Anda di halaman 1dari 15

Deskripsi Drama

Judul: Sangkuriang
Tema: Kehidupan dan Cinta
Penokohan:
1. Nyi Larasati (Ibu Sangkuriang)
2. Sangkuriang
3. Orang Kerajaan
Sinopsis Drama Sangkuriang
Jaka Sona alias Sangkuriang hidup disebuah desa kecil bersama Ibu dan seekir
anjing yang tidak lain adalah wuduj ayahnya. Ayah Sangkuriang berubah wujud
menjadi seekor anjing lantaran mendapat kutukan dari seorang raja yang tidak lain
adalah ayahanda nyi Larasati (ibu Jaka Sona).
Pada suatu ketika ibu Jaka Sona menginginkan hati rusa, lalu Jaka Sona pun
berangkat bersama anjingnya untuk menangkap rusa dengan bersenjatakan panah.
Namun, disaat sedang membidik rusa dengan menggunakan panah, yang terpanah
justru anjingnya. Jaka Sona pun mengambil hati anjing tersebut karena anjing
tersebut memintanya.
Naskah Drama Gunung Tangkuban Perahu (Sangkuriang)
Jaka Sona pun membawakan hati anjing tersebut kepada ibunya.
Ibu:
Kamu berhasil menangkap rusa itu nak, kamu membawa hatinya untuk ibu?
Jaka Sona hanya terdiam dan terlihat sangat sedih... Jaka Sona kemudian
menceritakan kejadian yang sebenarnya.
Jak Sona:
Maaf Ibu, itu hati anjing peliharaan kita.
Ibu Jaka Sona seketika marah besar dan memukul Jaka Sona, dan ibunya pun
mengusirnya.
Ibu:
Kurang ajar kamu, kamu anak tak tahu diuntung. Pergi kamu dari rumah ini...

Jaka Sona pun pergi dari rumah. Pada malam hari kejadian itu, hujan mengguyur
kampung. Ibu Jaka Sona terbangun dari tidur, dan berusaha mencari keberadaan
Jaka Sona, namun ia tidak menemukan anaknya.
Ibu:
Jaka... Jaka... Jaka Sona...
Ibu Jaka Sona terlihat menangis kepedihan.
Jaka Sona akhirnya tersasar disebuah goa. Di goa itu Jaka Sona dipanggil oleh
suara yang tidak terlihat wujudnya.
Suara:
Wahai anak manusia.. kamu akan menjadi manusia sakti, dan kamu punya
tanggung jawab untuk menolong banyak orang diluar sana.
Jaka Sona pun berada di goa itu dan mengasah kemampuannya dalam bertarung.
Setelah itu, Jaka Sona akhirnya dinyatakan sudah lulus, dan sudah menjadi orang
sakti. Suara itu memberi nama Jaka Sona menjadi Sangkuriang.
Suara:
Wahai anak manusia, sekarang kamu sudah kuat dan siap berjuang untuk membela
orang-orang kecil. Ditubuhmu sudah tertanam kekuatan. Mulai sekarang namau
kamu adalah Sangkuriang. Keluarlah, karena diluar sana kamu sudah ditunggu
banyak orang untuk menolong mereka.
Sangkuriang pun keluar dari goa itu.
Setelah keluar dari goa itu, Sangkuriang langsung bertarung dengan orang
kerajaan. Dan setelah kejadian itu Sangkuriang menjadi buruan istanah. Pada saat
Sangkuriang sedang keletihan di sebuah pesawahan, Sangkuriang bertemu dengan
nyi Larasati yang tidak lain adalah ibunya sendiri.
Nyi Larasati:
Kamu siapa? Kamu pasti orang jahat?
Sangkuriang:
Tidak, nyi. Aku Sangkuriang, aku dikejar orang istanah. Tapi aku bukan orang
jahat.

Nyi Larasatui pun mengajak Sangkuriang untuk beristirahat dirumahnya.


Setibanya dirumah nyi Larasati, piha kerajaan sedang melakukan penggeledahan
rumah warga untuk mencari keberadaan Sangkuriang, namun Sangkuriang tidak
ditemukan karena disembunyikan oleh nyi Larasati disebuah ruangan rahasia.
Orang kerajaan:
Kami sedang mencari keberadaan Sangkuriang, apakah dia ada didalam?
Nyi Larasati:
Tidak ada..
Orang kerajaan pun meninggalkan kampung tersebut.
Setelah beberapa lama kenal Nyi Larasati, Sangkuriang pun akhirnya jatuh cinta
dengan Nyi Larasati. Disisi lain, Nyi Larasati juga menaruh rasa suka kepada
Sangkuriang. Sangkuriang pun menyampaikan niatnya untuk menikahi Nyi
Larasati.
Sebelum hubungan mereka berlanjut lebih jauh, akhirnya Nyi Larasati tahu bahwa
kesatria yang ingin menikahinya itu tidak lain adalah puteranya sendiri yang ia usir
beberapa tahun silam. Hal tersebut terkuak setelah Nyi Larasati mendapati ada luka
dibagian kepala Sangkuriang, dan usai menanyakan bekas luka tersebut
Sangkuriang pun menceritakan kejadian yang menimpanya dimasa kecialnya.
Nyi Larasati:
Kalau kamu benar-benar seorang kesatria, kenapa ada luka dikepalamu?
Sangkuriang:
Ah.. ini dulu aku dipukul ibuku.
Nyi Larasati semakin yakin bahwa Sangkuriang adalah Jaka Sona.
Nyi Larasati:
Kenapa ibumu memukulmu?
Sangkuriang:
Dulu aku melakukan kesalahan besar, dan ibuku marah sehingga aku dipukul dan
diusir dari rumah.

Nyi Larasati semakin bingung, karena Sangkuriang ternyata benar-benar anaknya.


Nyi Larasati akhirnya memberitahu Sangkuriang bahwa dia adalah anaknya
sendiri. Namun Sangkuriang enggan mendengarkan dan tetap merencanakan untuk
menikahi Nyi Larasati.
Sangkuriang:
Aku akan mempercepat rencana pernikahan kita.
Nyi Larasati:
Bagaimana bisa, aku ini ibumu nak.
Sangkuriang:
Aku tidak percaya, cerita itu hanya sebuah kebetulan. Kamu bukan ibuku.
Sangkuriang terus mendesak untuk menikahi nyi Larasati. Akhirnya, Nyi Larasati
menemukan ide. Dia bersedia dinikahi Sangkuriang dengan catatan Sangkuriang
bisa membuat sebuah danau dan perahu sebelum langit terang.
Nyi Larasati:
Baiklah kalau begitu, aku akan menerima. Tapi, kamu harus membuat sebuah dana
sebelum langit menjadi terang.
Sangkuriang pun menerima syarat yang diberikan nyi Larasati.
Sangkuriang:
Baiklah, aku akan lakukan.
Dengan kesaktian yang dimiliki Sangkuriang, dia hampir bisa menuntaskan
persyaratan yang diberikan nyi Larasati. Namun, Nyi Larasati memiliki ide untuk
mensiasatinya.
Dengan upaya yang dia lakukan, danau tersebut pun akhirnya belum selesai
padahal langit sudah terlihat terang.
Nyi Larasati:
Kamu sudah gagal Sangkuriang.
Sangkuriang:

Aku tidak peduli, pokoknya aku harus menikahi kamu.


Nyi Larasati tetap berusaha untuk menyadarkan Sangkuriang bahwa dia adalah
puteranya.
Nyi Larasati:
Aku adalah ibu, sekali lagi kamu memaksaku, maka aku akan sirna untuk
selamanya.
Sangkuriang pun tetap memaksa, dan akhirnya Nyi Larasati benar-benar sirna.
Dengan hanya tinggal suara, nyi Larasati menyampaikan pesan pada ankanya.
Nyi LarasatI:
Sangkuriang anakku, kamu adalah kestria hebat. Perjuanganmu sudah
membuahkan hasil, dan teruslah berjuang untuk menegakkan keadila.
Sangkuriang menangis dan berteriak memanggil ibunya.
Sangkuriang:
Ibu.....
Setelah itu, Sangkuriang menendang perahu yang dibuatnya. Perahu tersebut
terlempar jauh, dan menjadi gunung Tangkuban Perahu yang terletak di Jawa
Barat.
Read more: http://contohskripdrama.blogspot.com/2015/03/naskah-drama-cerita-rakyatsangkuriang.html#ixzz495kyDg1h

Sinopsis Drama Bawang Merah & Bawang Putih


Pada dahulu kala tinggalah sebuah keluarga disebuah desa. Mereka terdiri dari ayah, ibu, dan
seorang gadis remaja dengan nama Bawang Putih. Mereka adalah sebuah keluarga yang hidup
bahagia. Kendati ayah Bawang Putih hanyalah seorang pedagang biasa, namun mereka bisa
hidup dengan sangat rukun dan sentosa hingga pada suatu hari ibu Bawang Putih sakit parah
yang akhirnya meninggal dunia. Bawang Putih sangat berduka dengan meninggalnya ibunda
tercintanya itu, begitu juga dengan ayahnya, ia merasakan duka yang sangat mendalam harus
menerima kenyataan itu.

Dialog drama Bawang Merah & Bawang Putih


Bawang Putih:
Ayah, kenapa sih ibu harus pergi meninggalkan kita dengan begitu cepatnya?
Ayah:
Ini memang sudah menjadi kehendak yang maha kuasa, nak.
Bawang Putih:
Ya, sudah lah, yah.. memang sudah menjadi ketentuan yang maha kuasa.
Ayah:
Ya, benar anakku. Biarlah, ini memang sudah ditentukan-Nya.
Di desa itu terdapat seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu
Bawang Putih meninggal ibu Bawang Merah sering menyempatkan diri untuk berkunjung
kerumah Bawang Putih. Ibu Bawang Merah sering membawakan makanan untuk Bawang Putih
dan ayahnya, membantu Bawang Putih bersih-bersih rumah, dan juga menemani Bawang Putih
dan ayahnya untuk berbagi lewat obrolan.
Ibu Bawang Merah:
Bawang Putih... ini saya bawakan makanan untuk kamu.
Bawang Putih:
Iya, terima kasih banyak bu sudah membawakan makanan untuk Bawang Putih.
Ibu Bawang Merah:
Ya, sama-sama, ibu cuman nggak pengen lihat kamu kurang makan. Ya sudah, kalau gitu ibu
pamit pulang dulu.
Ayah Bawang Putih : Bu, nitip salam ya buat Bawang Merah.
Ibu Bawang Merah: Iya, nanti aku sampaikan ke Bawang Merah.
Kedekatan Ayah Bawang Putih dengan ibu Bawang Merah yang dirasanya sangat baik hati
membuat ayah Bawang Putih kepikiran untuk menikahi ibu Bawang Merah. Dengan meminta

pertimbangan dari Bawang Putih, kemudian ayah Bawang Putih menikah dengan ibu Bawang
Merah.
Ayah Bawang Putih:
Bawang Putih, andai saja ayah menikahi dengan ibu Bawang Merah, apakah kamu setuju, nak?
Bawang Putih: Aku hanya ngikut kemauan ayah, kalau ayah memang menginginkannya, kenapa
aku harus menghalanginya. Lagian ibu Bawang Merah itu kan baik hati.
Ayah Bawang Putih:
Baiklah nak kalau begitu, terimakasih atas izin kamu. Bagaimana denganmu Bawang Merah?
apakah kamu juga setuju?
Bawang Merah:
Aku juga setuju, ibu setuju juga kan?
Ibu Bawang Merah:
Ya, ibu juga setuju dengan niatan ayah Bawang Putih untuk menikahi ibu.
Diawal-awal pernikahan, ibu Bawang Merah dan Bawang Merah bersikap sangat baik kepada
Bawang Putih. Namun, lama-kelamaan tabiat sesungguhnya mereka akhirnya mulai kelihatan.
Bawang Merah dan ibunya sering kali memarahi Bawang Putih dan tidak jarang memberinya
pekerjaan yang berat manakala ayah Bawang Putih sedang tidak ada dirumah. Karena Ayah
Bawang Putih sedang berdagang, maka ayah Bawamg Putih tidak tahu-menahu perihal
perlakukan ibu tirinya itu karena Bawang Putih sendiri tidak pernah menceritakan perlakukan ibu
tirinya itu kepada ayahnya.
Ibu:
Putih.. kamu harus membersihkan lantai ya, cuci piring, dan semua pekerjaan rumah harus kamu
bereskan!
Bawang Putih:
Iya, Baik bu, akan Putih kerjakan.
Bawang Merah:
Putih, kamu harus membersihkan kamarku biar terlihat rapi dan nggak berantakan.
Bawang Putih:
Baik kak, akan Putih bersihkan.
Pada suatu hari ayah Bawang Putih jatuh sakit hingga kemudian meninggal dunia. Kini Bawang
Putih tidak lagi punya ayah dan juga ibu.
Ayah:Bawang Putih, sepertinya ayah sudah tidak kuat lagi. Penyakit ayah tidak mungkin bisa
disembuhkan lagi.

Bawang Putih:
Ayah, Putih mohon sama ayah, jangan tinggalin Putih, yah! Putih akan sama siapa lagi, yah?
Ayah:
Maafkan ayah, nak. Jika ayah pergi, kamu baik-baik saja ya, nak.
Bawang Putih:
Iya, ayah.
Ayah:
Bu, aku titip Putih ya? Tolong jagain Putih, dan aku mohon ibu bisa menganggap dia seperti
anak ibu sendiri.
Ibu Bawang Merah:
Ya, baik ayah.
Bawang Putih:
Ayah.. jangan tinggalkan Putih, yah! (Bawang Putih bercucuran air mata)
Sejak saat itu Bawang Merah dan ibunya semakin leluasa dan bertindak semena-mena terhadap
Bawang Putih. Bawang Putih seperti menjadi buruh Bawang Merah dan ibunya.
http://www.contohnaskahdrama.com/2014/03/naskah-drama-bawang-merah-bawang-putihi.html#ixzz495mdr9fk

BAWANG MERAH DAN BAWANG PUTIH


(TEKS DRAMA)
27 Oktober 2012
Jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan
seorang gadis remaja yang bernama Bawang Putih. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Meski
ayah Bawang Putih hanya pedagang biasa, namun mereka hidup rukun dan damai. Namun suatu
hari ibu Bawang Putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang Putih sangat berduka
demikian pula ayahnya.
Bawang Putih : Ayah, mengapa ibu pergi meninggalkan kita begitu cepat?
Ayah

: Ini memang sudah takdirnya, nak !

Bawang Putih : Ya, sudah lah, yah !


Ayah

: Ya, anakku yang sudah biarkah sudah

Di desa itu tinggal seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak Ibu
Bawang Putih meninggal ibu Bawang Merah sering berkunjung kerumah Bawang Putih. Dia
sering membawakan makanan, membantu bawang putih membereskan rumah, atau hanya
menemani Bawang Putih dan ayahnya ngobrol
Ibu Bawang Merah
Bawang Putih
Ibu Bawang Merah
Ayah
Ibu Bawang Merah

: Bawang Putih, ini ada sedikit makanan untukmu


: Terima kasih bu !
: Ya, sama-sama, ya udah ibu pulang dulu, ya !
: Oh, ya salam buat Bawang Merah ya !
: Iya!

Pada akhirnya ayah Bawang Putih berfikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia menikah saja
dengan ibu bawang merah. Dengan pertimbangan dari bawang putih, maka ayah ayah bawang
putih menikah dengan ibu bawang merah
Ayah
kamu
Bawang Putih
Ayah

: Bawang Putih jika ayah menikah dengan ibu Bawang Merah


setuju apa, gak ?
: Aku setuju ayah
: Baiklah kalau begitu, bagaimana denganmu Bawang Merah?

Bawang Merah

: Aku setuju, Ya kan bu ?

Ibu Bawang Merah

: Ya!

Awalnya ibu bawang merah dan bawang merah sangat baik kepada bawag putih . Namun lama
kelamaan sifat asli mereka mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi bawang Putih dan kerap
memberinya pekerjaan yang berat jika ayah bawang putih sedang berdagang. Tentu saja Ayah
Bawamg Putih tidak tahu karena Bawang Putih tidak pernah menceritakannya
Ibu

: Putih kamu harus mengepel, cuci piring, dan semua pekerjaan rumah harus
kamu selesaikan

Bawang Putih : Baiklah ibu !


Bawang Merah

: Putih kamu harus membersihkan kamarku yang berantakan

Bawang Putih : Iya..ya kak


Suatu hari ayah Bawang Putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia
Ayah

: Bawang Putih sepertinya ayah sudah tidak kuat lagi karena penyakit ayah
yang hampir menyebr keseluruh tubuh ayah

Bawang Putih : Ayah Putih mohon ayah jangan tinggalin putih yah!
Ayah

: Nak jikalau ayah pergi baik2 ya, nak !

Bawang Putih : Ya, ayah !


Ayah

: Bu, aku titip putih ya ?

Ibu Bawang Merah

: Ya, ayah !

Bawang Putih : a..yah., jangan tinggalin putih, yah (menangis )


Sejak saat itu Bawang Merah dan ibunya semakin berkuasa dan semna-mena terhadap Bawang
Putih hampir tidak pernah beristirahat.
Ibu

: Putih kamu harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan air mandi
dan sarapan untuk saya dan bawang putih, kemudian
kamu harus memberi
makan ternak, menyirami kebun, dan
mencuci baju ke sungai, lalu kamu harus
menyetrika,
dan membereskan rumah, mengerti !
Bawang Putih : mengerti, ibu !

Namun Bawang Putih selalu melakukan pekerjaaannya dengan gembira, karena ia berharap suatu
saat ibu tirinya akan mencintainya seperti anak kandungnya sendiri. Pagi itu seperti biasa
Bawang Putih membawa Bakul berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai. Dengan bernyanyi
kecil dia menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya
Bawang Putih :
Hari itu cuaca sangat cerah. Bawang Putih segera mencuci semua pakaian kotor yang dibawanya.
Saking terlalu asyiknya, Bawang Putih tidak menyadari bahwa salah satu baju ibu tirinya hanyut
terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya. Ketika menyadari
hal itu. Bawang Putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya
Bawang Putih : Aku harus bisa menemukan baju ibu karena itu adalah baju kesayangan ibu
Namun Bawang Putih tidak berhasil menemukannya. Dengan putus asa dia kembali kerumah
dan menceritakan kepada ibunya
Bawang Putih : Bu Maafkan Putih baju ibu hanyut terbawa
arus
Ibu
: Apa..Dasar ceroboh.
Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mencari
baju itu !
dan jangan berani pulang ke rumah kalau kamu belum
menemukannya , mengerti ?
Bawang putih terpaksa menuruti keinginan ibu tirinya. Dia segera menyusuri sungai tempatnya
mencuci tadi. Matahari mulai meninggi, namun Bawang Putih belum juga menemukan baju
ibunya. Dia memasang matanya dengan teliti diperiksanya setiap juluran akar yang menjorok ke
sungai siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah matahari sudah condong kebarat,
Bawang Putih melihat seorang ibu yang hendak pergi ke pasar
Bawang Putih : Bi..bibi !
Bibi

: Ya, nak ada apa ?

Bawang Putih : Bibi, apakah bibi melihat baju merah yang hanyut lewat sini ?, karena saya
harus menemukannya dan membawanya pulang
Bibi
terimakasih!
Bibi

: Ya, tadi saya lihat nak, kalu kamu mengejarnya cepat2 mungkin kau bisa
menemukannya
Bawang Putih : Baiklah bibi,
: sama2, nak

Hari sudah mulai gelap, bawang putih mulai putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba. Dari
kejauhan Nampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk tepi sungai. Bawang Putih
segera menghampiri rumah itu dan mengetuknya

Bawang Putih : Permisi..!


Nenek

: Siapa kamu, nak ?

Bawang Putih : Saya Bawang Putih, nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang
hanyut
dan sekarang kemalaman, bolehkah saya tinggal
disini malam ini ?
Nenek

: Ya, tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku
menyukai baju itu, baiklah aku akan
mengembalikannya, tapi kau harus
menemeniku disini
selama seminggu, sudah lama aku tidak ngobrol dengan
siapapun bagaimana ?
Bawang Putih : Baiklah nek, saya akan menemani nenek selama
seminggu, asalkan nenek
tidak bosan saja denganku
Selama seminggu Bawang Putih tinggal bersama dengan nenek itu. Setiap hari Bawang Putih
membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja nenek merasa senang. Hingga
akhirnya genap sudah seminggu nenekpun memanggil Bawang Putih
Nenek
: Nak, sudah seminggu kau tinggal disini dan aku senang karena kau
anak yang rajin dan berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju pulang, dan
satu lagi kau boleh memilih salah satu dari labu kuning ini sebagai hadiah !
Bawang Putih : Tidak usah,nek !
Nenek

: Ayolah, Bawang Putih

Bawang Putih : Ya, sudah Putih memilih yang kecil ya, nek
Nenek

: Mengapa kamu memilih yang kecil ?

Bawang Putih : Saya takut tidak kuat membawa yang besar, nek !
Nenek

: ( tersenyum )

Sesampainya di rumah, Bawang Putih menyerahkan baju merah milik ibu tirinya
Bawang Putih : Ibu, ini Bajunya
Ibu

: Ya sudah sana pergi

Bawang Putih : Baik, bu!


Bawang Putihpun pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya, alangkah terkejutnya Bawang
Putih ketika labu yang terbelah berisi emas permata yang sangat banyak

Bawang Putih : Hah, emas. Ibu aku dapat emas permata bu !


Bawang merah dan ibunyapun langsung merebut emas dan Permata tersebut
Bawang Merah

Bawang Putih
Bawang Merah

: Heh, gembel kamu dapat emas dan permata ini dari mana ?
Ibu
: Ya, dari mana ?
: aku mendapat emas permata ini dari
: Dari mana ?

Bawang Putih : Waktu itu aku mencari baju ibu hanyut terbawa arus, kemudian kemalaman
menginap di rumah nenek pinggir sungai, dan aku disuruh
untuk menemanix
selama seminggu, setelah genap
seminggu aku diberi hadiah ini
Setelah mendengar cerita BawangPutih, Bawang merahpun berencana untuk melakukan hal yang
sama tapi kali ini Bawang Merah yang akan melakukannya.
Ibu
sialan
Bawang Merah
Ibu
Bawang Merah

: Bawang Merah kamu harus melakukan apa yang dilakukan oleh anak
itu
: Baiklah ibu!
: Kalau begitu, besok pagi kamu harus pergi ke sungai
: Baik bu !

Keesokan harinya Bawang Merahpun menghanyutkan bajunya ke sungai, setelah itu dia sampai
di rumah nenek
Bawang Merah
: Nek, neek tau atau tidak baju yang hanyut tadi !

Nenek
: Nenek tau, tapi amu harus
menginap disini selama seminggu
Bawang Merah : Baiklah !
Selama semi nggu itu Bawang Merah selalu bermalas-malasan, kalu ada yang dikerjakan pasti
hasilnya tidak bagus karena dikerjakan dg asal-asalan. Akhirnya setelah seminggu nenek
membolehkan bawang merah pulang
Bawang Merah

: Bukankah seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena


menemanimu selama seminggu ?

Nenek
: Ya, sudah
silahkan kamu memilih salah satu dari labu ini !
Bawang Merah

: ( mengambil yang besar, langsung pergi )

Sesampainya di rumah Bawang Merah segera menemui ibunya dan dengan gembira
memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut bawang putih minta bagian, mereka
menyuruh bawang putih untuk pergi ke sungai
Ibu
kotor

: Putih sana pergi ke sungai cuci baju-baju yang


Bawang Putih : Baiklah, bu !

Setelah Bawang Purih pergi mereka membelah labu tersebut, tapi ternyata yang keluar bukan
emas melainkan binatang berbisa seperti ular. Binatang itu langsung menyerang Bawang Merah
dan Ibunya hingga tewas
Bawang Merah dan Ibu : a..aa..aa.a!
Itulah balasan bagi orang yang serakah

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI1 PALEMBANG


TUGAS AL-QURAN HADITS

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
NAMA:TRESY KAROLIZA
KELAS:VIII.L

TAHUN AJARAN 2015-2016

Anda mungkin juga menyukai