Anda di halaman 1dari 28

ALAT 

PELINDUNG DIRI

Kementerian Ketenagakerjaan RI

1
Tujuan

1. Membantu peserta untuk :


– memahami ketentuan dalam perundang-undangan K3
mengenai APD;
– mengetahui hak dan kewajiban dan;
– memecahkan permasalahan dalam melaksanakan
ketentuan Permenakertrans No. Per. 08/Men/2010 di
tempat kerja

2. Berbagi pengalaman, pengetahuan dan pemahaman


dalam penerapan K3 .
2
Agenda

1. Regulasi yang terkait dengan APD


2. Kasus kecelakaan Kerja
3. Permenakertrans Per. 08/10/2010 ttg APD

3
Regulasi yang terkait dengan APD (1)

• Undang-undang No.1 tahun 1970.

– Pasal 3 ayat (1) butir f : Dengan peraturan perundangan


ditetapkan syarat - syarat k3 untuk memberikan APD
– Pasal 9 ayat (1) butir c : Pengurus diwajibkan menunjukkan
dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang
APD .
– Pasal 12 butir b : Dengan peraturan perundangan diatur
kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk memakai APD .
– Pasal 12 butir e : pekerja menyatakan keberatan kerja bila
meragukan APD yang diberikan .
– Pasal 13 : pekerja wajib menggunakan apd yang diwajibkan
– Pasal 14 butir c : Pengurus diwajibkan menyediakan APD yg
diwajibkan secara cuma-cuma
4
Regulasi yang terkait dengan APD (2)

1. Konvensi ILO No. 120 (UU No. 3 Tahun 1969 ) tentang


Higiene dalam perniagaan dan kantor-kantor.
Perlindungan pekerja dari bahan, proses, dan teknik berbahaya dan
penyediaan APD. ( pasal 17)
2. Permenakertrans No.Per-01 / MEN / 1981
Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus
menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi tenaga
kerja untuk menggunakannya untuk pencegahan PAK .
3. Permenakertrans No.Per.03 / Men / 1982
Pasal 2 butir I : memberikan nasehat mengenai perencanaan
dan pembuatan tempat kerja, pemilihan APD yang diperlukan
dan gizi serta penyelenggaraan makanan ditempat kerja

5
Regulasi yang terkait dengan APD (3)
• Kepmenaker No. Kep. 187/1999
– LDKB dan Label : APD yang digunakan
• Per. 05/per/1996
– 6.1.7. apd disediakan dan layak pakai
– 6.1.8. APD dipastikan telah dinyatakan layak pakai sesuai
standar dan atau per uu an yg berlaku.
• Per.04/Men/1987
– Pasal 4, (2) b. 3) menunjukan dan menjelaskan ttg APD
• Per.03/Men/1985
– Pasal 4, 8,9, 10,11,12, 14,17,
• Per. 04/Men 1985
– Psl 125,126,127
• Per 01/Men/1980
– Psl 66, psl 80, 83,86, 87, 95, 99.
• Per.01/Men/1978
– Psl 3 ay. 4 huruf e., psl 5, psl 7, , psl 8,9, 11 6
• Dll.
Kasus kecelakaan Kerja (1)

• OSHA Injuries Statistic in 1999


– 1,735,841 hand and fingers
– 38, 739 eye injuries
– 74, 246 head and face injuries
– 49, 956 toe and foot injuries

7
Kasus kecelakaan Kerja (2)
• 25 Agustus 2009. Korban terjatuh dari atap yang dalam
keadaan rapuh ketika sedang membongkar atap bangunan
sekolah. korban mengalami luka serius di bagian kepala, di
dada dan punggung sebelah kanan.

• 9 September 2009. Pada saat membuka valve dengan


menggunakan alat bantu kunci, alat tersebut melesat ke
permukaan valve yang licin terkena tetesan CPO, kunci pipa
mengenai pelipis mata kiri korban yang mengakibatkan
pelipis mata kiri korban mengalami luka sobek sepanjang 4
cm.

• 7 November 2009. Ketika korban sedang menggulung


benang tali pancing, ada benang yang putus dan ujung
benang mengenai mata sebelah kanan. mata korban terluka..
MENTERI
TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI


REPUBLIK INDONESIA

NOMOR PER.08/MEN/VII/2010
TENTANG

ALAT PELINDUNG DIRI


BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 330
I
Terminologi dan ruang lingkup (1)

• Alat Pelindung Diri


– suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang yang fungsinya
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari
potensi bahaya di tempat kerja.

10
Pasal 2
(1) Pengusaha wajib menyediakan APD bagi
pekerja/buruh di tempat kerja.
– bagi tenaga kerja & setiap orang lain yang
memasuki tempat kerja.
– jumlah yang cukup dan sesuai dengan jenis potensi
bahaya

(3) APD wajib diberikan oleh pengusaha secara


cuma-cuma.
– pada pekerja yang baru ditempatkan;
– APD yang ada telah kadaluarsa;
– APD telah rusak dan tidak dapat berfungsi
dengan baik karena dipakai bekerja;
Perencanaan dan pembuatan
pasal 2 (2)
APD harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia
(SNI) atau standar yang berlaku.

• Pembuat dan distributor alat pelindung diri wajib


bertanggung jawab atas kualitas, keamanan dan
keselamatan alat pelindung diri yang dibuat dan
diedarkan.
• stándar lain yang berlaku : ANSI, JIS, AS/NZS dll.

EUROPE
AMERICAN 12
STANDARD
STANDARD
Cakupan Pasal 3

– Alat pelindung kepala;


– Alat pelindung mata dan muka;
– Alat pelindung pernapasan;
– Alat pelindung telinga;
– Alat pelindung tangan;
– Alat pelindung kaki;
Termasuk APD adalah:
– Pakaian pelindung;
– Alat pelindung jatuh perorangan;
– Pelampung.

13
Alat Pelindung Diri

S 14
Psl 4
Kapan dan dimana APD wajib di gunakan ?
a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan
mesin, pesawat, alat perkakas,
peralatan atau instalasi yang
berbahaya yang dapat menimbulkan
kecelakaan, kebakaran atau peledakan;
b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan,
diperdagangkan, diangkut atau disimpan
bahan atau barang yang dapat meledak,
mudah terbakar, korosif, beracun,
menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi atau
bersuhu rendah;
c. dikerjakan pembangunan, perbaikan,
perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau
bangunan lainnya termasuk bangunan
perairan, saluran atau terowongan di
McYusuf_manajemenAPD@2011 15
bawah tanah dan sebagainya atau di mana
dilakukan pekerjaan persiapan;
Psl 4
Kapan dan dimana APD wajib di gunakan ?

d. dilakukan usaha pertanian, perkebunan,


pembukaan hutan, pengerjaan hutan,
pengolahan kayu atau hasil hutan
lainnya, peternakan, perikanan dan
lapangan kesehatan;
e. dilakukan usaha pertambangan dan
pengolahan batu-batuan, gas, minyak,
panas bumi, atau mineral lainnya, baik di
permukaan, di dalam bumi maupun di
dasar perairan;
f. dilakukan pengangkutan barang,
binatang atau manusia, baik di daratan,
melalui terowongan, di permukaan air,
dalam air maupun di udara;
g. dikerjakan bongkar muat barang
muatan di kapal, perahu, dermaga, dok,
stasiun, bandar udara dan gudang;

16
Kapan dan dimana APD wajib di gunakan ? Psl 4

h. dilakukan penyelaman, pengambilan


benda dan pekerjaan lain di dalam air;
i. dilakukan pekerjaan pada ketinggian di
atas permukaan tanah atau perairan;
j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan
udara atau suhu yang tinggi atau rendah;
k. dilakukan pekerjaan yang mengandung
bahaya tertimbun tanah, kejatuhan,
terkena pelantingan benda, terjatuh atau
terperosok, hanyut atau terpelanting;
l. dilakukan pekerjaan dalam ruang terbatas
tangki, sumur atau lubang;
m. terdapat atau menyebar suhu,
kelembaban, debu, kotoran, api, asap,
gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau
radiasi, suara atau getaran;

17
Kapan dan dimana APD wajib digunakan ? Psl 4

n. dilakukan pembuangan atau


pemusnahan sampah atau limbah;
o. dilakukan pemancaran, penyiaran atau
penerimaan telekomunikasi radio,
radar, televisi, atau telepon;
p. dilakukan pendidikan, pembinaan,
percobaan, penyelidikan atau riset
yang menggunakan alat teknis;
q. dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan,
disimpan, dibagi-bagikan atau
disalurkan listrik, gas, minyak atau
air; dan
r. diselenggarakan rekreasi yang
memakai peralatan, instalasi listrik
atau mekanik.

18
Pasal 4 ayat (2)
• Pegawai pengawas Ketenagakerjaan atau Ahli
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat
menetapkan tempat-tempat kerja lain yang wajib
menggunakan alat pelindung diri.

Pasal 5
• Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan
secara tertulis dan memasang rambu-rambu mengenai
kewajiban penggunaan APD di tempat kerja.
– Jelas dan mudah terbaca

19
Pasal 6

(1) Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki


tempat kerja wajib memakai atau menggunakan
APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko.
– Hrs tersedia dokumen penilaian risiko

(2) Pekerja/buruh berhak menyatakan keberatan untuk


melakukan pekerjaan apabila APD yang disediakan
tidak memenuhi ketentuan dan persyaratan.
– Perusahaan menentukan spesifikasi APD dan di
konsultasikan di P2K3.
– Catatan Riksa uji (log book) APD.
Manajemen APD
( pasal 7)

(1) Pengusaha atau Pengurus wajib melaksanakan


manajemen APD di tempat kerja.

(2) Manajemen APD meliputi:


a. identifikasi kebutuhan dan syarat APD;
b. pemilihan APD yang sesuai dengan jenis bahaya dan
kebutuhan/kenyamanan pekerja/buruh;
c. pelatihan;
d. penggunaan, perawatan, dan penyimpanan;
e. penatalaksanaan pembuangan atau pemusnahan;
f. pembinaan;
g. inspeksi; dan
h. evaluasi dan pelaporan.
Pemusnahan APD
( pasal 8)

(1) APD yang rusak, retak atau tidak dapat berfungsi


dengan baik harus dibuang dan/atau dimusnahkan.

(2) APD yang habis masa pakainya/kadaluarsa serta


mengandung bahan berbahaya, harus dimusnahkan
sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.

(3) Pemusnahan APD yang mengandung bahan


berbahaya harus dilengkapi dengan berita acara
pemusnahan.
Sanksi
Pasal 9

Pengusaha atau pengurus yang tidak


memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 4, dan
Pasal 5 dapat dikenakan sanksi sesuai
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970.
– Penyediaan & standard
– Lokasi / kegiatan wajib
– Rambu dan pengumuman
Pengawasan dan pemberlakuan

Pasal 10
• Pengawasan terhadap ditaatinya Peraturan Menteri
ini dilakukan oleh Pengawas Ketenagakerjaan.
Pasal 11
• Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
• Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan
Menteri ini diundangkan dengan penempatan dalam
Berita Negara Republik Indonesia.
Action of PPE Program
No Action at your Facility Yes / No
.
1. Has your company made every effort to reduce or eliminate hazards
through engineering and administrative control before using PPE ?

2. Is PPE mandated where it is needed ?


3. Are accident and illness record collected and analyzed for working
improve worker safety and health ?
4. Are safety people informed of changes to operations and materials so
that they can participate in making modifications that are safer ?
5. Do employees use PPE they are issued ?
6. Does your facility have a PPE program ?
7. Are employees educated in using PPE ?
8. Is PPE written into the contract agreement ?
9. Do employees participated in selecting PPE ?
10. Is PPE inspected and checked regularly ?
11. Are variety of sizes and styles available when possible ?

25
Kesimpulan

• Penggunaan APD adalah hirarki pengendalian


bahaya yang terakhir. Oleh karenanya
identifikasi dan penilaian risiko harus
dilakukan sebelum memutuskan penggunaan
APD di tempat kerja.
• Untuk optimalisasi dan efektifitas Pelaksanaan
K3, maka manajemen APD harus dikelola
dengan baik.

26
Referensi
• Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja dan Peraturan- peraturan
perundang-undangan K3.
• Permenakertrans No. Per. 08/Men/2010
• OSHA, Assessing the Need for Personal Protective
Equipment A Guide for Small Business Employers,
U.S. Department of Labor Occupational Safety and
Health Administration, 1997
• International Labour Office: Encyclopedia of
Occupational Health and Safety
• Berbagai ILO code of practice & guideleines

27
TERIMA KASIH

28

Anda mungkin juga menyukai