I. LANDASAN PENDIDIKAN
A. LANDASAN PENDIDIKAN
Landasan pendidikan merupakan seperangkat asumsi yang
dijadikan titik tolak dalam praktik pendidikan. Melalui studi
pendidikan diperoleh pemahaman tentang landasan pendidikan yang
akan dijadikan sebagai titik tolak dalam praktik pendidikan yang akan
dilaksanakan. Hal tersebut dimulai dengan memahami hakekat
manusia, di mana manusia sebagai pelaku utama yang memiliki peran
sebagai subjek di dalamnya. Hakekat manusia dapat dilihat dalam
beberapa aspek yaitu berdasarkan asal-usulnya manusia sebagai
makhluk Tuhan, struktur metafisiknya manusia sebagai kesatuan
jasmani dan rohani, serta karakteristik dan makna eksistensinya di
dunia yang bisa dilihat sebagai makhluk individu, makhluk sosial,
makhluk berbudaya, makhluk susila, dan makhluk beragama. Manusia
memiliki tanggung jawab untuk membina masyarakat, memelihara
alam lingkungan, membina kerukunan hidup bersama, dan
memelihara martabat kemanusiaannya (human dignity), sehingga
sepatutnya manusia perlu memiliki kompetensi pedagogik terlebih
lagi bagi seorang pendidik. Melalui kompetensi ini pendidik dituntut
untuk memiliki kemampuan dan trampil dalam melihat karakteristik
peserta didik dari berbagai aspek kehidupan, baik itu moral, emosional
maupun intelektualnya.
Landasan pendidikan sebagai pijakan dalam praktik pendidikan
diantaranya yaitu landasan filosofis dan epistemologi, landasan
yuridis, landasan empiris, dan landasan religius. Landasan filosofis
pendidikan adalah pandangan-pandangan yang bersumber dari filsafat
pendidikan mengenai hakikat manusia, hakikat ilmu, nilai serta
perilaku yang dinilai baik dan dijalankan setiap lembaga pendidikan.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila
dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Landasan epistimologi pendidikan adalah pandangan-pandangan yang
bersumber dari cabang filsafat epistimologi yang disebut juga teori
mengetahui dan pengetahuan.
Landasan empiris terdiri dari landasan psikologis, historis, dan
sosiologis. Landasan psikologi dalam pendidikan adalah asumsi-
asumsi yang bersumber dari studi ilmiah tentang kehidupan manusia
pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek
pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu untuk
mengenali dan menyikapi manusia yang bertujuan untuk memudahkan
proses pendidikan. Landasan historis pendidikan nasional di Indonesa
tidak terlepas dari sejarah bangsa indonesia yang memiliki enam fase.
Landasan sosiologis bersumber pada norma kehidupan masyarakat
yang dianut oleh suatu bangsa sehingga tercipta nilai-nilai sosial yang
dalam perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat
kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing
anggota masyarakat. Sedangkan landasan religius adalah asumsi-
asumsi yang bersumber dari religi atau agama yang menjadi titik tolak
dalam rangka praktik pendidikan dan atau studi pendidikan.
10. Salah satu tripusat pendidikan bagi anak adalah keluarga. Orang
tua yang dalam kesehariannya rajin melaksanakan ibadah sesuai
dengan waktu yang ditentukan. Pada hakekatnya menanamkan pada
anak....
A. Hak dan kewajiban
B. Kejujuran dan toleransi
C. Gotong royong dan tangung jawab
D. Kedisiplinan dan tanggung jawab*
E. Kejujuran dan Tenggang rasa
9. Peserta didik dalam suatu kelas gaya belajarnya beragam ada yang
visual, auditori, dan kinestetik. Namun kegiatan pembelajaran
selama ini masih banyak yang konvensional-klasikal. Agar dapat
memenuhi ketiga gaya belajar tersebut, guru perlu:
A. Menggunakan metode ceramah, diskusi, tanya jawab.
B. Menggunakan program audio dan modul.
C. Menggunakan media komik pembelajaran dan buku paket.
D. Menggunakan media audio, video, dan percobaan.
E. Menggunakan modul dan powerpoint.
C. TEORI BELAJAR
1. Teori belajar behavioristik
Teori belajar behavioristik menyatakan bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap belajar jika ia telah
mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Pentingnya masukan
atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa
respons. Stimulus adalah sesuatu apa saja yang diberikan oleh guru
kepada peserta didik, dan respon berupa rekasi atau tanggapan yang
dihasilkan oleh peserta didik terhadap stimulus yang diberikan oleh
guru. Penguatan (reinforcement) adalah faktor penting dalam belajar.
Penguatan adalah apa saja yang dapar memperkuat timbulnya respons.
Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respons
akan semakin kuat. Demikian juga jika penguatan dikurangi (negative
reinforcement) maka respons juga akan menguat. Aplikasi teori ini
dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai
aktifitas “mimetic” yang menuntut peserta didik untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari.
Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian
ke keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil,
dan evaluasi menuntut satu jawaban benar. Jawaban yang benar
menunjukkan bahwa peserta didik telah menyelesaikan tugas
belajarnya.
D. KURIKULUM
1. Konsep kurikulum
Menurut pandangan para ahli dapat dipandang dari tiga konteks,
yaitu kurikulum sebagai mata pelajaran, kurikulum sebagai kegiatan
pengalaman dan kurikulum sebagai perencanaan.
2. Perkembangan kurikulum
Indonesia merdeka pada tahun 1945, setidaknya kita telah
mengalami sepuluh kali perubahan kurikulum. Mulai dari kurikulum
1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, kurikulum berbasis
kompetensi 2004, KTSP 2006 dan kurikulum 2013. Indonesia telah
banyak belajar dari kurikulum-kurikulum tersebut. Dari kesepuluh
kurikulum tersebut jika dilihat dari jenisnya terbagi menjadi 3 yaitu :
1) kurikulum sebagai rencana pelajaran (kurikulum 1947 – 1968), 2)
kurikulum berbasis pada pencapaian tujuan (kurikulum 1975 – 1994)
dan 3) kurikulum berbasis kompetensi (kurikulum 2004 – 2013).
----sCpjuni2021---