Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN

KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN


RISIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)

OLEH:
KADEK YULIANDA DEWI
NIM. P07120321065

PRODI NERS KELAS B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

2021
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku seseorang yang
menunjukkan bahwa ia dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain atau
lingkungan, baik secara fisik, emosional, seksual, dan verbal (NANDA, 2016).
Risiko perilaku kekerasan terbagi menjadi dua, yaitu risiko perilaku kekerasan
terhadap diri sendiri (risk for self-directed violence) dan risiko perilaku
kekerasan terhadap orang lain (risk for other-directed violence). NANDA 2016
menyatakan bahwa risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri merupakan
perilaku yang renta dimana seorang individu bisa menunjukkan atau
mendemonstrasikan tindakan yang membahayakan dirinya sendiri, baik secara
fisik, emosional, maupun seksual. Hal yang sama berlaku untuk risiko perilaku
kekerasan terhadap orang lain, hanya saja ditujukan langsung kepada orang lain.
Risiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai
marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan
masih terkontrol (Yosep, 2007)

2. Penyebab
Menurut (Keliat, 2011) penyebab Risiko Perilaku Kekerasan ada dua faktor
antara lain:
a. Faktor Predisposisi
1) Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif, masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu
perasaan ditolak, dihina, dan dianiaya. Seseorang yang mengalami
hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang diharapkannya
menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika
tidak mampu mengendalikan frustasi tersebut maka, dia meluapkannya
dengan cara kekerasan.
2) Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
melihat kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini
memancing individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3) Sosial budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasifagresif) dan
kontrol social yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan
menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permisive).
4) Bioneurologis
Banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik, lobusfrontal,
Lobustemporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan
dalam terjadinya perilaku kekerasan.

b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari pasien, lingkungan atau
interaksi dengan orang lain. Kondisi pasien seperti kelemahan fisik
(penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang
dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi
lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan,
kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor
penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula
memicu perilaku kekerasan.
Hilangnya harga diri juga berpengaruh pada dasarnya manusia itu
mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak
terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri,
tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana
gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap
diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

3. Pohon masalah

Mencederai diri dan lingkungan, orang lain,


isolasi sosial, HDR, PK

Effect

Resiko PerilakuC Kekerasan Core problem

Faktor presipitasi dan presdiposisi:


- kelemahan fisik (penyakit
fisik), keputusasaan,
ketidakberdayaan, percaya
diri yang kurang Cause
- Psikologis
- Sosial budaya
- Bioneurologis
- Halusinasi

( Sumber: Keliat, B. A., 2006)

Perilaku kekerasan berawal beberapa faktor presdiposisi dan presipitasi


yaitu kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang
kurang, psikologis, sosial budaya, bioneurologis serta halusinasi yang
merupakan gangguan persepsi yang dimana pasien mempersepsikan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi. Seperti halusinasi pendengaran yang sebenarnya
tidak didengar oleh orang lain yang normal namun individu yang tidak normal
mendengar sesuatu yang baik atau buruk kemudian jika buruk yang terjadi
misal individu mendengar bisikan untuk memukul orang, maka akan
dipersepsikan pada realita dengan individu tampak menggenggam (mengepal)
tangan, wajah merah, mata melotot, otot tegang, bicara kasar, nada suara tinggi,
merusak barang-barang, susah diatur, banyak bicara, agresif. Apabila tidak
dapat diatasi pasien akan mengarah kepada perilaku kekerasandan akan
berakibat pada risiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan, isolasi
sosial, HDR.

4. Klasifikasi
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit
diri sendiri dan menganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan
langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan
membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Oleh
karenanya perawat harus pula mengetahui tentang respon kemarahan seseorang
dan fungsi positif marah. (Muhith, 2015)

Respon adaptif Respon maladaptif


Asertif Frustasi Pasif Agresif amuk

Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif


dan melarikan diri atau respon melawan dan menantang. Respon melawan dan
menantang merupakan respon yang maladaptif, yaitu agresif-kekerasan perilaku
yang menampakkan mulai dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu:
a. Asertif: mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan
merasa lega.
b. Frustasi: Merasa gagal mencapai tujuan disebabkan karena tujuan yang
tidak realistis.
c. Pasif: Diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan
yang sedang dialami.
d. Agresif: memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang
lain dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai.
Umumnya pasien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai
orang lain.
e. Amuk: Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara
menakutkan, memberi kata-kata ancaman, melukai disertai melukai pada
tingkat ringan, dan yang paling berat adalah melukai atau merusak secara
serius. Pasien tidak mampu mengendalikan diri (Muhith 2015 p.148).

5. Gejala Klinis
Menurut (Lilik, 2011), mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku
kekerasan adalah sebagai berikut:
a Fisik: muka merah dan tegang, mata melotot atau pandangan tajam,
tangan mengepal, rahang mengatup, postur tubuh kaku dan jalan
mondar-mandir.
b Verbal: bicara kasar, suara tinggi, membentak atau berteriak,
mengancam secara verbal atau fisik, mengumpat dengan kata-kata kotor,
suara keras dan ketus.
c Emosi: tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam
dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
d Intelektual: mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan,
sarkasme.
e Spiritual: merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat
orang lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
f Sosial: menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan,
sindiran.
g Perhatian: bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual
1) Data Mayor:
a) Subjektif:
(1) Mengatakan pernah melakukan tindakan kekerasan
(2) Informasi dari keluarga tindak kekerasan yang pernah
dilakukan oleh pasien
b) Objektif:
(1) Ada tanda jejas perilaku kekerasan pada anggota tubuh
2) Data Minor:
a) Subjektif:
(1) Mendengar suara-suara
(2) Merasa orang lain mengancam
(3) Menganggap orang lain jahat
b) Objektif:
(1) Tampak tegang saat bercerita
(2) Pembicaraan kasar ketika menceritakan marahnya

6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Depkes (2000), Pemeriksaan diagnostik pada pasien RPK
adalah: a Psikoterapeutik
b Lingkungan terapeutik
c Kegiatan hidup sehari-hari
d Pendidikan kesehatan

7. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi Medis
Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa. Menurut Depkes
(2000), jenis obat psikofarmaka adalah :
1) Clorpromazine (CPZ, Largactile)
Indikasi untuk mensupresi gejala-gejala psikosa: agitasi, ansietas,
ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejala-
gejala lain yang biasanya terdapat pada penderita skizofrenia, mania
depresif, gangguan personalitas, psikosa involution, psikosa masa
kecil.
2) Haloperidol (Haldol, Serenace)
Indikasinya yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilles
de la toureette pada anak-anak dan dewasa maupun pada gangguan
perilaku berat pada anak-anak. Dosis oral untuk dewasa 1-6 mg sehari
yang terbagi 6-15 mg untuk keadaan berat. Kontraindikasinya depresi
sistem saraf pusat atau keadaan koma, penyakit parkinson,
hipersensitif terhadap haloperidol. Efek samping nya sering
mengantuk, kaku, tremor lesu, letih, gelisah.
3) Trihexiphenidyl (TXP, Artane, Tremin)
Indikasi untuk penatalaksanan manifestasi psikosa khususnya gejala
skizofrenia.
4) ECT (Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara
artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang
dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada
skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau
injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
b. Tindakan Keperawatan
Penatalaksanaan pada pasien dengan perilaku kekerasan meliputi
(Videbeck, 2001):
1) Terapi Modalitas
a) Terapi lingkungan
Begitu pentingnya bagi perawat untuk mempertimbangkan
lingkungan bagi semua pasien ketika mencoba mengurangi atau
menghilangkan agresif.Aktivitas atau kelompok yang direncanakan
seperti permainan kartu, menonton dan mendiskusikan sebuah film,
atau diskusi informal memberikan pasien kesempatan untuk
membicarakan peristiwa atau isu ketika pasien tenang. Aktivitas
juga melibatkan pasien dalam proses terapeutik dan meminimalkan
kebosanan.
Penjadwalan interaksi satu-satu dengan pasien menunjukkan
perhatian perawat yang tulus terhadap pasien dan kesiapan untuk
mendengarkan masalah pikiran serta perasaan pasien. Mengetahui
apa yang diharapkan dapat meningkatkan rasa aman pasien
(Videbeck, 2001).
b) Terapi Kelompok
Pada terapi kelompok, pasien berpartisipasi dalam sesi
bersama dalam kelompok individu. Para anggota kelompok
bertujuan sama dan diharapkan memberi kontribusi kepada
kelompok untuk membantu yang lain dan juga mendapat bantuan
dari yang lain. Peraturan kelompok ditetapkan dan harus dipatuhi
oleh semua anggota kelompok. Dengan menjadi anggota kelompok,
pasien dapat mempelajari cara baru memandang masalah atau cara
koping atau menyelesaikan masalah dan juga membantunya
mempelajari keterampilan interpersonal yang penting (Videbeck,
2001).
c) Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah bentuk terapi kelompok yang
mengikut sertakan pasien dan anggota keluarganya. Tujuannya ialah
memahami bagaimana dinamika keluarga memengaruhi
psikopatologi pasien, memobilisasi kekuatan dan sumber fungsional
keluarga, merestrukturisasi gaya perilaku keluarga yang
maladaptive, dan menguatkan perilaku penyelesaian masalah
keluarga (Steinglass dalam Videbeck, 2001).
d) Terapi Individual
Psikoterapi individu adalah metode yang menimbulkan
perubahan pada individu dengan cara mengkaji perasaan, sikap,
cara pikir, dan perilakunya. Terapi ini memiliki hubungan personal
antara ahli terapi dan pasien. Tujuan dari terapi individu yaitu
memahami diri dan perilaku mereka sendiri, membuat hubungan
personal, memperbaiki hubungan interpersonal, atau berusaha lepas
dari sakit hati atau ketidakbahagiaan.
Hubungan antara pasien dan ahli terapi terbina melalui tahap
yang sama dengan tahap hubungan perawat-pasien yaitu introduksi,
kerja, dan terminasi. Upaya pengendalian biaya yang ditetapkan
oleh organisasi pemeliharaan kesehatan dan lembaga asuransi lain
mendorong upaya mempercepat pasien ke fase kerja sehingga
memperoleh manfaat maksimal yang mungkin dari terapi
(Videbeck, 2001).

8. Komplikasi
Akibat perilaku kekerasan yang dilakukan oleh individu yaitu dapat
melakukan tindakan-tindakan berbahaya bagi dirinya,orang lain maupun
lingkungannya,seperti menyerang orang lain,bahkan sampai mencederai,
memecah perabot, dan membakar rumah.
a. Hal-hal yang dapat dilakukan apabila mempunyai keluarga dengan
perilaku kekerasan:
1) Mengadakan kegiatan bermanfaat yang dapat menampung potensi dan
minat bakat anggota keluarga yang mengalami perilaku
kekerasansehingga diharapkan dapat meminimalisir kejadian perilaku
kekerasan.
2) Bekerja sama dengan pihak yang berhubungan dekat dengan pihak-
pihak terkait contohnya badan konseling, RT, atau RW dalam
membantu menyelesaiakan konflik sebelum terjadi tindakan kekerasan.
3) Mengadakan kontrol khusus dengan perawat/dokter yang dapat
membahas dan melaporkan perkembangan anggota keluarga yang
mengalami risiko pelaku kekerasan terutama dari segi kejiwaan antara
pengajar dengan pihak keluarga terutama orangtua.
b. Peran Keluarga dalam Penanganan Perilaku Kekerasan
1) Mencegah terjadinya perilaku amuk:
a) Menjalin komunikasi yang harmonis dan efektif antar anggota
keluarga
b) Saling memberi dukungan secara moril apabila ada anggota
keluarga yang berada dalam kesulitan
c) Saling menghargai pendapat dan pola pikir
d) Menjalin keterbukaan
e) Saling memaafkan apabila melakukan kesalahan
f) Menyadari setiap kekurangan diri dan orang lain dan berusaha
memperbaiki kekurangan tersebut
g) Apabila terjadi konflik sebaiknya keluarga memberi kesempatan
pada anggota keluarga untuk mengugkapkan perasaannya untuk
membantu kien dalam menyelesaikan masalah yang konstruktif.
h) Keluarga dapat mengevaluasi sejauh mana keteraturan minum
obat anggota dengan risiko pelaku kekerasan dan mendiskusikan
tentang pentingnya minum obat dalam mempercepat
penyembuhan.
i) Keluarga dapat mengevaluasi jadwal kegiatan harian atas
kegiatan yang telah dilatih di rumah sakit.
j) Keluarga memberi pujian atas keberhasilan pasien untu
mengendalikan marah.
k) Keluarga memberikan dukungan selama masa pengobatan
anggota keluarga risiko pelaku kekerasan.
l) keluarga menyiapkan lingkungan di rumah agar meminimalisir
kesempatan melakukan perilaku kekerasan
2) Mengontrol Perilaku Kekerasaan dengan mengajarkan pasien:
a) Menarik nafas dalam
b) Memukul-mukul bantal
c) Bila ada sesuatu yang tidak disukai anjurkan pasien
mengucapkan apa yang tidak disukai pasien
d) Melakukan kegiatan keagamaan seperti sembahyang.
e) Mendampingi pasien dalam minum obat secara teratur.
3) Bila Pasien dalam PK
Meminta bantuan petugas terkait dan terdekat untuk membantu
membawa pasien ke rumah sakit jiwa terdekat. Sebelum dibawa
usahakan dan utamakan keselamatan diri pasien dan penolong.

9. Strategi Pelaksanaan Kasus Resiko Perilaku Kekerasan

Pasien Keluarga
SP 1. SP 1.
1. Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala 1. Mengidentifikasi masalah yang dirasakan
serta akibat perilaku kekerasan. keluarga dalam merawat pasien.
2. Melatih cara fisik 1: tarik nafas dalam. 2. Menjelaskan tentang perilaku kekerasan:
3. Memasukan dalam jadwal harian pasien. a. Penyebab.
b. Akibat.
c. Cara merawat.
3. Melatih cara merawat.
4. RTL keluarga/jadwal untuk merawat pasien.
SP 2. SP 2.
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1). 1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1).
2. Melatih cara fisik 2: pukul kasur/bantal. 2. Melatih (simulasi) 2 cara lain untuk merawat
3. Memasukan dalam jadwal harian pasien. pasien.
3. Melatih langsung ke pasien.
4. RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat
pasien.
SP 3. SP 3.
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan SP 1. Mengevaluasi SP 1 dan SP 2.
2). 2. Melatih langsung ke pasien.
2. Melatih secara sosial/verbal. 3. RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat
3. Menolak dengan baik. pasien.
4. Meminta dengan baik.
5. Mengungkapkan dengan baik.
6. Memasukan dalam jadwal harian pasien.
SP 4. SP 4.
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1, 2 & 3). 1. Mengevaluasi SP 1, 2, & 3.
2. Melatih secara spiritual. 2. Melatih langsung ke pasien.
a. Berdoa. 3. RTL keluarga.
b. Sembahyang. a. Follow Up.
3. Memasukan dalam jadwal harian pasien. b. Rujukan.
SP 5.
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1, 2, 3, &
4).
2. Melatih patuh obat:
a. Meminum obat secara teratur dengan
prinsip 6B.
b. Menyusun jadwal minum obat secara
teratur.
3. Memasukan dalam jadwal harian pasien.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa factor presipitasi,
penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengajian
,tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :
a. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, pekerjaan,
pendidikan, tangggal MRS, informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan
alamat klien.
b. Keluhan utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi
kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak interaksi dengan orang
lain, tidak melakukan kegiatan sehari – hari, dependen.
b. Faktor predisposisi
Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak
realistis, kegagalan / frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya;
perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus
dioperasi, kecelakaan dicerai suami, putus sekolah, PHK, perasaan malu karena
sesuatu yang terjadi (korban perkosaan, tituduh kkn, dipenjara tiba – tiba)
perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri
sendiri yang berlangsung lama.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Rambut: Keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut yang mudah rontok,
keadaan rambut yang kusam, keadaan tekstur.
2) Kepala: Adanya botak atau alopesia, ketombe, berkutu, kebersihan.
3) Mata: Periksa kebersihan mata, mata gatal atau mata merah.
4) Hidung: Lihat kebersihan hidung, membran mukosa.
5) Mulut: Lihat keadaan mukosa mulut, kelembabannya, kebersihan.
6) Gigi: Lihat adakah karang gigi, adakah karies, kelengkapan gigi.
7) Telinga: Lihat adakah kotoran, adakah lesi, adakah infeksi.
8) Kulit: Lihat kebersihan, adakah lesi, warna kulit, teksturnya, pertumbuhan
bulu.
9) Genetalia: Lihat kebersihan, keadaan kulit, keadaan lubang uretra, keadaan
skrotum, testis pada pria, cairan yang dikeluarkan
d. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan, TB, BB) dan
keluhan fisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek Psikososial
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif tentang tubuh.
Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan
keputusasaan, mengungkapkan ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan.
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses
menua, putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya : mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri,
gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai diri, dan
kurang percaya diri.
3) Hubungan sosial
Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat, hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain.
4) Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan beribadah.
f. Status mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata, kurang
dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang mampu
berhubungan dengan orang lain, adanya perasaan keputusasaan dan kurang
berharga dalam hidup.
g. Kebutuhan persiapan pulang
1) Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC,
membersikan dan merapikan pakaian.
3) Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
4) Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan
diluar rumah
5) Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
h. Mekanisme koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada
orang orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri).
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap masalah
yang dimilki klien, beri uraian spesifik, singkat dan jelas.
j. Pengetahuan
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap item yang
dimiliki oleh klien simpulkan dalam masalah.
k. Aspek medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor,
therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.
1. Masalah Keperawatan
Langkah berikutnya adalah merumuskan diagnosis keperawatan.
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala yang diperoleh
pada pengkajian. Berdasarkan data-data tersebut dapat ditegakkan diagnosis
keperawatan:
a. Risiko perilaku kekerasan
b. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
c. Gangguan koping individu

2. Rencana Keperawatan
Terlampir

3. Implementasi
Menurut Keliat (2006), implementasi keperawatan disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan
masalah utama yang aktual dan mengancam integritas pasien beserta
lingkungannya. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah di
rencanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan
masih di butuhkan dan sesuai dengan kondisi pasien pada saat ini (here and
now). Hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien merupakan dasar
utama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
4. Evaluasi
Evaluasi menurut Keliat (2006) adalah proses yang berkelanjutan untuk
menilai efek dari tindakan keperawatan yang dilaksanakan. Evaluasi dapat
dibagi menjadi dua jenis yaitu evaluasi proses atau formatif dan evaluasi hasil
atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan respon pasien dengan
tujuan yang telah ditentukan. Hasil evaluasi yang diharapkan adalah:
a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya
b. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
c. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
d. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
e. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasan
yang dilakukakannya
f. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya
g. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,
spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka
Tgl/Wa Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan Rasional
ktu Kep.
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko TUM : Setelah diberikan 1. Untuk mengetahui
Perilaku Pasien tidak melakukan tindakan keperawatan 1 SIKI : Pencegahan Perilaku penyebab akan dapat
Kekerasan perilaku kekerasan x 20 menit diharapkan Kekerasan
dihubungkan dengan
pasien dapat 1. Monitor adanya benda
SP 1 menyebutkan jenis-jenis faktor resipitasi yang
yang berpotensi
1. Mengidentifikasi penyebab, perilaku kekerasan yang
membahayakan dialami Pasien
tanda gejala serta akibat
pernah dilakukan degan
perilaku kekerasan 2. Identifikasi penyebab 2. Mengetahui penyebab
kriteria hasil :
2. Melatih cara fisik 1 : tarik tanda dan gejala serta
SLKI : Status Orientasi tanda dan gejala serta
napas dalam
1. Khawatir menurun akibat perilaku akibat perilaku
2. Curiga menurun
kekerasan yang kekerasan yang
3. Sikap bermusuhan
menurun dirasakan pasien. dilakukan pasien
4. Tegang menurun 3. Pertahankan lingkungan 3. Pasien dapat memahami
5. Menarik diri
bebas dari bahaya secara cara mengungkapkan
menurun
6. Proses fikir rutin rasa marah secara
membaik 4. Beri kesempatan kepada asertif
7. Mau mengutarakan
pasien untuk
masalah yang
dihadapi Pasien mengungkapkan perasaan
menyebutkan penyebab
a. Penyebab perilaku
perilaku kekerasan
kekerasan
b. Tanda dan gejala 5. Diskusikan bersama
perilaku kekerasan, Pasien tentang perilaku
c. akibat dari perilaku kekerasan tanda-tanda serta
kekerasa penyebab yang muncul
6. Latih cara
mengungkapkan secara asertif
7. Latih mengurangi
kemarahan dengan napas
dalam
8. Berikan pujian terhadap
kemampuan Pasien
dalam menggunakan
perasaannya

SP 2 Setelahdiberikan tindakan .
1. Melatih cara fisik 2 : SIKI : Pencegahan Perilaku 1. Untuk membantu pasien
keperawatan 1 x 20
memukul bantal dan kasur Kekerasan
menit diharapkan pasien 1. Monitor adanya benda dalam mengontrol rasa
dapat menyebutkan jenis- yang berpotensi marah secara non verbal
jenis perilaku kekerasan membahayakan 2. Mengatur waktu pasien
yang pernah dilakukan 2. Pertahankan lingkungan dalam mengulang cara
degan kriteria hasil : bebas dari bahaya secara untuk mengontrol rasa
SLKI : Status Orientasi rutin marahnya.
1. Khawatir 3. Libatkan keluarga dalam
menurun perawatan
2. Curiga menurun 4. Anjurkan pengunjung
3. Sikap dan keluarga
bermusuhan mendukung keselamatan pasien
menurun 5. Latih cara
4. Tegang menurun mengungkapkan secara
5. Proses fikir asertif
membaik 6. Latih mengurangi
kemarahan secara verbal
dan non verbal

SP 3 Setelah diberikan SIKI : Pencegahan Perilaku 1. Untuk membantu pasien


tindakan keperawatan 1 Kekerasan dalam mengontrol rasa marah
1. Melatih secara verbal x 15 menit diharapkan 1. Monitor adanya benda
2. Meminta dengan baik pasien mampu secara verbal
yang berpotensi
3. Menolak dengan baik menyebutkan cara 2. Mengatur waktu pasien
4. Mengungkapkan dengan mengontrol perilaku membahayakan
dalam mengulang cara untuk
baik kekerasan dengan kriteria 2. Pertahankan lingkungan
hasil : mengontrol rasa marahnya.
bebas dari bahaya secara
SLKI : Kontrol Diri
1. Verbalisasi ancaman rutin
kepada orang lain 3. Libatkan keluarga dalam
menurun perawatan
2. Verbalisasi umpatan 4. Anjurkan pengunjung
menurun dan keluarga
3. Perilaku menyerang mendukung keselamatan pasien
menurun 5. Latih cara
4. Perilaku melukai diri mengungkapkan secara
menurun asertif
5. Perilaku 6. Latih mengurangi
agresif/amuk kemarahan secara verbal
menurun
6. Suara keras menurun
7. Bicara ketus
menurun

TUK 4 : Setelahdiberikan tindakan SIKI : 1. Untuk mengetahui


Melatih secara spiritual Dukungan Perkembangan perkembangan pasien dalam
keperawatan 1 x 20
Sembahyang dan berdoa Spritual
menit diharapkan pasien 1. Sediakan lingkungan mengontrolrasa marah.
dapat menyebutkan jenis- tenang untuk refleksi 2.Menganjurkan pasien untuk
jenis perilaku kekerasan diri berdoa dan tri sandya untuk
yang pernah dilakukan 2. Fasilitasi pasien mengontrol rasa marah.
degan kriteria hasil : mengidentifikasi 3.Mengatur waktu pasien
SLKI : Status Orientasi masalah sptritual dalam mengulang cara untuk
1. Khawatir 3. Fasilitasi mengontrol rasa marahnya.
menurun mengidentifikasi hambatan
2. Curiga menurun dalam
3. Sikap pengenalan diri
bermusuhan 4. Anjurkan membuat
menurun komitmen spiritual
4. Tegang menurun berdasarkan keyakinan dan
5. Proses fikir nilai
membaik 5. Anjurkan berpartisipasi
dalam kegiatan agama

SP 5 : Setelah diberikan SIKI : Edukasi Program 1. Mencapai tingkat


Melatih patuh obat: tindakan keperawatan 1 Pengobatan kesembuhan maksimal
x 15 menit diharapkan 1. Identifikasi mengenai dengan Kemandirian
a. Meminum obat secara
pasien mampu program pengobatan
teratur dengan prinsip 6B. menyebutkan cara
yang direkomendasikan
b. Menyusun jadwal minum mengontrol perilaku
kekerasan dengan kriteria 2. Berikan dukungan untuk
obat secara teratur. hasil : menjalani program
SLKI : Status Orientasi
pengobatan dengan baik
1. Perilaku sesuai
realita membaik dan benar
2. Isi piker sesuai 3. Jelaskan manfaat dan
realita membaik efek samping
3. Pembicaraan
mmbaik pengobatan
4. Konsentrasi 4. Jelaskan strategi efek
membaik
samping pengobatan
5. Kemampuan
mengambil 5. Jelaskan keuntungan dan
keputusan membaik kerugian program
6. Perawatan diri
pengobatan
membaik
6. Informasikan fasilitas
kesehatan yang dapat
digunakan selama
pengobatan
7. Anjurkan
mengkonsumsi obat sesuai
indikasi
STRATEGI PELAKSANAAN

PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA RISIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Proses Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan
2. Tujuan
Tujuan umum :
Manajemen kesehatan keluarga lebih efektif sehingga pasien tidak lagi melakukan tindakan
kekerasan baik kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Tujuan khusus :

a. Pasien dan keluarga dapat membina hubungan saling percaya


b. Pasien dapat menjelaskan penyebab, tanda gejala dan akibat dari resiko perilaku
kekerasan
c. Pasien dapat menyalurkan marah secara asertif dengan napas dalam
d. Pasien dapat menyalurkan marah secara asertif dengan fisik memukul bantal
e. . Pasien dapat menyalurkan marah secara asertif dengan verbal
f. Pasien dapat menyalurkan marah secara asertif secara spiritual
g. Pasien dapat melakukan manajemen obat dengan baik dan benar.

3. Tindakan Keperawatan
a. Rencana tindakan keperawatan untuk pasien
1) Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk pasien :
a) Menganjurkan pasien menceritakan perilaku yang dilakukan pasien beberapa
minggu belakangan.
b) Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan pasien
c) Pasien dapat menyalurkan marah secara asertif dengan napas dalam

2) Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk pasien


a) Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan sebelumnya
b) Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara latihan
nafas dalam atau dengan pukul kasur dan bantal
3) Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk pasien.
a). Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara latihan
mengungkapkan rasa marah secara verbal
b) Membantu pasien cara untuk meminta dengan baik
c) Membantu pasien cara untuk menolak dengan baik
d) Membantu pasien mengungkapkan dengan cara baik

4) Strategi pelaksanaan 4 (SP 4) untuk pasien.


a). Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan sebelumnya
b). Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual

5) Strategi pelaksanaan 5 (SP 5) untuk pasien.


a) Mendiskusikan dengan pasien dan keluarga tentang dosis dan frekuensi serta
manfaat minum obat.
b) Mendiskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.
c) Membantu pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan BHSP

1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi Pak, perkenalkan saya D, saya Mahasiswa Jurusan Keperawatan
Poltekkes Denpasar. Mulai hari ini saya bertugas untuk merawat bapak selama 1
minggu kedepan. Nama bapak siapa ? nama lengkapnya ? bapak lebih suka
dipanggil siapa ? baiklah saya panggil dengan Bapak P saja ya. Hari ini saya dinas
dari pukul 08.00 sampai dengan 14.00 WITA. Jadi, jika Bapak ada keperluan, bisa
mencari saya di ruang perawat”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana kabar Bapak hari ini? tadi pagi Bapak sudah sarapan dan mandi ?”
c. Kontrak
Topik : “Bisa kita berbincang-bincang sekarang tentang apa yang bapak
rasakan hari ini?”

Waktu : “Lamanya 15 menit bagaimana pak ? Jadi, kita akan ngobrol dari jam
10 sampai jam 10.15 menit nanti ya?”

Tempat : “Bapak ingin ngobrol dimana, Pak? Bagaimana jika di tempat duduk
dekat ruang perawat ini?”

2. Kerja
“Sekarang kita ngobrol-ngobrol ya pak. Bapak tidak perlu takut dan cemas kepada saya.
Ungkapkan saja apa yang bapak rasakan saat ini. Saya akan berusaha membantu
mengatasi masalahnya.”
“ bapak, tadi sudah menyebutkan namanya, lalu berapa umur bapak sekarang?.”
“ bapak sudah berapa lama dirawat disini ?”
“ bapak berasal dari mana ?”
“bapak bersaudara berapa ?”
“Siapa saja yang diajak tinggal dirumah?
“Menurut bapak, dibawa kesini karena apa ?”
“Selama dirawat disini hal apa yang sudah bapak lakukan ?”
“Bagaimana perasaan bapak saat melakukan kegiatan tersebut?”
“Boleh saya tahu apakah hobi bapak ? bagaimana kalau sekarang bapak bercerita
tentang hobi bapak?”
“Wah.. ternyata bagus sekali hobinya. Boleh saya tahu apa pekerjaan bapak sebelum
disini? Bisa diceritakan tentang pekerjaannya?”
“Wah kegiatan bapak bagus sekali.”

3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
“Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dengan saya?”
b. Tindak lanjut klien
“Sementara cukup sampai disini dulu ya pembicaraan kita. Saya senang Bapak
mau mengobrol dengan saya.”
c. Kontrak yang akan datang
Topik : “Bagaimana kalau nanti kita bicarakan tentang memberikan
penyebab tanda gejala akibat dari perilaku marah dan cara menyalurkan marah
dengan napas dalam?”

Tempat : “Bapak mau ngobrol-ngobrolnya dimana? Bagaimana kalau


disini?”

Waktu : “Bagaimana kalau saya datang kembali untuk menemui


Bapak besok? Jam 10.00 ya, Pak. Kita akan ngobrol kira-kira 15 menit lagi ya.
Baiklah kalau begitu saya permisi dulu.”
Strategi Pelaksanaan 1

1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“ Selamat Pagi Bapak. Apa kabar hari ini ?”
b. Evaluasi/validasi
“Kemarin kita sudah berkenalan. Bapak masih ingat dengan nama saya? bagus
sekali bapak masih mengingat nama saya.”
c. Kontrak
Topik : “Bisa kita berbincang-bincang sekarang tentang apa yang
menyebabkan Bapak marah?”
Waktu : “Kita ngobrol 15 menit bagaimana pak ? Jadi, kita akan
mengobrol dari jam 10.00 sampai jam 10.15 nanti ya?”
Tempat : “Dimana bapak mau kita berbincang-bincang ?”

2. Kerja
“Bapak, sekarang kita akan membicarakan tentang perasaan yang bapak alami selama
ini.”
“Apa yang menyebabkan bapak marah? Apakah ada penyebab yang lain? Samakah
dengan yang sekarang?”
“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot,
rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal? Setelah itu apa yang bapak lakukan?”
“Jika bapak merasa marah apa yang abapak lakukan ?”
“Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
“Apakah abapak pernah memukul orang ?”
“Bagaimana cara bapak meredakan amarah bapak ?”

3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
“Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dengan saya?”
b. Tindak lanjut pasien
“Sementara cukup disini dulu ya, pembicaraan kita. Saya senang Bapak mau
mengobrol dengan saya.”
c. Kontrak yang akan datang
Topik : “Bagaimana kalau nanti kita bicarakan tentang cara menyalurkan
marah secara fisik yang lain ?”
Tempat : “Di mana enaknya kita bercakap - cakap nanti? Apakah
diruangan Bapak atau diluar ruangan?”
Waktu : “Bagaimana kalau saya datang kembali untuk menemui bapak
jam 13.00 ya ? kita akan ngobrol kira-kira 15 menit lagi. Baiklah kalau begitu saya
permisi dulu.”

Strategi Pelaksanaan 2

1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“ Selamat siang Bapak. Apa kabar hari ini ?”
b. Evaluasi/validasi
“Kemarin kita sudah berkenalan. Bapak masih ingat dengan nama saya? bagus
sekali Bapak masih mengingat nama saya. Apakah Bapak sudah memikirkan kira-
kira bagaimana caranya menyalurkan marah secara fisik yang lain?”
c. Kontrak
Topik : “Baiklah, apakah Bapak sudah menemukan cara lain dalam
mengontrol marah bapak secara fisik selain teknik nafas dalam?”
Waktu : “Kita ngobrol 15 menit hari ini, bagaimana pak? Jadi, kita
akan ngobrol dari jam 13.00 - 15.30 nanti ya?”
Tempat : “Dimana bapak mau kita berbincang-bincang ?”

2. Kerja
“Penampilan Bapak hari ini bagus, rapi dan bersih. Bagus sekali, Pak. Hal seperti ini
harus dipertahankan”.
“Bapak sudah mandi tadi? Bapak kelihatan segar sekali.”
“Bapak, seperti yang sudah saya sampaikan tadi, saya ingin Bapak melakukan kembali
cara mengontrol marah dengan teknik nafas dalam. ” Baik bagus sekali pak. “
“Apakah bapak sudah menemukan cara lain untuk mengontrol emosi secara fisik selain
teknik nafas dalam?” Baik mari kita coba untuk melakukan teknik memukul bantal atau
kasur. Dimana kamar bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke
kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah,
coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”.
“Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihan memukul
kasur dan bantal? Baik pak ini jadwalnya, kapan bapak mau latihan tarik nafas dalam.”

3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara menyalurkan
marah secara fisik?”
b. Tindak lanjut pasien
“Setelah ini coba Bapak lakukan latihan memukul kasur bantal dan tarik napas
dalam sesuai dengan jadwal yang kita buat tadi.”
c. Kontrak yang akan datang
Topik : “Nanti kita akan membicarakan tentang cara bicara yang baik
bila sedang marah, setuju?”

Tempat : “Dimana enaknya kita bercakap - cakap nanti? Apakah


diruangan Bapak atau diluar ruangan?”

Waktu : “Bagaimana jika waktunya pukul 14.00 WITA selama


15menit pak ?”
Strategi Pelaksanaan 3

1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat siang pak, bagaimana keadaannya sekarang ?
b. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana perasaan Bapak sekarang?”

“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur
bantal?” “Kalau sudah, dipertahankan ya Pak latihannya.”

c. Kontrak
Topik : “Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk menyalurkan
marah Bapak, yaitu dengan cara mengungkapkan sesuatu dengan cara
yang baik kepada orang yang dianggap bermasalah dengan Bapak?”
Waktu : “Bagaimana jika kita berbincang-bincang selama 15 menit, apakah
Bapak setuju?”
Tempat : “Dimana sebaiknya kita berbincang-bincang tentang hal tersebut?”

2. Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga caranya pak,
yaitu :

a. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar, misalnya: ‘Bu, tolong ambilkan saya air minum itu’.
Coba bapak praktekkan. Bagus pak”.
b. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada
kerjaan’.
c. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat
kesal, bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’
“Coba bapak praktekkan. Bagus pak”

“Sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali bapak dalam sehari mau
latihan bicara yang baik ?”
“Bisa kita buat jadwalnya? Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya
meminta makan, minta obat atau minta uang, dll. Begitu juga dengan latihan tarik nafas
dalam, latihan pukul bantal/kasur, dan jadwal minum obat tetap dilanjutkan seperti
jadwal sebelumnya”

3. Terminasi
a. Evaluasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara menyalurkan
marah dengan mengungkapkan kepada seseorang yang telah membuat Bapak
kesal?”
“Coba Bapak sebutkan lagi cara menyalurkan marah dengan mengungkapkan
kepada seseorang yang telah membuat Bapak kesal!”
b. Tindak lanjut pasien
“Setelah ini coba Bapak bertemu dengan seseorang di Rumah Sakit ini yang pernah
membuat Bapak kesal, sesuai dengan jadwal yang telah kita buat tadi.”
c. Kontrak yang akan datang
Topik : ”Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengontrol
rasa marah Bapak dengan ibadah, apakah Bapak setuju Pak?”
Waktu :”Besok saya akan mengunjungi Bapak lagi ya, seperti hari
ini?”
Tempat : “ Bapak kita ngobrolnya seperti biasa ya Pak, ditempat ini
saja.”

Strategi Pelaksanaan 4

1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat siang pak, bagaimana keadaannya sekarang ?”

b. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana Pak, sudah dilakukan latihan napas dalam, pukul kansur bantal, dan bicara
yang baik? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan tersebut?”

c. Kontrak
Topik : “Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mengontrol marah
bapak yaitu dengan ibadah .”
Waktu : “Bagaimana jika kita berbincang-bincang selama 15 menit, apakah Bapak
setuju?”
Tempat : “Dimana sebaiknya kita berbincang-bincang tentang hal tersebut?”

2. Kerja
“Coba bapak ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapak lakukan” “wahhh itu bagus
sekali bapak”
“Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik nafas dalam.
Jika tidak reda juga marahnya, rebahkan badan agar rileks.”
“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa
marah. Apakah bapak bisa melakukan tri sandya ?” “wah itu sangat bagus bapak.”
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan rutin bapak.” “Jam berapa
bapak akan sembahyang?”

3. Terminasi
a. Evaluasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara menyalurkan
marah melalui melakukan ibadah?”
“Coba Bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat Bapak lakukan bila Bapak
merasa marah.”
b. Tindak lanjut pasien
“Setelah ini coba Bapak lakukan Tri Sandya sesuai jadwal yang telah kita buat
tadi.”
c. Kontrak yang akan datang
Topik : ” Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang
benar untuk mengontrol rasa marah Bapak, setuju Pak?”
Waktu : “Bagaimana kalau nanti sore pukul 16.30 kita ngobrol –
ngobrol selama 15 menit ya Pak?”
Tempat : “ Kita betemu disini saja ya ni?” Di teras depan kamar. Kalau
begitu sampai bertemu nanti ya, Pak. Terima kasih.”
Strategi Pelaksanaan 5

1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat sore Pak, masih ingat dengan saya?”

“Bagus Bapak masih ingat dengan saya”

b. Evaluasi/ validasi
“Apa yang Bapak rasakan hari ini? Sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam dan pukul
kasur bantal? Latihan bicara dengan baik? Dan latihan berdoa? Apa yang dirasakan
setelah melakukan latihan tersebut? Coba kita lihat jadwal kegiatannya”. “Apakah
selama kita tidak bertemu tadi ada hal yang membuat bapak marah?”

c. Kontrak
Topik : “Bagaimana kalau sekarang kita bicara tentang pentingnya minum obat
dan latihan tentang cara minum obat yang benar untuk mengontrol rasa marah?

Waktu : “Ya seperti janji kita tadi kita bicara selama 15 menit”

Tempat : “Bagaimana kalau kita ngobrolnya disini saja?” Sekarang saya akan
jelaskan tentang pentingnya minum obat.”

2. Kerja
“Bapak sudah dapat obat dari dokter ?”
“Pak ini obatnya, bapak perlu minum obat ini secara teratur agar pikirannya jadi tenang,
dan tidurnya juga menjadi nyenyak.”
“Obatnya ada 1 macam saja pak, namanya clozapine warnanya kuning dosisnya 100 mg
diminum 2 kali sehari setiap pagi dan sore hari.”
“Bapak perlu secara teratur minum obat dan tidak menghentikannya tanpa konsultasi
dengan dokter.”
“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadwal ya pak”
3. Terminasi
a. Evaluasi respon pasien terhadap tindakan
keperawatan “Setelah ngobrol tadi, apa yang Bapak
rasakan?” “Bapak masih ingat apa yang kita bicarakan
tadi?”
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol
perasaan marah dengan cara minum obat yang benar?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara minum obat yang benar”

Objektif : klien mau menjawab setiap pertanyaan yang diberikan.


b. Tindak lanjut pasien
“Bapak, sudah 15 menit kita ngobrol – ngobrolnya,sekarang Bapak bisa beristirahat,
nanti kita ngobrol lagi. Terima kasih.”
c. Kontrak yang akan datang
“Baik Pak, besok kita ketemu lagi untuk melihat sejauh mana Bapak melaksanakan
kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah.” “Terimakasih sudah mau
bekerja sama ya Pak, sampai jumpa.”
DAFTAR PUSTAKA
Direja Ade Herman Surya .2011.Buku Ajar Asuhan KeperawatanJiwa.Nuha
Medika:Yogyakarta
Fitria, Nita.2009.Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP & SP) untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan. Salemba Medika:
Jakarta
Purba.2008.Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa.Medan;USU Press
Keliat Budi Anna, Panjaitan Ria Utami, Helena Novy.2006.Proses Keperawatan
Kesehatan Jiwa Edisi 2. EGC: Jakarta.
Kusumawati & Hartono.2010.Buku Ajar Keperawatan Jiwa .Jakarta;Salemba Medika
LEMBAR PENGESAHAN

Mengetahui Bangli, November 2021

Pembimbing Klinik / C I Mahasiswa

(Ns. Ni Luh Putu Ari Sudiani, S.Kep) (Kadek Yulianda Dewi)


NIK. 19811214200902200621 NIM: P07120321065

Clinical Teacher / C T,

(I Gede Widjanegara, SKM.,M.Fis)


NIP: 195805201979101001

Anda mungkin juga menyukai