Anda di halaman 1dari 3

Pendekar Cisadane

Zaman dahulu Tangerang adalah kota yang dialiri sungai cisadane, Sungai ini terdapat
banyak sekali buaya, diantara buaya-buaya tersebut salah satunya merupakan Ratu Siluman
Buaya.
Pada suatu hari seorang lelaki tampan yang bernama Sarif tiba-tiba hilang saat
memancing di tepi sungai itu. Sarif adalah anak dari Pak Sanusi yang merupakan seorang
Kepala Dusun. Anehnya, walaupun warga sudah berhari-hari mencarinya dengan menyusuri
tepi sungai, tapi tidak juga menemukannya. Begitulah selama lima tahun, desa sekeliling
bantaran sungai itu selalu dibayangi ketakutan dan kegelisahan akan Ratu siluman buaya.
Selama itu pula kabar burung tersebut sampai kepada seorang pemuda yang baik dan
mempunyai kekuatan yang luar biasa. Pemuda itu datang dengan karisma seorang ksatria.
Pemuda itu bernama Aby.“Permisi Pak, benarkah di sungai ini terdapat banyak buaya?” tanya
Aby kepada salah seorang warga.“Benar, di sungai Cisadane ini banyak sekali buaya,
diantara buaya tersebut ada Ratu siluman buaya. Ia selalu meneror warga dengan berbagai
cara, memang Kisanat ada perlu apa?” tegur warga kepada Aby.“Oh, saya hanya ingin
memastikan kabar yang saya dengar dari orang-orang tentang kejadian yang sering
meresahkan warga disini.” jawab Aby dengan sangat bijak.“Lalu Kisanat akan berbuat apa?
Apakah Kisanat bisa membantu? Kami semua berharap agar Kisanat atau siapapun bisa
membantu menyelesaikan masalah yang ada di Desa ini. “Insya Allah Pak. Kita sama-sama
berusaha dan berdoa kepada Tuhan YME agar apa yang terjadi di Desa ini cepat terselesaikan
dan warga di Desa ini bisa hidup dengan tenang, tentram, dan damai kembali.” jawab Aby
dengan kerendahan hati yang sangat percaya diri.

Dengan semangat dan tekad yang kuat, setelah mendengar cerita Pak Sanusi tadi, Aby
langsung menuju ke tepian sungai, kemudian tanpa sengaja ia bertemu dengan seorang
perempuan yang cantik nan ayu. Perempuan itu sedang duduk di pinggiran sungai dengan
perasaan sedih yang terlihat dari raut wajahnya. Bahkan pakaian yang digunakan oleh
perempuan itu sangat lusuh hingga membuat Aby merasa iba kepadanya, padahal perempuan
itu adalah jelemaan Ratu siluman buaya yang mengubah dirinya menjadi seorang perempuan.

”Maaf, dari kejauhan saya melihat kau sedang duduk sendiri dan termangu. Kalau saya boleh
tahu apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya Aby kepada perempuan itu.
“Saya baru saja kehilangan orang yang sangat saya cintai yaitu anak saya.” jawab perempuan
itu.
“Memangnya apa yang terjadi dengan anakmu?” tanya Aby
“Anakku tenggelam ketika sedang bermain di tepian sungai ini.” jawab perempuan itu.
“Apa jasad anakmu sudah ditemukan?” tanya Aby
“Belum, apakah Anda mau menolongku untuk menemukan jasad anakku yang tenggelam di
dasar sungai ini?” ujar perempuan itu sambil mengeluarkan air mata.
Dengan rasa percaya akan sesuatu yang melindunginya, Aby menyelam dan tiba-tiba ia tak
sadarkan diri.
Dengan sekuat tenaga, Aby bangkit dari tidurnya kemudian betapa terkejutnya ia
ketika menyadari bahwa dirinya berada dalam sebuah penjara. Penjara itu berada pada sebuah
gua. Dalam penjara, Aby tidak sendiri. Di penjara itu ada Sarif dan orang-orang yang menjadi
korban siluman buaya itu.

“Kalian siapa?” tanya Aby.


“Maaf, seharusnya kami yang bertanya seperti itu. Kau siapa?” tegas para tawanan.
“Ya, nama saya Aby. Saya sengaja datang kesini untuk menolong warga desa ini yang sedang
dilanda masalah. Pasti kalian adalah korban dari siluman buaya yang hilang di tepian sungai.”
ujar Aby.
“Ya, benar. Kami adalah korban yang dijadikan tawanan Ratu siluman buaya yang kemudian
akan dijadikan tumbal olehnya. Pada malam Jum’at keliwon, satu per satu dari kami
dijadikan tumbal olehnya untuk menjadikan siluman itu tetap hidup abadi. Kami sangat ingin
bebas dari tempat ini. Bagaimanakah kami bisa keluar dari tempat ini? Apakah kau bisa
menolong kami?” ujar tawanan.
Suara hentakan langkah kaki terdengar dari jauh secara samar-samar ditelinga, begitu terus
hingga lambat laun suara itu semakin mendekat dan terlihat perempuan anggun yang
menggunakan kebaya indah. Ia tersenyum seketika Aby menatap wajahnya. Dengan tersendu
dan menahan malu perempuan itu berujar kepada Aby.
“Begini Aby, sebenarnya ini bukan gua biasa, ini adalah kerajaan saya. Saya adalah ratu di
kerajaan ini, kerajaan ini merupakan sebuah alam ghaib, yang berhubungan langsung dengan
alam nyata. Tapi, hanya sayalah yang berkuasa untuk mengajak orang yang saya kehendaki
untuk masuk.” ujar Ratu buaya.
Alhasil ia menjadi tahu seluk-beluk tentang situasi gua Ratu buaya ini. Aby mulai
merencanakan dan mengatur waktu yang tepat untuk membebaskan semua tawanan yang
selama ini ditahan oleh Ratu siluman buya.
Aby dan para tawanan lain pun berhasil keluar dari gua Siluman itu. Masyarakat desa
di tepian sungai Cisadane pun menyambut gembira karena Aby dapat membebaskan para
warga yang menghilang di sungai itu. Setelah peristiwa itu keresahan warga dengan adanya
Ratu Siluman Buaya pun sirna, Suasana desa pun kembali tentram sedia kala tak ada lagi
teror yang menghantui warga yang tinggal di pesisir sungai Cisadane.
1.Siapa sajakah tokoh dalam cerita tersebut?
2.Siapa sajakah tokoh protagonis dalam cerita?
3.Siapa sajakah tokoh antagonis dalam cerita?
Jawaban
1.Aby,Sarif,Ratu Siluman Buaya, Pak Sanusi,Warga,
Paratawanan
2.Aby,Sarif,Pak Sanusi, Kisanat, Warga, Paratawanan
3.Ratu Siluman Buaya

Anda mungkin juga menyukai