Anda di halaman 1dari 10

Seorang anak perempuan, umur 15 tahun, datang berobat dengan keluhan utama ruam

kemerahan di kedua pipi yang melewati batang hidung tanpa melewati lekuk nasolabialis dan
tidak terasa gatal. Ruam kemerahan akan bertambah hebat bila terpapar sinar matahari. Lima
belas hari sebelum timbul ruam kemerahan, penderita mengeluh panas badan yang dirasakan
siang sama dengan malam. Penderita juga mengeluhkan badan terasa lemah, rambut mudah
rontok sehingga kepala terlihat pitak di beberapa tempat, timbul sariawan di langit-langit mulut
yang tidak terasa nyeri serta mata terlihat sembab setiap bangun tidur pagi yang menghilang
setelah beraktifitas
kedua kaki bengkak selama kurang lebih 3 minggu dikarenakan edema.
TB anak tsb 160 cm, BB saat ini 54 kg, BB sebelum edema 50 kg
Hasil penilaian yang ditemukan pada keadaan tersebut adalah:
Kesadaran composmentis; tekanan darah 130/90 mmHg; suhu 38,20C; malar rash (+); alopecia
(+); ulkus tanpa nyeri di palatum durum (+)
Pemeriksaan darah tepi lengkap :
 Hb 10,5 mg/.dl,
 Ht 32,2 mg/dl
 TIBC 230 mg/dl
 MCV 85 cu/μm
 MCH 32 pg
 Albumin 1,7 g/dl
 Leukosit 4500 /mmᶾ
 Thrombosit 90000 mmᶾ
 Kolesterol 556 mg/dl, LDL 390 mg/dl, dan Trigliserida 257 mg/dl
Tes ANA (+); anti ds-DNA (+); pemeriksaan urine terdapat proteinuria +++,;
ureum dan kreatinin serum dalam batas normal;
Foto toraks , dan elektrokardiografi dalam batas normal

DATA RIWAYAT Makanan Pokok Nasi 3x/hari @100 gr


MAKAMAKAN
Lauk hewani Naget 1x/hari, ayam 2x/hari (3 x per minggu),
d.sapi 1x/mgg, cumi-cumi, udang, ikan
2x/hari(2 x per minggu) @50 gr (1 ptg)

Lauk nabati Tahu dan tempe goreng 3x/hari @25 gr (1 ptg)

Sayur Kangkung, sop, wortel, kacang-kacangan, sawi


putih dan semua jenis sayur. Setiap kali makan
ada sayur. @ 50 gr

Buah Pisang,jeruk, pepaya 3x/ minggu, jus apel, jus


melon, jus alpukat 1x/hari. @150 gr

Snack Bakso, cilok, chitato, dll.

Minuman Pop ice, soft drink yang bersoda.

Dan hasil recall 24 jam terakhir terhadap pasien; energi: 1663 Kkal, protein: 55 gr, KH: 237 gr,
dan lemak: 55 gr.
Tidak ada alergi makanan pada pasien
Riwayat penyakit keluarga.
 Ibu menderita hipertensi
 Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti pasien
 Pekerjaan ayah : PNS , Pendidikan : lulus Sarjana
 Pekerjaan ibu : karyawan swasta, Pendidikan : lulus sarjana.

Diagnosa medis : LES, Nefritis lupus

PENYELESAIAN KASUS :
1. Buat teori kasus konstipasi (Pengertian, patofisilogi, etiologi, tanda dan gejala, dst..)
2. Identifikasi dan kelompokan data yang ada sesuai dengan kategori data pengkajian gizi
3. Tetapkan masalah gizi dan buat statemen/pernyataan diagnosa gizi yang tepat
berdasarkan masalah tersebut
4. Tentukan intervensi gizinya secara lengkap (termasuk konseling gizi)
5. Susun rancangan diet dan menu sehari
6. Identifikasi dan kelompokan data yang akan dimonitor dan tetapkan indikator
evaluasinya
A. Pengertian Nefritis Lupus
Lupus Nefritis adalah peradangan pada ginjal yang terjadi akibat pengaruh penyakit systemic
lupus erythematosus (SLE) atau lebih dikenal dengan nama lupus. SLE merupakan penyakit
autoimun yang ditandai dengan adanya inflamasi atau peradangan yang tersebar pada
berbagai organ manusia. Dikatakan penyakit autoimun karena sistem kekebalan tubuh
menyerang jaringan-jaringan yang sehat. Nefritik lupus adalah komplikasi ginjal dari penyakit
SLE. Nefritis lupus terjadi karena daya tahan tubuh atau imun tubuh yang seharusnya
memerangi kuman, justru menyerang sel dan jaringan yang sehat di ginjal, sehingga terjadi
kerusakan pada organ ginjal. Pada tahap awal, nefritis lupus akan menyebabkan kemampuan
penyaringan (filtrasi) ginjal menurun. Akibatnya protein akan dikeluarkan melalui air seni
dalam jumlah banyak. Kondisi ini akan mengakibatkan tubuh kekurangan protein dan memicu
pembengkakan pada kaki, lengan maupun wajah
B. Etiologi Dan Patofisiologi
Etiologi dan pathogenesis SLE masih belum diketahui dengan jelas. Meskipun demikian
terdapat banyak bukti yang mencakup pengaruh faktor genetik, lingkungan dan hormonal
terhadap respon imun.Kerusakan jaringan disebabkan oleh autoantibodi komplek imun dan
limfosit T. Seperti halnya penyakit autoimun yang lain, suseptibilitas SLE tergantung oleh
gen yang multiple. Interaksi antara faktor lingkungan, genetik dan hormonal yang saling
terkait akan menimbulkan abnormalitas respon imun pada tubuh penderita SLE. Beberapa
faktor pencetus yang dilaporkan menyebabkan kambuhnya SEL adalah stress fisik maupun
mental, infeksi, paparan ultraviolet dan obat-obatan (procainamine, hidralasin, quidine dan
sulfasalasine). Faktor lingkungan memegang peranan penting, melakukan interaksi dengan sel
yang suseptibel sehingga akan menghasilkan respon imun yang abnormal dengan segala
akibatnya. Faktor genetik mempunyai peran penting, di mana 10-20 % pasien penderita
mempunyai kerabat penderita SLE.
Gen yang berperan terutama gen yang mengkode unsur-unsur sistem imun. Kaitan dengan
dengan haplotip MHC tertentu terutama HLA-DR2 dan HLA-DR3 serta dengan komponen
komplemen yang berperan pada fase awal reaksi ikat komplemen telah terbukti. Gen-gen lain
yang berperan adalah gen yang mengkode reseptor sel T, immunoglobulin dan sitokin,
ditemukan bahwa hormon prolaktin dapat merangsang respon imun. Pada SLE, cirinya adalah
adanya gangguan sistem imun pada sel T dan sel B serta pada interaksi antara kedua sel
tersebut, hal ini akan menimbulkan aktifasi sistem neuroendokrin. Di dalam tubuh sebenarnya
terdapat kelompok limfosit B yang memproduksi autoantibodi maupun sel T yang bersifat
sitotoksik terhadap diri sendiri. Populasi sel yang autoreaktif ini diatur dan dikendalikan oleh
sel limfosit T supresor. Kegagalan mekanisme kendali mengakibatkan terbentuknya
autoantibodi yang kemudian membentuk kompleks imun atau berkaitan dengan jaringan. Sel
T sitotoksik dapat menyerang sel tubuh secara langsung, sambil mengeluarkan mediator yang
mengakibatkan reaksi peradangan. Antibodi dan komplemen yang melapisi sel tersebut
mengakibatkan perusakan sel oleh sel fagosit dan sel Killer.

C. Tanda Dan Gejala


 Kenaikan berat badan yang berhubungan dengan bengkak (edema) akibat
ketidakmampuan ginjal untuk membuang cairan tubuh
 Tekanan darah tinggi
 Air seni bercampur darah sehingga berwarna pink atau coklat tua
 Air seni berbusa karena adanya protein
 Buang air kecil berulang pada malam hari
 Sakit kepala dan pusing
 Mual muntah
 Sesak napas
Selain itu, jika lupus sedang dalam fase aktif dapat ditemukan gejala lupus seperti:
 Lemah, lemas
 Demam
 Ruam kulit, terutama di daerah yang terpapar sinar matahari
 Sariawan
 Nyeri sendi
 Rambut rontok
 Nyeri dada berulang
D. Pemeriksaan Terkait Penyakit (Biokimia, Fisik Klinis, Dll)
Pertama-tama, diagnosis lupus perlu ditegakkan yaitu dengan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan ditujukkan untuk menemukan adanya antibodi double-stranded DNA (dsDNA),
yaitu antibodi yang terdapat pada penderita lupusSelanjutnya, untuk memeriksa adanya
keterlibatan ginjal akibat penyakit lupus, dapat dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:
 Pemeriksaan darah: untuk menilai fungsi ginjal yaitu dengan melihat kadar zat hasil
metabolisme dalam darah. Jika zat-zat tersebut (contoh: kreatinin, ureum) kadarnya
tinggi dalam darah, berarti ginjal gagal untuk membuang zat tersebut, sehingga dapat
disimpulkan kemungkinan adanya penurunan fungsi ginjal.
 Pemeriksaan urine: biasanya untuk melihat adanya darah dan protein dalam urin, yang
normalnya tidak ikut tersaring ke dalam urin. Jika positif terdapat darah dan protein,
artinya terdapat penurunan fungsi ginjal.
 Pemeriksaan bersihan iothalamate: zat radioaktif iothalamate disuntikan ke darah dan
dilihat waktu sampai zat tersebut dibuang di urine. Tes ini adalah yang paling akurat
untuk menentukan laju filtrasi ginjal
 USG: untuk melihat gambaran bentuk dan ukuran ginjal
 Biopsi: semua pasien dengan gejala dan hasil pemeriksaan laboratorium yang
menunjukkan lupus nefritis harus menjalani biopsi. Biopsi bertujuan untuk
menentukan klasifikasi derajat lupus nefritis. 
E. Pengobatan (Farmakologi Dan Atau Non Farmakologi)
Terapi lupus nefritis sangat penting karena dapat memperbaiki fungsi ginjal dan mencegah
kerusakan ginjal lebih lanjut. Pengobatan berbeda-beda tergantung dari klasifikasi lupus
nefritis yang diderita.Biasanya, terapi yang umum adalah:
 Kortikosteroid (umumnya prednison) dan obat penekan sistem imun lain seperti
mikofenolat, rituximab, azathioprine, mofetil, siklofosfamid. Obat-obatan ini
berfungsi untuk mengurangi kerusakan ginjal akibat sistem imun
 Obat anti hipertensi: untuk mengontrol tekanan darah. Tekanan darah yang tinggi yang
tidak terkontrol dapat menyumbang kerusakan ginjal. Selain untuk tekanan darah, obat
anti hipertensi juga dapat mengurangi protein yang terbuang bersama urin.
 Diuretik: untuk membuang kelebihan cairan tubuh sehingga bengkak berkurang.
Selain itu, obat ini juga dapat menurunkan tekanan darah yang disebabkan oleh
penumpukan cairan dalam tubuh.
 Pengaturan pola makan: dengan mengurangi konsumsi garam dan protein sehingga
tidak memperberat kerja ginjal
Jika obat-obatan tidak memberikan hasil atau telah terjadi gagal ginjal, maka terapi yang
digunakan adalah:
 Cuci darah atau hemodialisis: untuk menggantikan kerja ginjal membuang sisa-
sisa metabolisme dalam darah
 Transplantasi ginjal. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa ginjal yang baru
juga akan diserang oleh sistem imun.
Jika tidak ditangani, lupus nefritis dapat berujung pada kerusakan ginjal permanen yaitu
penyakit ginjal kronis. Pada tingkat lebih lanjut, penyakit ginjal kronis dapat berkembang
menjadi gagal ginjal dimana sudah terjadi gangguan fungsi ginjal yang berat.
F. Tujuan, Syarat Dan Prinsip Diet
 Tujuan
Tujuan pemberian diet :
 mempertahankan dan memperbaiki status gizi karena kondisi gizi kurang maupun
overweight berpengaruh terhadap imunitas tubuh
 Meningkatkan prognosis penyakit kekebalan tubuh
 membantu mencegah infeksi dan perkembangan penyakit kardiovaskular
 Mendapatkan kesehatan yang optimal dan meningkatkan kualitas hidup

Syarat dan Prinsip


 Pola menu seimbang cukup sayuran dan buah. Energi diberikan sesuai kebutuhan,
 pada pasien dengan overweight dan obesitas dianjurkan mengurangi asupan
energi 500 – 1000 kkal per hari untuk menurunkan BB, dengan pemberian energi
tidak boleh kurang dari 1000 – 1200 kkal untuk perempuan dan 1200 – 1400 kkal
untuk laki2.
 Protein diberikan sesuai kebutuhan (0,8 – 1 g /kgBB/hari). Gangguan fs ginjal
seringkali terjadi pada SLE (Nefritis Lupus), pda kondisi ini kebutuhan protein
disesuaikan dengan kondisi ginjal
 Lemak sedang (< 30%): dianjurkan mengkonsumsi MUFA dan PUFA karena
mengandung anti inflamasi dan melindungi fungsi kardiovaskuler, menghindari
lemak jenuh, omega 6 dan lemak trans
 Serat : 38 gram untuk laki2 dan 25 gram untuk perempuan • Perlu cukup
mengkonsumsi Vit. D, Ca dan Se

G. Bahan Makanan Yang Dianjurkan Dan Tidak Dianjurkan


Bahan Makanan Yang Dianjurkan Bahan Makanan Yang Tidak Dianjurkan

a. Ikan a. Bawang putih


b. Walnuts and flaxseed b. Alfalfa sprouts
c. Buah dan sayur c. Processed food, high in saturated
d. Whole grain, omega-3s fat, high-fat meats
e. healthful fats,
I. Proses Asuhan Gizi Terstandar

A. Pengkajian Gizi
1. Identitas Pasien
Nama : An
Usia : 15 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Diagnosa Medis : LES, Nefritis Lupus
2. Antropometri
BB saat ini : 54 kg
TB : 160 cm
BB ideal : (TB - 100) - 10% = (160 - 100) - 10% = 54 kg
IMT : 21.93 kg/m2
Penilaian : BB aktual Os sama dengan BB ideal pada tinggi badan 160 cm,status gizi Os
dikategori Normal (menurut depkes, 2014).
3. Fisik Klinis
Keluhan Utama: Ruam kemerahan di kedua pipi yang melewati batang hidung tanpa
melewati lekuk nasolabialis dan tidak terasa gatal. Ruam kemerahan akan bertambah
hebat bila terpapar sinar matahari. Lima belas hari sebelum timbul ruam kemerahan,
penderita mengeluh panas badan yang dirasakan siang sama dengan malam. Penderita
juga mengeluhkan badan terasa lemah, rambut mudah rontok sehingga kepala terlihat
pitak di beberapa tempat, timbul sariawan di langit-langit mulut yang tidak terasa nyeri
serta mata terlihat sembab setiap bangun tidur pagi yang menghilang setelah beraktifitas
kedua kaki bengkak selama kurang lebih 3 minggu dikarenakan edema
Kesadaran : Composmentis
Foto Torax : Normal
EKG : Normal
4. Biokimia
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
HB 10,5 mg/.dl, 12-14 mg/.dl,

HT 32,2 mg/dl 40 -50 mg/dl

TIBC 230 mg/dl 300 – 360 mg/dl

MCV 85 cu/μm 80-96 cu/μm


MCH 32 pg 21-31 pg
ALBUMIN 1.7 g/dl 3.7 – 5.2 g/dl
LEUKOSIT 4500 /mmᶾ 5.000 – 10.000 /mmᶾ
TROMBOSIT 90.000 /mmᶾ 150.000- 400.000 /mmᶾ
KOLESTEROL 556 mg/dl 150- 200 mg/dl
LDL 390 mg/dl 100 – 129 mg/dl
TRIGLISERIDA 257 mg/dl 120 – 190 mg/dl
ANA + -
PROTEINURIA + -

Penilaian : dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil bahwa HB, HT, albumin,
Leukosit, Trombosit. Dalam keadaan dibawah normal. Sedangkan MCH, Kolesterol,
LDL dan Trigliserida dalam keadaan diatas normal. Untuk nilai ANA dan proteinuria
dalam keadaan positif.
5. Riwayat Gizi
Makanan Pokok Nasi 3x/hari @100 gr

Lauk hewani Naget 1x/hari, ayam 2x/hari (3 x per minggu),


d.sapi 1x/mgg, cumi-cumi, udang, ikan
2x/hari(2 x per minggu) @50 gr (1 ptg)

Lauk nabati Tahu dan tempe goreng 3x/hari @25 gr (1 ptg)

Sayur Kangkung, sop, wortel, kacang-kacangan, sawi


putih dan semua jenis sayur. Setiap kali makan
ada sayur. @ 50 gr

Buah Pisang,jeruk, pepaya 3x/ minggu, jus apel, jus


melon, jus alpukat 1x/hari. @150 gr

Snack Bakso, cilok, chitato, dll.

Minuman Pop ice, soft drink yang bersoda.

Penilaian : Dari hasil Riwayat gizi dapat dilihat bahwa OS masih sering
mengkonsumsi miuman manis dan bersoda
6. Riwayat Personal
 Ibu menderita hipertensi
 Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti pasien
 Pekerjaan ayah : PNS , Pendidikan : lulus Sarjana
 Pekerjaan ibu : karyawan swasta, Pendidikan : lulus sarjana
7. Riwayat Recall 24 jam
Energi 1663
Protein 55
Lemak 55
KH 237
-

Anda mungkin juga menyukai