DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS JEKULO
Jl. Raya Kudus-Pati No. 24. Klaling, Jekulo, Kudus
Telp. (0291) 4246117, 4246118
Email: puskesmasjekulo@gmail.com
A. PENDAHULUAN
Di Indonesia terdapat lebih dari 50 juta orang membelanjakan uangnya secara rutin
untuk membeli rokok. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa kebiasaan
merokok akan menurunkan kemampuan ekonomi keluarga miskin yang banyak
terdapat di negara berkembang. Upaya sosialisasi anti rokok sudah di lancarkan
berbagai pihak, seperti pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), berbagai
badan pada perserikatan bangsa-bangsa (PBB) dan bahkan sudah ada hari anti rokok
sedunia. Namun kenyataannya perilaku merokok masih marak, bahkan kini remaja pun
semakin banyak merokok. Bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara
lain di dunia seperti Cina dan semua negara Eropa.
B. LATAR BELAKANG
Berdasarkan riset Atlas Tobbaco, Indonesia menduduki ranking tiga negara dengan
jumlah perokok tertinggi di dunia. Jumlah perokok di Indonesia tahun 2016 mencapai
90 juta jiwa. Indonesia menempati urutan tertinggi prevalensi merokok bagi laki-laki di
ASEAN yakni sebesar 67,4 persen. Kenyataan itu diperparah semakin muda usia
perokok di Indonesia. Data Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak
menunjukkan, jumlah perokok anak di bawah umur 10 tahun di Indonesia mencapai
239.000 orang. Menurut Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehat Lingkungan
(P2PL) Kemenkes RI, Tjandra (2014). Di setiap ruang, di tempat umum lebih tepatnya
dengan tidak segan- segan para perokok melancarkan aksinya, tanpa memikirkan efek
dari kepulan asap yang mereka buat. Fakta menunjukan 24% dari pelajar sekolah
menegah pertama mengaku merokok, teratur atau kadangkadang, dan hampir
semuanya mengetahui bahwa rokok itu tidak baik bagi kesehatan tubuh. Pada bulan
Mei 2017 yang lalu, bersumber dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi, tercatat bahwa ada sebanyak 729 ribu
penduduk Jambi berumur 5 tahun ke atas yang menghisap rokok, atau sekitar 23
persen dari total penduduk. Jika kita lihat statistik wilayahnya, maka tingkat konsumsi
rokok penduduk pedesaan lebih tinggi dari penduduk perkotaan. Masyarakat pedesaan
yang menghisap rokok sebesar 24 persen, sedangkan masyarakat perkotaan sebesar
21 persen. Secara rata-rata, jumlah batang rokok yang dihisap perminggu oleh para
perokok sekitar 113 batang, atau 16 batang per hari. Sulit untuk dipungkiri, angka ini
tentunya relatif masih sangat tinggi.
Visi Puskesmas Jekulo adalah Membangun masyarakat bergotong royong untuk
meningkatkan Jekulo sehat mandiri.Misi Pembangunan Kesehatan oleh Puskesmas
Jekulo adalah mendukung tercapainya Misi Pembangunan Kesehatan
Nasional.Menggerakkan Pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerja.Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerja.Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat serta meningkatkan efisiensi
pengolalaan dana sehinggga dapat terjangkau masyarakat.Memelihara dan
meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat dan lingkungannya.
Tata nilai puskesmas jekulo adalah “KOMPAK” yang artinya :
KOM = KOMitmen, melakukan kegiatan sesuai komitmen
P = Profesional, pelaksana yang melakukan sesuai dengan
kegiatan
A = Aktif, kegiatan berlangsung aktif ada Tanya jawab, diskusi
K = Kreatif, kegiatan dilakukan dengan perbaikan, inovasi tidak
membosankan
Semua kegiatan di Upaya Kesehatan Masyarakat harus sejalan dengan visi, misi dan
tata nilai Puskesmas.
C. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya rokok di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Jekulo.
b. Tujuan Khusus
a) Menurunkan angka perokok remaja di sekolah-sekolah serta masyarakat
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jekulo
b) Meningkatkan kualitas kesehatan dengan terciptanya udara yang bersih,
sehat dan bebas asap rokok di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jekulo
F. SASARAN
Sasaran minimal 64 Kader.
Keterlibatan sasaran dari Lintas Program dan Lintas Sektor terkait