 hari dimulai dari awal muncul gejala
pertama diikuti 3 hari bebas gejala yang setelah itu akan dipantau kembali dan di monitoring
oleh tenaga kesehatan. Untuk yang kontak erat namun bukan tenaga non medis juga pada
pedoman baru ini tidak di lakukan follow up PCR.

Aspek terakhir adalah penggunaan RT antibody, seperti yang diketahui bahwa per
Juli 2020 ini Indonesia memiliki kapasitas pemeriksaan sejumlah 12.400/hari, namun yang
direkomendasikan oleh WHO adalah 40.000/hari. Menurut narasumber hal ini adalah hal
yang sulit untuk direalisasikam karena pemerintah hingga saat ini sulit untuk mendorong
ketersediaan reagen, sehingga lebih baik melakukan tes antigen saja.

Mengingat pesan presiden mengenai penatalaksanaan COVID-19 ini adalah 3T :


Test, Trace, dan Treat. Pada pedoman terbaru ini, tracing sangat didorong, karena pelibatan
masyarakat yang harus aktif pada isolasi mandiri. Hal ini pula yang menjadi tugas puskesmas
untuk menjaga ketat pelaksanaan isolasi mandiri ini. Contoh permasalahan semisal ada 1
OTG yang serumah dengan 11 orang. Sehingga tugas puskesmas harus memantau. Bila tidak
memungkinkan maka pasien diminta pindah ke rumah singgah. Ini ditujukan untuk OTG-
OTG yang keluarganya tidak mampu melakukan isolasi mandiri. Untuk yang tidka
ditempagtkan di rumah singgah, biasanya puskesmas bekerjasama dengan aparat negara
membantu mengawasi daerahnya. Penting sekali untuk puskesmas terus melakukan
pembinaan pada OTG-OTG untuk terus aware. Sehingga tidak menyebabkan peningkatan
penyebaran. Peran puskesmas saat ini adalah lebih kearah preventif dan promotif, bukan lagi
rehabilitative dan kuratif. Puskesmas memiliki peranan penting untuk terus mengedukasi
masyrakat mengenai pentingnya memakai masker yang benar, mencuci tangan, dan jaga jarak
dengan konsisten.

Salah satu metode test adalah Pooling test, namun tes ini hanya bisa di gunakan
pada daerah yang prevalensi rendah, kalo pada daerah prevalensi tinggi sebaiknya tes antigen.
Sehingga pemeriksaan ini memang harus melalui tinjauan tiap masing-masing daerah.

Untuk treat sendiri, besar harapan pada novelty vaksin yang diharapkan ada awal
tahun 2021 agar pandemi ini bisa segera berakhir. Menurut narasumber, 3T saja tidak cukup,
penting juga penambahan T satu lagi berupa telling atau komunikasi resiko, sehingga
pemerintah dan masyarakat memiliki pola piker high risk resception. Pedoman terbaru ini
terkesan seperti COVID-19 ini sudah mereda. Pemerintah harus realistis bahwa didalam
menyempaikan kenyataan bahwa masyrakat masih sangat susah melakukan isolasi mandiri
dengan benar.

Analisis Kaitan Permasalahan dengan Prinsip Kedokteran Keluarga

Prinsip-prinsip kedokteran keluarga menurut WHO 1998 :

• General : pada prinsip ini menunjukkan bahwa sebagai kedokteran keluarga kita tidak bisa
memilih-milih masalah kesehatan yang dihadapi, pada kasus COVID-19 seorang dokter
keluarga juga harus mampu melakukan usaha pengobatan tanpa membeda-bedakan usia;
jenis kelamin; ras; agama; maupun baik dari kelas menengah ke atas atau menengah ke
bawah. Kita sebagai dokter keluarga harus selalu siap melayani semua permasalahan
kesehatan. Selain itu, kita sebagai dokter keluarga juga harus menjadi dokter yang mudah
untuk diakses masyarakat, minimnya pengetahuan masyrakat sekitar membuat dokter
keluarga menjadi ujung tombak dalam melakukan usaha preventif dan promotif di era
COVID-19 ini.
• Continous : Kita sebagai dokter keluarga harus memberikan pelayanan yang
berkelanjutan, semisal pada era COVID-19 ini, bila ada pasien covid yang melakukan
isolasi mandiri, maka kita harus memberikan pelayanan walaupun masa isolasi sudah
berakhir.

• Comprehensive : Pada pasien covid, selain kita memberikan pengobatan, kita juga harus
terus mengedukasi kelurga yang berada disekitarnya mengenai jalur transmisinya serta
cara pencegahan penularannya.

• Co-ordinated : Apabila ada pasien dengan gejala sedang dan berat, mengacu pada
pedoman terbaru, maka kita wajib merujuk ke Rumah Sakit dengan fasilitas yang
memadai

• Collaborated : Sebagai dokter keluarga di era COVID-19 ini, kita wajib berkolaborasi
dengan aparat Negara dan banyak lintas vector untuk membantu memantau daerah-daerah
yang dihuni oleh OTG yang melakukan isolasi mandiri

• Family Oriented Care : Pada pasien covid, kita sebagai dokter keluarga juga harus
memperhatikan aspek keluarganya. Apakah dengan pasien diisolasi maka ekonomi sosial
keluarganya menjadi kacau karena tidak ada yang bekerja mencari uang, dsb

• Community oriented : Dokter keluarga harus bisa mengidentifikasi komunitas mana yang
berperan pada pasien covid yang ditangani. Bila didapatkan dari teman sepergaulannya
maka sasar kelompok tersebut untuk diberi edukasi mengenai bahaya covid.

Anda mungkin juga menyukai