Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN TINGKAT STRESS DENGAN KUALITAS TIDUR PADA

MAHASISWA KEPERAWATAN YANG SEDANG MENYUSUN


PROPOSAL DI STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG
TAHUN 2022

Proposal Penelitian

KURNIA MAYANG SARI


1802092

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SYEDZA SAINTIKA PADANG
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut UU Pendidikan Nasional No.2/2003, mahasiswa merupakan

siswa atau peserta didik pada perguruan tinggi atau pendidikan tinggi. Mahasiswa

adalah status yang disandang oleh seseoarang karena hubungannya dengan

perguruan tinggi yang diharapkan dapat menjadi calon-calon intelektual.

Mahasiswa adalah orang yang menuntut ilmu atau belajar di perguruan tinggi,

Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang usianya 18- 25

tahun. Tahap ini dapat digolongkan masa remaja akhir sampai masa dewasa awal

dan dilihat dari segi perkembangan, tuga perkembangan pada usia mahasiswa ini

ialah pemantapan pendirian hidup (Handayani, 2016).

Stress yang berlebihan akan membuat kualitas tidur yang menurun.

Mahasiswa akhir rerata mengalami gangguan kualitas tidur, tidur merupakan salah

satu kebutuhan dasar setiap manusia. Henderson memasukkan tidur dan istirahat

ke dalam daftar empat belas kebutuhan dasar manusia. Adapun empat belas

kebutuhan dasar manusia itu yaitu pernapasan, kebutuhan makan dan minum,

eliminasi, positioning, kebutuhan tidur dan istirahat, kebutuhan dalam berpakaian,

cara mempertahankan suhu tubuh dan memodifikasi lingkungan, kebersihan tubuh,

kondisi lingkungan, komunikasi, ibadah dan keyakinan, pekerjaan seharihari,

kebutuhan bermain dan rekreasi, serta kebutuhan belajar dan menggunakan

fasilitas kesehatan (Ratnaningtyas, dkk, 2019).


Kebutuhan akan tidur merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Oleh

karena itu, tidur harus terpenuhi sesuai kebutuhan individu mengingat kebutuhan

tidur setiap individu berbeda. Stores mengatakan bahwa seorang dewasa awal

seharusnya memiliki total jam tidur per hari 7 sampai 8 jam untuk memperoleh

fungsi kepuasan tidur. Akan tetapi, banyak kelompok dewasa awal yang

kebutuhan tidurnya tidak terpenuhi secara maksimal. Hal ini dikarenakan faktor

gaya hidup, baik tuntutan pekerjaan atau kegiatan social (Ratnaningtyas, dkk,

2019).

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), kurang

tidur merupakan salah satu masalah kesehatan, dengan prevalensi gangguan tidur

remaja Amerika sekitar 68,8%. Remaja perempuan memiliki prevalensi tidak

cukup tidur lebih tinggi daripada remaja laki-laki (71,3% berbanding 66,4%).

Persentase prevalensi tidak cukup tidur pada mahasiswa tingkat akhir (76,6%)

lebih tinggi daripada mahasiwa bukan semester akhir (59,7%) (CDC, 2017).

Indonesia mencatat bahwa mahasiswa tingkat akhir atau semester akhir

yang mengalami kualitas tidur diperoleh hasil 0,8% (1.294) mahasiswa memiliki

gejala depresi, 58% (1.369) mahasiswa memiliki gejala kecemasan, dan 34,1%

(864) mahasiswa memiliki gejala stress, serta 55,8% (1.424) mahasiswa memiliki

kualitas tidur buruk. Menurut data International of sleep disorder, prevalensi

penyebab gangguan tidur adalah gelisah (5 sampai 15%), ketergantungan alkohol

(10%), terlambat tidur (10%), perubahan jadwal (2 sampai 5%), penyakit (<1%)

dan stress (65%) (Wahyuni, 2016 ; Ratnaningtyas, dkk, 2019).


Menurut data dari Setyanti, kualitas tidur remaja di Sumatera Barat

berkisar antara 6 jam 46 menit sampai tujuh jam 25 menit. Untuk mencapai waktu

selama ini, remaja biasanya mulai tidur agak larut namun bangunnya juga

tergolong sedikit siang. Mereka mulai tidur pada pukul 11.56 malam sampai 11.45

malam. Sedangkan bangun tidur pada pukul 06.27 pagi sampai 07.15 pagi

(Setyanti, 2020).

Kualitas tidur memainkan peran penting dalam proses kognitif serta

kesehatan fisik dan mental, kurang tidur dapat mempengaruhi kinerja akademik

siswa. Banyak penelitian di Amerika Serikat, Australia, India dan negara-negara

lain telah menemukan bahwa siswa dengan kualitas tidur yang buruk memiliki

nilai buruk pada ujian mereka dan lebih tertekan daripada rekanrekan mereka

(Almojali & Alaqeel, 2017).

Kualitas yang menurun akan membuat mahasiswa merasakan stress yang

berlebihan sedangkan stres merupakan respons nonspesifik dari tubuh terhadap

adanya beban (Pratiwi, 2015). Kejadian stres pada mahasiswa yang sedang

mengerjakan Proposal dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu emosi,

aktivitas perkuliahan, kepribadian individu, tidak ada keinginan untuk

mengerjakan Proposal, sering begadang untuk mencari judul, kurangnya fasilitas

untuk mencari referensi, suara bising dari lingkungan sekitar dan tidak dapat

berkonsentrasi, revisi yang berulang, tidak mempunyai kemampuan mengolah kata

dan menulis, pembimbing yang sibuk dan sulit dihubungi. Keadaan tersebut

menjadi pemicu munculnya stres (Qurtubi, 2020).


Stres akademik adalah jenis stres yang disebabkan karena peningkatan

beban kerja kelas, status yang lebih rendah dari yang diperkirakan, harapan

kelulusan, dan ketidaksepakatan yang parah dengan mentor. Stres akademik

memicu persepsi individu tentang frustrasi akademik, konflik akademik, tekanan

akademis, dan kecemasan akademik yang merupakan komponen stres akademik

(Yikealo, Yemane, & Karvinen, 2018). Stres akademik adalah fenomena yang

tersebar luas di berbagai tahap sistem pendidikan, dan itu berdampak buruk pada

kepribadian, emosi, dan kesejahteraan fisik siswa (GarcIa-Ros, dkk, 2018).

Mahasiswa keperawatan mengalami tingkat stres yang tinggi. Mahasiswa

keperawatan memiliki sedikit waktu luang karena tuntutan belajar, dengan tugas

untuk pekerjaan didaktik dan klinis. Mahasiswa keperawatan mengalami tingkat

stres yang tinggi karena tuntutan akademis dan emosional yang ketat yang

diberikan pada mereka. Stres itu memengaruhi pengalaman siswa saat mereka

berada di sekolah dan nantinya dapat memengaruhi kehidupan dan perjalanan

mereka sebagai perawat profesional (Reeve, dkk & Riley, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian yangdilakukan oleh Oktaviani, dkk (2021)

yang berjudul hubungan tingkat stress dengan kualitas tidur pada mahasiswa

tingkat akhir dimasa pandemi penyakit COVID-19 di Universitas Harapan Bangsa

menyatakan bahwa dari 66 responden terdapat 27,3 tingkat stres normal, 48,5%

stres ringan, 21,2% stres sedang dan 3,0% stres berat dan 6,1% tidak gangguan

tidur, 4,5% ganguan tidur ringan, 71,2 ganggu tidur sedang dan 18,2% gangguan

tidur berat. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan tingkat stress
dengan kualitas tidur pada mahasiswa tingkat akhir dengan p-value 0,001

(p<0,05).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maisa, dkk (2021) yang

berjudul hubungan stres akademik dengan kualitas tidur mahasiswa keperawatan

tingkat akhir Program Alih Jenjang menyatakan bahwa dari 54 responden terdapat

mean stress akademik 147,45 dengan standar deviasi 18,768 dan mean kualitas

tidur 11,02 dengan standar deviasi 2,925. Hasil penelitian menunjukan ada

hubungan stres akademik dengan kualitas tidur mahasiswa keperawatan tingkat

akhir dengan p-value 0,000 (p<0,05).

Berdasarkan hasil survei awal yang peneliti lakukan pada 10 mahasiswa

keperawatan yang sedang menyusun Proposal di STIKes Syedza Saintika Padang

didapatkan 8 mahasiswa (80%) mengalami stres yang berlebihan, mahasiswa

menunjukan stress yang berlebihan dengan gejala sering lupa, ketegangan saat

berada dikampus susah tidur dan kehilangan semangat. Sedangkan 2 mahasiswa

(20%) yang sedang menyusun Proposal di STIKes Syedza Saintika Padang

mengatakan kualitas tidur tidak terganggu dan tidak merasakan stres yang

berlebihan yang disebabkan sering mengerjakan seberapa sanggup dan tidak

memaksakan untuk mengerjakan sampai larut malam.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti telah melakukan

penelitian tentang “hubungan tingkat stress dengan kualitas tidur pada mahasiswa

keperawatan yang sedang menyusun Proposal di STIKes Syedza Saintika Padang

Tahun 2022”.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah apakah ada hubungan tingkat stress dengan kualitas tidur pada

mahasiswa keperawatan yang sedang menyusun Proposal di STIKes Syedza

Saintika Padang Tahun 2022.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tingkat stress dengan kualitas tidur pada mahasiswa

keperawatan yang sedang menyusun Proposal di STIKes Syedza Saintika

Padang Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat stress pada mahasiswa keperawatan

yang sedang menyusun Proposal di STIKes Syedza Saintika Padang Tahun

2022.

b. Mengetahui distribusi frekuensi kualitas tidur pada mahasiswa keperawatan

yang sedang menyusun Proposal di STIKes Syedza Saintika Padang Tahun

2022.

c. Diketahui hubungan tingkat stress dengan kualitas tidur pada mahasiswa

keperawatan yang sedang menyusun Proposal di STIKes Syedza Saintika

Padang Tahun 2022.


D. Mamfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan di perpustakaan

tentang hubungan tingkat stress dengan kualitas tidur pada mahasiswa

keperawatan yang sedang menyusun Proposal di STIKes Syedza Saintika

Padang.

2. Bagi penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan bahan

perbandingan bagi peneliti selanjutnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang hubungan tingkat stress dengan kualitas tidur

pada mahasiswa keperawatan yang sedang menyusun Proposal di STIKes Syedza

Saintika Padang. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat stres

sedangkan variabel dependen adalah kualitas tidur. Penelitian ini merupakan

penelitian kuantitatif dengan mengunakan metode deskriptif analitik yaitu untuk

mengetahui tingkat hubugan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini akan

dilakukan di STIKes Syedza Saintika dari bulan Februari sampa Juli 2022.

Populasi dalam penelitian ini seluruh mahasiswa keperawatan yang sedang

menyusun Proposal di STIKes Syedza Saintika dan pengambilan sampel dalam

penelitian ini menguankan teknik total sampling yang berjumlah 56 responden.

Data dikumpul melalui wawancara dengna mengunakan kuesioner yang diperoleh

langsung dari responden. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan
mengunakan teknik olah data uji chi-square yaitu mencari hubungan dan

membuktikan masing-masing hubungan dua variabel.

Anda mungkin juga menyukai