Anda di halaman 1dari 49

ASKEP KELUARGA

HIPERTENSI

oleh :

VANIYASTI

NIM : 01.2018.122

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KURNIA JAYA PERSADA

PALOPO

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun

makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami

membahas mengenai Hipertensi.

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari

berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama

mengerjakan makalah ini.Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

2
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang.......................................................................................
B..Tujuan ..................................................................................................
C..Manfaat ...............................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga...................................................................................
B..Konsep Rematik ...................................................................................
C..Konsep Corona .....................................................................................
D. Teori Asuhan Keperawatan ..................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Penutup ............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

DOKUMENTASI

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah suatu kondisi medis denganterjadi peningkatan tekanan
darah. Tinggi-rendahnyatekanan darah ditentukan oleh tekanan darah
sistolikdan tekanan darah diastolik. Berbagaifaktor dapat memicu terjadinya
hipertensi, walaupunsebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidakdiketahui
(hipertensi esensial). Di Indonesiahipertensi merupakan masalah nasional
yang seriussehingga perlu upaya pencegahan pada tingkatpelayanan
kesehatan terbawah yaitu PusatKesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Angkaprevalensi pasien hipertensi di Indonesia antara 12%- 22%.4 Berbagai
penelitian epidemiologis yangdilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa
1,8% -28,6% penduduk Indonesia yang berusia di atas 20tahun adalah
penderita hipertensi. (Nugraheni, 2008).
Berhubungan dengan fungsi-fungsi internal keluarga yaitu sebagai
perlindungan dan dukungan psikososial bagi para anggotanya. Keluarga
melakukan tugas-tugas yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan
yang sehat bagi anggotanya dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan
sosioemosional anggotanya, Mulai dari tahun-tahun awal kehidupan individu
dan terus berlangsung sepanjang hidupnya. Pemenuhan fungsi afektif
merupakan basis sentral bagi pembentukan dna kelanjutan dari unit keluarga.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Keluarga klien bisa dan mampu meningkatkan derajat kesehatannya
melalui pemberian asuahan keperawatan keluarga.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang terjadi di dalam keluarga
klien.
b. Menganalisa dan merumuskan masalah keperawatan yang terjadi pada
keluarga klien kemudian menentukan prioritas masalah melalui
skoring keluarga

4
c. Menyusun rencana tidakan keperawatan keluarga
d. Memberikan implementasi pendidikan kesehatan dan memberikan
fasilitas perawatan kesehatan
e. Mengevaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada
keluarga klien
C. Manfaat
1. Mahasiswa
a. Untuk melatih dan membiasakan mahasiswa dalam menyelesaikan
masalah kesehatan keluarga melalui Asuhan Keperawatan keluarga.
b. Untuk meningkatkan ketrampilan berfikir kritis dalam menyesuiakan
masalah kesehatan keluarga melalui Asuhan Keperawatan keluarga.
2. Keluarga
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan masalah
kesehatan sendiri, sehingga tercipta peningkatan stastus dan derajat
kesehatan keluarga yang optimal.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga
1. Definisi
Keluarga didefinisikan dalam berbagai cara. Definisi keluarga
berbeda-beda, tergantung kepada orientasi teoritis “pendefinisi” yaitu
dengan menggunakan menjelaskan yang penulis dari untuk
menghubungkan keluarga. Burgess dkk (2009) membuat definisi yang
berorientasi pada tradisi dan dingunakan sebagai referensi secara luas :
a. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan
perkawinan, darah dan ikatan adopsi
b. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam
satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secra berpisah, mereka
tetap menggangap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka
c. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain
dalam peran peran sosial keluarga seperti suami istri, ayah dan ibu,
anak laki-laki dan perempuan, saudara dan saudari
d. Keluarga sama-sma menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang
di ambil dari masyarakat dengan beberpa ciri unik tersendiri
Meskipun definisi-definisi ini sering digunakan, namun terbatas
kepada kemapuan aplikasinya dan sifat komprehensifnya definisi apa saja
tentang keluarga harus menggambarkan bentuk-bentuk keluarga yang ada
sekarang, dan definis tradisional seperti diats bisa memberikan gambaran
tentang definisi yang dimaksud.
Whall (2011) dalam analisa konsep tentang keluarga sebagai unit yang
perlu dirawat dalam perawatan, ia mendefiniskan keluarga sebagai
”kelompok yang mendefinisikan diri” dengan anggota sendiri terdiri dua
individu atau lebih, yang asosiasinya dicirikan oleh istilah istilah khusus,
yang boleh jadi tidak di ikat oleh hubungan darah atau hukum, tapi yang
berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menggagap diri meraka
sebagai sebuah keluarga. Mengingat siapakah individu-individu yang

6
diindetifikasikan sebagai anggota keluarga merupakan sebuah komponen
yang sangat penting dari definisi ini.
2. Tipe keluarga
Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuwan dan orang
yang mengelompokan. Secara tradisional keluarga dikelompokan menjadi
dua, yaitu :
a. Keluarga inti (nuclear family)
adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak yang diperoleh
dari keturunannya atau adopsi atau keduanya
b. Keluarga besar (extended family)
adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih
mempunyai hubungan darah (kakek/nenek, paman/bibi) Tipe-tipe
keluarga secara umum yang dikemukakan untuk mempermudah
pemahaman terhadap literatur tentang kelurga. (friedman, 2005)
c. Keluarga inti (konjugal)
merupakan keluarga yang menikah, sebagai orang tua, atau pemberian
nafkah. Keluarga inti terdiri dari sumi, istri, dn ank mereka-anak
kandung, anak adopsi atau keduanya
d. Keluarga orientasi (keluarga asal)
merupakan unit keluarga yang di dalamnya seseorang dilahirkan
e. Keluarga besar
merupakan keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan (oleh
darah) yang paling lazim menjadi anggota keluarga orientasi yaitu
salah satu teman keluarga inti, berikut ini termasuk “sanak keluarga”
seperti kakek atau nenek, tante, paman, dan sepupu
Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa
individualisme, pengelompokan tipe keluarga selain tipe diatas
berkembang menjadi :
a. Keluarga bentukan kembali (dyadic family)
adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai
atau kehilangan pasangannya. Keadaan ini di indonesia juga menjadi
tren karena adanya pengaruh gaya hidup barat yang pada zaman dahulu

7
jarang sekali ditemui sehingga seorang yang telah cerai atau ditinggal
pasangan cenderung hidup sendiri untuk membesarkan anak-anaknya
b. Orang tua tunggal (single parent family)
adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-
anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya
c. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother)
Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa
pernah menikah (the single adult living alone). Kecenderungan di
indonesia juga meningkat dengan dalih tidak mau direpotkan oleh
pasangan atau anaknya kelak jika telah menikah
d. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non-marital
heterosexual cohabiting family). Biasanya dapat dijumpai pada daerah
kumuh perkotaan (besar), tetapi pada akhirnya mereka dinikahkan oleh
pemerintah daerah (kabupaten atau kota) meskipun usia pasangan
tersebut telah tua demi status anak-anaknya
e. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama
(gay and lesbian family)
3. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga terdiri dari fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi
reproduksi, fungsi ekonomi, fungsi perawatan kesehatan.
a. Fungsi afektif
Berhubungan dengan fungsi-fungsi internal keluarga yaitu
sebagai perlindungan dan dukungan psikososial bagi para anggotanya.
Keluarga melakukan tugas-tugas yang menunjang pertumbuhan dan
perkembangan yang sehat bagi anggotanya dengan memenuhi
kebutuhan-kebutuhan sosioemosional anggotanya, Mulai dari tahun-
tahun awal kehidupan individu dan terus berlangsung sepanjang
hidupnya. Pemenuhan fungsi afektif merupakan basis sentral bagi
pembentukan dna kelanjutan dari unit keluarga.
Komponen fungsi afektif meliputi persepsi keluarga tentang
pemenuhan kebutuhan- kebutuhan psikososial anggota keluarga.
Melalui pemenuhan fungsi ini, maka keluarga menjalankan tujuan-

8
tujuan psikososial yang utama, yaitu membentuk sifat-sifat
kemanusiaan dalam diri mereka, stabilisasi kepribadian dan tingkah
laku, kemampuan menjalin berhubungan secara lebih akrab dan harga
diri
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social
placement function)
Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain di luar rumah
c. Fungsi reproduksi (the reproductive function)
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dn menjaga
kelangsungan keluarga
d. Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat
untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
e. Fungsi perawatan kesehatan (the health care function)
Yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini
dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehata
Dimensi struktur dasar keluarga Struktur keluarga dapat menggambar
bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat
sekitarnya. Parad dan caplan (2005) yang diadopsi oleh friedman
mengatakan ada empat struktur keluarga yaitu :
a. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing
anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya dilingkungan
masyarakat atau peran formal dan informal
b. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang
dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan
dengan kesehatan
c. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola
komunikasi ayah- ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak

9
dengan anak, dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan
keluarga inti
d. Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota
keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk
mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan
Berdasarkan kemampuan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan dasar,
kebutuhan psikososial, kemampuan memenuhi ekonominya dan aktualisasi
keluarga dimasyarakat, serta memperhatikan perkembangan negara
indonesia menuju negara industri, indonesia menginginkan keluarga
dikelompokan menjadi lima tahap yaitu sebagai berikut :
a. Keluarga prasejahtera
adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara
minimal yaitu kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan,
dan kesehatan atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu
atau lebih indicator Keluarga Sejahtera Tahap I
b. Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I)
adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara
minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial
psikologisnya, yaitu kebutuhan pendidikan, keluarga berencana (KB),
interaksi dalam keluarga, interaksi dengan liungkungan tempat
tinggal, dan transportasi
c. Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II)
adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara
minimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya,
tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, yaitu
kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi
d. Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III)
adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar,
kebutuhan sosial psikologisnya, dan kebutuhan pengembangan, tetapi
belum dapat memberikan sumbangan (konstribusi) yang maksimal
terhadap masyarakat secara teratur(dalam waktu tertentu) dalam
bentuk material dan keuangan untuk sosial kemasyarkatan, juga

10
berperan serta secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga
kemasyarakatan atau yayasasn sosial, keagamaan, kesenian, olahraga,
pendidikan dan lain sebagaianya
e. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus)
adalah keluarga yang telah dapat memenuhhi seluruh kebutuhannya,
baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun pengembangan,
serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata dan
berkelanjutan bagi masyarakat
4. Peran perawat keluarga
Perawatan kesehatan masyarakat, sejak dahulu sampai sekarang,
keluarga sudah dianggap sebagai kesatuan dari pemeliharaan kesehatan.
Perananan perawat keluarga membantu keluarga untuk mengatasi dengan
baik masalah-masalah kesehatan dengan meningkatkan kesanggupan
mereka untuk melaksanakan tugas-tugs kesehatan. Proses membantu
keluarga meningkatkan kesanggupan untuk menyelesaikan masalah
kesehatan, perawat dapat berperan sebagai :
a. Pengenal kesehatan (health monitor)
b. Pemberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
c. Koordinator pelayanan kesehatan keluarga
d. Facilitator
e. Educator
f. Advocat

B. Konsep Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi adalah salah satu penyebab utama mortalitas dan
morbiditas di Indonesia, sehingga tatalaksana penyakit ini merupakan
intervensi yang sangat umum dilakukan diberbagai tingkat fasilitas
kesehatan. Pedoman Praktis klinis ini disusun untuk memudahkan para
tenaga kesehatan di Indonesia dalam menangani hipertensi terutama yang
berkaitan dengan kelainan jantung dan pembuluh darah. Komplikasi
hipertensi dapat mengenai berbagai organ target, seperti jantung (penyakit

11
jantung iskemik, hipertrofi ventrikel kiri, gagal jantung), otak (stroke)
ginjal (gagal ginjal), mata (retinopati), juga arteri perifer (klaudikasio
inter miten) . Kerusakan organ-organ tersebut bergantung pada tingginya
tekanan darah pasien dan berapa lama tekanan darah tinggi tersebut tidak
terkontrol dan tidak diobati. (Guideline Joint National Committee 2016).
2. Etiologi Hipertensi
a. Penyebab sekunder hipertensi, seperti:
 Renal arteri stenosis
 Penyakit parenkim ginjal
 Pheochromocytoma
 Aldosteronisme primer
 Tumor sistem saraf pusat
 Koarktasio aorta
 Penyakit tiroid
b. Volume overload
 Insufisiensi ginjal progresif
 Asupan garam berlebihan
 Terapi diuretik tidak adekuat
c. Hipertensi diinduksi obat
 Obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS), kokain, amfetamin, obat
terlarang lainnya
 Agen-agen simpatomimetik, hormon kontrasepsi oral, siklosporin,
takrolimus
 Erythropoietin, kortikosteroid, liquorice, senyawa herbal (ephedra,
mahuang)
d. Kondisi terkait gaya hidup
 Obesitas
 Asupan alkohol berlebihan
(Robert, 2012).

12
3. Patofisiologi Hipertensi
Sejumlah mekanisme fisiologisterlibat dalam pengaturan
tekanandarah, dan gangguan mekanisme inimungkin memainkan peran
kunciterjadinya hipertensi. Di antara faktor-faktor lain, seperti faktor
genetik,aktivasi sistem sarafsimpatik/ sympathetic nervous system(SNS)
dan sistem renin angio tensional dosteron, asupan garam berlebihserta
gangguan antara vasokonstriktordan vasodilator telah terlibat
dalampatofisiologi hipertensi. Walaupunperan faktor di atas dalam
pathogenesishipertensi telah diketahui, keterlibatanfaktor-faktor ini
dalam menyebabkanHR belum begitu diketahui secaramenyeluruh
(Vasilios et al., 2011; Costas et al., 2011).
Faktor prediktor terkuatkurangnya kontrol tekanan darahadalah usia
tua, tekanan darah awalyang tinggi, obesitas, konsumsi garamberlebihan
dan PGK. Telah diketahuihubungan antara penuaan dan aktivasiSNS,
sejumlah penelitian menunjukkanbahwa seluruh aktivitas saraf
simpatiktubuh meningkat dengan penuaan danindeks aktivitas simpatis
terutamamuscle sympathetic nerve activity lebihterkait dengan tekanan
darah padaorang tua (Vasilios et al., 2011; Costas et al., 2011).
Selain penuaan, obesitas,hiperaldosteronisme dan OSAmerupakan
karakteristik HR. Studikohort pasien dengan HR, indeksmassa tubuh
rata-rata lebih dari 32kg/m2 dan prevalensi hiperaldosteronisme sekitar
20%, sedangkan HRmemiliki prevalensi yang sangat tinggipada pasien-
pasien dengan OSA. Selain itu, diantara subyekHR, hiperaldosteronisme
lebih seringterjadi pada pasien yang didiagnosisdengan OSA
dibandingkan pasienyang berisiko rendah untuk OSA. (Costas et al.,
2011).
Data-data yang ada bahwa OSA,hiperaldosteronisme dan obesitas
tidakhanya merupakan komorbiditas umumpada HR tetapi kondisi ini
jugaberinteraksi dalam proses terjadinyaHR. Meskipun mekanisme
yangmenghubungkan kondisi ini denganHR tidak sepenuhnya dapat
dijelaskan,peningkatan aktivitas SNS mungkinmerupakan kondisi
terpenting yangmendasari terjadinya HR (Costas et al.,2011).

13
Jalur patofisiologi yangdiusulkan untuk aktivasi SNS dan
pengembangan RH. Kelebihan obesitas,OSA dan aldosteron yang
meliputisuatu wilayah besar dari mosaicfenotip RH dan yang
berhubungandengan peningkatan aktivitas SNS,melalui beberapa
mekanisme. ALDO:Aldosterone excess/ aldosteron berlebih,OSA:
Obstructive sleep apnea / apnea tidur obstruktif, RAA: Renin
Angiostenin Aldosteron System activation,RH: Resistant
hypertension/hipertensiresisten, SNS: Sympathetic nervoussystem
hyperactivity/ Sistem sarafsimpatik hiperaktif.(Costas et al., 2011).
Data klinis dan eksperimen saatini menunjukkan dampak dari
aktivasiSNS, yaitu resistensi insulin,adipokines, disfungsi endotel,
siklikhipoksemia intermiten, efek aldosteronepada sistem saraf pusat,
kemoreseptor,dan disregulasi baroreseptor.(Vasilioset al., 2011).
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala hipertensi dibedakan menjadi
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur. (Vasilios et al.,
2011; Costas et al., 2011).
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis. (Vasilios et al., 2011; Costas et al.,
2011).
5. Penatalaksanaan
a. Diuretic{Tablet Hydrochlorothiazide (HCT), Lasix (Furosemide)}
Merupakan golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran
cairan tubuh via urine. Tetapi karena potasium berkemungkinan

14
terbuang dalam cairan urine, maka pengontrolan konsumsi potasium
harus dilakukan.
b. Beta-blockers {Atenolol (Tenorim), Capoten (Captopril)}.Merupakan
obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah melalui
prose memperlambat kerja jantung dan memperlebar (vasodilatasi)
pembuluh darah.
c. Calcium channel blockers {Norvasc (amlopidine),
Angiotensinconverting enzyme (ACE)}. Merupakan salah satu obat
yang biasa dipakai dalam pengontrolan darah tinggi atau Hipertensi
melalui proses rileksasi pembuluh darah yang juga memperlebar
pembuluh darah.
6. Komplikasi
Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata
berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai
kebutaan,gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.

C. Teori Asuhan Keperawatan Keluarga


Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan yang sistematis untuk bekerja sama dengan
keluarga dan individu-individu sebagai anggota keluarga. Tahapan dari
proses keperawatan keluarga meliputi pengkajian, perumusan diagnosa
keperawatan, penyusunan perencanaan, perencanaan asuhan dan penelitian
(Jhonson dan Leny, 2010).
1. Pengkajian keluarga
Pengkajian merupakan suatu tahapan di mana perawat mengambil data
secara terus menerus terhadap keluarga yang dibinanya.
a. Pengumpulan data
Sumber informasi dari tahapan pengumpulan data dapat
menggunakan metode wawancara, observasi misalnya tentang
keadaan rumah, pemeriksaan fisik terhadap seluruh anggota
keluarga secara head to toe dan telaahan data sekunder seperti hasil
laboratorium, hasil x-ray, pap smear dan lain sebagainya.

15
Hal-hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam pengkajian
keluarga adalah:
1) Data umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:
a) Nama kepala keluarga
b) Alamat dan telepon
c) Pekerjaan kepala keluarga
d) Pendidikan kepala keluarga
e) Komposisi keluarga dan genogram
i. Komposisi keluarga: menjelaskan anggota keluarga
yang diidentifikasi sebagai bagian dari keluarga
mereka. Komposisi tidak hanya mencantumkan
penghuni rumah tangga, tetapi juga anggota
keluarga lain yang menjadi bagian dari keluarga
tersebut. Bentuk komposisi keluarga dengan
mencatat terlebih dahulu anggota keluarga yang
sudah dewasa, kemudia diikuti dengan anggota
keluarga yang lain sesuai dengan susunan kelahiran
mulai dari yang tua, kemudia mencantumkan jenis
kelamin, hubungan setiap anggota keluarga tersebut,
tempat tanggal lahir atau umur, pekerjaan dan
pendidikan.
ii. Genogram: genogram keluarga merupakan sebuah
diagram yang menggambarkan konstelasi keluarga
(pohon keluarga). Genogram merupakan alat
pengkahian informatif yang digunakan untuk
mengetahui keluarga, riwayat dan sumber-sumber
keluarga. Diagram ini menggambarkan hubungan
vertikal (lintas generasi) dan horizontal (dalan
generasi yang sama) untuk memahami kehidupan
keluarga dihubungkan dengan pola penyakit. Untuk
hal tersebut, maka genogram keluarga harus

16
memuat informasi tiga generasi (keluarga inti dan
keluarga masing-masing orang tua).
Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien yang diidentifikasi

: Meninggal

: Menikah

: Pisah

: Cerai

: Tidak menikah

: Anggota serumah
f) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/ tipe keluarga beserta
kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/
tipe keluarga tersebut
g) Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait
dengan kesehatan
h) Agama

17
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan
i) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditetntuka oleh
pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota
keluarga lainnnya. Selain itu status sosial ekonomi
keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebuthan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang yang dimiliki
oleh keluarga
j) Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja
keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat
relreasi tertentu, namu dengan menonton televisi dan
mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak
tertua dari keluarga inti.
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa
tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
c) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga inti,
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga, perhatian keluarga
terhadap pencegahan penyakit termasuk imunisasi,
sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan dan
pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
d) Riwayat keluarga sebeblumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga
dari pihak suami dan istri.

18
3) Pengkajian lingkungan
a) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas
rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak
septic tank dengan sumber air, sumber air minum
digunkan serta dilengkapi dengan denah rumah.
b) Karateristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan
komunitas setempat meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,
aturan atau kesepakatan penduduk setempat serta budaya
setempat yang mempengaruhi kesehatan.
c) Mobilitas geografis keluarga
Monilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat
kebiasaan keluarga berpindah tempat.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga
untuk berkumpul serta perkumpulan yang ada dan sejauh
mana interaksi keluarga dengan masyarakat.
4) Struktur keluarga
a) Sistem pendukung keluarga
Termasuk sistem pendukung keluarga adalah jumlah
anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang
dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan mencakup
fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari
anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari
masyarakat setempat.
b) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai bagaimana cara berkomunikasi
antar anggota keluarga
c) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku.

19
d) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga
baik secara formal maupun informal.
e) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh
keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
5) Struktur keluarga
a) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran dari anggota
keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya,
bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga
dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
b) Fungsi sosialiasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauh mana anggotan keluarga belajar disiplin,
norma, budaya, serta prilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan
makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota
keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga
mengenai sehat sakit. Kesanggupan keluarga di dalam
melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari
kemampuan keluarga dalam melaksanakan lima tugas
kesehatan keluarga, yaitu keluarga mapu mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan, melakukan perawatan terhdapa
anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan
yang dapar meningkatkan kesehatan dan mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat.

20
d) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai reproduksi keluarga
adalah:
i. Berapa jumlah anak
ii. Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah
anggota keluarga
iii. Metode yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga
e) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana anggota
keluarga memnuhi kebutuhan sandang pangan dan papan
serta sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang
ada di masyarakat dalam upaya pengingkatan status
kesehatan keluarga.
6) Stres dan koping keluarga
a) Stressor jangka pendek dan panjang
i. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam
waktu kurang dari enam bulan
ii. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memrlukan penyelesaian dalam
waktu lebih dari enam bulan
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
c) Strategi koping yang digunakan
Mengkaji strategi koping yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalah
d) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan

7) Pemeriksaan fisik

21
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
Metode yang digunakan sama dengan pemeriksaan fisik
klinik.
8) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.
2. Perumusan diagnosa keperawatan keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan masalah
keperawatan yang didapat dari data-data pada pengkajian yang
berhubungan dengan etiologi yang berasal dari data-data pengkajian
fungsi perawatan keluarga.
Diagnosa keperawatan mengacu pada rumusan PES (problem,
etiologi, dan simtom) dimana untuk problem menggunakan rumusan
masalah dari NANDA, sedangkan untuk etiologi dapat menggunakan
pendekatan lima tugas keluarga atau dengan menggambarkan pohon
masalah.
Tipologi dari dignosa keperawatan keluarga terdiri dari diagnosa
keperawatan keluarga actual (terjadi defisit/gangguan kesehatan), resiko
(ancaman kesehatan) dan keadaan sejahtera (wellness).
Penulisan diagnosa keperawatan keluarga :
a. Diagnosa keperawatan keluarga : aktual
Contoh:Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan anak balita T
keluarga bapak N berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga dengan kekurangan nutrisi.
Ketidakmampuan keluarga merawat, dapat pula mencerminkan tiga
etiologi atau lebih dari masalah yang sama, namun pada saat
merumuskan tujuan dan intervensi harus melibatkan ketiga atau
lebih etiologi tersebut.
b. Diagnosa keperawatan keluarga: risiko (ancaman)
Diagnosa keperawatan keluarga resiko dirumuskan apabila sudah
ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan, misalnya
lingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan yang tidak

22
adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekuat dan lain
sebagainya.
Contoh :
1) Resiko gangguan perkembangan pada balita (anak P) keluarga
Bapak N berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga
melakukan stimulasi terhadap balita.
2) Resiko terjadi konflik pada keluarga Bapak N berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
komunikasi.
c. Diagnosa keperawatan keluarga: sejahtera (potensial)
Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera merupakan suatu
keadaandimana kelurga didalam kondisi sejahtera sehingga
kesehatan keluarga dapat di tingkatkan. Rumusan diagnosanya boleh
tidak menggunakan etiologi.
Contoh :
1) Potensial peningkatan status kesehatan bayi (anak k) keluarga
Bapak K
2) Potensial peningkatan status kesehtan pada pasangan baru
menikah keluarga Bapak A
Berikut disajikan rumusan masalah keperawatan terkait dengan
kondisi kesehatan kelurga berdasarkan NANDA dalam friedman.

Tabel : Rumusan Dignosa keperawatn keluarga


Aspek Rumusan Diagnosa
Kesehatan lingkungan Kerusakan pemeliharaan rumah
keluarga
Pola dan proses komunikasi Kerusakan komunikasi verbal
keluarga
Struktur kekuatan (power) Konflik menyangkut keputusan
keluarga
Struktur peran (role) - Berduka yang diantisipasi
- Berduka disfungsional

23
- Isolasi sosial
- Perubahan dalam perenting
- Perubahan kinerja peran
- Gangguan citra tubuh
Nilai – nilai keluarga Konfilk lain
Fungsi efektif - Gangguan proses keluarga
- Gangguan menjadi orang tua
- Berkabung yang
disfungsional
- Koping keluarga tidak efektif
- Resiko terjadi kekerasan
Fungsi sosialisasi - Perubahan proises keluarga
- Kurang pengetahuan
- Kurang peran orang tua
- Perubahan menjadi orang tua
- Perilaku mencari pertolongan
kesehatan (diagnosa
wellness)
Fungsi perawatan kesehatan - Perubahan pemeliharaan
kesehatan perilaku mencari
kesehatan
Proses dan strategi koping - Koping keluarga tidak efektif
keluarga - Resiko kekerasan

Setelah seluruh diagnosa keperawatan kelurga ditetapkan sesuai


prioritas, maka selanjutnya dikaji tingkat kemandirian keluarga.
( format pengkajian kemandirian : lihat di penilaian ).
Pada satu keluarga mungkin saja perawat menemukan lebih dari
satu diagnosa keperawatan keluarga, maka selanjutnya bersama
keluarga harus menentukan prioritas dengan menggunakan skala
perhitungan sebagai berikut :

24
Tabel : skala prioritas masalah keluarga
Kriteria Skor Bobot
1. Sifat masalah
a. Aktual
3
(tidak/kurang
sehat)
1
b. Ancaman
2
kesehatan
c. Keadaan
1
sejahtera
2. Kemungkinan
masalah dapat di
ubah
2
a. Mudah 2
b. Sebagian 1
c. Tidak dapat 0
3. Potensi masalah
untuk dicegah
a. Tinggi 3 1
b. Cukup 2
c. Rendah 1
Sumber : Baylon & Maglaya
Cara melakukan skoringnya adalah :
1) Tentukan skor untuk setiap kriteria
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan boboit
3) Jumlah skor untuk semua kriteria
4) Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor
diagnosa keperawatan keluarga
Dalam menentukan prioritas, banyak faktor yang mempengaruhi
untuk kriteria yang pertama yaitu sifat masalah, skor yang lebih
besar (3) diberikan pada tidak/kurang sehat karna kondisi ini

25
biasanya disadari dan disadari dan dirasakan oleh keluarga, ancaman
kesehatan skor dua dan keadaan sejahtera skor satu.
Untuk kriteria kedua yaitu kemungkinan masalah dapat diubah,
perawat perlu memperhatikan faktor-fakor berkut :
1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk
menangani masalah.
2) Sumber daya keluarga baik dalam bentuk fisik, keuangan
maupun tenaga
3) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan
dan waktu
4) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi
masyarakat dan dukungan masyarakat
Untuk kriteria ketiga yaitu potensi masalah dapat dicegah, perawat
perlu memperhatikan faktor-faktor berikut :
1) Kepelikan masalah yang berhubungan dengan penyakit atau
masalah
2) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu
masalah itu ada
3) Tindakan yang sedang dijalankan, yaitu tindakan-tindakan yang
tepat dalam memperbaiki masalah
4) Adanya kelompok high risk atau kelompok yang sangat peka
menambah masalah
Untuk kriteria keempat yaitu menonjolnya masalah, perawat perlu
menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah
kesehatan tersebut.
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan,
mencangkup tujuan umum dan khusus, rencana intervensi serta
dilengkapi dengan rencana evaluasi yang memuat kriteria dan standar.
Tujuan dirumuskan secara spesifik, dapat diukur (marusable), dapat
dicapai (achivable), rasional dan menunjukan waktu (SMART). Rencana
intervensi ditetapkan untuk mencapai tujuan. Wright dan Lrahey dalam

26
friedman (1998) membagi intervensi keperawatan keluarga menjadi dua
tingkatan intervensi, yaitu intervensi permulaan dan intervensi lanjut.
Intervensi permulaan meliputi intervensi yang bersifat sportif edukatif
dan langsung kearah sasaran, sedangkan pada tingkat lanjut, meliputi
sejumlah intervensi terapi keluarga yang lebih bersifat psikososial dan
tidak langsung.
klasifikasi (tipologi) intervensi keperawatan keluarga menjadi :
a. Intervensi supplemental
Perawat sebagai pemberi perawatan langsung dengan
mengintervensi bidang-bidang yang keluarga tidak dapat
melakukannya.
b. Intervensi fasilitatif
Perawat berusaha memfasilitasi pelayanan yang diperlukan keluarga
seperti pelayanan medis, kesejahteraan sosial, transportasi dan
pelayanan kesehatan dirumah.
c. Intervensi perkembangan
Perawat melakukan tindakan dengan tujuan memperbaiki dan
meningkatkan kapasitas keluarga dalam perawatan diri dan
tanggung jawab pribadi. Perawat membantu keluarga memanfaatkan
sumber-sumber perawataan untuk keluarganya termasuk dukungan
internal dan ekternal.
Selanjutnya intervensi keperawatan keluarga diklasifikasikan
menjadi intervensi yang mengarah pada aspek kognitif, efektis dan
psikomotor (prilaku). Semua intervensi baik berupa pendidikan
kesehatan, tetapi modalitas ataupun terapi koplementer pada
akhirnya ditunjukan untuk meningkatkan kemampuan keluarga
melaksanakan lima tugas keluarga dalam kesehatan.
Kriteria dan standar merupakan rencana evaluasi, berupa pernyataan
spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan
berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan. Kriteria dapat berupa
respons verbal, sikap atau psikomotor, sedangkan standar berupa
patokan/ukuran yang kita tentukan berdasarkan kemampuan

27
keluarga, sehingga dalam menentukan standar antara klien satu
dengan klien yang lainnya walaupun masalahnya sama, standarnya
bisa jadi berbeda.
Contoh:
Tujuan Khusus: Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga dapat
menjelaskan tanda-tanda bahaya demam oleh virus dengue.
Kriteria: Respons verbal (karena menjelaskan)
Standar: Tanda-tanda bahaya demam oleh virus dengue
1) Panas tinggi tidak turun dengan obat penurun panas
2) Perdarahan dibawah kulit, dan lain sebagainya
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi adalah serangkaian tindakan perawat
pada keluarga berdasarkan perencanaan sebelumnya. Tindakan
perawatan terhadap keluarga mencangkup dapat berupa:
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal
masalah dan kebutuhan kesehatan, dengan cara:
1. Memberikan informasi: penyuluhan atau konseling
2. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat, dengan cara:
1. mengintifikasi konsukuensi tidak melakukan tindakan
2. mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
3. mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
yang sakit :
1. mendemostrasikan cara perawatan
2. menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah
3. mengawasi keluarga melakukan tindakan/perawatan
d. membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi :
1. menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
2. melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin

28
e. memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada, dengan cara :
1. memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada dalam lingkungan
keluarga
2. membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Metode yang dapat dilakukan untuk menerapkan implementasi dapat
bervariasi seperti melalui partisipasi aktif keluarga, pendidikan
kesehatan, kontrak, memanajemen kasus, kolaborasi dan konsultasi.
5. Penilaian
Untuk penilaian keberhasilan tindakan, maka selanjutnya dilakukan
penilaian. Tindakan-tindakan keperawatan keluarga mungkin saja tidak
dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan, untuk itu dilakukan secara
bertahap, demikian halnya dengan penilaian. Penilaian dilaksanakan
dengan menggunakan pendekatan SOAP (subyektif, obyektif, analisa,
dan planning).
S : Hal-hal yang dikemukakan keluarga, misalnya keluarga anak P nafsu
makannya lebih baik
O : Hal-hal yang ditemukan perawat yang dapat diukur, misalnya anak
P naik BB nya 0,5 kg
A : Analisa hasil yang telah dicapai, mengacu pada tujuan dan diagnosa
P : Perencanaan yang akan datang setelah melihat respons keluarga.
Penilaian terhadap asuhan keperawatn juga dilakukan dengan
melakukan penilaian tingkat kemandirian keluarga. Pada saat pengkajian
kemandirian keluarga dikaji untuk mengetahui tingkat kemandirian
keluarga sebelum diberikan pembinaan/tindakan keperawatan,
sedangkan pada saat evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat
kemandirian keluarga setelah pembinaan/tindakan keperawatan
dilakukan.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 267 Tahun 2006, penilaian
kemandirian keluarga ini diajdikan sebagai outcome pelaksanaan
perawatan kesehatan masyarakat (perkesmas) dipusat kesehatan
masyarakat (perkesmas).

29
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas Keluarga
Identitas Kepala Keluarga
Nama : Ny.A
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Bugis
Umur : 30 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT
Telp :-
Alamat : Kampung Baru Bajo
Komposisi Keluarga
No Nama Jenis Hub. Dg Umu Pendidikan Pekerjaan
kelamin keluarga r
1 An.Z L Anak 5 th - -
2 An.S P Anak 3 th - -

b. Genogram

30

5 3

Keterangan :

30
: Laki-laki
: Perempuan

: klien
: meninggal
: Tinggal serumah

c. Tipe Keluarga
keluarga Ny.A merupakan keluarga inti yang terdiri dari ibu dan anak.
Terkadang Ny.A merasa istirahatnya terganggu karena aktivitasnya
sebagai Ibu rumah tangga.
d. Suku Bangsa
Ny.A menyatakan bahwa keluarganya merupakan suku Bugis dan
tinggal di lingkungan orang-orang yang bersuku Luwu dan Bugis.
Ny.A berkomunikasi dengan Indonesia baik antara anggota keluarga
maupun kelurga sekitar.
e. Agama
Semua anggota keluarga Ny.A beragama Islam dan menjalankan
ibadah sesuai keyakinan di rumah dan di masjid. Dalam menjalankan
perintah agama keluarga cukup taat dan rajin mengikuti kegiatan
keagamaan seperti sholat jamaah di Musholla, , acara
tahlilan/yasiinan, dan acara keagamaan lainnya.
f. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Penghasilan keluarga ± Rp 800.000 perbulan . Ny.A sebagai IRT.
Sedangkan Suaminya telah meninggal dunia. Pengeluaran perbulan
untuk keperluan makan dan untuk keperluan lain –lain seperti
membayar listrik, dan air Ny.A yang menaggungg semua biaya
keluarganya.

g. Aktivitas Rekreasi Keluarga

31
Kegiatan yang dilakukan keluarga setiap hari mereka menonton TV
bersama-sama, dan semua berkumpul menonton TV ketika malam
hari.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini dengan lansia
Tahap perkembangan keluarga Ny.A saat ini adalah keluarga usia
lanjut. Terdiri dari 2 anak, anak pertama berusia 5 tahun sedangkan
anak kedua berusia 3 tahun. Ny.A sudah menikah dan mempunyai
tempat tinggal sendiri-sendiri.
b. Tahap perkembangan yang belum terpenuhi
Tidak ada tahap perkembangan keluarga sampai saat ini yang belum
terpenuhi.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti
Ny.A mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan. Ny.A
mengatakan mengatakan terkadang merasa pusing dan tegang pada
leher bagian belakang serta malas makan
 Anak Ny.A (An. Z) Ny.A mengatakan anaknya tidak mempunyai
penyakit keturunan dan tidak memiliki masalah kesehatan
lainnya.
 Anak Tn. S (An. S) tidak mempunyai masalah kesehatan
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Ny.A mengatakan tidak pernah memiliki penyakit yang serius.
Keluarga dari pihak suaminya sampai saat ini hubungannya baik,
minimal setiap 2 kali setahun bersilaturahmi, tidak ada konflik
dengan keluarga.
3. Data Lingkungan
a. Denah Rumah
Ruang tamu Kamar tidur 4 wc wc
Pintu
depa

tenga
Pintu
n

Ruang
makan

Kamar 1 Kamar 2 Kamar 3


32
dapur

Pintu
belakang

b. Karakteristik Rumah
Rumah Ny.A merupakan rumah permanen dengan ukuran panjang ±
13 meter dan lebar 7 meter. Di rumah tersebut terdapat :
 Kamar tidur (terdapat 4 kamar tidur, 3 kamar tidur berada di
depan ruang tamu, kamar tidur berada di samping ruang
makan).
 Ruang tamu berukuran 3x2,5 meter, Ruang tamu rapih dan
bersih, terdapat kursi dan meja tamu, serta foto-foto keluarga
yang terpajang di dinding
 Ruang makan Tn. S biasanya bergabung dengan ruang keluarga
atau ruang menonton TV.
 Kamar mandi bergabung dengan WC berjumlah 2.
 Lantai rumah Ny.A terbuat dari tehel. Atap rumah dari seng.
Ventilasi ada beberapa yaitu : di ruang tamu ada 5 jendela, di
kamar tidur masing-masing 1 jendela, serta dapur 2 jendela.
Kamar tamu ada 2 buah lampu 20 watt, masing–masing kamar
teradapat satu buah lampu 5 watt dan dapur terdapat lampu 20
watt.
 Sumber air keluarga berasal dari PDAM. Untuk pembuangan
sampah dilakukan penampungan dulu di ember sampah
kemudian di pindah di tempat pembuangan sampah yang telah
disediakan pemerintah.
c. Karakteristik Tetangga dan Komunitas
Rumah Ny.A berada di wilayah kelurahan yang mayoritas penduduk
sekitarnya adalah pedagang. Sarana jalan merupakan lorong kecil.
Sarana kesehatan di lingkungan tersebut berupa puskesmas dan
posyandu. Di dekat rumah Ny.A ± 55 meter terdapat masjid.

33
Tetangga Ny.A mayoritas beragama islam serta memiliki sifat
kebersamaan, misalnya selamatan, yasinan setiap malam jum’at bagi
ibu-ibu majlis ta’lim termasuk Ny.A. Jika ada kegiatan sosial
kemasyarakatan biasanya diumumkan melalui pengeras suara yang
ada di musholla atau mesjid.
d. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Ny.A Keluarga terkadang bepergian ke tempat-tempat
yang jauh untuk bersilaturahmi dengan keluarga. Kegiatan rutin Ny.A
adalah beraktivitas sebagai ibu rumah tangga, aktivitas lainnya
menonton TV dan mengikuti kegiatan keagamaan. Tempat tinggal
keluarga juga tidak berpindah – pindah.
e. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Keluarga Dengan Masyarakat.
Keluarga Ny.A mengatakan setiap hari raya semua anak-anak dan
keluarga Almarhum suaminya berkumpul di rumah. Saudara-saudara
yang berada di sekitar rumah sering datang berkunjung. Ny.A rutin
mengikuti kegiatan, seperti pengajian.
f. Sistem Pendukung Keluarga
Ny.A memiliki tetangga yang care yang berada di sekitar rumahnya
sehingga sewaktu-waktu dapat dimintai bantuan. Ny.A memiliki
BPJS. Jika sakit biasanya keluarga Ny.A dibawa ke Dokter.
4. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
keluarga Ny.A dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia.
Komunikasi antar anggota lancar dan tidak ada konflik dalam
keluarga. Dalam keluarga mempunyai kebiasaan berkomunikasi setiap
malam ketika menonton TV.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Dalam keluarga Ny.A adalah penentu keputusan terhadap suatu
masalah karena dianggap sebagai orang yang paling tua dan sebagai
kepala keluarga. keluarga Ny.A sangat menyayangi dan menghargai
Ny. A, apabila Ny.A sakit keluarga langsung mengantarkannya
berobat.

34
c. Struktur Peran ( Formal Dan Informal )
 Ny. A berperan sebagai istri sekaligus kepala keluarga
 An. Z berperan sebagai anak
 An. S berperan sebagai anak
d. Nilai Dan Norma Keluarga
Ny.A mengatakan ia terbiasa menanamkan pada anak-anaknya sikap
hormat-menghormati dan menyayangi antar keluarga dan dengan
tetangga. Keluarga Ny.A menganut agama Islam, dalam kehidupan
keseharian menggunakan keyakinan sesuai syariat islam. Keluarga
Ny.A menganut norma atau adat yang ada di lingkungan sekitar
misalnya takziah atau menjenguk tetangga yang sakit. Dalam
kebiasaan keluarga Ny.A tidak ada yang bertentangan dengan
kesehatan.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Keluarga Ny.A mengatakan berusaha memelihara keharmonisan antar
anggota keluarga, saling menyayangi, dan menghormati. Keluarga
Ny.A sangat harmonis, rukun dan tentram. Apabila ada anggota yang
membutuhkan atau sakit maka keluarga yang lain berusaha
membantu.
b. Fungsi Sosialisasi
Ny.A mengatakan interaksi antar anggota keluarga dapat berjalan
dengan baik. Keluarga Ny.A berusaha untuk tetap memenuhi aturan
yang ada keluarga, misalnya saling menghormati dan menghargai.
Keluarga juga mengatakan mengikuti norma yang ada di masyarakat
sekitar, sehingga dapat menyesuiakan dan berhubungan baik dengan
para tetangga atau masyarakat sekitar.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
 Kemampuan mengenal masalah kesehatan
Keluarga mengatakan mengetahui penyakit di keluarganya tetapi
tidak mengetahui sama sekali apa penyebabnya. Keluarga Ny.A
mengatakan hanya sedikit mengetahui tentang tanda dan gejala,

35
serta tidak mengetahui apa-apa saja yang harus dihindari untuk
mencegah terjadinya penyakit pada Ny.A.
 Kemampuan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan.
Keluarga terus mengingatkan kepada Ny.A untuk tidak banyak
melakukan aktivitas dan beristirahat saja jika merasa tidak enak
badan.
 Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Jika keluarga yang sakit, hal pertama yang dilakukan adalah
mengecek tekanan darah dan mengkaji penyebab dari penyakit
tersebut. Jika sakitnya berlarut segera dibawa ke Dokter.
 Kemampuan keluarga memelihara/ memodifikasi lingkungan
rumah yang sehat
 Keluarga mengatakan tiap hari selalu membersihkan lingkungan
rumahnya (menyapu, mengepel). Untuk pembuangan sampah
dilakukan penampungan dulu di ember sampah kemudian di
pindah di tempat pembuangan sampah yang telah disediakan
pemerintah.
 Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat
Keluarga Ny.A mengatakan jika ada keluarga yang sakit segera
dibawa ke Dokter, dan jika perlu rujukan dibawa ke Puskesmas
terdekat. Ny.A seringkali tidak mau dibawa ke pelayanan
kesehatan kecuali benar-benar dirasa parah.
d. Fungsi Reproduksi
Ny.A memiliki 2 orang anak yang masih kecil-kecil.
e. Fungsi Ekonomi
Keluarga Ny.A termasuk keluarga cukup mampu, hal ini dapat dilihat
dari penghasilan keluarga tiap bulannya sekitar Rp.800.000/perbulan.
Keluarga Ny.A dapat memenuhi setiap kebutuhan sandang, pangan
dan papan walaupun dengan kapasitas seadanya.
6. Stres Dan koping Keluarga
a. Stressor Jangka Pendek Dan Panjang

36
 Stresor jangka panjang
Keluarga Ny.A mengatakan hampir tidak pernah mengalami stres
baik itu stres jangka panjang ( > 6 bulan ) maupun jangka pendek.
b. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi/Stressor
Pemecahan masalah dalam keluarga Ny.A biasanya dengan cara
musyawarah antar anggota keluarga, kadang juga melibatkan
keluarga.
c. Strategi Adaptasi Disfungsional
Dalam menghadapi suatu permasalahan keluarga Ny.A biasanya
mengkonsentrasikan pada bagaimana cara pemecahan masalah
tersebut. Sehingga keluarga tidak terganggu dalam melakukan
pekerjaan keseharian.
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
No Ny. A Nn. Z An. S
Fisik

1 Kepala Simetris, rambut Simetris, rambut Simetris, rambut


berwarna putih, berwarna hitam, berwarna hitam,
tidak ada tidak ada tidak ada ketombe.
ketombe. ketombe.

2. Leher Leher terlihat Leher terlihat Leher terlihat


simetris, tidak ada simetris, tidak simetris, tidak ada
gangguang fungsi ada gangguang gangguang fungsi
dan kelainan fungsi dan dan kelainan
anatomis. Akan kelainan anatomis, tidak
tetapi Tn. S anatomis, tidak teraba adanya
mengatakan terasa teraba adanya pembesaran
berat pada pembesaran kelenjar tiroid
tengkuk. kelenjar tiroid (struma).
(struma).

3. Mata Konjungtiva tidak Konjungtiva Konjungtiva tidak


terlihat anemis, tidak terlihat terlihat anemis,
tidak ada katarak, anemis, tidak ada tidak ada katarak,
penglihatan jelas katarak, penglihatan jelas
penglihatan jelas

37
4. Telinga Simetris, keadaan Simetris, Simetris, keadaan
bersih,Fungsi keadaan bersih,Fungsi
pendengaran baik bersih,Fungsi pendengaran baik
pendengaran
baik

5. Hidung Simetris,keadaan Simetris,keadaan Simetris,keadaan


bersih,Tidak ada bersih,Tidak ada bersih,Tidak ada
kelainan yang kelainan yang kelainan yang
ditemukan ditemukan ditemukan

6. Mulut Mukosa mulut Mukosa mulut Mukosa mulut


lembab,keadaan lembab,keadaan lemb,keadaan
bersih,Tidak ada bersih,Tidak ada bersih,Tidak ada
kelainan kelainan kelainan

7. Dada Pergerakan dada Pergerakan dada Pergerakan dada


terlihat simetris, terlihat simetris, terlihat simetris,
suara jantung S1 suara jantung S1 suara jantung S1
dan S2 dan S2 dan S2
tunggal,tidak tunggal,tidak tunggal,tidak
terdapat palpitasi, terdapat terdapat palpitasi,
suara mur-mur (-), palpitasi, suara suara mur-mur (-),
ronchi (-), mur-mur (-), ronchi (-),
wheezing (-) ronchi (-), wheezing (-)
wheezing (-)

8. Abdomen Pada pemeriksaan Pada Pada pemeriksaan


abdomen tidak pemeriksaan abdomen tidak
didapatkan adanya abdomen tidak didapatkan adanya
pembesaran hepar, didapatkan pembesaran hepar,
tidak kembung, adanya tidak kembung,
pergerakan pembesaran pergerakan
peristaltik usus hepar, tidak peristaltik usus
35x/mnt, tidak ada kembung, 35x/mnt, tidak ada
bekas luka operasi pergerakan bekas luka operasi
peristaltik usus
35x/mnt, tidak
ada bekas luka
operasi

9. TTV dan  TD : 150/100 TD: 90/80 TD: 90/80 mmHg


ekstremitas mmHg, mmHg

38
N : 94 x/m, N: 84 x/mnt N: 72 x/mn

S : 360C S: 37,2OC S: 370C

R: 20x/m R: 18 x/mnt R: 18 x/mnt

8. Harapan Keluarga
Keluarga sangat berharap agar masalah kesehatan yang terjadi di dalam
keluarga dapat teratasi atas bantuan dari pertugas kesehatan.

B. Diagnosa Keperawatan Keluarga


1. Analisa Dan Sintesa Data
No Data Penunjang Etiologi Masalah
1. DS : Agen cedera Nyeri akut
 Ny.A mengatakan sering merasa fisik ( hipertensi pada Ny.A
pusing ) dalam keluarga
 Ny.A mengatakan sering merasa Ny.A
tegang pada tengkuk
DO:
 TD : 150/100 mmHg
 skala nyeri sedang (6)
 Klien tampak meringis
2. DS : ketidakmampua Kurang
 Keluarga mengatakan n keluarga pengetahuan,
mengetahui penyakit di mengenal ketidak tahuan
keluarganya tetapi tidak masalah tentang
mengetahui sama sekali apa kesehatan, penyakit
penyebabnya. Keluarga Ny.A Kurang pada Ny.A
mengatakan hanya sedikit informasi dan dalam keluarga
mengetahui tentang tanda dan keterbatasan Ny.A
gejala, serta tidak mengetahui kemampuan
apa-apa saja yang harus mencapai
dihindari untuk mencegah informasi

39
terjadinya penyakit pada Ny.A.
 Jika ada keluarga yang sakit, hal
pertama yang dilakukan adalah
mengecek tekana darah dan jika
sakitnya berlarut segera dibawa
ke dokter
 Ny.A mengatakan tidak ada
pantangan makanan

DO :
 Keluarga tidak bisa menjawab
pertanyaan tentang pengertian
penyakit, pencegahan,
perawatan dan pengobatannya
 Ny.A bertanya apa saja
makanan yang harus dihindari
agar tidak sakit, Ny.A tampak
bingung

2. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga

No Diagnosa Keperawatan
1 Nyeri akut pada Ny.A dalam keluarga Ny.A b.d agen cedera fisik
(Hipertensi).
2 Kurang pengetahuan, ketidaktahuan tentang penyakit b.d Kurang
informasi, ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
terkait hipertensi.

3. Prioritas Masalah
a. Nyeri akut pada Ny.A dalam keluarga Ny.A b.d agen cedera fisik
(Hipertensi).
KRITERIA SKORE PEMBENARAN

40
Sifat masalah 3/3 x 1 = 1 Ny.A mengatakan
(bobot 1) terkadang merasa
Skala : pusing dan tegang
3 : Aktual pada leher bagian
2 : Resiko belakang
1 : Sejahtera
Kemungkinan masalah 1/2 x 2 = 1 Ny.A mengatakan
dapat diubah (bobot 2) nyerinya tidak hilang-
Skala : hilang, padahal sudah
2 : Mudah minum sari buah
1 : Sebagian timun. Keluarga
0 : Tidak dapat mengatakan Ny.A
sering tidak mau
diajak ke tempat
pelayanan kesehatan,
kecuali benar-benar
parah.
Potensial masalah untuk 3/3 x 1 = 1 Ny.A mengatakan
dicegah (bobot 1) sakitnya tidak
3 : Tinggi bertambah parah jika
2 : Cukup banyak beristirahat.
1 : Rendah
Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 1 Ny.A mengatakan
(bobot 1) sakitnya mengganggu
2 : Berat, segera aktivitasnya.
ditangani
1 : Tidak perlu segera
ditangani
0 : tidak dirasakan
Total 4

41
b. Kurang pengetahuan, ketidaktahuan tentang penyakit b.d Kurang
informasi dan keterbatasan kemampuan mencerapai informasi,
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

KRITERIA SKORE PEMBENARAN


Sifat masalah 2/3 x 1 = 2/3 Ny.A mengatakan
(bobot 1) terkadang
Skala : merasapusing dan
3 : Aktual tegang pada leher
2 : Resiko bagian belakang
1 : Sejahtera
Kemungkinan masalah 2/2 x 2 = 2 Keluarga Ny.A
dapat diubah (bobot 2) mengatakan jika ada
Skala : anggota keluarga yang
2 : Mudah sakit segera dibawa ke
1 : Sebagian dokter atau Puskesmas
0 : Tidak dapat terdekat, namun
belum ada pertugas
yang menjelaskan
bagaimana
penyakitnya.
Potensial masalah untuk 2/3 x 1 = 2/3 Ny.A mengatakan
dicegah (bobot 1) sudah mulai
3 : Tinggi mengurangi
2 : Cukup aktivitasnya agar
1 : Rendah penyakitnya tidak
bertambah parah, Tn.
S belum tahu makanan
apa yang harus
dihindari.
Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 1 Ny.A mengatakan
(bobot 1) penyakitnya

42
2 : Berat, segera mengganggu aktivitas
ditangani geraknya sehingga
1 : Tidak perlu segera menyusahkan
ditangani keluarga yang lain.
0 : tidak dirasakan
Total 3 4/3

Maka prioritas masalahnya sebagai berikut :

No Diagnosa Keperawatan Skore


1 Nyeri akut pada Ny.A dalam keluarga Ny.A b.d agen 4
cedera fisik (Hipertensi).
2 Kurang pengetahuan, ketidak tahuan tentang penyakit b.d 3 4/3
Kurang informasi dan keterbatasan kemampuan
mencerapai informasi, ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan.

C. Rencana Asuhan Keperawatan

No
Tujuan Kriteria Intervensi
Dx
1. Setelah dilakukan Non verbal Pain management (1400)
perawatan selama 3  Monitor nyeri : lokasi,
hari, Ny.A karakteristik, durasi,
mengalami frekuensi, keparahan dan
penurunan rasa faktor presipitasi
nyeri atau dapat  Observasi respon non
mentolerir rasa verbal klien saat nyeri
nyeri dengan terjadi
kriteria :  Gunakan komunikasi
 Klien terapeutik untuk
memahami mengetahui pengalaman
mekanisme nyeri nyeri klien
yang terjadi  Jelaskan mekanisme

43
 klien nyeri yang terjadi pada
mengetahui dan klien
dapat  Ajarkan teknik distraksi
memperagakan dan relaksasi untuk
teknik distraksi mengurangi rasa nyeri
dan relaksasi  Berikan support sistem
 klien tidak untuk mentolerir nyeri
banyak  Libatkan orang terdekat
mengeluh klien(keluarga) untuk
tentang nyerinya pemberian support
system
 Kolaborasi dalam
pemberian analgetik
 Identifikasi PQRST
sebelum dilakukan
pengobatan
2. Setelah dilakukan Verbal Teaching : Disease
pendidikan pengetahuan Prosess (5602)
kesehatan, keluarga  Menilai tingkat
mengetahui tentang pengetahuan keluarga
penyakit yang yang berhubungan
diderita dengan penyakit yang
keluarganya, dengan diderita oleh anggota
kriteria hasil : keluarga
 Keluarga dapat  Menjelaskan pengertian
menjelaskan penyakit
tentang  Menjelaskan patofisiologi
pengertian, penyakit
penyebab, tanda  Menjelaskan tanda dan
dan gejala, serta gejala yang muncul dari
penalaksanaan penyakit yang dialami
pada penyakit  Menjelaskan

44
 Keluarga dapat penalaksanaan atau hal-
melakukan hal yang harus dihindari
perawatan dengan  Mengidentifikasi
mengontrol kemungkinan penyebab
makanan yang terjadinya penyakit
harus dihindari
D. Implementasi dan Evaluasi

No Dx dan Implementasi Evaluasi


Tanggal
1 Diagnosa 1 a. Mengkaji tekanan darah. S : klien mengatakan
26-09-2020 TD : 150/100 mmHg masih merasa nyeri
b. Mengurangi aktivitas pasien pada kepala dan tegang
dan menghindari keributan di pada tengkuk
dalam ruangan. O : TD : 150/100 mmHg.
c. Melakukan pijatan pada A : Masalah belum
pungung dan leher. teratasi
d. Memberikan minuman sari P : Intervensi dilanjutkan
buah timun kepada klien
-      
2 Diagnosa II a. Menjelaskan pengertian S : keluarga mengatakan
26-09-2020 penyakit Masih belum paham
b. Menjelaskan patofisiologi betul tentang penyakit
penyakit hipertensi
c. Menjelaskan tanda dan gejala O : klien tampak bingung.
yang muncul dari penyakit A : masalah belum
yang dialami teratasi.
d. Menjelaskan penalaksanaan P : intervensi dilanjutkan.
atau hal-hal yang harus
dihindari
e. Mengidentifikasi
kemungkinan penyebab
terjadinya penyakit

45
No Dx dan Implementasi Evaluasi
Tanggal
1 Diagnosa 1 a. Mengkaji tekanan darah. S : klien mengatakan
27-09-2020 TD : 140/100 mmHg masih merasa nyeri
b. Mengurangi aktivitas pasien pada kepala dan tegang
dan menghindari keributan pada tengkuk
di dalam ruangan. O : TD : 140/100 mmHg.
c. Melakukan pijatan pada A : Masalah teratasi
pungung dan leher. sebagian
d. Memberikan minuman sari P : Intervensi dilanjutkan
buah timun kepada klien

2 Diagnosa II a. Menjelaskan pengertian S : keluarga mengatakan


27-09-2020 penyakit Sudah mengerti
b. Menjelaskan patofisiologi penyakit hipertensi
penyakit O : klien tampak sudah
c. Menjelaskan tanda dan gejala mengerti.
yang muncul dari penyakit A : masalah sudahteratasi.
yang dialami P : intervensi dihentikan.
d. Menjelaskan penalaksanaan
atau hal-hal yang harus
dihindari
e. Mengidentifikasi
kemungkinan penyebab
terjadinya penyakit
Dx dan
No Implementasi Evaluasi
Tanggal
1 Diagnosa 1 a. Mengkaji tekanan darah. S : klien mengatakan
28-09-2020 TD : 120/100 mmHg sudah tidak nyeri lagi
b. Mengurangi aktivitas pasien O : TD : 120/100 mmHg.
dan menghindari keributan di A : Masalah teratasi
dalam ruangan. P : Intervensi dihentikan

46
c. Melakukan pijatan pada
pungung dan leher.
d. Memberikan minuman sari
buah timun kepada klien

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga didefinisikan dalam berbagai cara. Definisi keluarga berbeda-
beda, tergantung kepada orientasi teoritis “pendefinisi” yaitu dengan
menggunakan menjelaskan yang penulis dari untuk menghubungkan
keluarga.
Perawatan kesehatan masyarakat, sejak dahulu sampai sekarang, keluarga
sudah dianggap sebagai kesatuan dari pemeliharaan kesehatan. Perananan
perawat keluarga membantu keluarga untuk mengatasi dengan baik masalah-

47
masalah kesehatan dengan meningkatkan kesanggupan mereka untuk
melaksanakan tugas-tugs kesehatan.
Hipertensi adalah salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas di
Indonesia, sehingga tatalaksana penyakit ini merupakan intervensi yang
sangat umum dilakukan diberbagai tingkat fasilitas kesehatan. Pedoman
Praktis klinis ini disusun untuk memudahkan para tenaga kesehatan di
Indonesia dalam menangani hipertensi terutama yang berkaitan dengan
kelainan jantung dan pembuluh darah. Komplikasi hipertensi dapat mengenai
berbagai organ target, seperti jantung (penyakit jantung iskemik, hipertrofi
ventrikel kiri, gagal jantung), otak (stroke) ginjal (gagal ginjal), mata
(retinopati), juga arteri perifer (klaudikasio inter miten) . Kerusakan organ-
organ tersebut bergantung pada tingginya tekanan darah pasien dan berapa
lama tekanan darah tinggi tersebut tidak terkontrol dan tidak diobati.
B. Saran
Diharapkan agar mahasiswa mampu memahami terlebih dahulu tentang
suatu penyakit sebelum mengangkat sebuah diagnose dan rencana
keperawatan yang akan dilakukan kepada klien.

48
DAFTAR PUSTAKA

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Diakses pada 2020. 2019
Novel Coronavirus (2019-nCoV), Wuhan, China.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Diakses pada 2020.
Frequently Asked Questions About SARS.
Muhadi,2016. Guideline Joint National Committee, hipertensi, tekanan darah.

divisi kardiologi, departemen ilmu penyakit dalam. CDK-236/ vol. 43 no. 1

NANDA International, Diagnosis Keperawatan: definisi & klasifikasi 2015-2017

Edisi 10

Nursing Intervension Classification (NIC) 2013, Edisi 6

Nursing Outcomes Classification (NOC) 2013, Edisi 5

Robert, 2012dalam jurnal kedokteran yarsi Starry H. Rampengan23 (2):114-

127 (2015).

S.A. Nugraheni, dkk.: Pengendalian Faktor Determinan ,Jurnal Manajemen

Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 4 Desember 2008.

US National Library of Medicine National Institutes of Health - Medlineplus.

Diakses pada 2020. Coronavirus Infections 

Vasilios et al., 2011; Costas et al., 2011). Diambil dari Jurnal Kedokteran Yarsi

Starry H. Rampengan23 (2) : 114-127 (2015).

Web MD. Diakses pada 2020. Coronavirus.

WHO. Diakses pada 2020. Coronavirus.

49

Anda mungkin juga menyukai