Cerita Rakyat Jawa Barat : Si Kabayan memenangkan kontes
Di desa dimana Si Kabayan tinggal, ada seorang kaya
raya yang dikenal sebagai Abah Ontohod. Kenapa orang kaya tersebut dipanggil Ontohod karena setiap kali dia memarahi karyawannya, dia suka menyebut kata Ontohod. Sehingga orang-orang di desa itu memanggil Abah Ontohod.
Abah memiliki seorang putri, yang sangat cantik dan
menjadi kembang desa disana, meski kulitnya agak kecoklatan, namun itu membuatnya semakin menarik. Karena kulitnya agak coklat kehitaman, gadis itu bernama Nyi Iteung.
Nyi Iteung telah tumbuh menjadi gadis remaja dan
sedang menjalani pubertas, mungkin sudah waktunya untuk menikah.
Tetapi Abah tidak ingin memiliki menantu yang
ceroboh, menantunya harus baik, kaya, dan terampil.
Namun ada syarat lain yang aneh diinginkan Abah.
Dia ingin menantunya memiliki penciuman yang tajam.
Mungkin hal ini agar jika dia di ladang, dia bisa
mencium bau hantu, harimau, serigala dan hewan liar lainnya, maklum Abah memiliki ladang yang luas. Sehingga dengan penciuman yang tajam dia bisa melindungi ladang dan orang-orang dari hewan liar.
Oleh karena itu, pada suatu hari Abah membuat
kontest, siapa pun yang memiliki indra penciuman, akan menikah dengan Nyi Iteung.
Para pemuda sangat senang mendengar adanya
kontes ini, karena mereka suka Nyi Iteung.
Para pemuda itu bersiap untuk mengasah hidungnya
begitu tajam.
Namun para pria muda yang ikut kompetisi tidak ada
yang lulus ujian Abah.
Si Kabayan adalah salah satu pemuda di desa itu, dia
malas, dia hanya tidak melakukan apa-apa saat berjemur di pagi hari dengan sarungnya, sesekali membersihkan telinganya dengan pena bulu, dia mengedipkan matanya.
Teman-temannya berguling-guling melakukan latihan
untuk mengasah hidungnya, dia tidak jatuh hati untuk itu.
Dia berpikir itu tidak ada gunanya dan tidak pernah
berhasil.
Suatu hari, temannya bertemu Si Kabayan, dia
bertanya, “Kabayan, kenapa kamu tidak ikut kontes?” “Aku terlalu malas untuk melakukannya, jika takdir, maka Nyi Item akan menjadi milikku.” Jawab Si Kabayan sambil mengenakan sarung di kepalanya.
“tidak seperti itu Kabayan, takdir ada hubungannya
dengan upaya, jika tidak ada yang dilakukan maka dia tidak akan datang kepadamu. Apakah kamu menyukai Nyi Iteung?” Temannya menyarankan.
Si Kabayan menjawab, “Ya, aku suka Nyi Iteung,
meskipun kulitnya cokelat, tapi dia cantik, dan baik. Dan sepertinya dia juga menyukaiku, hehehe …,” jawab Si Kabayan dengan bangga.
“Lalu, jika kamu menyukainya, kejar dia!” Temannya
memberitahunya.
“Ya, aku akan bergabung dengan kontes, tapi boleh
aku meminjam uang, tolong, untuk mempertajam indera penciumanku!” Jawab Si Kabayan, bangkit dari tempat duduknya.
“Alhamdulillah, jika kamu ingin ikut kontes, aku ingin
memberimu uang. Kamu bisa mengembalikannya jika kamu menjadi menantu Abah,” kata temannya sambil tersenyum.
“Tentu saja .. kamu akan lihat,” jawab Si Kabayan
ketika dia pergi ke suatu tempat. Tapi dia berangkat ke arah pasar. Si Kabayan pergi ke toko buah. Saat di rumah, ia membawa banyak buah semangka, rambutan, mangga, pisang, dan durian.
Keesokan harinya Si Kabayan pergi ke rumah Abah
dan mendaftar untuk kontes.
Saat tiba, giliran Si Kabayan, Abah membawanya ke
ladang, untuk menguji indera penciuman tajam sambil memandangnya di ladang.
“Ayo pergi ke lapangan Kabayan, ambil cangkulmu!”
Kata Abah.
Dengan keyakinan, Si Kabayan pergi bersama Abah
ke ladang membawa cangkul dan menggunakan topi bambu. Padahal dia tidak pernah memegang cangkul dan bekerja di ladang sebelumnya karena malas.
Ketika mereka sampai di lapangan, Si Kabayan mulai
bekerja. Orang yang belum pernah bekerja di ladang seperti dia, dengan cepat mengalami kelelahan karena sakit punggung.
“Kenapa Kabayan!” Kata Abah karena melihat
Kabayan tiba-tiba diam.
“Abah, aku mencium sesuatu.” Jawab Si Kabayan
sambil menghirup dalam-dalam saat mencium sesuatu. Abah terkejut, “Bau apa Kabayan?” “Kalau tidak salah, ini bau Rambutan Bah.” Kata Si Kabayan sambil mengintip ke kiri dan ke kanan.
“Ayo Kabayan, mari kita cari!” Kata Abah dengan
gembira.
Si Kabayan berjalan menuju pohon pisang,
sementara hidungnya mencium bau yang dalam.
“Bah, ada Rambutan, ada banyak!” Si Kabayan
berteriak, mengangkat Rambutan dengan tangannya.
“Kabayan yang bagus, ayo makan!” Jawab Abah,
mendekati Si Kabayan.
Abah dan Si Kabayan duduk makan Rambutan.
“Ayo lanjutkan kerja Kabayan,” kata Abah setelah
mereka selesai makan Rambutan.
“Ayo Bah,” jawab Si Kabayan sambil
menyembunyikan akal sehatnya.
Kemudian mereka terus bekerja di ladang, karena Si
Kabayan jarang bekerja di ladang, pekerjaan baru sebentar, dia sudah merasa sakit pinggang.
“Bah, ada bau lagi,” kata Si Kabayan.
“Bau apa Kabayan?” Penasaran Abah.
“Seperti bau Durian, Bah,” jawab Si Kabayan.
“Yah, kebetulan Kabayan, itu buah kesukaanku, ayo kita lihat!” Kata Abah, bangkit.
Sama seperti sebelumnya, Si Kabayan berjalan sambil
mencium, mencari Durian
“Abah, ini Durian, ada dua potong dan besar.” Kata Si
Kabayan mengangkat Durian.
“Kabayan yang sangat bagus, Mari kita buka.” Kata
Abah sangat senang.
Abah dan Si Kabayan duduk makan Durian sampai
selesai.
Setelah kenyang, mereka melanjutkan pekerjaan.
Begitulah yang terjadi setiap Si Kabayan lelah. dia selalu mencium aroma buah sampai semua buah yang dibeli Si Kabayan dari pasar dan sengaja di tempat persembunyian habis.
Ketika dia sangat lelah, Si Kabayan berpikir,
“Selanjutnya apa? Semua buahnya sudah habis, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, apa lagi yang harus saya lakukan?” Dia berkata pada dirinya sendiri.
Ketika Abah sedang bekerja, Si Kabayan tiba-tiba
berdiri dan terkejut oleh sesuatu. “Kabayan apa?” Ditanya Abah, dia terkejut melihat Si Kabayan tiba-tiba berdiri.
“Ada bau sesuatu Abah.” Kata Si Kabayan.
“Bau apa Kabayan, ayo cari tahu, siapa tahu ada
buah, hidung kamu bagus, cocok jadi menantu ku,” kata Abah dengan gembira.
“Terima kasih, Abah, tapi ini bau yang aneh, bukan
buah.” Kata Si Kabayan.
“Bau apa Kabayan?” Jawab Abah.
“Kurasa ini bau Macan!” Kata Si Kabayan sambil
berdiri ketakutan.
“Ayo kita pergi dari sini Kabayan, sebelum harimau
datang ke sini,” kata Abah saat dia melarikan diri dan meninggalkan Si Kabayan.
Si Kabayan berlari di belakang Abah sambil pura-pura
ketakutan ketika dia tidak bisa menahan tawa.
Karena Si Kabayan memiliki indera penciuman yang
tajam, diapun memenangkan kontes, dan sebagai hadiah dia menikah dengan Nyi Iteung.
Itulah Cerita Rakyat Jawa Barat kisah Si Kabayan menikahi Nyi