DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 18
Hirschprung adalah penyakit akibat tidak adanya sel-sel ganglion di dalam usus yang
terbentang ke arah proksimal mulai dari anus hingga jarak tertentu. (Behrman & vaughan,
1992:426)
Penyakit hirschprung adalah suatu kelainan tidak adanya sel ganglion parasimpatis
pada usus, dapat dari kolon sampai pada usus halus. (Ngastiyah, 2005)
B. Etiologi
Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding
usus, mulai dari spingter ani internus ke arah proksimal, 70% terbatas di daerah
rektosigmoid, 10% sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5% dapat mengenai seluruh
usus sampai pilorus.
1. Ketiadaan sel-sel ganglion
Ketiadaan sel-sel ganglion pada lapisan submukosa (Meissner) dan pleksus
Myenteric (Auerbach) pada usus bagian distal merupakan tanda patologis untuk
Hirschsprung disease. Okamoto dan Ueda mempostulasikan bahwa hal ini
disebabkan oleh karena kegagalan migrasi dari sel/sel neural crest vagal servikal dari
eso'agus ke anus pada minggu ke 5 smpai 12 kehamilan. Teori terbaru mengajukan
bahwa neuroblasts mungkin bisa ada namun gagal untuk berkembang menjadi
ganglia dewasa yang berfungsi atau bahwa mereka mengalami hambatan sewaktu
bermigrasi atau mengalami kerusakan karena elemen/elemen di dalam lingkungn
mikro dalam dinding usus. Faktor-faktor yang dapat mengganggu migrasi,
proliferasi, differensiasi, dan kolonisasi dari sel/sel ini mingkin terletak pada genetik,
imunologis, vaskular, atau mekanisme lainnya.
2. Mutasi pada RED-oncogen
Mutasi pada RET proto/oncogene,yang berlokasi pada kromosom 10q11.2, telah
ditemukan dalam kaitannya dengan penyakit Hirschsprung segmen panjang dan
familial. Mutasi RET dapat menyebabkan hilangnya sinyal pada tingkat molekular
yang diperlukan dalam pertumbuhan sel dan diferensiasi ganglia enterik. Gen
lainnya yang rentan untuk penyakit Hirschsprung adalah endothelin-B receptor gene
(EDNRB) yang berlokasi pada kromososm 13q22. Sinyal dari gen ini diperlukan
untuk perkembangan dan pematangan sel-sel neural crest yang mempersarfi colon.
Mutasi pada gen ini paling sering ditemukan pada penyakit non-familial dan short-
segment.
Endothelian-3 gene baru-baru ini telah diajukan sebagai gen yang rentan juga. Defek
dari mutasi genetik ini adalah mengganggu atau menghambat pensinyalan yang
penting untuk perkembangan normal dari sistem saraf enterik. Mutasi pada proto-
oncogene RET diwariskan dengan pola dominan autosom dengan 50 sampai 70%
penetrasi dan ditemukan dalam sekitar 50- kasus familial dan pada hanya 15 sampai
20 kasus spordis. Mutasi pada gen EDNRB diwariskan dengan pola pseudodominan
dan ditemukan hanya pada 5 dari kasus, biasanya yang sporadis.
3. Kelainan dalam lingkungan mikro dinding usus
Kelainan dalam lingkungan mikro pada dinding usus dapat mencegah
migrasi sel/sel neural crest normal ataupun diferensiasinya. suatu peningkatan
bermakna dari antigen mayor histocompatibility complex (MHC) kelas 2 telah
terbukti terdapat pada segmen aganglionik dari usus pasien dengan penyakit
Hirschsprung, namun tidak ditemukan pada usus dengan ganglionik normal pada
kontrol, menga"ukan suatu mekanisme autoimun pada perkembangan penyakit ini.
4. Matriks protein ekstraselular
Matriks protein ekstraseluler adalah hal penting dalam perlekatan sel dan
pergerkan dalam perkembangan tahap awal. Kadar glycoproteins laminin dan
kolagen tipe IV yang tinggi dalam matriks telah ditemukan dalam segmen usus
aganglionik. Perubahan dalam lingkungan mikro di dalam usus ini dapat mencegah
migrasi sel/sel normal neural crest dan memiliki peranan dalam etiologi dari
penyakit Hirschsprung.
C. Manispestasi Klinik
Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 - 28 jam pertama
setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan
empedu dan distensi abdomen. (Nelson. 2000:317). Gejala Penyakit Hirshsprung adalah
obstruksi usus letak rendah, bayi dengan Penyakit Hirshsprung dapat menunjukkan
gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi total saat lahir dengan mumtah, distensi
abdomen dan ketidakadaan evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi mekonium
diikuti obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala rigan berupa konstipasi
selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Konstipasi
ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Adanya feses yang
menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila telah timbul
enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi abdomen hebat dan diare berbau busuk yang
dapat berdarah (Nelson, 2002: 317).
E. Klasifikasi
Pada pemeriksaan patologi anatomi dari penyakit ini, pada sel ganglion Auerbach
dan Meissner tidak ditemukan serabut saraf menebaal dan serabut otot hipertofik.
&ganglionosis ini mulai dari anus ke arah oral. Berdasarkan panjang segmen yang
terkena, penyakit Hirschprung dapat diklasifikasikan dalan 3 kategori:
1. Penyakit Hirschsprung segmen pendek/ HD klasik (75%)
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid. Merupakan 70% dari
kasus penyakit Hirschsprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki/laki
dibanding anak perempuan.
2. Penyakit Hirschsprung segmen panjang/long segment HD (20%)
Daerah agonglionosis dapat melebihi sigmoid malah dapat mengenai seluruh
kolon atau sampai usus halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki/laki dan
perempuan
F. Komplikasi
Menurut Corwin (2001:534) komplikasi penyakit hirschsprung yaitu gangguan
elektrolit dan perforasi usus apabila distensi tidak diatasi. Menurut Mansjoer
(2000:381) menyebutkan komplikasi penyakit hirschprung adalah:
1. Pneumatosis usus
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang iskemik
distensi berlebihan dindingnya.
2. Enterokolitis nekrotiokans
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang iskemik
distensi berlebihan dindingnya.
3. Abses peri kolon
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang iskemik
distensi berlebihan dindingnya.
4. Perforasi
Disebabkan aliran darah ke mukosa berkurang dalam waktu lama.
5. Septikemia
Disebabkan karena bakteri yang berkembang dan keluarnya endotoxin karena
iskemia kolon akibat distensi berlebihan pada dindinng usus.
Sedangkan komplikasi pasca tindakan bedah penyakit Hirschsprung yaitu:
1. Obstruksi usus
Merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya
mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan
penyempitan/penyumbatan lumen usus.
2. Konstipasi
Konstipasi atau sering disebut sembelit adalah kelainan pada sistem pencernaan di
mana seorang manusia (atau mungkin juga pada he!an) mengalami pengerasan
feses atau tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan
dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada penderitanya.
3. Ketidakseimbangan volume
Ketidakseimbagan terutama mempengaruhi cairan ekstraseluler ( EFC ) dan
menyangkut kehilangan atau bertambahnya natrium dan air dalam jumlah yang
relative sama, sehingga berakibat pada kekurangan atau kelebihan 3 voleme
ekstraseluler ( EFC)
4. Entrokolitis
Suatu keadaan dimana lapisan dalam usus mengalami cedera dan meradang. Fika
penyakitnya berat, sebagian jaringan usus bisa mati (menjadi nekrotik) dan
menyebabkan perforasi usus serta peritonitis.
5. Struktur anal dan inkontinensial ( pos operasi ) ( Betz cecily sowden, 2002)
G. Patofisiologi
Kelainan pada penyakit ini berhubungan dengan spasme pada distal colon dan
sphincter anus internal sehingga teradi obstruksi. Maka dari itu bagian yang abnormal
akan mengalami kontraksi di segmen bagian distal sehingga bagian yang normal akan
mengalami dilatasi di bagian proksimalnya. Bagian aganglionik selalu terdapat di
bagian distal rektum. dasar pato'isiologi dari penyakit Hirschprung adalah tidak adanya
gelombang propulsive dan abnormalitas atau hilangnya relaksasi dari sphincter anus
internus yang disebabkan aganglionosis, hipoganglionosis atau disganglionosis pada
usus besar.
Hipoaganglionosis
Pada proximal segmen dari bagian aganglion terdapat area hipoganglionosis. Area
tersebut dapat juga merupakan terisolasi. Hipoganglionosis adalah keadaan dimana
jumlah sel ganglion kurang dari 10 kali dari jumlah normal dan kerapatan sel berkurang
5 kali dari jumlah normal. Pada kolon inervasi jumlah plexus myentricus berkurang 50-
dari normal.
Hipoganglionosis kadang mengenai sebagian panjang kolon namun ada pula yang
mengenai seluruh kolon
Imaturitas dari sel ganglion
Sel ganglion yang imatur dengan dendrite yang kecil dikenali dengan pemeriksaan
LDH (laktat dehidrogenase). Sel saraf imatur tidak memiliki sitoplasma yang dapat
menghasilkan dehidrogenase, sehingga tidak terjadi diferensiasi menjadi sel Schwann’s
dan sel sara' lainnya. Pematangan dari sel ganglion diketahui dipengaruhi oleh reaksi
succinyldehydrogenase (SDH). Aktivitas enzim ini rendah pada minggu pertama
kehidupan. Pematangan dari sel ganglion ditentukan oleh reaksi SDH yang memerlukan
!aktu pematangan penuh selama 2 sampai 4 tahun. Hipogenesis adalah hubungan antara
imaturitas dan hipoganglionosis.
Pathway
H. Penatalaksanaan klinis
1. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus
besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar
sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal. ada dua tahap pembedahan
pertama dengan kolostomi loop atau double barrel dimana diharapkan tonus dan
ukuran usus yang dilatasi dan hipertropi dapat kembali menjadi normal dalam waktu
3-4 bulan. Terdapat prosedur dalam pembedahan diantaranya:
a. Prosedur duhanel biasanya dilakukan terhadap bayi kurang dari 1 tahun dengan
cara penarikan kolon normal kearah bawah dan menganastomosiskannya
dibelakang usus aganglionik, membuat dinding ganda yaitu selubung
aganglionik dan bagian posterior kolon normal yang telah ditarik.
b. Prosedur Swenson membuang bagian aganglionik kemudian
menganastomosiskan end to end pada kolon yang berganglion dengan saluran
anal yang dilatasi dan pemotongan sfingter dilakukan pada bagian posterior.
c. Prosedur soave dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dengan cara
membiarkan dinding otot dari segmen rectum tetap utuh kemudian kolon yang
bersaraf normal ditarik sampai ke anus tempat dilakukannya anastomosis antara
kolon normal dan jaringan otot rektosigmoid yang tersisa.
2. Keperawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila
ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain:
a. Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak
secara dini.
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c. Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan)
d. Mendamping orang tua pada perawatan corostomy setelah rencana pulang
Pada peralatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak-anak
dengan malnutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya
meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema.
diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta
situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total ( NP4 )
Perencanaan pulang dan peralatan dirumah:
a. Ajarkan pada orang tua untuk memantau adanya tanda dan gejala komplikasi
jangka panjan berikut ini.
1) Stenosis dan kontriksi
2) Inkontinensia
3) Pengosongan usus yang tidak adekuat
b. Ajarkan tentang pera!atan kolostomi pada orang tua dan anak.
1) Persiapan kulit
2) Penggunaan alat kolostomi
3) Komplikasi stoma (perdarahan, gagal defekasi, diare meningkat,rolaps,
feses seperti pita )
4) Perawatan dan pemBersihan alat kolostomi
5) Irigasi kolostomi
c. Beri dan kuatkan informasi/informasi tentang penatalaksanaan diet.
1) Makanan rendah sisa
2) Masukan cairan tanpa batas tanda/tanda ketidakseimbangan elektrolot dan
dehidrasi.
d. Dorong orang tua dan anak untuk mengekspresikan perasaannya tentang
kolostomi.
1) Tampilan
2) Bau
3) Ketidaksesuaian antara anak mereka dengan anak “ideal”
e. Rujuk ke prosedur institusi spesi'ik untuk in'ormasi yang dapat diberikan pada
orang tua tentang pera!atan dirumah.
3. Kolaboratif
Untuk mencegah terradinya komplikasi akibat penyumbatan usus, segera
dilakukan kolostomi sementara. Kolostomi adalah pembuatan lubang pada dinding
perut yang disambungkan dengan ujung usus besar. Pengangkatan bagian usus yang
terkena dan penyambungan kembali usus besar biasanya dilakukan pada saat anak
berusia 6 bulan atau lebih. Fika terjadi perforasi (perlubangan usus) atau
enterokolitis, diberikan antibiotik.
I. Pengkajian
1. Keluhan utama Klien
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan
pengkajian pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen,
kembung, muntah.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir,
distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan,
persalinan dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.
4. Riwayat Nutrisi
Meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak
5. Riwayat psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan
rendah diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
6. Riwayat social
Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam
mempertahankan hubungan dengan orang lain.
7. Riwayat tumbuh kembang
Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.
8. Riwayat kebiasaan sehari/hari
Meliputi - kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktivitas.
9. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem integument
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat
capilary refil, warna kulit, edema kulit.
b. Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
c. Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur,gallop), irama denyut nadi
apikal, frekuensi denyut nadi/apikal.
d. Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
e. Sistem Gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus,
adanya kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi
dan karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.
Pre operasi
1) Kaji status klinik anak (tanda/tanda vital, asupan dan keluaran)
2) Kaji adanya tanda/tanda perforasi usus.
3) Kaji adanya tanda/tanda enterokolitis
4) Kaji kemampuan anak dan keluarga untuk melakukan koping terhadap
pembedahan yang akan datang
5) Kaji tingkat nyeri yang dialami anak
Post Operasi
1) Kaji status pasca bedah anak (tanda/tanda vital, bising usus, distensi
abdomen)
2) Kaji adanya tanda/tanda dehidrasi atau kelebihan cairan
3) Kaji adanya komplikasi
4) Kaji adanya tanda/tanda infeksi
5) Kaji tingkat nyeri yang dialami anak
6) Kaji kemampuan anak dan keluarga untuk melakukan koping terhadap
pengalamannya di rumah sakit dan pembedahan.
7) Kaji kemampuan orang tua dalam menatalaksanakan pengobatan dan
peralatan yang berkelanjutan.
Menurut Suriadi (2001:242) fokus pengkajian yang dilakukan pada penyakit hischprung
adalah :
1. Riwayat pengeluaran mekonium dalam 24 jam pertama setelah lahir, biasanya ada
keterlambatan
2. Riwayat tinja seperti pita dan bau busuk.
3. Pengkajian status nutrisi dan status hidrasi.
Masa bayi
- Ketidakadekuatan penambahan berat badan
- Konstipasi
- Distensi abdomen
- Episode diare dan muntah
- Tanda-tanda ominous (sering menandakan adanya enterokolitis).
- Diare berdarah
- Demam
- Letargi berat
Analisa Data
No DATA ETIOLOGI MASALAH
1. Tanda Mayor Aganglionik saluran cerna Nyeri Akut
DS:
1. Mengeluh nyeri
DO: Peristaltik menurun
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif
(mis. waspada,poisi Perubahan pola eliminasi
menghindar nyeri) (konstipasi)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi
Akumulasi isi usus
meningkat
5. Sulit tidur
Proliferasi bakteri
Tanda Minor
DS: -
Pengeluaran endotoksin
DO: Inflamasi
1. Tekanan darah
meningkat
2. Pola napas berubah Diare
3. Nafsu makan
berubah
4. Proses berfikir Enterokolitis
terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri Prosedur operasi
sendiri
7. Diaforesis
Nyeri Akut
Tanda Minor
DS:
1. Ortopnea
DO:
1. Pernapasan pursed-
lip
2. Pernapasan cuping
hidung
3. Diameter thoraks
anterior-posterior
meningkat
4. Ventilsi semenit
menurun
5. Kapasitas vital
menurun
6. Tekanan ekspirasi
menurun
7. Tekanan inspirasi
menurun
8. Ekskursi dada
berubah
J. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut Berhubungan dengan Proliferasi bakteri Ditandai Dengan pasien,
Mengeluh nyeri, Tampak meringis, Bersikap protektif (mis. waspada,poisi
menghindar nyeri), Gelisah Frekuensi nadi meningkat, Sulit tidur, Tekanan darah
meningkat, Pola napas berubah, Nafsu makan berubah, Proses berfikir terganggu,
Menarik diri, Berfokus pada diri sendiri,Diaforesis.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Defisit Nutrisi)
Berhubungan Dengan anoreksia Ditandai dengan Berat badan menuru minimal 10%
dibawah rentang ideal,Cepat kenyang, Kram/nyeri abdomen, Nafsu makan menurun,
Bising usus hiperaktif, Otot pengunyahaan lemah, Otot menelan lemah, Membran
mukosa pucat, Sariawan, Serum albumin turun, Rambut rontok berlebihan, Diare.
3. Perubahan tumbuh kembang (Gangguan tumbuh Kembang) Berhubungan Dengan
imunitas tubuh Ditantai Denagn Tidak melakukan keterampilan atau perilaku khas
sesuai usia (Fisik, Bahasa, Motorik, Psikososial, Pertumbuhan fisik terganggu, Tidak
mampu melakukan perawatan disi sesuai usia , Afek datar, Respon Social Lambat,
Kontak Mata Terbatas, Nafsu Makan Menurun, Lesu, Mudah Marah, Regresi, Pola
Tidur Terganggu (Pada Bayi)
4. Resiko tinggi infeksi (Resiko Infeksi) Ditandai dengan Penyakit kronis (mis.diabetes
militus), EFek prosedur invasive, Malnutrisi, Peningkatan paparan organisme
pathogen lingkungan. Ketidaadekuatan pertahanan tubuh primer, Gangguan
peristaltic, Kerusakan integritas kulit, Perubahan sekresi pH, Penurunan kerja
siliaris, Ketuban pecah lama, Ketuban pecah sebelum waktunya, Merokok, Statis
cairan tubuh. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder, Penurunan hemoglobin,
Imununosupresi, Leukopenia, Supresi respon inflamasi, Vaksinasi tidak adekuat.
5. Pola Napas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Drainase Gester Ditantai dengan
Dispnea, Penggunaan otot bantu pernapasan, Fase ekspirasi memanjang, Pola napas
abnormal (mis.takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyn-stokes),
Ortopnea, Pernapasan pursed-lip, Pernapasan cuping hidung, Diameter thoraks
anterior-posterior meningkat, Ventilsi semenit menurun, Kapasitas vital menurun,
Tekanan ekspirasi menurun, Tekanan inspirasi menurun, Ekskursi dada berubah.
K. Intervensi
No.
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
DX
1. Setelah dilakukan Intervensi Utama : Intervensi Utama :
intervensi keperawatan Management Nyeri Management Nyeri
selama 2X24 jam tingkat Observasi Observasi
nyeri menurun dengan - Identifikasi - Untuk mengetahui respon nyeri
kriteria hasil: respons nyeri
non verbal
1) Meringis menurun non verbal
2) Sikap protektif - Identifikasi - Untuk mengetahui faktor yang
menurun faktor yang
memperberat dan memperingan
3) Gelisah menurun memperberat dan
4) Sulit tidur memperingan nyeri
menurun nyeri
- Untuk mengetahui pengetahuan
5) Mual menurun - Identifikasi
6) Muntah menurun pengetahuan dan dan keyakinan tentang nyeri
7) Frekuensi nadi keyaninan
- Untuk mengetahui efek samping
Membaik tentang nyeri
8) Tekanan Darah - Monitor efek penggunaan analgetik
Membaik samping
Terapeutik
9) Fokus Membaik penggunaan
- Untuk mengurangi rasa nyeri
10) Perilaku Membaik analgetik
11) Nafsu Makan - Untuk Meminimalisir rasa nyeri
Membaik Terapeutik
- Berikan teknik - Untuk memfasilitasi Istirahat
12) Pola Tidur
Membaik nonfarmakologis Edukasi
13) Memampuan untuk - Untuk meredakan nyeri
menuntaskan mengurangi rasa
nyeri (mis. - Agar bisa memonitor nyeri
aktivitas
Meningkat TENS, hipnosis,
akupresur, terapi secara mandiri
musik,
- Agar tidak terjadi komplikasi
biofeedback,
terapi pijat, Kolaborasi
aromaterapi, - Untuk mengurangi Rasa Nyeri
teknik imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
- Kontrol
lingkungan yang
memperberat
rasa nyeri (mis.
suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi
Istirahat dan
tidur
Edukasi
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
Kolaborasi
- Rujuk untuk
konseling, jika perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika perlu
Edukusi
- Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi
-Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi
Kolaborasi
pernberian
bronkodilator,
okspektoran,
mukolitik, jika
perlu.
DAFTAR PUSTAKA
Bowker, G. C., Star, S. & Spasser, M. (2001) Classifying Nursing Work. OJIN: Online
Journal of Issues in Nursing, 6(2).
https://www.scribd.com/doc/56613064/LP-dan-ASKEP-Hirschprung
https://id.scribd.com/document/265104694/LP-Hisprung
https://www.scribd.com/doc/270236865/Laporan-Pendahuluan-Hisprung-Desease