Anda di halaman 1dari 8

PAPER

FILSAFAT HINDU
ASAL USUL SELAT BALI

Dosen pengampu : I Putu Astrawan, S.Or., M.Fis., AIFO, CH.

Oleh

Nama :
Nim :

FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
2024
ASAL USUL SELAT BALI
Pada zaman dahulu kala di Kerajaan Daha di Kediri, Jawa Timur hiduplah seorang
brahmana bernama Sidi Mantra. Sang brahmana dikenal memiliki kesaktian dan budi pekerti
luhur. Tak hanya itu, ia juga dikenal memiliki pengetahuan agama yang sangat luat. Oleh karena
itu, masyarakat sekitar sangat segan padanya.
Suatu hari, Batara Guru atau Sanghyang Widya menghadiahkan harta benda dan
seorang istri yang cantik untuk Sidi Mantra. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai seorang anak
laki-laki bernama Manik Angkeran. Sayangnya, sang istri meninggal dunia ketika melahirkan
sang buah hati. Seiring berjalannya waktu, Manik Angkeran tumbuh menjadi pemuda yang
gagah, tampan, pemberani, dan pandai. Sayangnya, ia juga memiliki sifat yang jauh berbeda dari
ayahnya. Selain manja, Manik Angkeran juga sangat suka berjudi dan mengadu ayam.
Yang membuat situasi lebih buruk, Manik sering kali kalah berjudi dan tak ragu
mempertaruhkan harta kedua orang tuanya. Bahkan, sering kali ia sampai berhutang pada orang
lain hingga hutangnya bertumpuk dan ia tak mampu membayarnya. Ia pun kemudian meminta
bantuan pada ayahnya untuk membayarkan seluruh hutangnya itu. Demi buah hatinya tersayang,
Sidi Mantra kemudian berpuasa dan berdoa meminta pertolongan pada Dewa. Mendadak, ia
mendengar suara tanpa wujud. “Sidi Mantra,” ucap suara itu. “Di kawah Gunung Agung ada
harta yang dijaga oleh naga bernama Naga Besukih. Datanglah ke sana dan mintalah sang naga
untuk memberikan sebagian hartanya padamu!”
Tanpa menunggu waktu lama, Sidi Mantra pergi ke Gunung Agung. Dengan tabah, ia
melewati berbagai macam rintangan yang menghadangnya di perjalanan. Sesampainya di tepi
kawah Gunung Agung, ia duduk bersila dan membunyikan bel. Tak lupa ia membaca mantra dan
memanggil nama Naga Besukih.
Tak lama kemudian, sang naga pun keluar dan menanyakan apa tujuan Sidi Mantra
memanggilnya. “Hai, Sidi Mantra! Ada apakah kau memanggilku?” tanya Naga Besukih. “Naga
Besukih, kekayaanku kini telah habis untuk berjudi anakku. Karena hutangnya menumpuk, ia
sampai dikejar oleh orang-orang. Tolong bantulah aku agar bisa membayarkan hutangnya!” pinta
Sida Mantra.
“Baiklah, aku akan membantumu, Sidi Mantra. Namun, kamu harus menasihati anakmu agar
berhenti berjudi. Kamu sendiri tentu mengetahui kalau berjudi itu dilarang agama!” “Aku
berjanji, Naga Besukih!” jawab Sidi Mantra dengan yakin.
Setelah itu, Naga Besukih menggeliat hingga dari sisik-sisiknya keluar berlian dan emas.
Ia pun kemudian menyuruh Sidi Mantra untuk mengambilnya. Dengan penuh syukur dan terima
kasih, sang brahmana berpamitan. Sesampainya di rumah, Sidi Mantra memberikan harta
tersebut kepada Manik Angkeran dan mengingatkan putranya untuk berhenti berjudi. Namun,
bukannya menggunakan uang itu untuk membayar hutangnya, Manik Angkeran justru
menghabiskannya untuk berjudi lagi.
Setelah harta itu kembali habis, Manik Angkeran kembali meminta ayahnya untuk
membantu melunasi hutang. Meskipun kesal, rasa sayang Sidi Mantra pada sang putra yang
begitu besar membuatnya kembali berangkat ke Gunung Agung untuk kedua kalinya.
Sesampainya di Gunung Agung, Sidi Mantra kembali melakukan ritualnya dengan
membunyikan bel dan membaca mantra-mantra untuk memanggil Naga Besukih. Tak lama
kemudian, sang naga keluar dari tempat persembunyiannya. “Ada apa, Sidi Mantra?” tanya Naga
Besukih, “Kenapa kau memanggilku lagi?”, “Maafkan aku, Naga Besukih!” jawab Sidi Mantra,
“Sekali lagi aku ingin meminta bantuanmu untuk melunasi hutang anakku. Aku sudah
menasihatinya untuk tidak berjudi, tapi ia tidak menghiraukanku.” “Rupanya anakmu sudah
tidak lagi menghormati orang tuanya, Sidi Mantra. Namun, aku akan tetap membantumu untuk
yang terakhir kalinya. Ingat, ini adalah yang terakhir kalinya!” ucap Naga Besukih sembari
menggeliat hingga emas dan intan keluar dari sisik tubuhnya.
Sidi Mantra kemudian memilih beberapa hartanya dan berpamitan. Ketika kembali ke
rumah, ia langsung menggunakan harta tersebut untuk melunasi hutang-hutang putranya. Harta
yang mudah didapat melihat hal tersebut, Manik Angkeran merasa heran. Bagaimana bisa
ayahnya mendapatkan harta dengan begitu mudahnya. Bukankah hal itu bisa membuatnya kaya
raya dengan cepat? Maka, ia pun bertanya pada sang ayah, “Darimana ayah mendapatkan
semua kekayaan itu?”
“Sudahlah, Manik Angkeran. Tak perlulah kau tanyakan dari mana ayah mendapatkannya. Lebih
baik kamu berhenti berjudi dan bertaruh. Dan ini adalah terakhir kalinya aku akan membantumu.
Jika kamu berhutang lagi, aku tak akan membantumu!” ancam Sidi Mantra.
Meskipun begitu, tetap saja Menik Angkeran nekat berjudi dan bertaruh. Sekali lagi,
hutangnya menumpuk banyak dan ia tak bisa membayarnya. Manik Angkeran pun lagi-lagi
meminta bantuan ayahnya. Namun, rasa kecewa yang ada di dalam hati Sidi Mantra
membuatnya menolak permintaan putranya itu. Kemudian apakah yang akan dilakukan oleh
Manik Angkeran? Akankah ia berpasrah dan tidak melakukan apa-apa? Tentu saja tidak. Ia
langsung mencari tahu dari manakah ayahnya mendapatkan harta. Ketika mengetahui bahwa
sang ayah mendapatkannya dari kawah Gunung Agung, ia pun langsung membuat rencana
sebaik mungkin untuk bisa menuju ke kawah tersebut.
Karena bagaimanapun juga, ia mengetahui kalau untuk bisa mencapai kawah itu, ia harus
membaca sebuah mantra. Namun, sejak kecil ia tak pernah belajar tentang doa atau mantra sama
sekali. Untuk mengatasinya, ia pun mencuri bel milik sang ayah yang tengah tidur. Tanpa
menunggu waktu lama, ia langsung melakukan perjalanan ke kawah Gunung Agung.
Sesampainya di tempat yang dituju, Manik Angkeran membunyikan bel yang dibawanya.
Naga Besukih yang mendengar suara bel milik Sidi Mantra itu langsung merasa
terpanggil. Namun, ia sempat merasa heran mengapa tak mendengar mantra-mantra yang
biasanya diucapkan oleh Sidi Mantra. Ketika Naga Besukih keluar dari persembunyiannya, ia
baru mengetahui kalau yang memanggilnya adalah Manik Angkeran. Naga Besukih pun tak
dapat menahan amarahnya dan langsung membuat pemuda itu ketakutan.
“Mengapa engkau memanggilku menggunakan bel yang kau curi dari ayahmu itu, Manik
Angkeran?” tanyanya dengan bentakan penuh amarah. Meskipun ketakutan, tapi Manik
Angkeran tetap menunjukkan wajah memelas dan meminta tolong agar hutang-hutangnya
dilunasi. Melihat sikap memelas Manik Angeran, Naga Besukih pun merasa kasihan dan
menyetujuinya. “Baiklah aku akan memberimu harta yang kamu minta. Namun, berjanjilah
untuk mengubah perilakumu dan berhentilah bertaruh. Ingatlah hukum karma!”
Sesudahnya, Naga Besukih menggeliat hingga emas dan permata keluar dari sisiknya.
Melihat hal itu, Manik Angkeran langsung merasa takjub. Niat jahat mulai keluar di dalam
hatinya dan ia semakin menginginkan lebih banyak harta lagi. Ketamakan Manik Angkeran
membuatnya mengeluarkan keris dan menebas ekor Naga Besukih ketika sang naga tengah
membalikkan tubuh untuk kembali ke sarangnya. Sesudahnya, Manik Angkeran segera
melarikan diri dari pinggir kawah itu dengan ketakutan.
Naga Besukih pun mencari Manik Angkeran ke segala penjuru, tapi tidak bisa
menemukannya. Dengan kesal, sang naga menggunakan kesaktiannya dan membakar bekas
telapak kaki Manik Angkeran. Meskipun langkah Manik Angkeran sudah jauh, tetap saja putra
Sidi Mantra itu terjatuh dan terbakar hingga menjadi abu. Di rumahnya, Sidi Mantra merasa
gelisah karena putranya belum juga pulang. Apalagi ia juga kehilangan bel yang biasanya
digunakan untuk pemujaan. Sidi Mantra pun yakin putranyalah yang mengambil bel tersebut.
Sidi Mantra yang merasa kalau anaknya meminta bantuan Naga Besukih langsung berangkat ke
Gunung Agung. Sesampainya di sana, ia mendapati sang naga tengah berada di luar
persembunyiannya. Bertanyalah ia pada sang naga di mana Manik Angkeran.
Mengetahui kalau putranya meninggal dunia, Sidi Mantra menjadi sedih. Ia segera
meminta Naga Besukih menghidupkan kembali putranya. Dengan kebaikan hatinya, Naga
Besukih menyetujui permintaan tersebut. Namun, ia juga memberikan syarat agar Sidi Mantra
mengembalikan ekor sang naga hingga kembali normal.
Sidi Mantra pun menyetujui permintaan tersebut dan menggunakan kesaktiannya untuk
mengembalikan ekor Naga Besukih. Tak lama, Manik Angkeran pun dihidupkan kembali.
Setelah kembali hidup, Sidi Mantra meminta putranya untuk meminta maaf dan berjanji untuk
tidak mengulangi tindakannya.
Manik Angkeran pun meminta maaf dengan penuh ketulusan dan ketakutan. Kali ini, Sidi
Mantra mengetahui dengan pasti bahwa putranya itu tengah bersungguh-sungguh. Meskipun
begitu, ia tetap memutuskan bahwa ia tak akan bisa hidup bersama lagi dengan Manik Angkeran.
“Kamu harus memulai hidup baru, anakku!” ujar Sidi Mantra. Ia pun menyuruh putranya untuk
tetap tinggal di sekitar Gunung Agung, sementara ia kembali ke rumahnya di Kerajaan Daha.
Sesampainya di Tanah Benteng, ia menorehkan tongkatnya ke tanah untuk membuat garis yang
memisahkannya dari sang putra. Saat itu juga garis tersebut menjadi lebih lebar dan luas. Lama
kelamaan, air laut menggenanginya dan semakin melebar menjadi selat. Selat itulah yang kini
diberi nama Selat Bali dan memisahkan Pulau Jawa dan Pulau Bali.
a. Nilai filsafat apa yang terkandung dalam cerita Asal Usul Selat Bali
Jawaban :
1. Bertawakal kepada Tuhan dan selalu beribadah
Cerita rakyat "Asal Mula Selat Bali” memberikan nilai religi yang tinggi yaitu kita
harus tetap bertawakal kepada Tuhan dan selalu beribadah agar kita melewati
segala cobaan hidup. Bukannya manja dan mengeluh saja.
2. Jahuilah perbuatan yang dilarang oleh agama
Dari penggalan cerita Asal Mula Selat Bali perbuatan Manik Angkeran yang sering
berjudi dan taruhan membuat Sidi Mantra kemudian berpuasa dan berdoa meminta
pertolongan pada Dewa.

3. Hukum karma phala


Di Bali percaya dengan adanya hukum karma phala bila kita berbuat maka itu yang
tabur. Dengan ketamakan Manik Angkeran yang menebas ekor Naga Besukih, sang
naga pun menggunakan kesaktiannya dan membakar bekas telapak kaki Manik
Angkeran. Meskipun langkah Manik Angkeran sudah jauh, tetap saja putra Sidi
Mantra itu terjatuh dan terbakar hingga menjadi abu.

b. Nilai moral/ estetika / budi pekerti / nilai luhur dalam cerita Asal Usul Selat Bali
1. Janganlah engkau menjadi seraka dan tamak karena sifat tersebut dapat
menjerumuskanmu kedalam kesuraman.
Dari penggalan cerita diatas dapat dilihat sifat serakah dan tamak Manik Angkeran
yang awalnya Manik Angkeran meminta tolong agar hutang-hutangnya dilunasi oleh
Naga Besukih. Sesudahnya, Naga Besukih menggeliat hingga emas dan permata
keluar dari sisiknya. Melihat hal itu, Manik Angkeran langsung merasa takjub. Niat
jahat mulai keluar di dalam hatinya dan ia semakin menginginkan lebih banyak harta
lagi. Ketamakan Manik Angkeran membuatnya mengeluarkan keris dan menebas
ekor Naga Besukih. Dengan kesal, sang naga menggunakan kesaktiannya dan
membakar bekas telapak kaki Manik Angkeran. Meskipun langkah Manik Angkeran
sudah jauh, tetap saja putra Sidi Mantra itu terjatuh dan terbakar hingga menjadi abu.

2. Patuhilah orang tuamu karena dia yang telah merawatmu dari kecil sampai dewasa.
Dari cerita Asal Mula Selat Bali, Manik Angkeran yang dibesarkan oleh Sang
Ayah karena Ibunya meninggal saat melahirkannya, begitu besar rasa sayang Sidhi
Mantra yang rela berkoban demi sang anak, tetapi perbuatan Manik Angkeran yang
tidak pernah mau mematuhi nasehat orang tuanya.
3. Hindari bermain judi dan taruhan karena judi dan taruhan termasuk perbuatan yang
tercela.
Bermain judi dan taruhan adalah perbuatan yang sangat tercela dan sangat
merugikan banyak orang terutama orang terdekat. Seperti contoh cerita Asal Mula
Selat Bali Manik Angkeran yang saja berjudi dan taruhan hingga menjual kekayaan
orang tua nya demi membayar hutang dari bermain judi dan taruhan.
4. Bersikaplah hormat kepada sesama manusia.
Hormat kepada sesama manusia adalah sikap terpuji, dengan kita hormat kepada
sesama manusia, manusia akan hormat kepada kita. Tidak dengan sikap Manik
Angkeran yang tidak hormat dengan Sang Ayah dan Naga Besukih. Sehingga awal
mula pertemuaan Manik Angkeran bertemu Naga Besuki membuat Sang Naga
marah karena Manik Angkeran yang tidak sopan.
5. Jangan terlalu memanjakan anak karena dapat membuat anak tidak mau berusaha
Memanjakan anak dapat membuat anak menjadi tidak mau berusaha , seperti
Manik Angkeran yang selalu di manja oleh Sidhi Mantra sampai sang anak
memiliki banyak hutang dimana mana pun sang ayah membantu untuk melunasi
hutang.

c. Hikmah/ berkah/ pembelajaran apa yang di dapat dari cerita Asal Usul Selat Bali

1. Perilaku buruk hanya akan merugikan diri sendiri. Contoh dari perilaku yang sangat
buruk adalah berjudi.
2. Berjudi tidak pernah menguntungkan, malah akan merugikan. Lihat saja Sidi Mantra
yang kaya raya berubah menjadi sangat miskin karena anaknya yang suka berjudi.
c. Bagaimana seorang mahasiswa/i menanggapi hal tersebut, guna mengimplenpestikan
nya ke lingkungan kampus , keluarga dan masyarakat
1. Moral Force
Hidup di dunia global dengan keterbukaan yang semakin luas membuat nilai-nilai
luar dengan mudah masuk ke budaya Indonesia. Di sinilah peran dan fungsi
mahasiswa dalam menjaga nilai-nilai baik di kalangan masyarakat. Mahasiswa
harus mampu mencerminkan nilai karakter terbaik sesuai dengan tingkatan
intelektualnya.
2. Iron Stock
Mahasiswa adalah penerus bangsa. Mereka adalah generasi baru yang bisa
memajukan negaranya. Dengan menjadi mahasiswa berkualitas dan bermoral,
masa depan bangsa Indonesia pun akan semakin cerah. Peran dan fungsi
mahasiswa ini begitu penting, itulah kenapa para mahasiswa harus menyiapkan
dirinya sebaik mungkin.
3. Guardian of Value
Fungsi mahasiswa yang terakhir adalah untuk menjaga nilai atau guardian of
value. Indonesia diwarisi oleh banyak nilai luhur yang harus dijaga. Di sinilah
mahasiswa dibutuhkan, yaitu untuk menjaga nilai-nilai seperti kejujuran, empati,
keadilan, gotong-royong, dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2019/08/20/dongeng-rakyat-asal-usul-selat-bali
https://www.kompasiana.com/mochammadjimly/56bb3e1d2e7a61490f319e34/cerita-rakyat-bali-
asalusul-selat-bali?page=3&page_images=1
https://onlinelearning.binus.ac.id/2022/01/12/8-peran-dan-fungsi-mahasiswa-bagi-kehidupan-
bermasyarakat/

Anda mungkin juga menyukai