Anda di halaman 1dari 26

MATERI UTAMA PEMBELAJARAN

BAB I
PERATURAN DAN PERUNDANGAN K2

Sebelum mulai bekerja, maka mari kita perhatikan faktor keamanan masing –
masing agar pekerja dapat bekerja dengan nyaman dan tenang. Pemerintah telah
menjamin keselamatan kerja seluruh pegawai sesuai dengan ketentuan yang
telah berlaku

1.1 Pemakaian Dan Identifikasi Kebutuhan Alat Pelindung Diri


1.1.1 Undang-undang No.1 Tahun 1970
Pasal-pasal yang berhubungan dangan Alat Pelindung Diri (APD)
1. Pasal 3 ayat (1) butir f : Dengan peraturan perundangan ditetapkan
syarat - syarat k3 untuk memberikan APD
2. Pasal 9 ayat (1) butir c : Pengurus diwajibkan menunjukkan dan
menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang APD .
3. Pasal 12 butir b : Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan
atau hak tenaga kerja untuk memakai APD .
4. Pasal 12 butir e : pekerja menyatakan keberatan kerja bila meragukan
APD yang diberikan .
5. Pasal 13 : pekerja wajib menggunakan apd yang diwajibkan
6. Pasal 14 butir c : Pengurus diwajibkan menyediakan APD yg diwajibkan
secara cuma-Cuma
7. Konvensi ILO No. 120 (UU No. 3 Tahun 1969 ) tentang Higiene dalam
perniagaan dan kantor-kantor : Perlindungan pekerja dari bahan, proses,
dan teknik berbahaya dan penyediaan APD. ( pasal 17)

1
MATERI UTAMA PEMBELAJARAN

8. Permenakertrans No.Per-01 / MEN / 1981 Pasal 4 ayat (3) menyebutkan


kewajiban pengurus menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi
tenaga kerja untuk menggunakannya untuk pencegahan PAK .
9. Permenakertrans No.Per.03 / Men / 1982 Pasal 2 butir I : memberikan
nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan
APD yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan ditempat
kerja.

1.1.2 Alat Pelindung Diri (APD)


Suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang
yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di
tempat kerja. Berdasarkan Pasal 2 ayat 1. Pengusaha wajib menyediakan APD
bagi pekerja/buruh di tempat kerja. bagi tenaga kerja & setiap orang lain yang
memasuki tempat kerja, jumlah yang cukup dan sesuai dengan jenis potensi
bahaya.
Dan Berdasarkan ayat 3. APD wajib diberikan oleh pengusaha secara
cuma-Cuma, pada pekerja yang baru ditempatkan. APD harus sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku. Pembuat dan
distributor alat pelindung diri wajib bertanggung jawab atas kualitas, keamanan
dan keselamatan alat pelindung diri yang dibuat dan diedarkan. Stándar lain yang
berlaku : ANSI, JIS, AS/NZS dll.
Cakupan APD yaitu :
1. Alat pelindung kepala;
2. Alat pelindung mata dan muka;
3. Alat pelindung pernapasan;
4. Alat pelindung telinga;
5. Alat pelindung tangan;

2
MATERI UTAMA PEMBELAJARAN

6. Alat pelindung kaki;


7. Pakaian pelindung;
8. Alat pelindung jatuh perorangan;
9. Pelampung.

Gambar I.1 : Alat Pelindung Diri

1.1.3 Penggunaan APD


a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas,
peralatan atau instalasi yang berbahaya yang dapat menimbulkan
kecelakaan, kebakaran atau peledakan;
b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau
disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar,
korosif, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi atau bersuhu
rendah;
c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan

3
MATERI UTAMA PEMBELAJARAN

perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau di


mana dilakukan pekerjaan persiapan;
d. dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan
hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan
dan lapangan kesehatan;
e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan batu-batuan, gas, minyak,
panas bumi, atau mineral lainnya, baik di permukaan, di dalam bumi
maupun di dasar perairan;
f. dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan,
melalui terowongan, di permukaan air, dalam air maupun di udara;
g. dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok,
stasiun, bandar udara dan gudang;
h. dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam
air;
i. dilakukan pekerjaan pada ketinggian di atas permukaan tanah atau
perairan;
j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau
rendah;
k. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah,
kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut
atau terpelanting;
l. dilakukan pekerjaan dalam ruang terbatas tangki, sumur atau lubang;
m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran;
n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;
o. dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan telekomunikasi radio,
radar, televisi, atau telepon;

4
MATERI UTAMA PEMBELAJARAN

p. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset


yang menggunakan alat teknis;
q. dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau
disalurkan listrik, gas, minyak atau air; dan
r. diselenggarakan rekreasi yang memakai peralatan, instalasi listrik atau
mekanik.

1.2 Penggunaan peralatan pemadam kebakaran


1.2.1 Sistem Proteksi Kebakaran
Ada 2 jenis system proteksi kebakaran yaitu system pasif dan aktif. Yang
dimaksud dengan sistem proteksi pasif yaitu suatu teknik desain tempat kerja
untuk membatasi atau menghambat penyebaran api, panas dan gas baik secara
vertikal maupun horizontal dengan mengatur jarak antara bangunan, memasang
dinding pembatas yang tahan api, menutup setiap bukaan dengan media yang
tahan api atau dengan mekanisme tertentu.
System proteksi aktif yaitu penerapan suatu desain sistem atau instalasi
deteksi, alarm dan pemadan kebakaran pada suatu bagunan tempat kerja yang
sesuai dan handal sehingga pada bangunan tempat kerja tersebut mandiri dalam
hal sarana untuk menghadapi bahaya kebakaran.
Contoh system proteksi kebakaran Pasif :
a. Jalur Evakuasi
b. Kompartemen
c. Smoke Control
d. Bahan Tahan Api
Contoh system proteksi kebakaran Aktif :
a. Detektor (Panas, asap, nyala api)
b. Alarm (Audibel, Visibel)

5
MATERI UTAMA PEMBELAJARAN

c. APAR
d. Springkler
e. Hydran

1.2.2 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)


Berdasarkan peraturan Menaker No. Per-04/Men/1980 Alat Pemadam Api ringan
Yaitu alat pemadam Kebakaran yang dapat dioperasikan satu orang, untuk
pemadaman mula kebakaran dengan volume api kecil. APAR didisign dapat
mudah diambil dan diliahat dan setiap orang dapat mengoperasikan dengan
mudah dan tidak membahayakan pemakainya.
Jenis media pemadam ada 2 Jenis yaitu Jenis basah dan kering. Masing-masing
memiliki fungsinya digunkan untuk pemadaman alat tertentu.
Jenis basah contohnya : media Air dan media busa, untuk jenis kering contohnya
dry powder dan CO2.
a. APAR Basah :
1. APAR air yaitu bahan utama yang digunakan adalah air.
2. APAR Busa bahan yang digunakan tepung tunggal dan dual tepung.
Tepung tunggal bisanya dicampur dengan air, sedangkan dengan dual
tepung terdiri dari almunium sulfatdan natrium karbonat.
b. APAR Kering :
Digunakan untuk memadamkan kebaran bahan cair, gas dan listrik dengan
berbahan sodium bikarbonat, potassium bikarbonat. Untuk kebakaran kelas A, B
dan C digunakan Amonium phospat atau kalium sulfat.
Jenis Halon termasuk kedalam APAR kering yang terdiri dari ikatan metan
dan Halogen. Dan satu lagi untuk APAR Kering yaitu CO2. Digunakan untuk
memadamkan listrik bertegangan karena lebih murah dan bersih.

6
MATERI UTAMA PEMBELAJARAN

Prinsip penggunaan APAR yaitu tidak boleh melawan angina. Berikut table
prinsip penggunaan APAR :
z

Tabel I.1 : Prinsip Penggunaan APAR


Setiap jenis media pemadam masing-masing memiliki keunggulan dan
kekurangan, bahkan dapat membahayakan bagi petugas atau justru
memperbesar api maka harus diperhatikan jenis media APAR dan disesuaikan
denga aplikasinya. Berikut table jenis media pemadam kebakaran dan aplikasinya.

Tabel I.2 : Jenis Media APAR Dan Aplikasinya

7
MATERI UTAMA PEMBELAJARAN

1.2.3 Instalasi Alarm Kebakaran Otomatis


Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER-02/MEN/1983 merupakan dasar
hukum tentang instalasi alarm kebakaran otomatis. System kerja alarm kebakaran
otomatis seperti gambar di bawah ini:

Gambar I.2 : System Kerja Alarm Kebakaran Otomatis


Salah satu komponen penting dalam instalasi alarm kebakaran otomatis
yaitu detector. Detector berfungsi mengditeksi adanya kebakaran baik itu dari
asap, panas maupun nyala api kebakaran.

Gambar I.3 : Jenis-jenis Detektor

8
MATERI UTAMA PEMBELAJARAN

Instalasi alarm kebakaran otomatis bisa dibarengkan dengan pemadam


kebakaran otomatis total flooding system.

Gambar I.4 : Instalasi Pemadam Kebakaran Automatic Total Flooding System

1.2.4 Sistem Hydran


Sistem hydran merupakan system pemadam kebakaran dengan jaringan
instalasi pipa air yang dipasang secara permanen. Komponen system hydrant
terdiri dari persediaan air, system pompa, jaringan pipa, kopling outlet, slang dan
nozzle dan system control tekanan & aliran. Komponen system hidran :
a. Instalasi hidrant kebakaran ialah suatu sistem pemadam kebakaran tetap
yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui
pipa-pipa dan selang kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem persediaan
air, pompa, perpipaan, kopling outlet dan in let serta selang dan nozle.
b. Sistem instalasi hidrant kering ialah suatu sistem hydrant yang pipa-
pipanya tidak berisi air, dan akan berisi air manakala hidrant tersebut
digunakan.
c. Sistem instalasi hidrant basah ialah suatu sistem hidrant yang pipa-
pipanya selalu berisi air.

9
MATERI UTAMA PEMBELAJARAN

d. Hidrant gedung ialah hydrant yang terletak didalam suatu bangunan


gedung dan sistem serta peralatannya disediakan serta dipasang dalam
bangunan / gedung tersebut.
e. Hidrant halaman ialah hydrant yang terletak diluar bangunan, sedang
instalasi dan peralatannya disediakan serta dipasang dilingkungan
bangunan tersebut.
f. Hidrant pilar ialah bagian peralatan dari instalasi pipa hyirant yang terletak
diluar bangunan yang dapat dihubungkan dengan slang kebakaran.
g. Hidrant box ialah bagian peralatan dari sistem hydrant yang berisi kran
(valve), slang dan nozle.
h. Siamese connection / sambungan pemadam kebaka-ran / Fire Department
Connection ialah bagian peralatan dari instalasi pipa hydrant yang terletak
diluar bangunan dan digunakan untuk mensuply air dari mobil kebakaran
i. Nozle ialah suatu alat penyemprot yang terletak pada bagian ujung dari
selang yang digunakan untuk pengaturan pengeluaran air.
j. Selang hidrant ialah alat yang digunakan untuk mengalirkan air yang
bersifat flexible
k. Hose Reel ialah selang yang digunakan untuk mengalirkan air yang pada
bagian ujungnya selalu terpasang nozle secara tetap dihubungkan secara
permanen dengan sumber air bertekanan.
l. Pipa tegak ialah bagian pipa yang naik ke atas dari sistem pemipaan yang
menyalurkan pasokan air untuk sambungan selang dan springkler pada
sistem kombinasi tegak lurus dari lantai ke lantai.

10
MATERI UTAMA PEMBELAJARAN

Gambar I.5 : Komponen System Hydran


1.3 Sikap aman diri, aman kondisi dan aman peralatan.
1.3.1 Manajemen Risiko
Terdapat sumber bahaya dari bahan, proses, alat atau lingkungan kerja
yang sulit untuk dihilangkan di tempat kerja. Untuk menentukan tindakan
pengendalian resiko yang sesuai dengan sumber daya yang ada, Menilai
efektifitas tindakan pengendalian resiko yang telah dilakukan maka karena itu kita
harus memanage resiko.

Gambar I.6 : Unsur-unsur Manajemen Resiko

11
MATERI UTAMA PEMBELAJARAN

Dalam manajemen Resiko ada 2 yang harus diperhatikan yaitu. Bahaya


dan Resiko. Bahaya sesuatu sumber yang berpotensi menimbulkan cidera atau
kerugian baik itu manusia, proses, property dan lingkungan. Sedangkan Resiko
adalah kombinasi antara kemungkinan tingkat frekuensi dan konsekuensi ketika
terdapat kejadian bahaya.
Berikut adalah tipe-tipe bahaya:
1. Pabrik dan peralatan
2. Listrik
3. Kimia
4. Penanganan manual
5. Occupational overuse syndrome (RSI)
6. Biologi
7. Fisik
8. Kebisingan
9. Lingkungan kerja
Resiko yaitu kemungkinan terjadinya cederaatau sakit karena adanya
penampakan suatu bahaya, faktor-faktor yang harus diperhitungkan dalam
penilaian Resiko yaitu :
a. Severity/keparahan
b. Frekuensi/peluang
c. Itensitas
d. Waktu
Agar tujuan penilaian resiko menentukan prioritas dalam pengendalian resiko.
Jika suatu bahaya telah dinilai, pilihan pengendalian untuk menghilangkan atau
mengurangi resiko kemunculan bahaya harus dipertimbangkan.
Tahapan Manajemen Risiko dapat dilihat pada gambar flow chart berikut:

12
MATERI UTAMA PEMBELAJARAN

Gambar I.7 : Tahapan Manajemen Resiko

Manajemen resiko harus didukung oleh manajemen perusahaan karena


manajemen terlibat dalam pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan
perusahaan secara keseluruhan baik itu sumber daya personel, keuangan dan
lainnya.

13
MATERI UTAMA PEMBELAJARAN

BAB II
DASAR TEORI DAN PRINSIP KERJA GLAND SEAL SYSTEM

II.1. Dasar Teori Gland Seal System

Sistem turbin uap pasti akan tersusun atas komponen utama berupa rotor (shaft,
sudu-sudu/blade), casing turbin sebagai stator, serta bearing yang dalam hal ini berfungsi
sebagai penopang putaran rotor terhadap stator. Diantara stator dan rotor ini pasti terdapat
celah. Adanya celah diantara casing (bagian yang diam) dan rotor (bagian yang berputar)
turbin menyebabkan terjadinya kebocoran uap keluar atau udara luar masuk ke turbin.
Untuk mencegah kebocoran pada celah tersebut dipasang perapat. Gland seal system
adalah sebuah sistem perapat pada turbin yang media perapatnya menggunakan uap
(steam). Sistem perapat tersebut menggunakan sistem labirin (sirip-sirip) pada casing
maupun rotor secara berderet. Tetapi perapat yang hanya menggunakan labirin masih
memungkinkan terjadinya kebocoran.

Gambar II.1. Siklus Uap Gland Seal System PLTU Kalbar 1

Gland Seal System PLTU Kalbar 1 OMU di gunakan untuk perapat poros HP, IP dan
LP turbin, sedangkan supply steam dapat diambil dari beberapa sumber, antara lain :

14
MATERI UTAMA PEMBELAJARAN

a. Auxiliary steam.
b. Cold Reheat
c. Dari bocoran (leakage) steam turbine itu sendiri jika beban sudah > 90%.
Pada operasi yang terus menerus Gland steam supply yang utama diambil dari Aux Steam
karena tekanan Aux Steam relatif lebih rendah dibanding dari Cold Rehet

II.2. Spesifikasi peralatan utama

Tabel II.1. Spesifikasi peralatan utama gland seal system

Gland Steam Exhaust Fan


specification

15
MATERI UTAMA PEMBELAJARAN

16
MATERI UTAMA PEMBELAJARAN

II.3. Prinsip kerja Gland Seal System

Pada gland seal system terdapat dua sistem yaitu self sealing dan supply steam dari
auxiliary steam, cold reheat dan main steam. Berikut ini pengoperasian gland seal system:

 Self sealing atau supply dari bocoran (leakage) steam turbin, di fungsikan pada
beban ≥ 60 % (180 MW ).

 Supply Aux steam di fungsikan pada saat start up turbine, karena belum ada suplly
steam dari unit tsb.

 Supply dari cold reheat steam di fungsikan saat produksi steam cold reheat sudah
mencukupi, (pada beban 30 %).

II.4. Peralatan utama Gland Seal System

 Labyrinth seal
Merupakan sistem seal menggunakan bentuk labirin. Komponen ini menjadi tempat
bertemunya fluida kerja uap air di dalam turbin dengan udara bebas dari atmosfer.
Lintasan seal ini yang berbelok-belok akan menurunkan tekanan uap air dari dalam
turbin maupun udara dari luar sampai nilai tekanan keduanya sama. Di tengah-
tengah labirin terdapat lubang sebagai saluran buangan campuran uap air dan udara

17
MATERI UTAMA PEMBELAJARAN

tadi. Selain terdapat saluran buang, di dalam labirin sisi yang lebih dekat dengan
turbin terdapat lubang untuk supply uap air yang dibutuhkan pada saat fluida kerja
uap air utama belum masuk ke dalam turbin uap.

Gambar II.2. Labyrinth Seal Pada Turbin Uap Sisi High Pressure

Gambar II.3. Labyrinth Seal Pada Turbin Uap Sisi Low Pressure

Turbin uap yang menggunakan fluida kerja uap air dengan tekanan dan
temperatur yang paling tinggi disebut dengan turbin High Pressure(HP). Sedangkan
18
MATERI UTAMA PEMBELAJARAN

yang menggunakan fluida kerja uap air bertekanan dan temperatur lebih rendah
disebut turbin Low Pressure (LP). Labyrinth seal pada turbin HP selain memiliki
lubang saluran untuk masuknya uap air sealing serta lubang saluran untuk
membuang campuran antara uap air seal dengan udara, juga terdapat lubang
saluran bernama leak off yang berfungsi untuk membuang kelebihan tekanan uap air
seal. Pada saat turbin normal beroperasi, uap air seal pada turbin HP didapatkan dari
fluida kerja turbin yang bertekanan tinggi. Untuk menjaga agar tekanan uap air seal
selalu stabil pada nilai tertentu maka sebagian uap air seal akan dibuang melalui
saluran leak off.

Pada labyrinth seal turbin LP, karena tekanan uap air di dalam turbin sudah
lebih vakum daripada tekanan udara luar, maka dibutuhkan supply uap air tambahan
untuk sistem seal dari uap air buangan sistem leak off turbin HP

 Gland steam Condensor


Gland Steam Condensor merupakan alat penukar kalor yang berfungsi untuk
mendinginkan uap dari sistem perapat poros turbin. Uap tersebut didinginkan
dengan menggunakan air dari sistem air kondensat sehingga temperatur air
kondensat naik sedang uapnya terkondensasi. Air kondensasi tersebut kemudian
dialirkan ke kondensor utama, sedangkan gas-gas yang tidak terkondensasi dibuang
ke atmosfir dengan exhaust fan.
 Gland condensor exhaust fan
Peralatan yang berfungsi membuat dan mempertahankan vacuum Gland steam
condensor.

 Motor valve Supply steam

19
MATERI UTAMA PEMBELAJARAN

Valve yang berfunsi untuk mensuply steam perapat ke Gland steam system.
 Control Valve
Valve yang berfungsi mengatur dan mempertahankan tekanan uap perapat sesuai
tekanan kerjanya, ( 0,136 Mpa ).

 Spill over control valve


Valve yang berfungsi membuang tekanan lebih pada header.

 By pass motor valve controller


Peralatan yang berfungsi membypass supply uap perapat bila control valve tidak
erfungsi (abnormal).
 Filter
Berfungsi memfilter kotoran yang terbawa dalam uap perapat.

20
MATERI UTAMA PEMBELAJARAN

 Motor valve dan Control valve spray water,


Valve ini berfungsi mempertahankan temperatur uap perapat sesuai temperatur
kerjanya, (≥ 150℃ ~ 260℃).

BAB III
Pengoperasian Peralatan Gland Seal System

III.1. Prosedur Singkat pemeriksaan dan Pengoperasian


III.1.1. PERSIAPAN
1. Peralatan yang di perhatikan :
 Buka Isolate Valve Supply Steam
 Buka Isolate Valve Air Pendingin Gland Condensor, inlet dan outlet.
 Buka Isolate Valve Spray Gland Steam sisi LP Turbine
 Tutup Isolate Valve Drain Supply steam header
 ON (Remote) Breacker 380V MOV Supply steam
 ON (Remote) Breacker 380V MOV spray water
 ON (Remote) Breacker 380V Gland Steam Condensor Exhause fan
 Start Condensate Pump
 Buka isolate Valve spray water.

21
MATERI UTAMA PEMBELAJARAN

III.1.2. Warming Line (Header)


 Buka Isolate Valve Supply steam ±5 – 10%
 Buka Isolate Valve drain header
 Perhatikan drain sampai keluar steam ( tidak ada air kondensasinya)
 Tutup drain Valve bila sudah keluar uap tanpa air
 Isolate Valve steam supply di buka penuh
 Buka valve inlet dan outlet pendingin gland steam condenser

III.2. PENGOPERASIAN
1. Pengoperasian Gland steam Condensor
 Pilih (klik) Menu Gland steam system, pilih (klik) gland steam cond exh fan,
Aktifkan menu start, kemudian klik start (Gland steam cond.Exh fan running.
Perhatikan tekanan Gland Condensor, normal ).
2. Pengoperasian Gland steam Motor Valve (Supply dari Aux steam dan Main steam).
 Klik Gambar Motor valve pada yang ada di gland steam system, kemudian
aktifkan menu open hingga sekeliling menu berwarna merah, kemudian klik
open (tunggu sampai gambar MOV berhenti berkedip dan berganti warna
menjadi merah (full open).
3. Pengoperasian Control Valve Gland steam system dari Aux steam atau dari Main
steam
 Pilih (klik) gambar control valve, aktifkan menu tsb dan buka
perlahan – lahan, perhatikan tekanan header (normal), ± 0.123
Mpa, kemudian set Auto

Saat normal operasi pressure Gland steam 89 – 90 Kpa.

4. Pengoperasian Control Valve Gland steam dari bocoran turbine itu sendir (spill over)
 Pilih (klik) menu control valve spill over, aktifkan menu tersebut, atur
pembukaan control valve sesuai teknan normalnya (89 – 90 Kpa), setelah sesuai

22
MATERI UTAMA PEMBELAJARAN

posisikan auto (Setting tekanan 89 – 90 Kpa. Monitor pembukaan control valve,


(tidk terjadi hunting) / stabil.))
5. Pengoperasian Spray water Gland steam for LP Turbine
 Buka menu Gland steam system, pilih (klik) gambar Temperature control valve,
aktifkan menu tersebut, atur pembukaan control valve sesuai temperature
normalnya, lalu posisikan auto jika sudah stabil (Perhatikan pembukaan TCV
tidak hunting, begitupun temperaturnya tetap stabil sesuai temperature
settingnya, Temperatur normal LP turbine gland steam 120℃ - 170℃)
Catatan :

 Gland Steam di operasikan pada saat akan melakukan Vacuum up Condensor

Pengecekan rutin yang harus dilakukan operator lokal :

1. Check kebersihan area peralatan gland steam sistem dan aspek K2


2. Check dan yakinkan tidak ada kebocoran steam di line supply, motor
operation valve (shut off valve) dan pneumatic control valve.
3. Check dan yakinkan tidak ada kebocoran air di line supply water spray,
shut off motor valve dan pneumatic spray control valve.
4. Check kelainan suara/vibrasi pada gland condensor exhaust fan sisi body
fan, gear box dan motor dengan menggunakan vibrometer
5. Check temperature body gland steam seal condesor, exhaust fan sisi
motor dan fan,dengan menggunakan thermogun
6. Check/mencatat pada log sheet parameter operasi gland seal sistem.
7. Check pressure dan temperature condensate water inlet outlet gland
conensor dan level condensate gland seal ke hotwell.

23
MATERI UTAMA PEMBELAJARAN

BAB IV
LOTO, FLM DAN TROUBLESHOOTING
IV.1. LOTO
Merupakan singkatan dari Log Out Tag Out . LOG OUT adalah proses pengisolasian
suatu peralatan dari mekanisme energi pada dua sisi diantara peralatan tersebut agar tidak
dioperasikan. TAG OUT adalah pemberian tanda peringatan pada peralatan yang diisolasi,
kartu kuning menandakan peralatan hanya boleh dioperasikan untuk keadaan darurat
sedangkan kartu tag – out warna merah menunjkan bahwa peralatan tidak boleh
dioperasikan.

Prosedur pelaksanaan LOTO antara lain.


1. Teknisi bagian pemeliharaan harus mengajukan permohonan ijin untuk LOTO
dengan mengisi formulir tagging peralatan dan formulir peralatan yang diisolasi
dan diketahui oleh supervisor
2. Apabila formulir tagging peralatan telah disetujui maka operator akan segera
melakukan LOTO sesuai permintaan dengan melakukan rack out breaker close
ataupun open valve dan pemberian kartu tagging pada peralatan.
3. Bagian pemeliharaan dapat melaksanakan perbaikan apabila sudah dilakukan LOTO
dan boleh bekerja oleh bagian operasi.
4. Bagian pemeliharaan harus melaporkan penyelesaian pekerjaannya kepada
supervisor jika perbaikan telah selesai dengan mengisi release tagging.
5. Apabila penyelesaian pekerjaan telah disetukui maka operator dapat segera
melepeas LOTO dengan melakukan rack in dan pengambilan kartu tagging

24
MATERI UTAMA PEMBELAJARAN

6. Bagian operasi dan pemeliharaan bersama – sama melakukan tes peralatan yang
telah selesai diperbaiki, pengetesan peralatan bisa dilakukan dalam keadaan Unit
Online ataupun Unit Offline serta dapat dilakukan dalam kondisi Load ataupun No
Load
7. Peralatan yang sudah dalam kondisi rusak, dikumpulkan ditempat penampungan
material bekas yg telah ditentukan
IV.2. Troubleshooting peralatan
Permasalahan Analisa Solusi
Level air terlalu tinggi / Pengaturan pembukaan / Atur pembukaan valve
rendah penutupan valve tidak outlet Gland Steam
optimal Condensor menuju ke
Hotwell
Uap perapat tidak bisa - Exhaust Fan - Periksa exhaust fan
turun ke Gland Steam tekanannya kurang apabila terjadi
Condensor - tekanan pada GSC kerusakan
kurang vakum - tambah pressure
untuk exhaust fan
Pressure gland steam inlet Terjadi kebocoran pada Periksa line inlet GSC,
GSC berkurang line inlet GSC apabila terjadi kebocoran
segera lakukan perbaikan

IV.3. First Line Maintenance

First Line Maintenance adalah prosedur pemeliharaan dan perawatan kecil yang
dapat dilakukan operator pada pengoperasian peralatan. First Line Maintenance

25
MATERI UTAMA PEMBELAJARAN

dapat dilakukan bersamaan dengan patrol check yang dilakukan operator tiap shift.
Lingkup pekerjaan First Line Maintenance antara lain :

a. Cleaning / Pembersihan, yaitu menjaga kebersihan peralatan operasi,


dengan menjaga kebersihan peralatan maka diharapkan dapat
memperpanjang umur pakai peralatan. Hal yang perlu diperhatikan pada
peralatan adalah :
i. Bebas dari debu atau kotoran lainnya
ii. Bebas dari tumpahan atau genangan air.
iii. Tidak ada ceceran oli/pelumas
b. Tightening / pengencangan, pada peralatan yang beroperasi rutin, seperti
berputar atau bergerak, maka peluang terjadinya keausan terhadap baut
semakin besar akibat vibrasi peralatan. Dalam patrol check, operator lokal
juga diharuskan memeriksa kondisi baut dari setiap peralatan
c. Lubricating / pelumasan, dalam setiap patrol check operator harus
memeriksa kondisi pelumasan tiap peralatan, utamanya pada bearing dan
lube oil system. Pada system yang menggunakan pelumas type grease,
perlu dilakukan greasing secara periodic oleh tim pemeliharaan, operator
tidak dapat memonitor kondisi grease karena tidak ada fasilitas
monitoringnya. Sedangkan untuk peralatan yang menggunakan pelumasan
tipe oli, monitoringnya lebih mudah dilakukan karena sudah tersedia sight
glass untuk memeriksa level oli

26

Anda mungkin juga menyukai