KELOMPOK 3
Nama anggota :
Zakiatun nufus
Pembimbing:
Ns.risna., M.kep
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena tugas makalah yang
berjudul”ASKEP PADA REMAJA DENGAN PERGAULAN BEBAS DI GAMPONG
GINTONG”, ini dapat di selesaikan dengan baik.
Makalah ini di buat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan
komunitas II dan untuk mengetahui tentang bagaimana pelaksanaan keperawatan pada remaja
dengan pergaulan bebas.Dalam penyusunan makalah ini, kami dari kelompok 3 mengalami
banyak kesulitan karena kurangnya pengetahuan baik dari cara penulisan maupun materi yang di
perlukan, untuk itu di sampaikan terima kasih terhadap pihak-pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini terlebih khusus kami ucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing. yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, karena itu jika
terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini, kami sangat mengharapkan adanya saran dan
kritik dari pembaca sekalian. Kami harap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca. Sekian
dan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................
A. Latar Belakang...........................................................................................................
B. Tujuan penulisan........................................................................................................
C. Manfaat......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................
A.
..........................................................................................................................................
BAB III PENUTUP....................................................................................................................
A. Kesimpulan................................................................................................................
B. Saran...........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
a. Perkembangan Moral
Perkembangan seorang individu dimulai pada masa anak-anak awal, namun akan membentuk
sebagai kepribadian pada masa remaja. Remaja menggunakan pertimbangannya pertimbangannya
sendiri sendiri untuk menilai menilai peraturan peraturan dan tidak lagi menggunakan
menggunakan peraturan han peraturan hanya untuk ya untuk menghindari hukuman menghindari
hukuman seperti seperti pada masa pada masa anak-anak. anak-anak. Remaja berbeda dengan
berbeda dengan anak pada anak pada tahap usia tahap usia sebelumnya dalam sebelumnya dalam
hal penerimaan hal penerimaan keputusan. keputusan. Anak pada tahap usia sebelum remaja
hanya dapat menerima sudut pandang orang dewasa, sedangkan seorang remaja harus mengganti
seperangkat moral dan nilai mereka sendiri untuk memperoleh otoritas dari orang dewasa. Saat
prinsip yang lama tidak lagi diikuti, tetapi nilai yang baru belum muncul, remaja akan mencari
peraturan peraturan moral yang sesuai dengan jati diri mereka dan mengatur mengatur tingkah
tingkah laku mereka, terutama dalam menghadapi tekanan yang kuat untuk melanggar keyakinan
yang lama. Keputusan mereka yang melibatkan dilema moral harus berdasarkan pada prinsip-
prinsip moral awal pada prinsip-prinsip moral awal yang ditanamkan da yang ditanamkan dalam
diri mereka sebagai sumber lam diri mereka sebagai sumber untuk mengevaluasi tuntutan situasi
dan merencanakan serangkaian tindakan yang konsisten dengan ide mereka.
Masa remaja akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai nilai moral yang telah
ada dan keterkaitannya terhadap masyarakat dan individu. Remaja dengan mudah dapat
mengambil peran lain. Mereka memahami tugas dan kewajiban berdasarkan berdasarkan hak
timbal balik dengan orang lain, dan juga memahami memahami konsep keadilan yang tampak
dalam penetapan hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan atau penggantian apa yang telah
dirusak akibat tindakan yang salah. Namun demikian, mereka mempertanyakan peraturan-
peraturan moral yang telah ditetapkan sebagai akibat dari observasi remaja bahwa suatu peraturan
secara verbal berasal dari orang dewasa tetapi mereka tidak mematuhi peraturan tersebut. Remaja
memahami bahwa peraturan sebenarnya merupakan suatu persetujuan bersama yang dapat
disesuaikan dengan situasi dan tidak bersifat absolut.
b. Perkembangan Spiritual
Menurut Fowler dalam Kozier (2009), remaja atau individu dewasa muda mencapai tahap
sintetik-konvensional perkembangan spiritual. Saat menghadapi berbagai berbagai kelompok di
kelompok di masyarakat, masyarakat, remaja terpapar terpapar dengan berbagai dengan berbagai
jenis pendapat, pendapat, keyakinan, dan perilaku terkait masalah agama. Menurut Kozier (2009),
remaja dapat menyelesaikan perbedaan dengan cara memutuskan bahwa perbedaan adalah hal
yang salah atau mengelompokkan perbedaan. (misalnya seorang teman tidak dapat pergi
hangout pada setiap malam jumat karna menghadiri menghadiri acara keagamaan, keagamaan,
namun teman tersebut dapat melakukan kegiatan bersama pada harilain). Remaja sering percaya
bahwa berbagai keyakinan dan praktik keagamaan lebih memiliki kesamaan daripada perbedaan.
Pada tahap ini, remaja berfokus pada persoalan interpersonal, bukan konseptual.
Remaja mungkin menolak aktivitas ibadah yang formal tetapi melakukan ibadah secara
individual dengan privasi dalam kamar mereka sendiri. Mereka mungkin memerlukan eksplorasi
terhadap konsep keberadaan Tuhan. Membandingkan agama mereka dengan agama orang lain
dapat menyebabkan mereka mempertanyakan kepercayaaan mereka sendiri tetapi pada akhirnya
akan menghasilkan perumusan dan penguatan spiritualitas mereka.
c. Perkembangan Psikososial
Masa remaja terdiri atas tiga subfase yang jelas, yaitu remaja awal atau early adolescence (11-
14 tahun), remaja pertengahan atau middle adolescence (15- 17 tahun), dan remaja akhir atau late
adolesc 17 tahun), dan remaja akhir atau late adolescence (18-20 tahun) (Wong, 2001). 18-20
tahun) (Wong, 2001).
1. Remaja awal (early adolescence) biasanya masih terheran-heran dengan perubahan fisik yang
te perubahan fisik yang terjadi pada tubuhnya sendir rjadi pada tubuhnya sendiri. Pada tahap i.
Pada tahap remaja awal remaja awal terdapat terdapat tekanan untuk memiliki suatu kelompok
dan memiliki hubungan persahabatan dengan teman sesame jenis. Remaja menganggap
memiliki sebuah kelompok adalah hal yang penting karena mereka merasa menjadi bagian dari
kelompok dan kelompok dapat memberi mereka rasa status. Remaja akan mulai mencocokan
cara dan minat berpenampilan sesuai dengan kelompoknya dan cemas terhadap penampilan
penampilan fisiknya. fisiknya. Menjadi Menjadi individu individu yang berbeda berbeda
mengakibatkan mengakibatkan remaja tidak diterima oleh kelompoknya. Pada tahap remaja
awal, remaja akan menyatakan kebebasan dan merasa sebagai seorang individu, bukan hanya
sebagai seorang anggota keluarga. Proses perkembangan identitas pribadi ini memakan waktu
dan penuh dengan periode periode kebingungan, kebingungan, depresi, depresi, dan
keputusasaan. keputusasaan. Dampak negatif negatif proses proses perkembangan
perkembangan identitas identitas tersebut tersebut adalah perilaku perilaku memberontak,
memberontak, kasar dan melawan. Pada tahap ini, remaja mulai menentukan batasan
ketergantungan dari orang tua dan berusaha mandiri (Wong, 2001).
2. Remaja pertengahan (middle adolescence) biasanya merasa senang jika banyak te banyak
teman yang menyukainya. yang menyukainya. Remaja cenderung menci cenderung mencintai
dirinya dirinya sendiri sendiri dan menyukai teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama
dengan dirinya. Remaja ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan teman-temannya
daripada dengan keluarga, mulai berpacaran, dan menolak campur tangan orang tua dalam
mengendalikannya. Remaja pada tahap ini terus-menerus bereksperimen untuk mendapatkan
diri yang dirasakan nyaman bagi mereka. Hal ini dapat dil Hal ini dapat dilihat dari car ihat dari
cara berpakaian berpakaian dan penampilan penampilan seperti seperti baju, gaya rambut,
rambut, dan lain-lain lain-lain yang berubah- berubahubah. Hal yang postif dari remaja
pertengahan adalah lebih tenang, sabar, toleransi, dapat menerima pendapat orang lain
walaupun berbeda dengan pendapatnya, lebih bersosialisasi, bersosialisasi, tidak lagi pemalu,
pemalu, belajar belajar berpikir berpikir independen independen dan membuat membuat
keputusan sendiri, dan ingin tahu banyak hal. Pada tahap ini merupakan titik rendah dalam
hubungan orang tua-anak. Terdapat konflik besar mengenai kemandirian remaja dengan orang
tua (Wong, 2001).
3. Remaja akhir (late adolescence) merupakan masa konsolidasi menuju periode periode dewasa
dan ditandai ditandai dengan minat yang makin mantap terhadap terhadap fungsi- fungsifungsi
intelek, terbentuk identitas sesksual yang tidak akan berubah lagi, egosentris (terlalu
memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan Antara kepentingan diri
sendiri. Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya. Mereka amou menghadapi masalah
dengan tenang dan rasional, dan walaupun masih mengalami periode depresi, perasaan mereka
lebih kuat dan mulai menunjukkan emosi yang lebih matang. Remaja akan belajar mengatasi
stress yang dihadapinya, dan biasanya lebih suka mengatasinya dengan pergi bersama teman
dibandingkan dengan keluarganya. Rasa takut dan stressor yang umum terjadi pada remaja
adalah hubungan dengan lawan jenis, kecenderungan atau perasaan homoseksual, dan
kemampuan untuk menerima peran orang dewasa ng dewasa (Muscari, 2001) (Muscari, 2001)
Remaja juga akan cenderung menggeluti masalah sosial politik bahakan agama. Pada tahap ini
remaja akan memiliki pasangan yang lebih serius dan banyak mengahabiskan waktu dengan
mereka. Jika terdapat kecemasan dan ketidakpaastian masa depan, maka hal tersebut dapat
merusak harga diri dan keyakinan diri remaja tersebut. Pada tahap ini, pemisahan emosional
dan fisik dari orang tua telah dilakukan daan tercapainnya kemandirian remaja jika berasal dari
keluarga dengan konflik yang minimal (Wong, 2001).
2.4 Masalah Kesehatan Pada Remaja dan Peran Perawat Komunitas dalam Mengatasi Masalah
Perubahan psikologis yang terjadi pada remaja meliputi intelektual, kehidupan emosi, dan
kehidupan social. WHO mendefinisikan remaja sebagai perkembangan dari saat timbulnya tanda
seks sekunder hingga tercapainya maturasi seksual dan reproduksi, suatu proses pencapaian mental
dan identitas dewasa, serta peralihan dari ketergantungan sosioekonomi menjadi mandiri. Terdapat
berbagai masalah kesehatan di usia remaja yang saat ini marak terjadi di komunitas masyarakat
(Wong, 2008).
a. Merokok
Bahaya merokok pada setiap tingkat usia tidak diragukan lagi; namun demikian, pendekatan
pencegahan terhadap remaja yang merokok sangat penting. Merokok di kalangan remaja
merupakan perilaku kompleks yang tidak dapat dijelaskan oleh satu faktor penyebab. Dampak yang
paling berbahaya dari merokok adalah terjadinya adiksi seumur hidup. Sekitar 90% dari semua
pengguna tembakau mulai merokok ketika mereka masih anak-anak dan remaja di bawah usia 18
tahun (Office of Smoking and Health, 1996 dalam Wong, 2008). Selain itu, hasil riset menunjukkan
adanya hubungan yang jelas antara penggunaan tembakau, penggunaan alkohol penggunaan
alkohol dan obat dan obat-obatan lai -obatan lain, dan perilaku perilaku berisiko berisiko tinggi (Wi
tinggi (Willard dan Schoenborn, 1995 dalam Wong, 2008). Banyak penyebab yang membuat para
remaja mulai merokok, yaitu karena meniru sifat orang dewasa, tekanan dari sebaya, dan meniru
sifat orang yang terkenal yang biasanya merokok. Program paling efektif yang dilakukan oleh
perawat adalah program komunitas luas yang melibatkan orangtua, teman sebaya, media cetak,
dan organisasi masyarakat. Dua area fokus program antirokok adalah program mengajak teman
sebaya untuk menekankan akibat-akibat dari merokok dan menggunakan media, seperti film, untuk
pencegahan merokok.
b. Kehamilan Remaja
Aktivitas seksual remaja dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang serius. Remaja
yang aktif secara seksual rentan mengalami hamil di luar nikah dan tertular penyakit menular
seksual. Pada tahun 1995 lebih dari satu dari lima remaja putri yang aktif secara seksual mengalami
kehamilan (Kaufmann dkk, 1998 dalam Wong, 2008). Remaja yang hamil dan bayinya berisiko tinggi
mengalami morbiditas, mortalitas, kemiskinan, dan residivisme. Selain itu, penelitian juga
memperlihatkan bahwa kehamilan di usia muda (usia kurang dari 20 tahun) sering kali berkaitan
dengan munculnya kanker rahim. Hal ini berkaitan erat dengan belum sempurnanya perkembangan
dinding uterus. Kehamilan yang tidak diinginkan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain
kurangnya pengetahuan mengenai proses proses terjadinya terjadinya kehamilan kehamilan dan
metode pencegahan pencegahan kehamilan, kehamilan, akibat terjadinya terjadinya tindak
pemerkosaan, dan kegagalan alat kontrasepsi. Perawat dapat menganjurkan kepada orangtua
untuk melakukan pengawasan terhadap perilaku anak dengan menanyakan aktivitas harian mereka
d. Penyalahgunaan Zat
Pemakaian zat, terutama obat-obatan oleh anak-anak dan remaja untuk mengakibatkan
perubahan status kesadaran diyakini dapat merefleksikan perubahan yang terjadi dalam hidup
mereka dan stres yang ditimbulkan oleh perubahan tersebut. Secara tidak langsung, narkoba dan
alkohol biasanya terkait erat dengan pergaulan seksual bebas. Penyalahgunaan obat adalah
pemakaian teratur obat-obatan selain untuk tujuan pengobatan dan sampai tingkat
penyalahgunaan yang menyebabkan cedera fisik atau psikologik pada pengguna dan/atau merusak
masyarakat. Pada akhirnya, remaja dapat ketagihan terhadap narkotik dengan atau tanpa
kebergantungan secara fisik, dan seseorang mungkin secara fisik bergantung pada narkotik narkotik
tanpa merasa ketagihan. ketagihan. Beberapa Beberapa jenis penyalahgunaan penyalahgunaan
obat dapat berupa berupa alkohol, alkohol, kokain, kokain, narkotik narkotik (meliputi (meliputi
opiat seperti seperti heroin, heroin, morfin, morfin, fentanil, fentanil, hidromorfon, dan kodein),
depresan dan stimulan sistem saraf pusat, dan obat-obatan yang memengaruhi pikiran
(halusinogen). Perawat sekolah dan perawat yang bekerja bekerja di komunitas komunitas
berperan berperan penting penting dalam mengidentifikasi mengidentifikasi keluarga keluarga
dengan masalah penyalahgunaan zat. Identifikasi awal pada keluarga dengan masalah
penyalahgunaan penyalahgunaan zat adalah hal penting penting untuk mencegah mencegah
penyalahgunaan penyalahgunaan zat pada anak-anak dan remaja (Werner, Joffe, dan Graha anak-
anak dan remaja (Werner, Joffe, dan Graham, 1999 dalam Wong, 2008). 99 dalam Wong, 2008).
Tujuan Khusus:
Berikut ini karakteristik PKPR merujuk WHO (2003) yang menyebutkan agar Adolescent Friendly
Health Services ( AFHS) dapat terakses kepada semua golongan remaja, layak, dapat diterima,
komprehensif, efektif dan efisien, memerlukan:
a. Dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung, secara perorangan atau berkelompok.
b. Dapat dilaksanakan oleh guru, pendidik sebaya yang terlatih dari sekolah atau dari lintas sektor
terkait dengan menggunakan materi dari (atau sepengetahuan) Puskesmas.
c. Menggunakan metoda ceramah tanya jawab, FGD (Focus Group Discussion), diskusi interaktif, yang
dilengkapi dengan alat bantu media cetak atau media elektronik (radio, email, dan telepon/hotline,
SMS).
d. Menggunakan sarana KIE yang lengkap, dengan bahasa yang sesuai dengan bahasa sasaran (remaja,
orang tua, guru ) dan mudah dimengerti. Khusus untuk remaja perlu diingat untuk bersikap tidak
menggurui serta perlu bersikap santai.
2. Pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang dan rujukannya. Hal yang perlu diperhatikan
dalam melayani remaja yang berkunjung ke Puskesmas adalah:
a. Bagi klien yang menderita penyakit tertentu tetap dilayani dengan mengacu pada prosedur tetap
penanganan penyakit tersebut.
b. Petugas dari BP umum, BP Gigi, KIA dll dalam menghadapi klien remaja yang datang, diharapkan
dapat menggali masalah psikososial atau yang berpotensi menjadi masalah khusus remaja, untuk
kemudian bila ada, menyalurkannya ke ruang kon bila ada, menyalurkannya ke ruang konseling
bila d seling bila diperlukan. iperlukan.
c. Petugas yang menjaring remaja dari ruang lain tersebut dan juga petugas petugas penunjang
penunjang seperti seperti loket dan laboratorium laboratorium seperti seperti halnya petugas
petugas khusus PKPS juga harus menjaga menjaga kerahasiaan kerahasiaan klien remaja, remaja,
dan memenuhi kriteria peduli remaja.
d. Petugas PKPR harus menjaga kelangsungan pelayanan dan mencatat hasil rujukan kasus per kasus.
3.Konseling
Konseling adalah hubungan yang saling membantu antara konselor dan klien hingga tercapai
komunikasi yang baik, dan pada saatnya konselor dapat menawarkan dukungan, keahlian dan
pengetahuan secara berkesinambungan berkesinambungan hingga klien dapat mengerti mengerti dan
mengenali mengenali dirinya dirinya sendiri serta permasalahan yang dihadapinya dengan lebih baik dan
selanjutnya menolong dirinya sendiri dengan bantuan beberapa aspek dari kehidupannya. Tujuan
konseling dalam PKPR adalah:
a. Membantu klien untuk dapat mengenali masal Membantu klien untuk dapat mengenali masalahnya
dan ahnya dan membantunya membantunya agar dapat mengambil keputusan dengan mantap
tentang apa yang harus dilakukannya untuk mengatasi masalah tersebut.
b. Memberikan pengetahuan, keterampilan, penggalian potensi dan sumber daya secara
berkesinambungan hingga dapat membantu klien dalam mengatasi kecemasan, depresi atau
masalah kesehatan mental lain dan meningkatkan kewaspadaan terhadap isu masalah yang
mungkin terjadi pada dirinya.
Dalam menangani kesehatan remaja perlu tetap diingat dengan optimisme bahwa bila bahwa
bila remaja dibekal remaja dibekali dengan i dengan keterampilan keterampilan hidup sehat hidup sehat
maka remaja maka remaja akan sanggup menangkal pengaruh yang merugikan bagi kesehatannya. PKHS
merupakan adaptasi dari Life Skills Life Skills Education(LSE) Education(LSE). Life skilsl atau keterampilan
hidup adalah kemampuan psikososial seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah
dalam kehidupan se-harihari secara efektif. Keterampilan ini mempunyai peran penting dalam promosi
promosi kesehatan kesehatan dalam lingkup lingkup yang luas yang luas yaitu kesehatan kesehatan fisik,
mental dan sosial.
6. Pelayanan rujukan. Sesuai kebutuhan, Puskesmas sebagai bagian dari pelayanan klinis medis,
melaksanakan rujukan kasus ke pelayanan medis yang lebih tinggi. Rujukan sosial juga diperlukan
dalam PKPR, sebagai contoh penyaluran kepada lembaga keterampilan kerja untuk remaja pasca
penyalah-guna napza, atau penyaluran kepada lembaga tertentu agar mendapatkan program
program pendampingan pendampingan dalam upaya rehabilitasi rehabilitasi mental korban
perkosaan. perkosaan. Sedangkan Sedangkan rujukan rujukan pranata pranata hukum kadang
diperlukan diperlukan untuk memberi kekuatan hukum bagi kasus tertentu atau dukungan dalam
menindaklanjuti suatu kasus. Tentu saja kerjasama ini harus diawali dengan komitmen antar institusi
terkait, yang dibangun pada tahap awal sebelum PKPR dimulai.
Bab III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap masyarakat
untuk dikaji dan dianalisa sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu,
keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis, social ekonomi,
maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam tahap pengkajian ada lima pengkajian ada lima kegiatan
yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisa data, perumusan atau penentuan masalah
kesehatan masyarakat dan prioritas masalah.
Prinsip pengkajian communnity as partner
a. Menggunakan proses yang sistematis dan komprehensif
b. Bekerja didalam kemitraan dengan komunitas
c. Berfokus pada prevensi primer
d. Promosi lingkungan sehat
e. Target untuk semua yang mungkin merasakan manfaat
f. Memberikan prioritas pada kebutuhan komunitas
g. Meningkatkan alokasi sumber yang optimal
h. Bekerjasama dengan berbagai pihak di komunitas
C. Prioritas Masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan yang perlu
pertimbangan berbagai faktor sebagai kriteria penapisan, diantaranya:
a. Sesuai dengan perawat komunitas
b. Jumlah yang berisiko
c. Besarnya resiko
d. Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
e. Minat masyarakat
f. Kemungkinan untuk diatasi
g. Sesuai dengan program pemerintah
h. Sumber daya tempat
i. Sumber daya waktu
j. Sumber daya dana
k. Sumber daya peralatan
l. Sumber daya orang Masalah yang ditemukan dinilai dengan menggunakan skala
pembobotan, yaitu : 1 = sangat rendah, 2 = rendah, 3 = cukup, 4 = tinggi, 5 = sangat tinggi.
Kemudian masalah kesehatan diprioritaskan berdasarkan jumlah keseluruhan scoring
tertinggi.
D. Diagnosa Keperawatan
Untuk menentukan masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah dirumuskan diagnosa
keperawatan komunitas yang terdiri dari :
a) Masalah (Problem) Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang
terjadi.
b) Penyebab (Etiologi) Yang meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat,
lingkungan fisik dan biologis, psikologis dan sosial serta interaksi perilaku dengan
lingkungan.
c) Tanda dan Gejala (Sign and Sympton) Yaitu informasi yang perlu untuk merumuskan
diagnosa serta serangkaian petunjuk timbulnya masalah.
Diagnosa keperawatan NANDA untuk meningkatkan kesehatan yang bisa ditegakkan pada
adolesens, yaitu :
1. Risiko cedera yang berhubungan dengan:
a. Pilihan gaya hidup
b. Penggunaan alcohol, rokok dan obat
c. Partisipasi dalam kompetisi atletik, atau aktivitas rekreasi
d. Aktivitas seksual
E. Intervensi (Perencanaan)
Keperawatan Perencanaan asuhan keperawatan komunitas disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan komunitas yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan
pasien. Jadi perencanaan keperawatan meliputi: perumusan tujuan, rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan dan kriteria hasil untuk mencapai tujuan. Masalah
kesehatan adolesens Intervensi promosi kesehatan
1) Cedera tidak disengaja
a. Anjurkan adolesens untuk mengikuti program pendidikan mengemudi dan
menggunakan sabuk keselamatan
b. Informasikan adolesens tentang risiko yang berkaitan dengan minum dan
berkendaraan; penggunaan obat
c. Tingkatkan penggunaan helm oleh adolesens Tingkatkan penggunaan helm oleh
adolesens yang meng yang menggunakan kendaraan gunakan kendaraan bermotor
d. Yakinkan adolesens mendapatkan orientasi yang tepat untuk penggunaan semua
alat olahraga
2.) Penggunaan zat Periksa penggunaan zat, seperti alcohol, rokok dan obat-obatan serta
informasikan risiko penggunaannya
F. Implementasi Keperawatan
Merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan komunitas yang telah
disusun. Prinsip dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, yaitu :
a. Berdasarkan respon masyarakat.
b. Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia di masyarakat.
c. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara diri sendiri serta
lingkungannya.
d. Bekerja sama dengan profesi lain.
e. Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan masyarakat dan pencegahan
penyakit.
f. Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat.
g. Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan implementasi
keperawatan.
G. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan kerhasialn tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan
pedoman atau rencana proses tersebut.
BAB III
TINJAUAN KASUS