Anda di halaman 1dari 2

Nama : Daffa Luthfian Bagaskara

Kelas : XB / 7

Tugas : Akhlak

Waspada, Fotografer Cabul Gentayangan Bius


Gadis Manado
Liputan6.com, Manado - Modus baru pencabulan perempuan di Manado, Sulawesi Utara,
terendus. Pelaku pencabulan adalah fotografer yang memperdaya ABG perempuan dengan
iming-iming model tenar. Sebelum dicabuli, fotografer itu membius si gadis dengan
menggunakan obat yang dicampur minuman.

"Kami juga resah dengan perbuatan oknum-oknum fotografer ini. Karena ulah mereka, maka
semua fotografer kena getahnya," kata salah satu fotografer di Manado mewakili beberapa
kawannya, Kamis, 16 Juni 2016.

Dia menuturkan, fotografer cabul itu membawa calon korbannya ke studio foto untuk
menjalani pemotretan. Saat model terlena, fotografer itu menawarkan minuman yang telah
dicampur obat.

"Celakanya sudah ada niat jahat si fotografer, membius lebih dulu korban sehingga tak
sadarkan diri," tutur dia.

Dia mengungkapkan kasus bisa terungkap berkat keluhan orangtua yang menemukan foto-
foto seksi bahkan telanjang dalam ponsel anaknya. "Banyak orang komplain dengan hal ini,
meski hingga kini belum ada laporan ke polisi," ujar dia.  

Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (BP3A) Provinsi


Sulawesi Utara (Sulut), Erni Tumondo mengatakan sudah mendengar kasus foto telanjang
ABG perempuan di Manado. Namun, ia baru mendengar modus pembiusan itu.

"Yang pakai bius ini harus ditelusuri lebih jauh, karena sangat membahayakan dan
mengancam korban," ujar Ernie saat menggelar pertemuan dengan komunitas fotografer di
Sekretariat AJI Manado, Kamis, 16 Juni 2016.

 Mengantisipasi melebarnya kasus yang menimpa para remaja ini, Erni mengatakan BP3A
akan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Sulut membuat program Kelompok Peduli
Sahabat. Program ini nantinya akan masuk ke sekolah-sekolah, khususnya SMA dan SMK
di Manado, Bitung, Tomohon dan Minahasa Utara.

Melalui sosialisasi itu, kata dia, diharapkan mampu menghentikan tindak pelecehan dan
cabul melalui sosialisasi ke sekolah-sekolah. "Termasuk modus dengan membius gadis
yang diiming-imingi akan jadi model oleh para fotografer itu,"ujar Erni.

Ketua Komisi Daerah Perlindungan Anak Sulut, Jull Takaliuang berpendapat ada tindakan
eksploitasi seksual yang terjadi melihat kasus yang dilakukan oknum fotografer itu. Ia
berharap korban bisa melaporkan hal tersebut agar ruang gerak pencabul terbatas. 

"Kita harus hentikan ini. Kami juga siap mendampingi jika ada orangtua korban yang
melaporkan kasus-kasus ini," tegas Jull.

Data LSM Swara Parangpuan Sulut menemukan, pada periode Januari – Mei 2016, terdapat
350 kasus kekerasan pada perempuan. Sebanyak 77 persen di antaranya korban kekerasan
seksual. Sisanya, kekerasan fisik dan penelantaran. Dari 350 kasus itu, 268 kasus adalah
perkosaan, 207 korbannya ialah anak-anak dan remaja.

Anda mungkin juga menyukai