Anda di halaman 1dari 28

Kamis 16 Maret 2023

KLIPING
Tugas Mencari pengertian jenis cerita dan contohnya

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:
Niswah Kamilah
Kelas : IV A

A. Cerita Jenaka adalah : cerita yang didalamnya mrngandung unsur humor atau
kelucuan
Contoh : “sikabayan”

Tersebutlah seorang lelaki di tanah Pasundan pada masa lampau. Si Kabayan

namanya. Ia lelaki yang pemalas namun memiliki banyak akal. Banyak akal pula

dirinya meski akalnya itu kerap digunakannya untuk mendukung kemalasannya. Si

Kabayan telah beristri. Nyi Iteung nama istrinya.

Pada suatu hari Si Kabayan disuruh mertuanya untuk mengambil siput-siput sawah.

Si Kabayan melakukannya dengan malas-malasan. Setibanya di sawah, ia tidak

segera mengambil siput-siput sawah yang banyak terdapat di sawah itu, melainkan

hanya duduk-duduk di pematang sawah.

Lama ditunggu tidak kembali, mertua Si Kabayan pun menyusul ke sawah.

Terperanjatlah ia mendapati Si Kabayan hanya duduk di pematang sawah.

“Kabayan! Apa yang engkau lakukan? Mengapa engkau tidak segera turun ke

sawah dan mengambil tutut-tutut (Siput) itu?”

“Abah-abah (Bapak), aku takut turun ke sawah karena sawah ini sangat dalam.

Lihatlah, Bah, begitu dalamnya sawah ini hingga langit pun terlihat di dalamnya,”

jawab Si Kabayan.

Mertua Si Kabayan menjadi geram. Didorongnya tubuh Si Kabayan hingga

menantunya itu terjatuh ke sawah.

Si Kabayan hanya tersenyum-senyum sendiri seolah tidak bersalah. “Ternyata

sawah ini dangkal ya, Bah?” katanya dengan senyum menyebalkannya. Ia pun

lantas mengambil siput-siput sawah yang banyak terdapat di sawah itu.


Pada hari yang lain mertua Si Kabayan menyuruh Si Kabayan untuk memetik buah

nangka yang telah matang. Pohon nangka itu tumbuh di pinggir sungai dan

batangnya menjorok di atas sungai. Si Kabayan sesungguhnya malas untuk

melakukannya. Hanya setelah mertuanya terlihat marah, Si Kabayan akhirnya

menurut. Ia memanjat batang pohon. Dipetiknya satu buah nangka yang telah

masak. Sayang, buah nangka itu terjatuh ke sungai. Si Kabayan tidak buru-buru

turun ke sungai untuk mengambil buah nangka yang terjatuh. Dibiarkannya buah

nangka itu hanyut.

Mertua Si Kabayan terheran-heran melihat Si Kabayan pulang tanpa membawa

buah nangka. “Apa yang terjadi?” tanyanya dengan raut wajah jengkel. “Mana buah

nangka yang kuperintahkan untuk dipetik?”

Dengan wajah polos seolah tanpa berdosa, Si Kabayan menukas, “Lho? Bukankah

buah nangka itu tadi telah kuminta untuk berjalan duluan? Apakah buah nangka itu

belum juga tiba?”

“Bagaimana maksudmu, Kabayan?”

“Waktu kupetik, buah nangka itu jatuh ke sungai. Rupanya ia ingin berjalan

sendirian. Maka, kubiarkan ia berjalan dan kusebutkan agar ia lekas pulang ke

rumah. Kuperingatkan pula agar ia segera membelok ke rumah ini. Dasar nangka

tua tak tahu diri, tidak menuruti perintahku pula!”

“Ah, itu hanya alasanmu yang mengada-ada saja, Kabayan!” mertua Si Kabayan

bersungut-sungut. “Bilang saja kalau kamu itu malas membawa nangka itu ke

rumah!”
Si Kabayan hanya tertawa-tawa meski dimarahi mertuanya.

Pada waktu yang lain mertua Si Kabayan mengajak menantunya yang malas lagi

bodoh itu untuk memetik kacang koro di kebun. Mereka membawa karung untuk

tempat kacang koro yang mereka petik. Baru beberapa buah kacang koro yang

dipetiknya, Si Kabayan telah malas untuk melanjutkannya. Si Kabayan mengantuk.

Ia pun lantas tidur di dalam karung.

Ketika azan Dhuhur terdengar, mertua Si Kabayan menyelesaikan pekerjaannya. Ia

sangat keheranan karena tidak mendapati Si Kabayan bersamanya. “Dasar

pemalas!” gerutunya. “Ia tentu telah pulang duluan karena malas membawa karung

berisi kacang koro yang berat!”

Mertua Si Kabayan terpaksa menggotong karung berisi Si Kabayan itu kembali ke

rumah. Betapa terperanjatnya ia saat mengetahui isi karung yang dipanggulnya itu

bukan kacang koro, melainkan Si Kabayan!

“Karung ini bukan untuk manusia tapi untuk kacang koro!” omel mertua Si Kabayan

setelah mengetahui Si Kabayan lah yang dipanggulnya hingga tiba di rumah.

Keesokan harinya mertua Si Kabayan kembali mengajak menantunya itu untuk ke

kebun lagi guna memetik kacang-kacang koro. Mertua Si Kabayan masih jengkel

dengan kejadian kemarin. Ia ingin membalas dendam pada Si Kabayan. Ketika Si

Kabayan sedang memetik kacang koro, dengan diam-diam mertua Si Kabayan

masuk ke dalam karung dan tidur. Ia ingin Si Kabayan memanggulnya pulang

seperti yang diperbuatnya kemarin.


Adzan Dhuhur terdengar dari surau di kejauhan. Si Kabayan menghentikan

pekerjaannya. Dilihatnya mertuanya tidak bersamanya. Ketika ia melihat ke dalam

karung, ia melihat mertuanya itu tengah tertidur. Tanpa banyak bicara, Si Kabayan

lantas mengikat karung itu dan menyeretnya.

Terperanjatlah mertua Si Kabayan mendapati dirinya diseret Si Kabayan. Ia pun

berteriak-teriak dari dalam karung, “Kabayan! Ini Abah! Jangan engkau seret Abah

seperti ini!”

Namun, Si Kabayan tetap saja menyeret karung berisi mertuanya itu hingga tiba di

rumah. Katanya seraya menyeret, “Karung ini untuk tempat kacang koro, bukan

untuk manusia.”

Karena kejadian itu mertua Si Kabayan sangat marah kepada Si Kabayan. Ia

mendiamkan Si Kabayan. Tidak mau mengajaknya berbicara dan bahkan

melengoskan wajah jika Si Kabayan menyapa atau mengajaknya bicara. Ia terlihat

sangat benci dengan menantunya yang malas lagi banyak alasan itu.

Si Kabayan menyadari kebencian mertuanya itu kepadanya. Bagaimanapun juga ia

merasa tidak enak diperlakukan seperti itu. Ia lantas mencari cara agar mertuanya

tidak lagi membenci dirinya. Ditemukannya cara itu. Ia pun bertanya pada istrinya

perihal nama asli mertuanya.

“Mengetahui nama asli mertua itu pantangan, Akang!” kata Nyi Iteung

memperingatkan. “Bukankah Akang sudah tahu masalah ini?”


Si Kabayan berusaha membujuk. Disebutkannya jika ia hendak mendoakan

mertuanya itu agar panjang umur, selalu sehat, murah rejeki, dan jauh dari segala

mara bahaya. “Jika aku tidak mengetahui nama Abah, bagaimana nanti jika doaku

tidak tertuju kepada Abah dan malah tertuju kepada orang lain?”

Nyi Iteung akhirnya bersedia memberitahu jika suaminya itu berjanji untuk tidak

menyebarkan rahasia itu. katanya, “Nama Abah yang asli itu Ki Nolednad. Ingat,

jangan sekali-kali engkau sebutkan nama Abah itu kepada siapa pun!”

Setelah mengetahui nama ash mertuanya, Si Kabayan lantas mencari air enau yang

masih mengental. Diambilnya pula kapuk dalam jumlah yang banyak. Si Kabayan

menuju lubuk, tempat mertuanya itu biasa mandi. Ia lantas membasahi seluruh

tubuhnya dengan air enau yang kental dan menempelkan kapuk di sekujur

tubuhnya. Si Kabayan kemudian memanjat pohon dan duduk di dahan pohon seraya

menunggu kedatangan mertuanya yang akan mandi.

Ketika mertuanya sedang asyik mandi, Si Kabayan lantas berseru dengan suara

yang dibuatnya terdengar lebih berat, “Nolednad! Nolednad!”

Mertua Si Kabayan sangat terperanjat mendengar namanya dipanggil. Seketika ia

menatap arah sumber suara pemanggilnya, kian terperanjatlah ia ketika melihat ada

makhluk putih yang sangat menyeramkan pada pandangannya. “Si siapa engk …

engkau itu?” tanyanya terbata-bata.“Nolednad, aku ini Kakek penunggu lubuk ini.”

kata Si Kabayan. “Aku peringatkan kepadamu Nolednad, hendaklah engkau

menyayangi Kabayan karena ia cucu kesayanganku. Jangan berani-berani engkau

menyia-nyiakannya. Urus dia baik-baik. Urus sandang dan pangannya. Jika engkau

tidak melakukan pesanku ini, niscaya engkau tidak akan selamat!”


Mertua Si Kabayan sangat takut mendengar ucapan ‘Kakek penunggu lubuk’ itu.Ia

pun berjanji untuk melaksanakan pesan ‘Kakek penunggu lubuk’ itu.

Sejak saat itu mertua Si Kabayan tidak lagi membenci Si Kabayan. Disayanginya

menantunya itu. Dicukupinya kebutuhan sandang dan pangan Si Kabayan. Bahkan,

dibuatkannya pula rumah, meski kecil, untuk tempat tinggal menantunya tersebut.

Setelah mendapatkan perlakuan yang sangat baik dari mertuanya, Si Kabayan juga

sadar akan sikap buruknya selama itu. Ia pun mengubah sikap dan perilakunya. Ia

tidak lagi malas-malasan untuk bekerja. Ia pun bekerja sebagai buruh.

Kehidupannya bersama istrinya membaik yang membuat istrinya itu bertambah

sayang kepadanya. Si Kabayan juga bertambah sayang kepada Nyi Iteung seperti

sayangnya kepada mertuanya yang tetap baik perlakuan terhadapnya. Mertuanya

tetap menyangka Si Kabayan sebagai cucu ‘Kakek penunggu lubuk’. Ki Nolednad

sangat takut untuk memusuhi atau menyia-nyiakan Si Kabayan karena takut tidak

akan selamat dalam hidupnya seperti yang telah dipesankan ‘Kakek penunggu

lubuk’!

“Pesan moral dari Kumpulan Dongeng Si Kabayan – Cerita Rakyat Sunda (Jawa

Barat) adalah kemalasan hanya akan merugikan diri sendiri. Oleh karena itu

hendaklah kita menghindari sikap bermalas-malasan karena hanya akan

mendatangkan kerugian di kemudian hari.”

B. MITOS Cerita mitos adalah salah satu jenis dongeng yang biasanya berhubungan
dengan kepercayaan , benda gaib, roh, Dewa-dewi atau tokoh yang memiliki
kemampuan gaib maupun makhluk-makhluk pada masa lampau

Contoh : “Sang Dewi Kesuburan”


Dahulu kala, di Jawa Tengah ada sebuah kerajaan bernama Medang Kemulan.
Prabu Sri Mahapunggung atau Bathara Srigati adalah nama rajanya. Dia adalah
putra dari Sanghyang Wisnu dan Dewi Sri Sekar yang juga dikenal sebagai Bathari
Sri Widowati, seorang Dewi yang diutus ke bumi untuk menjaga kelestarian alam
semesta.

Prabu Sri Mahapunggung mempunyai seorang putri bernama Dewi Sri. Selain cantik
dan baik hati, Dewi Sri adalah seorang putri yang cerdas, yang lemah lembut, sabar,
dan halus tutur katanya. Dewi Sri mempunyai tiga adik kandung yaitu Sadana,
Wandu, dan Oya.   Pada suatu ketika, Sadana diminta oleh ayah dan ibunya untuk
menikah dengan seorang putri bernama Dewi Panitra, cucu dari Eyang Pancareshi.
Akan tetapi,  Sadana menolak karena tidak ingin mendahului kakaknya dengan
alasan tidak boleh seorang adik mendahului kakaknya untuk menikah. Hal ini bisa
menyebabkan datangnya bencana atau kesulitan di kemudian hari. Sang Prabu Sri
Mahapunggung berusaha untuk membujuk.

[iklan]

“Sadana, anakku. Jika kamu menikah dengan Dewi Panitra, Ayah akan
menobatkanmu menjadi Putra Mahkota, dan kelak akan menggantikan aku menjadi
raja di negeri ini,” bujuk Prabu Sri Mahapunggung. Sadana diam saja, hatinya malah
menjadi gundah.

“Sudahlah, nak. Jangan pikirkan kakakmu. Jika tiba waktunya nanti, kakakmu pasti
akan menemukan jodohnya, dan Ayah pasti akan menikahkan kakakmu. Itu sudah
menjadi kewajiban kami,” kata sang Prabu.

Walaupun Ayahnya sudah berusaha membujuk dengan sekuat tenaga namun


Sadana tetap bersikeras menolak rencana pernikahannya.

“Maafkan aku, Ayahanda. Tidak sepantasnya seorang adik mendahului kakaknya


menikah,” kata Sadana pelan dan sedikit gemetar.

Mendengar ucapan Sadana, Prabu Sri Mahapunggung hilang kesabarannya. Ia


marah karena Sadana tidak patuh pada kehendaknya. Entah apa yang terjadi bila
saja tidak ada sang Permaisuri yang kemudian datang melerai dan meredam
kemarahan Baginda Raja.

Pada malam harinya, Sadana tak bisa tidur. Pikirannya kacau, hatinya sedih dan
bingung. Baginya, perjodohan yang dikehendaki oleh ayahandanya itu tidak sejalan
dengan prinsip hidupnya. Dalam kekacauan pikiran dan kebingungan hatinya itu, di
tengah malam yang sepi, di kala semua orang sudah tidur nyenyak, Sadana pergi
meninggalkan istana. Keesokan harinya, ketika sang Prabu Sri Mahapunggung
mengetahui kalau Sadana kabur dari istana, ia kembali marah-marah. Dewi Sri
menjadi sasaran kemarahan. Dia dianggap sebagai penyebab minggatnya Sadana
dari istana. Tuduhan itu tentu saja membuat hati sang Putri sedih dan merasa serba
salah hidup di istana. Maka akhirnya ia pun ikut kabur dari istana.
Perginya Dewi Sri dari istana membuat Prabu Sri Mahapunggung semakin menjadi-
jadi marahnya. Dalam kemarahannya yang amat sangat itu, sang Prabu sampai lupa
diri, dan mengutuk Dewi Sri menjadi Ular Sawah, sedangkan Sadana dikutuk
menjadi Burung Sriti.

Dewi Sri yang telah berubah menjadi Ular Sawah, menjalar ke arah timur tanpa
tujuan yang pasti, sedangkan Sadana terbang tanpa arah dan tujuan. Suatu ketika,
Ular Sawah penjelmaan Dewi Sri itu tiba di Dusun Wasutira dalam keadaan lelah.
Segera ia u mencari tempat yang nyaman untuk beristirahat. Ia menemukan sebuah
lumbung padi milik seorang penduduk bernama Kyai Brikhu. Ular Sawah itu
kemudian tidur melingkar di atas tumpukan padi dalam lumbung.

Kyai Brikhu mempunyai seorang istri bernama Ken Sanggi yang sedang
mengandung bayi pertamanya. Pada malam harinya, Kyai Brikhu mendapatkan
petunjuk dalam mimpinya, bahwa bayi yang ada dalam kandungan istrinya itu
adalah titisan dari Dewi Tiksnawati. Kelak di kemudian hari, setelah bayi itu lahir, dia
akan dijaga oleh seekor Ular Sawah. Jika Ular Sawah itu mati, maka bayinya juga
akan mati.

Ketika terbangun dari mimpinya, Kyai Brikhu bergumam: “Oh, alangkah bahagianya
hidupku jika mimpiku kelak menjadi kenyataan. Aku berjanji akan menjaga dan
merawat ular sawah itu,” gumam Kyai Brikhu dengan perasaan gembira.

Pada hari itu, karena persediaan beras untuk makan sehari-hari sudah habis, Kyai
Brikhu mengambil padi di lumbungnya. Betapa terkejutnya ia ketika melihat ada
seekor Ular Sawah melingkar di atas tumpukan padinya. Kyai Brikhu langsung
teringat pada mimpinya.

“Mungkin ular inilah yang akan menjadi penjaga anakku nanti,” gumamnya.

Kyai Brikhu akhirnya merawat Ular Sawah itu dengan baik. Ketika istrinya telah
melahirkan seorang bayi perempuan, ia kemudian meletakkan Ular Sawah itu di
dekat bayinya yang berada di kamar tengah. Sang ular segera melingkarkan
tubuhnya mengelilingi si bayi, seperti sedang melindungi sang bayi. Sejak itulah,
Kyai Brikhu bersama istrinya merawat anak mereka bersama Ular Sawah itu dengan
hati-hati. Setiap hari, mereka memberi makan ular itu dengan katak.

Suatu malam, Kyai Brikhu kembali bermimpi. Dalam mimpinya, Ular Sawah itu
menolak diberi makan katak. Ular itu minta diberi sesajen berupa Sedah Ayu, yaitu
sirih beserta perlengkapannya, bunga, dan lampu yang harus selalu dinyalakan.
Ketika terbangun, Kyai Brikhu pun langsung menyiapkan sesaji sebagaimana
permintaan Ular Sawah itu.

Sementara itu, Dewi Tiksnawati yang menitis pada tubuh anak Kyai Brikhu membuat
huru-hara di khayangan, tempat kediaman para dewa. Hal itu membuat Sang Hyang
Jagadnata atau Batara Guru murka. Ia lalu memerintahkan kepada para Dewa.

“Wahai, para Dewa! Turunlah ke bumi, berikan bencana pada bayi tempat Dewi
Tiksnawati menitis!” perintah sang Batara Guru.
Para Dewa segera meluncur, turun  ke bumi. Akan tetapi usaha mereka untuk
memberi bencana pada bayi itu gagal karena pengaruh tolak bala dari Kyai Brikhu
dan Ular Sawah. Berkali-kali para Dewa itu berusaha melakukan hal itu, tapi tak
berhasil. Selidik punya selidik, akhirnya para Dewa dan Batara Guru mengetahui
bahwa kegagalan mereka itu disebabkan karena ada Dewi Sri yang setia melindungi
bayi itu. Batara Guru segera memerintahkan para Bidadari untuk turun ke bumi,
membujuk Dewi Sri agar mau menjadi bidadari di Khayangan.

“Wahai, Dewi Sri. Kami diutus oleh Batara Guru untuk memintamu ke Khayangan.
Kamu akan dijadikan bidadari untuk melengkapi kami para bidadari yang ada di
Khayangan,” bujuk salah satu bidadari.

“Wahai para bidadari,  saya bersedia menerima permintaan Batara Guru, tapi
dengan satu syarat,” ujar Dewi Sri.

“Apakah syaratmu itu, wahai Dewi Sri?” tanya bidadari.

“Saya mohon, adik saya Sadana, yang telah dikutuk menjadi burung Sriti agar
dikembalikan lagi wujudnya menjadi manusia,” pinta Dewi Sri.

Para bidadari menyanggupi permintaan Dewi Sri. Namun, ketika mereka hendak
memenuhi permintaan tersebut, ternyata Sadana telah dikembalikan menjadi
manusia oleh Bagawan Brahmana Maharesi, putra Sang Hyang Brahma. Bahkan,
Sadana telah dinikahkan dengan seorang putri bernama Dewi Laksmitawahni. Kelak
bila mereka telah memiliki putra, Sadana akan diangkat menjadi dewa.

Berita tentang Sadana kemudian disampaikan kepada Dewi Sri. Tentu saja Dewi Sri
menyambutnya dengan perasaan senang, karena keinginannya telah terkabulkan.
Akhirnya Dewi Sri yang berwujud Ular Sawah itu dikembalikan ke wujud aslinya oleh
para bidadari sebagai seorang gadis yang cantik jelita.

Sementara itu, ketika Kyai Brikhu hendak melihat anak bayinya di kamar, ia sangat
terkejut, karena Ular Sawah yang menjaga bayinya telah lenyap, berganti seorang
gadis cantik yang sedang duduk di samping bayinya.

“Hai, cah ayu. Kamu ini siapa, dan mengapa ada di sini?” tanya Kyai Brikhu heran.

Dewi Sri segera memperkenalkan dirinya, dan menceritakan peristiwa yang baru
saja terjadi. Kyai Brikhu manggut-manggut. Akhirnya,ia pun tahu bahwa Dewi Sri
adalah putri Prabu Mahapunggung dari Kerajaan Medang Kamulan.

Teringat akan janjinya, Dewi Sri segera mohon pamit pada Kyai Brikhu, untuk
selanjutnya menuju ke Khayangan menjadi Dewi. Sebelum pergi, ia tidak lupa
berterima kasih dan berpesan kepada Kyai Brikhu.

“Terima kasih, Kyai Brikhu atas segala bantuannya selama saya tinggal di rumah
ini,” ucap Dewi Sri. Selanjutnya Dewi Sri berpesan: “Agar sandang dan pangan
keluargamu selalu tercukupi, jangan lupa untuk memberi memberikan sesajen di
ruang tengah rumahmu.”
Usai berpesan, Dewi Sri lenyap dari pandangan mata Kyai Brikhu. Menghilang, lalu
terbang menuju Khayangan. Sepeninggal Dewi Sri, Kyai Brikhu segera menyediakan
sesajen di ruang tengah rumahnya. Sejak itulah, Kyai Brikhu selalu menyimpan atau
memajang gambar ular di kamar tengah rumahnya sebagai perlambangan sosok
Dewi Sri yang telah memberikan kemakmuran dan kesuburan dalam kehidupannya.

Tidak hanya itu, Kyai Brikhu juga percaya, jika ada ular masuk ke dalam rumahnya,
itu pertanda kalau sawahnya akan memberikan hasil atau rezeki yang baik.

Demikianlah, Legenda Dewi Sri, Dewi Padi atau Dewi Kesuburan.  Di kalangan
masyarakat Sunda, Dewi Sri, dikenal sebagai Nyi Pohaci Sanghyang Asri. Begini
ceritanya:

Diceritakan, bahwa jaman dahulu kala, Batara Guru, penguasa tertinggi kerajaan
Mayapada, ingin membuat sebuah istana baru yang lebih megah dari istana
Kahiyangan. Sang Batara Guru memerintahkan kepada seluruh Dewa-Dewi untuk
bekerja bakti, dan mengancam akan memotong tangan dan kaki kepada siapa saja
yang malas mengerjakan perintahnya.

Dalam pada itu, Sanghyang Antaboga,  Sang Dewa Ular, jadi cemas hatinya
mendengar ancaman yang dibuat oleh Batara Guru itu. Ia menyadari akan kondisi
tubuhnya yang tidak memiliki tangan dan kaki, tentu saja akan merasa kesulitan
untuk bekerja. Tapi, jika ia tidak bekerja, lehernya pasti akan dipenggal., karena ia
tidak memiliki tangan dan kaki.

Sanghyang Antaboga jadi gelisah. Siang dan malam dirinya selalu dihantui rasa
takut. Maka ia pun mendatangi Batara Narada untuk minta nasehat. Tapi ternyata,
Batara Narada justru bingung karena tidak bisa menemukan jalan keluar.
Sanghyang Antaboga menangis saking sedihnya. Air matanya jatuh menetes, dan
ajaib sekali. Tiga tetes air matanya itu berubah menjadi 3 butir telur dengan kulit
yang sangat indah bercahaya. Melihat keajaiban itu, Batara Narada segera
menyarankan agar menghadiahkan telur tersebut sebagai hadiah kepada Batara
Guru sebagai permohonan maaf karena tak bisa partisipasi dalam kerjabakti
membangun istana.

Tanpa pikir panjang lagi, Sanghyang Antaboga segera menaruh tiga butir telur ke
dalam mulutnya, dan pergi menemui Batara Guru. Di tengah perjalanan, ia bertemu
dengan seekor Burung Gagak yang menyapanya dengan sopan. Tetapi karena ada
tiga butir telur di mulutnya, Sanghyang Antaboga tak membalas sapaan si Burung
Gagak. Tentu saja Burung Gagak itu kecewa. Dia mengira kalau Antaboga sombong
terhadap dirinya. Ia pun menyerang Sanghyang Antaboga sehingga 2 butir telur
yang ada dalam mulutnya pecah. Tinggal satu butir telur yang selamat dalam
mulutnya. Sangyang Antaboga cepat-cepat meninggalkan si Burung Gagak.
Sesampainya di hadapan Batara Guru, telur yang tinggal satu butir ia serahkan.
Ternyata, Batara Guru menerima hadiah sebutir telur itu dengan senang hati, dan
menyuruh Sanghyang Antaboga untuk mengeraminya.

Hari-hari berlalu. Dan akhirnya telur pun menetas, menjadi seorang bayi perempuan
yang diberi nama Nyi Pohaci Sanghyang Asri. Anak tersebut lalu dirawat sebagai
anak angkat oleh Batara Guru dan permaisuri. Ia tumbuh menjadi sosok perempuan
yang cantik jelita, anggun mempesona. Dipanggil dengan nama Sri..

Ternyata, diam-diam Batara Guru jatuh hati pada anak angkatnya itu, dan
bermaksud hendak mempersuntingnya menjadi istri. Dasar Dewa cilamitan! Para
Dewa di Kahiyangan merasa resah dengan keadaan ini. Semua khawatir jika sampai
kejadian Sang Batara Guru benar-benar akan memperistri anak angkatnya sendiri.
Bencana akan melanda Kahiyangan!

Akhirnya, para Dewa berunding, dan sepakat untuk memisahkan Batara Guru
dengan Sri. Tapi bagaimana caranya? Tak ada cara lain kecuali memberi racun
pada minuman Sri. Kejam memang, juga tidak adil. Tapi apa boleh buat, waktu
sudah mepet. Para Dewa sudah tak punya waktu lagi untuk mencari jalan keluar
yang baik. Sri akhirnya meninggal. Diam-diam jenazahnya dibawa turun ke bumi dan
dikubur di suatu tempat yang tersembunyi. Batara Guru tidak menyadari kalau Sri
telah meninggal. Ia mengira jika Sri hanya menghilang entah kemana.

Konon kabarnya, pusara dari Nyi Pohaci Sanghyang Asri atau Sri itu ditumbuhi
beraneka macam tanaman yang berguna untuk umat manusia. Salah satunya
adalah tanaman padi yang menguning, tanaman yang sangat bermanfaat bagi
kehidupan manusia di bumi. Sejak saat itulah Nyi Pohaci Sanghyang Asri atau dewi
Sri dijuluki sebagai Dewi Padi atau Dewi Kesuburan. Ia dimuliakan karena
pengorbanannya yang luhur telah memberi berkah kebaikan bagi alam, kesuburan,
dan ketersediaan pangan untuk umat manusia.

C. FABEL : Fabel adalah cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia
lewat tokoh hewan

Contoh : “Si Kancil”

1. Pada suatu hari, hutan dilanda kemarau panjang


diadona.i
Hutan kini sedang dilanda kemarau panjang. Akibatnya, makanan di sana habis.
Sungai pun mengering. Mau tidak mau, binatang di hutan harus keluar hutan untuk
mencari makanan. Tak terkecuali Kancil. Ia kini kebingungan mencari makanan.
“Kemana aku harus mencari makanan? jika bertahan di hutan ini, bisa-bisa aku mati
kelaparan, Dimana ya tempat yang penuh dengan makanan?” gumam Kancil.
Kancil pun berjalan keluar hutan. Ia berusaha mencari tempat baru, berharap di
sana tersedia banyak makanan. Saat sedang berjalan, tiba-tiba ia melihat ladang
Petani yang dipenuhi timun yang sangat segar.

2. Kancil berniat mencuri timun di kebun


conto
htext.com
Melihat timun segar di depan matanya, Kancil ingin sekali melahap timun-timun itu.
Seketika timbulah ide Kancil untuk mencuri timun milik Petani.
“Mungkin tidak apa-apa, jika aku memakan sedikit timun milik Petani, Toh nanti dia
akan menanamnya kembali” ucap Kancil dalam hati.
Tanpa pikir panjang, Kancil pun segera masuk ke dalam ladang. Di sana ia mulai
memakan timun-timun tersebut, satu persatu ia lahap. Kancil sangat menyukai timun
tersebut. Tanpa disadari, Kancil memakan timun-timun itu hingga perutnya kenyang.
Kancil pun pulang dengan hati yang senang.
“Aku tak perlu lagi kesulitan mencari makanan di hutan. Di ladang Petani, ada
banyak sekali makanan,” gumam Kancil sambil berjalan pulang. 

3. Kancil kembali ke kebun tersebut lagi dan lagi


do
ngengceritarakyat.com
Benar saja, hari-hari berikutnya, Kancil selalu kembali mengunjungi ladang Petani. Ia
memakan timun-timun milik Petani. Awalnya hanya sedikit, lama kelamaan
jumlahnya pun bertambah setiap hari. Kancil selalu pulang dengan hati yang
senang. 
Tanpa Kancil sadari, perbuatannya diketahui oleh Petani. Petani pun merasa geram
akibat ulah Kancil yang telah mencuri timun dari ladangnya. Ia berniat membalas
perbuatan si pencuri yang telah menganggu usahanya,
“Aku harus memberi pelajaran untuk si pencuri. Tapi, bagaimana caranya?” pikir
Petani.
Petani terus berpikir dan mencari ide, hingga akhirnya ia menemukan sebuah ide.
Petani mengambil bajunya yang sudah tak dipakai, taping, dan kelapa. Lalu ia
menyatukan semua itu, membentuknya menjadi orang-orangan sawah. Kemudian,
ia meletakkannya di ladang timun.
“Kau akan ketakutan begitu melihat orang-orangan sawah ini,” gumam Petani.
4. Ide cerdik Petani menghadapi ulah Kancil

tankimlim.blogspot.com
Suatu ketika Kancil yang merasa lapar pun kembali ke ladang Petani. Ia sudah tak
sabar ingin segera makan timun sebanyak-banyaknya. Di perjalanan, Kancil
membayangkan memakan timun yang enak dan segar.
“Aku akan membuat perutku kenyang, agar tidak perlu berkali-kali kembali ke ladang
ini. Kalau perlu, aku akan membawa timun-timun itu pulang untuk persediaan
makanan,” ucap Kancil. Ketika sampai di depan ladang, betapa terkejutnya Kancil
mendapati ada orang yang menjaga ladang Petani. Kancil yang berniat mencuri pun
kemudian bersembunyi. Ia mencoba menunggu sampai orang itu pergi.
Waktu demi waktu berlalu, tidak terasa sudah cukup lama ia menunggu di sana.
Namun, orang itu tak juga pergi dari tempatnya.
"Wah hebat sekali Petani itu, dia terus saja menungguku sambil berdiri di sana.
Kalau begini terus aku tidak bisa makan timun hari ini," pikir Kancil.
Kancil yang sudah sangat lapar, akhirnya menyerah. Ia pun kembali ke rumah tanpa
membawa timun.
5. Pesan Moral Cerita Fabel ini

ceritaceritaanak.wordpress.com
Pesan moral utama yang dapat diambil dari cerita ini ialah jangan mencuri. Tindakan
ini bukanlah perbuatan yang baik. Kamu tidak dapat mengambil milik orang lain
begitu saja. Pada cerita ini, Kancil yang sangat cerdik dalam mencuri pun akhirnya
kena jebakan milik Petani.
Selain itu, sebaiknya si Kecil tidak mencontoh perbuatan Kancil. Kecerdikan Kancil
seharusnya digunakan untuk hal-hal yang positif dan bermanfaat bagi sesama.
Bukan digunakan untuk merugikan orang lain. 
Itu dia dongeng Si Kancil mencuri timun dan pesan moralnya. Kira-kira bagian
cerita mana yang paling disukai si Kecil?
D. Legenda : Legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang berhubungan
dengan peristiwa sejarah mengenai asal usul tempat tempat yang dibumbui dengan
keajaiba, kesaktian, maupun keistimewaan tokohnya
Contoh : “Danau Toba”
Kisah asal-usul Danau Toba dimulai oleh seorang petani muda yang bernama Toba.
Laki-laki ini adalah petani yang rajin, ia banyak menghabiskan waktunya di sawah.
Terkadang, ia juga suka pergi memancing ikan untuk dimakan atau dijual ke pasar.
Lalu, di suatu pagi ia lebih memilih untuk pergi memancing ikan daripada pergi ke
sawah. Saat Toba memancing, ia mendapatkan ikan mas yang ukurannya cukup
besar, lebih besar dari ukuran ikan yang biasanya ia dapatkan.
Setelah sampai rumah, Toba sangat terkejut karena ikan yang tadinya akan ia
bersihkan dan potong berubah menjadi seorang perempuan yang sangat cantik.
Perempuan ini pun bercerita pada Toba bahwa sebenarnya ia adalah seorang putri
raja, dan sekarang ia tengah dikutuk. Setelah ia menjelaskan kondisinya, sang putri
berterima kasih pada Toba karena sudah menyelamatkannya. Sebagai rasa terima
kasihnya, sang putri bersedia menjadi istri Toba dengan syarat orang-orang lain
tidak boleh tahu asal-usul keberadaannya.
Setelah mereka menikah, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki. Mereka
menamakan anak mereka Samosir. Mereka berdua merasa sangat senang dan
semangat menjadi orang tua, mereka membesarkan Samosir dengan penuh kasih
sayang dan memanjakannya. Samosir tumbuh menjadi anak yang sangat aktif dan
bisa dibilang sedikit nakal. Samosir tidak pernah mau membantu ayahnya bekerja di
ladang. Bahkan, saat ibunya memintanya hanya sekadar untuk mengantarkan bekal
sang ayah, ia sering menolak. Ia lebih memilih di rumah atau bermain. Ditambah
lagi, Samosir memiliki nafsu makan yang sangat tinggi, sehingga Toba harus bekerja
lebih giat dan lebih keras agar segala kebutuhan gizi Samosir dapat terpenuhi.
Saking tinggi nafsu makan Samosir, terkadang jatah makan satu keluarga bisa habis
hanya untuk mengenyangkan perutnya. Meski begitu, Toba dan istrinya tidak
merasa keberatan dan tetap berusaha agar anaknya bisa selalu merasa senang dan
kenyang.
Lalu pada suatu hari, Samosir bersedia mengantarkan bekal ayahnya ke ladang
setelah ia dibujuk dan dipaksa oleh ibunya. Dengan berat hati dan melawan rasa
malasnya sekuat tenaga, Samosir berjalan ke ladang sambil membawa bekal
ayahnya. Namun, di tengah jalan ia merasa lapar dan haus. Samosir pun membuka
bekal ayahnya dan memakannya sedikit. Awalnya, Samosir hanya memakan satu
gigit, tapi ia masih merasa lapar dan belum puas. Samosir pun membuka bekal
ayahnya kembali dan memakan beberapa suap, hingga pada akhirnya hanya tersisa
sedikit makanan dan minuman di dalam bekal ayahnya.
Di ladang, ayahnya sangat senang melihat anaknya dari kejauhan menghampirinya.
Saat Samosir memberikan bekal itu pada ayahnya dan membukanya, raut wajah
ayahnya berubah menjadi kesal, “kenapa makananku tinggal sedikit?” Tanya Toba
dengan nada sedikit tinggi. Anaknya pun menjelaskan bahwa ia merasa sangat lapar
di tengah jalan tadi, dan seharusnya ayahnya tidak marah karena ia tetap
menyisakan sedikit untuknya. Toba pun tidak bisa menahan amarahnya dan ia
bahkan berkata kasar pada anaknya, “anak kurang ajar! Dasar kamu keturunan
ikan!” Samosir pun sangat terkejut dengan perkataan ayahnya dan merasa sakit
hati. Samosir pun berlari menangis ke rumah.
Sesampainya di rumah, ibunya terkejut melihat anaknya histeris menangis. Samosir
pun menceritakan apa yang terjadi di ladang tadi saat ia bertemu ayahnya.
Mendengar kejadian itu, sang ibu merasa kecewa dengan Toba karena ia sudah
mengingkari janjinya untuk tidak memberi tahu asal-usulnya pada siapa pun.
Kemudian, sang ibu berdiri sambil memegang tangan Samosir. Dalam hitungan
detik, mereka sudah menghilang. Tiba-tiba, ada sebuah keajaiban muncul dari
bekas pijakan Samosir dan ibunya. Ada sebuah aliran air yang sangat deras hingga
tidak bisa dibendung dari bekas pijakan kaki mereka berdua. Saking derasnya aliran
air yang mengalir, desa itu pun lama-lama tenggelam Akhirnya, terbentuklah sebuah
danau akibat hal ini. Danau ini dinamakan Danau Toba, pulau-pulau kecil di
tengahnya pun disebutt Pulau Samosir untuk mengenang anak laki-laki ini.
Sebenarnya ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari kisah ini. Hal pertama
yang bisa kita pelajari dari sudut pandang Samosir adalah, kita tidak boleh menjadi
orang yang tamak. Kita harus mengambil suatu hal sesuai kebutuhan kita dan
jangan sampai mengambil hak orang lain. Karena, tentunya orang lain memiliki hak
untuk marah atau sedikit emosi jika barang miliknya diambil. Yang kedua—masih
dari sudut pandang Samosir, kita harus selalu patuh dan menuruti orang tua kita
selama hal itu adalah hal yang baik. Jangan menolak atau apalagi melawan mereka.
Yang terakhir, kita bisa mengambil pelajaran dari sudut pandang Toba. Meski dalam
kondisi marah, kesal, atau kecewa, kita harus selalu menepati janji yang sudah kita
buat. Latih diiri agar tidak mudah terbawa emosi dan menyakiti orang lain dengan
kata-kata kita.
E. Saga : Saga adalah cerita rakyat yang ceritanya berdasarkan peristiwa sejarah
yang telah bercampur fantasi rakyat
Contoh : “Lutung Kasarung”
 Kisah ini bercerita tentang pangeran tampan bernama Sanghyang Guruminda yang
dihukum dengan dibuang ke bumi karena melakukan kesalahan di kayangan dalam
wujud seekor lutung. Sebagai seekor lutung, Sanghyang Guruminda tersesat di
sebuah hutan sehingga ia diberi nama Lutung Kasarung. Lutung Kasarung dalam
bahasa Sunda berarti lutung yang tersesat. Lutung adalah sejenis kera dengan bulu
lebat berwarna hitam legam dengan ekor yang panjang.
Sementara itu, Prabu Tapa Agung, yang merupakan raja dari Kerajaan Pasir
Batang, telah tua dan sakit-sakitan. Ia berencana akan menunjuk salah seorang
putrinya untuk menjadi ratu sebagai penggantinya dan memerintah Kerajaan Pasir
Batang. Sebagai raja yang bijaksana, ia berpikir secara mendalam tentang
keputusannya ini. Ia sama sekali tidak mempunyai seorangpun putra mahkota. Tujuh
anak yang dilahirkan oleh permaisuri semua perempuan. Lima di antaranya sudah
menikah dengan para pangeran dari kerajaan-kerajaan lainnya. Sementara dua putri
lainnya, yaitu Putri Purbararang dan Putri Purbasari belum menikah, jadi masih
tinggal di istana bersama mereka.
Setelah mempertimbangkan dengan sebaik-baiknya, akhirnya sampailah ia pada
rencana untuk mengangkat Putri Purbasari sebagai penggantinya untuk memerintah
Kerajaan Pasir Batang. Rencananya itu ia sampaikan kepada seluruh kerabat dekat
istana dan para pembesar kerajaan. Semua orang menyetujui rencana Prabu Tapa
Agung dan memuji kebijaksanaannya, kecuali Putri Purbararang dan Raden
Indrajaya yang merupakan tunangan Putri Purbararang. Putri Purbararang yang
merasa sebagai putri sulung jauh lebih berhak untuk mendapatkan kehormatan
sebagai pengganti Prabu Tapa Agung. Selain itu, hidup sebagai ratu bagi Putri
Purbararang bermakna harta dan kekuasaan. Demikian juga calon suaminya, Raden
Indrajaya yang merupakan putra salah seorang menteri istana. Namun, keputusan
Prabu Tapa Agung sudah bulat. Putri Purbasari adalah calon ratu, penggantinya
kelak jika ia akan mundur dari tampuk kepemimpinan Kerajaan Pasir Batang.
Akhirnya, Putri Purbararang yang marah dan kesal dengan keputusan Prabu Tapa
Agung, pergi menemui seorang dukun sakti. Ia akan menggagalkan semua rencana
penobatan Putri Purbasari sebagai ratu. Ni Ronde nama perempuan tua itu. Ia
adalah seorang dukun jahat yang dapat melakukan pekerjaan apapun asal diberi
imbalan yang besar.
Sihir yang dilakukan oleh Ni Ronde sangat mengerikan. Dalam semalam, Putri
Purbasari terkena teluh berupa penyakit kulit yang menjijikkan. Seluruh wajah,
tubuh, hingga ujung kakinya melepuh dan bernanah. Penyakit itu menimbulkan
aroma busuk. Tidak ada tabib yang dapat mengobati penyakitnya itu. Semua
menyerah.
Setelah itu, menghadaplah Putri Purbararang kepada Prabu Tapa Agung. Bersama
Raden Indrajaya, ia menghasut Prabu Tapa Agung untuk mengasingkan Putri
Purbasari ke hutan. Menurut Putri Purbararang dan Raden Indrajaya, tidaklah
mungkin Putri Purbasari menggantikan ayahandanya itu menjadi raja. Putri
Purbasari, menurut Putri Purbararang memang tidak seharusnya menjadi ratu
karena hanya seorang putri bungsu. Justru Putri Purbararang-lah yang paling berhak
dianugerasi tampuk kekuasaan kerajaan Pasir Batang. Putri Purbararang merasa
berhak menjadi ratu karena ia adalah putri sulung. Menurut Putri Purbararang dan
Raden Indrajaya, pastilah Putri Purbasari telah terkena kutukan karena menyalahi
kebiasaan kerajaan-kerajaan dari zaman dulu: yang paling berhak dinobatkan
sebagai raja atau ratu adalah anak sulung, bukan anak bungsu.
Berkat kepandaian Putri Purbararang dan Raden Indrajaya berbicara, akhirnya
Prabu Tapa Agung berhasil dipengaruhi. Putri Purbasari kemudian diasingkan ke
hutan. Hati Prabu Tapa Agung sangat sedih. Putri Purbasari adalah putri yang paling
dikasihinya karena sopan-santun, kecerdasan, dan sifat-sifat baiknya, kini harus
pergi diasingkan ke hutan yang penuh dengan binatang-binatang buas. Namun,
Prabu Tapa Agung harus melakukannya. Bisa saja kata-kata Putri Purbararang
benar. Jika Putri Purbasari memang terkena kutukan, maka ia harus dijauhkan dari
istana dan kerajaan. Bisa saja penyakit itu sangat menular dan membahayakan
seluruh rakyat kerajaan Pasir batang.
Kepada patih kepercayaannya yang bernama Uwak Batara Lengser, Prabu Tapa
Agung menyerahkan Putri Purbasari untuk diasingkan ke hutan yang berada di luar
wilayah kerajaan Pasir Batang. Ia meminta Uwak Batara Lengser untuk
membuatkan pondok yang kokoh, meskipun sederhana untuk Putri Purbasari. Maka
demikianlah, Putri Purbasari ditinggalkan di sebuah hutan yang lebat, jauh dari
istana.
Di mana seorang yang baik hatinya, dan bagaimanapun rupanya, akan mudah
diterima oleh lingkungannya berada. Demikian juga dengan Putri Purbasari. Berada
di hutan justru membuatnya dekat dan akrab dengan binatang-binatang. Tidak ada
hewan buas yang jahat kepadanya. Justru mereka selalu melindungi Putri Purbasari.
Ia tak pernah kelaparan, karena beraneka ragam buah-buahan dan umbi-umbian
disediakan oleh binatang-binatang sahabatnya.
Salah satu binatang yang paling sering membawakan makanan untuk Putri
Purbasari adalah seekor lutung, yang tidak lain adalah Lutung Kasarung, yaitu
jelmaan Sanghyang Guruminda. Lutung yang dapat berbicara itu sangat baik
kepadanya. Tidak hanya mengantarkan makanan, lutung yang gerak-geriknya selalu
menarik perhatian Putri Purbasari itu setia menemaninya ke mana-mana. Bersama
lutung itu Putri Purbasari tak pernah merasa kesepian.
Pada suatu hari, Putri Purbasari demikian rindu kepada ayahandanya Prabu Tapa
Agung, hingga ia menangis dan meratapi penyakit kulitnya yang membuatnya
dianggap terkena kutukan itu. Lutung Kasarung yang mendengar ratapan Putri
Purbasari segera mengerti siapa sebenarnya gadis itu. Ia segera menyelinap pergi.
Ia berdoa kepada Yang Maha Kuasa untuk memberikan obat kesembuhan untuk
Sang Putri Purbasari. Dengan doa yang dipanjatkan oleh Sanghyang Guruminda
atau Lutung Kasarung ini, maka terciptalah sebuah telaga kecil. Segeralah Lutung
Kasarung menemui Putri Purbasari yang terlihat masih menangis meratapi
kerinduannya kepada ayahnya.
Lutung itu kemudian berbicara dan meminta Putri Purbasari untuk mandi dan
berendam ke telaga tadi. Putri Purbasari tentu saja terkejut setelah mengetahui
bahwa Lutung Kasarung bisa berbicara seperti manusia. Keajaiban itu tentu saja
membuat Lutung Kasarung lebih mudah meyakinkan Putri Purbasari agar mau
berendam dan mandi di telaga kecil. Putri Purbasari percaya, bahwa lutung-kera
hitam legam berekor panjang itu bukanlah binatang sembarangan. Ia pasti telah
dikirimkan oleh Yang Maha Kuasa untuk menolongnya.
Benar saja, setelah mandi dan berendam di air telaga kecil itu, penyakit kulit yang
menjijikkan dan beraroma busuk yang diderita Putri Purbasari sembuh. Tidak ada
bekas sama sekali di wajah dan tubuhnya bahwa ia pernah terkena penyakit.
Bahkan, kulitnya menjadi lebih segar, cerah, dan halus dari sebelumnya. Wajahnya
yang memang cantik, dan kulitnya yang semula memang mulus, menjadi lebih cantik
dan mulus lagi. Putri Purbasari gembira sekali. Ia sangat berterima kasih kepada
Lutung dan Yang Maha Kuasa.
Di istana Kerajaan Pasir Batang, Prabu Tapa Agung yang sangat merindukan Putri
Purbasari akhirnya memerintahkan patih Uwak Batara Lengser untuk menjenguk
keadaan Putri Purbasari. Setelah sampai di hutan tempat di mana Putri Purbasari
diasingkan, terkejutlah Uwak Batara Lengser melihat keadaan Putri Pusrbasari yang
telah sembuh sama sekali dari penyakit kulit yang menjijikkan itu. ia kemudian
meyakinkan Putri Purbasari dan mengajaknya untuk kembali ke istana. Awalnya
Putri Purbasari menolaknya, tetapi karena mendengar betapa ayandanya Prabu
Tapa Agung sangat merindukannya, akhirnya ia menerimanya. Putri Purbasari
dengan ditemani oleh Lutung Kasarung kembali ke istana Kerajaan Pasir Batang
bersama patih Uwak Batara Lengser.
Kepulangan Putri Purbasari ke istana disambut dengan sangat gembira oleh Prabu
Tapa Agung, tetapi tentu sebaliknya dengan Putri Purbararang dan Raden Indrajaya.
Mereka berdua merasa terancam posisinya. Benar saja, Prabu Tapa Agung akan
membuat pengumuman bahwa tahta kerajaan akan segera diserahkan kepada Putri
Purbasari.
Putri Purbararang kemudian mengajukan keberatannya. Ia mengajukan syarat
kepada Prabu Tapa Agung. Ia ingin mengadakan perlombaan memasak. Jika Putri
Purbasari dapat mengalahkannya dalam perlombaan memasak makanan, maka ia
bersedia secara sukarela membiarkan Putri Purbasari menjadi ratu. Namun, jika ia
memenangkan perlombaan memasak itu, maka dialah yang berhak menjadi ratu di
Kerajaan Pasir Batang. Prabu Tapa Agung kemudian menyetujui syarat yang
diajukan Putri Purbararang. Maka diadakanlah perlombaan memasak antara
Purbararang dan Purbasari.
Putri Purbararang dengan dibantu pelayan-pelayannya untuk memasak makanan
dengan sangat cepat. Makanan yang dibuat Putri Purbararang tampak sangat lezat.
Baunya harum semerbak. Putri Purbasari tentu saja kewalahan. Ia bekerja sendirian.
Akhirnya Lutung Kasarung memohon bantuan Yang Maha Kuasa. Maka kemudian,
diturunkanlah para peri dan bidadari dari kayangan untuk membantu Putri Purbasari
memasak secara kasatmata. Putri Purbasari tampak memasak sendiri, padahal di
sekelilingnya tanpa seorangpun menyadari para peri dan bidadari membantunya.
Mereka menambahkan bumbu-bumbu rahasia dari kayangan. Tak ada bumbu
masakan lain di bumi yang bisa menandingi kelezatan makanan yang diberi bumbu
ini. Akhirnya, ketika para juri lomba memasak mencicipi masakan Putri Purbararang
dan Putri Purbasari, maka kemenangan diberikan kepada Putri Purbasari.
Putri Purbararang sangat kesal. Ia menyangka dialah yang akan menang. Ia
menolak mengaku kalah dan meminta diadakan lagi sebuah perlombaan, yaitu
perlombaan rambut panjang dan indah. Karena kesabarannya, Prabu Tapa Agung
memberikan kesempatan kedua kepada Putri Purbararang. Putri Purbasari tidak
merasa takut sedikitpun akan kalah, meskipun ia tahu rambut kakaknya jauh lebih
panjang dari rambutnya. Benar saja, ketika Putri Purbararang membuka simpul
konde, rambutnya yang hitam legam dan indah terurai hingga mencapai betis.
Lutung Kasarung kembali berdoa dan memohon pertolongan Yang Maha Kuasa.
Doanya dikabulkan. Sebelum Putri Purbasari melepas simpul konde, para peri dan
bidadari dari kayangan menyambung rambut Putri Purbasari yang hanya sampai
pinggang. Peri-peri dan bidadari-bidadari itu bekerja sangat cepat dan rapi. Setiap
helai rambut Putri Purbasari disambung sehingga ketika rambut itu terurai,
panjangnya mencapai tumit. Rambut itu indah sekali. Jauh lebih indah dan hitam
dibanding rambut Putri Purbararang. Sekali lagi Putri Purbararang mendapat
kekalahan.
Tetapi, dasar kata-katanya tidak bisa dipegang, Putri Purbararang kembali
melakukan penolakan. Ia semakin gusar. Ia minta perlombaan yang ketiga kepada
Prabu Tapa Agung. Kini Prabu Tapa Agung bersikap tegas. Ia akan menyudahi
perlombaan ini sampai yang ketiga ini saja. Putri Purbararang berjanji bahwa ini
adalah perlombaan yang terakhir. Bahkan ia bersumpah, jika ia kalah maka ia rela
dipancung dan tampuk kekuasaan Kerajaan Pasir Batang akan menjadi hak
sepenuhnya Putri Purbasari. Prabu Tapa Agung menyetujui.
Ternyata, Putri Purbararang meminta perlombaan adu ketampanan tunangan.
Terkejutlah semua orang yang hadir di istana. pastilah perlombaan ini akan
dimenangkan oleh Putri Purbararang. Raden Indrajaya adalah pemuda paling
tampan yang ada di Kerajaan Pasir Batang. Tidak ada pemuda manapun yang lebih
tampan dari Raden Indrajaya.
Putri Purbararang maju sambil menggandeng tangan Raden Indrajaya dengan
senyum kemenangan dan kelicikan. Ia merasa sangat yakin bahwa seluruh kerajaan
Pasir Batang akan menjadi miliknya. Ia bahkan menghina Putri Purbasari bahwa
lutung jelek yang selalu mengikuti Putri Purbasari ke mana-mana itu adalah
tunangannya. Putri Purbasari tidak tahu harus berbuat apa, hingga Lutung Kasarung
berbisik kepadanya untuk segera menggandengnya dan maju ke dekat Putri
Purbararang dan Raden Indrajaya.
Putri Purbasari kemudian dengan yakin menggandeng Lutung Kasarung dan maju
ke depan mendekati Putri Purbararang dan Raden Indrajaya. Semua hadirin yang
ada di istana terhenyak. Putri Pusrbasari mempunyai tunangan seekor lutung yang
jelek. Tetapi keadaan itu hanya berlangsung sekejap. Ketika Lutung Kasarung
berdiri bersebelahan dengan Raden Indrajaya, berubahlah ia menjadi sosoknya
yang sebenarnya. Kini Sanghyang Guruminda itu telah terbebas dari hukuman.
Wujudnya sebagai Lutung Kasarung telah diambil, kini ia menjadi Sanghyang
Guruminda yang sebenarnya. Dia adalah makhluk kayangan yang sangat tampan.
Ketampanan Raden Indrajaya redup saat Sanghyang Guruminda berdiri di
sebelahnya. Semua hadirin bertepuk tangan. Putri Purbararang dan Raden
Indrajaya kaget sekali. Keadaan berubah seratus delapan puluh derajat. Hukum
pancung menanti mereka.
Akan tetapi, karena kebaikan hati Putri Purbasari, hukuman pancung tidak
dilakukan. Ia memaafkan kakaknya itu dengan ikhlas. Prabu Tapa Agung sangat
bahagia. Tidak salah jika ia nantinya menyerahkan tampuk pemerintahan kepada
Putri Purbasari. Akhirnya Purbasari dan Sanghyang Guruminda hidup bahagia
selamanya di Kerajaan Pasir Batang.
F. Cerpen : cerpen adalah Prosa Fiksi yang menceritakan tentang sesuatu Peristiwa
yang dialami tokoh utama
Contoh : “KEMARAU”
Cerpen kemarau merupakan kisah dari bujang yaitu sebagai aku dalam tokoh utama
di cerpen kemarau tersebut. Dalam cerpen ini sarat akan kritik terhadap pemerintah.

Sang tokoh merasa kecewa terhadap pemerintah. Hal itu terlihat dari penggalan
cerita kemarau tersebut seperti di bawah ini.

“baru belakangan ini diketahui jawabannya, yaitu di depan patung itu kini dipasang
papan reklame dan disitu para politisi sering berbusa-busa membanggakan
program-program mereka,.. yang menyimpan misteri politik misteri politik republik ini.

Karena aku terpana menatap propaganda yang dikoarkan politisi di papan reklame
itu, megah bertalu-talu tentang perubahan-perubahan yang akan mereka buat.

Lalu selanjutnya diakhir cerita Andrea Hirata menuliskan “sepuluh tahun telah
hangus sejak terakhir aku melamun di rongsokan kapal keruk itu”.

Jam besar di tengah kota masih menunjukan jam 5 saat kutinggalkan kampungku
dulu. Dan sekarang ketika aku kembali pulang jam besar itu masih menunjukan
waktu pukul 5 dan musim masih kemarau.

“mau kemana kau bujang?” sepuluh tahun telah lewat, apa dia tidak punya
pertanyaan lain? malas aku menjawabnya. Lagi pula aku tengah terpana menatap
propaganda para politisi di papan reklame.

Periode demi periode telah berganti mereka telah berkoar tentang perubahan namun
jam besar yang berada di depan hidung mereka rusak selama 56 tahun tetap rusak
selama 56 tahun, dan para pejuang 45 tetap mengacungkan tinjunya pada mereka.

“mau pergi kesungai” jawabku dalam hati. Lalu melenggang pergi. Tapi sungguh
merana.

Sampai disana yang kutemui hanya semilir angin dan riak-riak halus gelombang.
Bangkai keruk itu telah lenyap, macam telah disulap seorang illusionist.

Dan kata si penjual tebu kapal keruk itu sudah di potong-potong menjadi besi kiloan.
Aku terhenyak sirna sudah kenangan manis itu, lenyap sudah kebanggaan masa
kecilku itu, hapus sudah kebudayaan itu.

Dikampung kami, arkaelog industri telah di landa tsunami. Saat itu, rasanya ingin
aku memanjat patung itu dan bergabung dengan pejuang 45.
Namun, tak kulakukan, karena aku sudah terlambat untuk pulang, sudah sore. Ku
lihat jam besar itu sudah pukul 5. Musim masih kemarau saat aku kembali ke jakarta
dan hidup berlangsung seperti biasa.

Dapat disimpulkan dari cerita cerpen kemarau yaitu mengisahkan seorang pemuda
kampung yang merasa bosan akan keadaan daerah tempat ia tinggal.

Ia bermaksd ingin menuju sungai tempat merapatnya sebuah kapal keruk yang
penuh dengan kenangan dari ayahnya.

Namun, ditengah perjalanan dia merenungkan tentang nasib indonesia mulai dari
kampunya yang minim fasilitas, hingga ke calon pemimpin yang sibuk berkampanye
janji-janji palsu yang hanya omong kosong doang.

Buktinya tak ada pembangunan apapun bahkan jam dinding besar di dekat hidung
mereka saat kampanye pun tak bisa diperbaiki. Miris sekali indonesiaku.
G. Novel : Novel berasal dari bahasa Italia (novella) yang artinya sebuah barang
baru yang kecil. Novel adalah karya sastra yang menceritakan sisi utuh atas
problematika kehidupan seseorang tokoh atau beberapa tokoh.

Contoh : “Laskar Pelangi”


Cerita dari sebuah daerah di Belitung, yakni di SD Muhammadiyah. Saat itu menjadi
saat yang menegangkan bagi anak-anak yang ingin bersekolah di SD
Muhammadiyah. Kesembilan murid yakni, Ikal, Lintang, Sahara, A Kiong, Syahdan,
Kucai, Borek, Trapani tengah gelisah lantaran SD Muhammadiyah akan ditutup jika
murid yang bersekolah tidak genap menjadi 10. Mereka semua sangat cemas. SD
Muhammadiyah adalah SD islam tertua di Belitung, sehingga jika ditutup juga akan
kasihan pada keluarga tidak mampu yang ingin menyekolahkan anak-anak mereka.
Di sinilah anak-anak yang kurang beruntung dari segi materi ini berada.

Saat semua tengah gelisah datanglah Harun, seorang yang keterbelakangan


mental. Ia menyelamatkan ke sembilan temannya yang ingin bersekolah serta
menyelmatkan berdirinya SD Muhammadiyah tersebut. Dari sanalah dimulai cerita
mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak
Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah cengar-
cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang
dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai,
kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal,
sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari
rumahnya ke sekolah.

Semua kejadian tersebut sangat menghiasi kehidupan kesepuluh anak yang


mengatasnamakan diri mereka sebagai Laskar Pelangi. Bu Mus yang meupakan
guru terbaik yang mereka milikilah yang telah memberikan nama tersebut untuk
mereka. Karena bu Mus tahu mereka semua sangat menyukai pelangi. Saat susah
maupun senang mereka lalui dalam kelas yang menurut cerita pada malam harinya
kelas tersebut sebagai kandang bagi hewan ternak. Di SD Muhammadiyah itulah
Ikal dan kawan-kawannya memiliki segudang kenangan yang menarik.

Seperti saat kisah percintaan antara Ikal dan A Ling. Awalnya Ikal disuruholeh Bu
Mus untuk membeli kapur di tokoh milik keluarga A Ling. Ia jatuh cinta pada kuku A
Ling yang indah. Ia tidak pernah menjumpai kuku seindah itu. Kemudian ia tahu
bahwa pemilik kuku yang indah tersebut adalah A Ling, Ikal pun jatuh cinta
padanya.  Namun, pertemuan mereka harus di akhiri lantaran A Ling pindah untuk
menemani bibinya yang sendiri.

Kejadian tentang Mahar yang akhirnya mnemukan ide untuk perlombaan semacam
karnaval. Mahar menemukan sebuah ide untuk menari dalam acara tersebut.
Mereka para laskar pelangi menari sperti orang kesetanan, hal tersebut dikarenakan
kalung yang mereka kenakan dari buah yang langkah dan hanya ada di Balitong,
merupakan tanaman yang membuat seluruh badan gatal. Alhasil mereka pun menari
layaknya orang yang tengah kesurupan. Namun berkat semua itu akhirnya SD
Muhammadiyah dapat memenagkan perlombaan tersebut.
Namun, pada suatu ketika datanglah Flo, seorang anak yang kaya pindahan ari SD
PN, ia masuk dalam kehidupan laskar pelangi. Sejak kedatangan Flo di SD
Muhammadiyah tersebut yang membawa pengaruh buruk bagi teman-temannya
terutama Mahar, yang duduk satu bangku dengan Flo. Sejak kedatangan anak
tersebut nilai Mahar seringkali jatuh dan jelek sehingga membuat bu Mus marah dan
kecewa.

Hari-hari mereka selalu dihiasi dengan canda dan tawa maupun tangis. Namun di
balik semua kecerian mereka, ada seorang murid yang benama Lintang yakni
anggota laskar pelangi yang perjuangannnya terhadap pendidikan perlu di acungi
jempol. Ia rela menempuh jarak 80 km untuk pulang dan pergi dari rumahnya ke
sekolah hanya untuk agar ia bisa belajar. Ia tidak pernah mengeluh meski saat
perjalanan menuju sekolahnya ia harus melewati sebuah danau yang terdapat
buaya di dalamnya. Lintang merupakan murid yang sangat cerdas. Terbukti saat ia,
Ikal, dan juga Sahara tengah berada pada sebuah perlombaan cerdas cermat. Ikal
dapat menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang
berijazah dan terkenal,  dengan jawabannya yang membuat ia memenangkan lomba
cerdas cermat.

Namun sayang, semua kisah indah laskar pelangi harus diakhiri dengan perpisahan
seorang Lintang yang sangat jenius tersebut. Lintangdan awan-kawan membuktikan
bahwa bukan karena fasilitas yang menunjang yang akhirnya dapat membuat
seseorang sukses maupun pintar, namun kemauan dan kerja keraslah yang dapat
mengabulkan setiap impian. Beberapa hari kemudian, setelah perlombaan tersebut
Lintang tidak masuk sekolah dan akhirnya mereka kawan-kawan Lintang dan juga
bu Mus mendapatkan surat dari Lintang yang isinya, Lintang tidak dapat melnjutkan
sekolahnya kembali karena ayahnya meninggal dunia. Tentu saja hal tersebut
menjadi sebuah kesedihan yang mendalam bagi anggota laskar pelangi.

Beberapa tahun kemudian, saat mereka telah beranjak dewasa, mereka semua
banyak mendapat pengalaman yang berharga dari setiap cerita di SD
Muhammadiyah. Tentang sebuah persahabatan, ketulusan yang diperlihatkan dan
diajarkan oleh bu Muslimah, serta sebuah mimpi yang harus mereka wujudkan. Ikal
akhirnya bersekolah di Paris, sedangkan Mahar dan teman-teman lainnya menjadi
seseorang yang dapat membanggakan Belitung.

Anda mungkin juga menyukai