NIM. 1623714987
2020
LEMBAR PERSETUJUAN
Oleh
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Sutirto, ST., MT
NIP. 19600423 198903 1 001
ii
MOTTO
iii
KAJIAN LABORATORIUM PEMANFAATAN ABU PEMBAKARAN
LIMBAH BONGGOL JAGUNG TERHADAP MUTU MORTAR
ABSTRAK
Mortar adalah adukan yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat
(tanah liat, kapur, semen portland) dan air. Salah satu bahan penyusun mortar dan
beton adalah semen. Salah satu bahan tambah yang sering digunakan ialah bahan
tambah berupa pozzolan. Pozzolan adalah bahan tambah yang berasal dari alam
atau batuan, yang sebagian besar terdiri dari unsur-unsur silika dan alumina yang
rekatif. Pozzolan sendiri tidak mempunyai sifat semen, tetapi dalam keadaan halus
bereaksi dengan kapur bebas dan air, menjadi suatu massa padat yang tidak larut
dalam air.
Hasil pengujian kuat tekan mortar bahwa nilai kuat tekan tertinggi yaitu pada
komposisi 1 : 3 dengan presentase abu bonggol jagung 12% dengan nilai kuat
tekan yaitu 19,42 Mpa dan pada setiap komposisi campuran, semakin banyak
presentase abu bonggol jagung maka semakin tinggi nilai kuat tekannya.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan tuntunan-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
yang berjudul “Kajian Laboratorium Pemanfaatan Abu Pembakaran Limbah
Bonggol Jagung Terhadap Mutu Mortar”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian Skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu melalui tulisan ini
penulis dengan kerendahan hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
v
7. Teman-teman TPJJ C angkatan 2016 yang senantiasa memberikan
dorongan dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Bagi semua pihak yang telah memberikan perhatian dan bantuan. Dari hati
yang tulus ikhlas, penulis ucapkan terima kasih. Tuhan Yesus memberkati
semua budi baik anda sekalian.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih terdapat kekurangan oleh karena
itu sangat diharapkan usul, saran dan kritikan yang membangun demi
kesempurnaan dan perbaikannya sehingga tulisan ini dapat memberikan manfaat
bagi bidang pendidikan dan penerapan di lapangan serta bisa dikembangkan lebih
lanjut.
Penulis
vi
Daftar Isi
Halaman Persetujuan......................................................................................ii
MOTTO.........................................................................................................iii
ABSTRAK.....................................................................................................iv
Kata Pengantar................................................................................................v
Daftar Isi.......................................................................................................vii
Daftar Tabel..................................................................................................ix
Daftar Gambar................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
2.1 Mortar......................................................................................................5
2.1.1 Pengertian mortar...........................................................................5
2.1.2 Jenis-jenis Mortar...........................................................................6
2.1.3 Tipe-tipe Mortar.............................................................................6
2.1.4 Adukan Mortar...............................................................................9
2.2 Semen......................................................................................................9
2.2.1 Semen Hidraulis dan Semen Non Hidraulis.................................10
2.2.2 Bahan Dasar.................................................................................10
2.2.3 Jenis Semen Portland...................................................................11
2.3 Agregat Halus........................................................................................12
2.4 Air..........................................................................................................13
2.5 Bahan Tambahan (Abu Pembakaran Limbah Bonggol Jagung)...........14
2.6 Kuat Tekan Mortar................................................................................16
vii
BAB III METODE PENELITIAN...............................................................17
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................26
4.1 Pendahuluan...........................................................................................26
4.2 Hasil Pengujian Material.......................................................................26
4.2.1 Pengujian Analisa Saringan.........................................................26
4.2.2 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat.....................28
4.2.3 Pengujian Kadar Air Agregat.......................................................29
4.2.4 Pengujian Kadar Lumpur.............................................................29
4.2.5 Pengujian Berat Isi Agregat.........................................................30
4.3 Pembuatan Abu Pembakaran Limbah Bonggol Jagung........................31
4.4 Proporsi Campuran Mortar....................................................................33
4.5 Hasil Pengujian Kuat Tekan Mortar......................................................34
BAB V PENUTUP.......................................................................................36
5.1 Kesimpulan............................................................................................36
5.2 Saran......................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................37
LAMPIRAN
viii
Daftar Tabel
ix
Daftar Gambar
x
BAB I
PENDAHULUAN
Mortar adalah adukan yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat
(tanah liat, kapur, semen portland) dan air. Fungsi mortar adalah sebagai matrik
pengikat bagian penyusun suatu konstruksi baik yang bersifat struktural maupun
non struktural. Penggunaan mortar untuk konstruksi yang bersifat struktural
misalnya mortar pasangan batu belah untuk struktur pondasi, sedangkan yang
bersifat non struktural misalnya mortar pasangan batu bata untuk dinding pengisi.
Mengingat pentingnya mortar sebagai bagian dari konstruksi yang memikul
beban, maka penggunaan mortar harus sesuai dengan standar spesifikasi SNI 03-
6882-2002. Standar spesifikasi mortar mengacu pada kuat tekannya, yaitu
kemampuan mortar dalam menerima beban. Sama halnya dengan beton, kekuatan
tekan mortar dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor air semen dan
kepadatan, jenis semen, jumlah semen, sifat agregat dan juga umur mortar.
1
semen. Salah satu bahan tambah yang sering digunakan ialah bahan tambah
berupa pozzolan. Pozzolan adalah bahan tambah yang berasal dari alam atau
batuan, yang sebagian besar terdiri dari unsur-unsur silika dan alumina yang
rekatif. Pozzolan sendiri tidak mempunyai sifat semen, tetapi dalam keadaan halus
bereaksi dengan kapur bebas dan air, menjadi suatu massa padat yang tidak larut
dalam air (Tjokrodimuljo , 1996). Penggunaan pozzolan dengan proporsi tertentu
dapat memperbaiki kelecakan (workability) dan membuat mortar dan beton
menjadi lebih kedap air (mengurangi permeabilitas).
2
Dilihat dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai penambahan abu
bonggol jagung untuk bahan tambahan pengganti semen, maka Terdapat
penelitian terdahulu yang menjdi pendukung penelitian ini. Yaitu : penelitian
Rasio Hepiyanto, M. A. Firdaus (2019) Penelitian mengenai pengaruh
penambahan abu bonggol jagung terhadap kuat tekan beton K-200. Penelitian
dilakukan dengan menambah abu bonggol jagung yang telah disaring
menggunakan sariangan no.200 dengan varian 4%, 8% dan 12%. Kesimpulan dari
penelitian itu didapat nilai kuat tekan beton normal yaitu (19,96 Mpa) 203,24
(kg/cm²) dan dari seluruh varian hasilnya melebihi target yang diinginkan. Nilai
optimum dari subtansi abu bonggol jagung terdapat pada varian 4% yaitu 33,04
Mpa, 336,80 (kg/cm²).
3
1.2 Perumusan Masalah
Dilihat dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diambil dari
penelitian ini, yaitu bagaimana pengaruh penambahan abu pembakaran limbah
bonggol jagung terhadap mutu mortar.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penembahan abu
pembakaran limbah bonggol jagung terhadap mutu mortar.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mortar
2.1.1 Pengertian Mortar
Pengertian mortar seperti yang diuraikan oleh Susilowati dkk (1996) adalah
pencampuran dari bahan perekat dan bahan pengisi serta sejumlah air. Sebagai
bahan perekat yang biasa digunakan adalah dari bahan perekat hidrolis, yaitu
kapur padam dan pozolan, serta portland. Sementara bahan pengisi adalah agregat
halus, yaitu pasir.
Mortar atau adukan berdasarkan tujuannya dibagi menjadi dua bagian yakni
adukan untuk pasangan dan adukan plesteran. Adukan untuk pasangan, yang biasa
digunakan untuk merekat bata atau sejenisnya membentuk konstruksi tembok
sedangkan adukan plester, dipakai untuk menutup permukaan tembok atau
meratakan tembok.
5
2.1.2 Jenis-jenis Mortar
Ada beberapa jenis mortar dalam artikel “mortar (Batu)” (2010) diantaranya :
Terdapat 4 tipe mortar yang simbolnya diadaptasi dari asal kata MaSoNwOrk.
Tipe tipe mortar menurut SNI 03-6882-2002 sebagai berikut:
6
Semua tipe tipe mortar ini merupakan campuran dari bahan bahan-bahan
seperti semen, kapur padam, pasir dan air. Tipe M memiliki takaran kapur yang
lebih sedikit, sedangkan tipe O sebaliknya yaitu dengan takaran kapur padam
yang paling banyak.
1. Spesifikasi Proporsi
Salah satu dari keempat tipe mortar tadi harus memenuhi spesifikasi seperti
yang di syaratkan pada tabel 2.1. spesifikasi ini membatasi jumlah maksimum
takaran material penyusun berdasarkan ukuran volume. Tidak ada batasan dalam
takaran air dan jumlahnya harus disesuaikan dengan kebutuhan pada pekerjaan.
Takaran agregat 2,75 sampai 3 kali dari volume terpisah semen yang digunakan.
Misalnya untuk mortaar tipe S, dengan penggunaan volume kapurnya setengan
dari volume semen, volume pasir 3 – 4,5 kali volume semen.
7
N .... .... .... 1 ....
O .... .... .... 1 ....
Sumber : SNI 03-6882-2002
2. Spesifikasi Sifat
Terbuat dari semen, kapur pasir dan air untuk memenuhi spesifikasi pada
tabel 2.2. Mortar yang memenuhi spesifikasi ini harus menjalani pengujian
dilaboraturium untuk menentukan kuat tekan, serap air dan kadar air. Kuat tekan
biasanya ditentukan dengan membuat kubus berukuran 5 cm dan kuat tekannya
diuji setelah kubus tersebut di rendam didalam air selama 28 hari. Tidak ada
spesifikasi untuk takaran bahan penyusun, tetapi disarankan penggunaan pasir
sekitar 2,25 sampai 3,5 kali dari volume bersih material semen yang digunakan.
Pengujian sifat-sifat mortar tersebut dibutukan terutama untuk mengenali
karakteristik mortar.
Rasio agregat
Kuat tekan rata-rata Retensi Kadar
(pengukuran pd
Mortar Tipe 28 hari Air Udara
kondisi lembab,
Min.(Mpa) Min. (%) Maks. (%)
gembur)
M 17,2 75 12 Tidak kurang dari
Kapur S 12,4 75 12 1
2 dan tidak
semen N 5,2 75 14bj 2
O 2,5 75 14bj 1
lebih dari 3 kali
2
M 17,2 75 .....c)
volume terpisah
Semen S 12,4 75 .....c)
dari material
pasangan N 5,2 75 .....c)
cementitious
O 2,4 75 .....c)
Sumber : SNI 03-6882-2002
Keterangan :
a) Bila terdapat tulangan struktur dalam mortar kapur semen, maka kadar udara
maksimum harus 12 %
b) Bila terdapat tulangan Struktur dalam Mortar semen pasangan maka kadar
udara maksimum harus 18%.
8
c) Tabel diatas tidak dapat digunakan sebagai persyaratan untuk pengawasan
mutu mortar di lapangan karena jumlah air yang digunakan akan lebih banyak.
Adukan mortar dapat dilakukan dengan tangan ataupun mesin mix tipe
paddle. Adukan manual dengan tangan biasanya hanya untuk jumlah adonan yang
tidak banyak. Carnya adalah bahan-bahan kering (semen, pasir) diaduk dengan
sekop secara merata (sampai warnanya homogen). Kemudian ditambahkan air
2
sekitar bagian dan aduk lagi samapai adonan terlihat merata basahnya.
3
Penambahan air dilakukan apabila kekentalan adukan dirasa belum cukup.
Morta ready mix terbuat dari bahan-bahan material sementit (semen, kapur
dan lain-lain), pasir dan air (dengan atau tanpa penambahan bahan admixture
untuk pengendalian waktu pengikatan) yang mana campuran bahan-bahan
tersebut ditakar dan diaduk dalam bathcing plant yang kemudian dibawah ke
lokasi konstruksi untuk digunakan dengan durasi aplikasi sampai dengan 2,5 jam.
Prosedur pengadukan mortar dengan mixer tipe paddle adalah sebagai berikut :
1. Tuangkan air
2. Masukan semen ke dalam mixer
3. Putar mixer dengan kecepatan rendah selama 30 detik
4. Tambahkan kapur dan pasir ketika mixer sedang berputar
5. Aduk lagi dengan kecepatan sedang selama 30 detik
6. Lalu diamkan adonan selama 1,5 menit
7. Kemudian putar lagi mixer selama 1 menit pada kecepatan sedang
8. Tuangkan mortar kedalam ember atau pan
2.2 Semen
Semen berasal dari kata caementum yang berarti bahan perekat yang mampu
mempersatukan atau mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang
kokoh atau suatu produk yang mempunyai fungsi sebagai bahan perekat antara
dua atau lebih bahan sehingga menjadi suatu bagian yang kompak. Semen
9
merupakan bahan pengikat yang diaplikasiakan dalam campuran pasta, mortar dan
beton maupun untuk bahan stabilisasi tanah.
Ada dua macam semen, yaitu semen hidraulis dan semen non hidraulis.
Semen non hidraulis adalah semen (perekat) yang dapat mengeras tetapi tidak
stabil dalam air. Semen hidraulis adalah semen yang akan mengeras bila bereaksi
dengan air, tahan terhadap air (water resistance) dan stabil didalam air setelah
mengera.
Kebutuhan dunia akan semen hidraulis ini mencapai ratusan juta ton setiap
tahunsehingga harus diproduksi dari material mentah alamiah, daripada bahan
kimia murni semata. Salah satu semen hidraulis yang biasa dipaakai dalam
konstruksi beton adalah semen portland, jenis lainnya adalah semen alamiah dan
semen alumina.
Semen portland dibuat dari serbuk halus mineral kristalin dengan komposisi
utama kalsium dan aluminium silikat. Bahan utama pembentuk semen portland
yaitu kapur (CaO), silika (SiO3), alumina (AI2O3), sedikit magnesia (MgO) dan
terkadang sedikit alkali. Empat senyawa kompleks penting yang ada dalam semen
portland yaitu :
Untuk membuat 1 ton semen portland, diperlukan bahan dasar kurang lebih :
10
a) 1,3 ton batu kapur (limestone) atau kapur (chalk) : CaCO3
b) 0,3 ton pasir silika atau tanah liat : SiO2 dan AI2O3
c) 0,03 ton pasir atau kerak besi : Fe2O3
d) 0,04 ton gypsun : CaSO4 H2O
2.2.3 Jenis Semen Portland
1. Tipe I yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain.
2. Tipe II yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang.
3. Tipe III semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan
tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.
4. Tipe IV yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalor
hidrasi rendah.
5. Tipe V yaitu semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan
ketahanan tinggi terhadap sulfat.
11
kapur hidrolis) bersamaan dengan bahan lain yang digunakan untuk meningkatkan
satu atau lebih sifat seperti waktu pengikatan (setting time), kemampuan kerja
(workability), daya simpan air (water retention), dan ketahanan (durability).
Persen Lolos
Saringan
Pasir Alam Pasir Olahan
No. 4 (4,76 mm) 100 100
No. 8 (2,36 mm) 99 – 100 95 – 100
No. 16 (1,18 mm) 70 – 100 70 – 100
No. 30 (600 mm) 40 – 75 40 – 75
No. 50 (300 mm) 10 – 35 20 – 40
No. 100 (150 mm) 2 – 15 10 – 25
No. 200 (75 mm) 0 0 – 10
12
Sumber : SNI 03-6820-2002
2.4 Air
Air diperlukan pada pembuatan mortar untuk memicu proses kimiawi semen.
Air yang digunakan untuk campuran adukan mortar semen yang paling baik
merupakan air yang memenuhi syarat air bersih. Air yang mengandung senyawa-
senyawa seperti garam, minyak, gula, atau bahan kimia lainnya, bila dipakai
dalam campuran adukan mortar semen akan menurunkan kualitas dan
kekuatannya. Kotrol penggunaan air pada campuran mortar juga harus dilakukan
dengan tepat. karena air yang digunakan dalam proses pembuatan beton jika
terlalu sedikit maka akan menyebabkan beton akan sulit dikerjakan, tetapi jika air
yang digunkan terlalu banyak maka kekuatan beton akan berkurang dan terjadi
penyusutan setelah beton mengeras. Air yang tidak memenuhi syarat akan
berpengaruh pada campuran mortar dan beton yang dibuat, seperti berikut :
1. Pengaruh kandungan asam dalam air terhadap kualitas mortar dan beton
Mortar atau beton dapat mengalami kerusakan oleh pengaruh asam dan
serangan asam yang akan mempengaruhi ketahanan pasta tersebut.
2. Pengaruh pelarut Carbonat Pelarut Carbonat akan bereaksi dengan Ca(OH)7
membentuk CaCO3 dan akan bereaksi lagi dengan pelarut carbonat
membentuk calcium bicarbonat yang sifatnya larut dalam air, akibatnya
mortar atau beton akan terkikis dan cepat rapuh.
3. Pengaruh bahan padat Bahan padat bukan pencampur mortar atau beton. Air
yang mengandung bahan padat atau lumpur, apabila dipakai untuk
moncampur semen dan agregat maka terjadinya pasta tidak sempurna.
Agregat dilapisi dengan bahan padat, tidak terikat satu sama lain. Akibatnya
agregat akan lepas-lepas dan mortar atau beton tidak kuat
4. Pengaruh kandungan minyak Air yang mengandung minyak akan
mengakibatkan emulsi apabila dipakai untuk mencampur semen. Agregat
akan dilapisi minyak berupa film, sehingga agregat kurang sempurna
13
ikatannya satu sama lain. Agregat bisa lepas - lepas dan mortar atau beton
tidak kuat.
5. Pengaruh air laut Air laut tidak boleh dipakai sebagai media pencampur
semen karena pada permukaan mortar atau beton akan terlihat putih-putih
yang sifatnya larut dalam air, sehingga lama-lama terkikis dan mortar atau
beton menjadi rapuh.
Salah satu bahan penyusun mortar dan beton adalah semen. Kebutuhan semen
dalam industri konstruksi cukup besar dan mengeluarkan biaya yang mahal,
sehingga dilakukan usaha untuk mencari suatu bahan baku yang mempunyai
senyawa kimia seperti semen. Salah satu bahan tambah yang sering digunakan
ialah bahan tambah berupa pozzolan. Pozzolan adalah bahan tambah yang berasal
dari alam atau batuan, yang sebagian besar terdiri dari unsur-unsur silika dan
alumina yang rekatif. Pozzolan sendiri tidak mempunyai sifat semen, tetapi dalam
keadaan halus bereaksi dengan kapur bebas dan air, menjadi suatu massa padat
yang tidak larut dalam air (Tjokrodimuljo , 1996). Penggunaan pozzolan dengan
proporsi tertentu dapat memperbaiki kelecakan (workability) dan membuat mortar
dan beton menjadi lebih kedap air (mengurangi permeabilitas).
14
belum banyak dimanfaatkan. Abu dari pembakaran bonggol jagung merupakan
material yang memiliki potensi pengganti parsial semen karena memiliki
komposisi SiO2 dan Al2O3 yang tinggi (Andrie Harmaji, 2019).
1. Siapkan tong besi untuk media pembakaran kemudian lumpang dan alu untuk
menumbuk bonggol jagung yang sudah dibakar.
2. Bakar bonggol jagung dalam tong besi dengan suhu dibawah 800°C untuk
mendapatkan abu yang disyaratkan.
3. Setelah selesai pembakaran, ambil abu yang berwarna putih dan atau keabuan.
Lalu ditumbuk agar lebih halus
4. Abu bonggol jagung selanjutnya disaring menggunakan saringan no.200. abu
bonggol jagung yang digunakan adalah yang lolos saringan no.200 (0,075
mm).
15
2.6 Kuat Tekan Mortar
Kekuatan tekan mortar semen portland adalah gaya maksimum persatuan luas
yang berkerja pada benda uji mortar semen portland berbentuk kubus dengan
ukuran tertentu dan serta berumur tertentu (SNI 03-6825-2002). Kuat tekan
mortar berfariasi sesuai dengan perbandingan. Jika mortar yang perbandingannya
semakin kecil maka nilai kuat tekannya semakin besar dan mempunyai fungsi
berbeda-beda sesuai dengan jenis tipe adukannya.
1. Mortar tipe M adalah jenis adukan dengan kuat tekan yang tinggi. Kuat tekan
minimumnya 175 kg/cm².
2. Mortar tipe N adalah jenis adukan dengan kuat tekan yang sedang. Kuat tekan
minimumnya 124 kg/cm².
3. Mortar tipe S adalah jenis adukan dengan kuat tekan yang sedanag. Kuat
tekan minimumnya 52,5 kg/cm².
4. Mortar tipe O adalah jenis adukan dengan kuat tekan yang rendah. Kuat
tekan minimumnya 24,5 kg/cm².
5. Mortar tipe K adalah jenis adukan dengan kuat tekan yang rendah. Kuat tekan
minimumnya adalah 5,25 kg/cm².
Perhitungan kuat tekan mortar didapat dengan membagi beban maksimum (F)
dengan luas bidang tekan benda uji (A). Besarnya kuat tekan Mortar dihitung
F
dengan rumus : f ' c=
A
16
BAB III
METODE PENELITIAN
17
LOKASI
PENELITIAN
18
1. Saringan no 4, 8, 16, 30, 50, 100 dan 200. Digunakan untuk mengetahui
gradasi agregat halus dan saringan no 200 digunakan juga untuk menyaring
abu bonggol jagung.
19
4. Cetok dan Pan digunakan untuk mengambil dan sebagai wadah untuk
material pada pengujian sifat fisik material.
20
Gambar 3.7 Tong Pembakaran
8. Cetakan benda uji yang digunakan berbentuk kubus dengan ukuran 5cm x
5cm x 5cm
21
Gambar 3.10 Bak Perendam Benda Uji
10. Universal Testing Machine, untuk menguji kuat tekan kubus batu dan silinder
beton serta modulus elastisitas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh angka berat jenis curah, berat
jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu, serta besar penyerapan dari
agregat halus. Peraturan atau persyaratan yang digunakan adalah SNI 03-1969-
1990.
22
3. Pengujian berat isi
Tujuan untuk memperoleh angka berat isi lepas dan padat dari agregat halus.
Peraturan atau persyaratan yang digunakan adalah SNI 03-4804-1998.
Maksud untuk menentukan kadar air agregat halus dengan cara pengeringan.
Peraturan atau persyaratan yang digunakan adalah SNI 03-1971-1990.
Metode ini bertujuan untuk mengetahui kadar lumpur yang ada pada agregat
halus. Peraturan atau persyaratn yang digunakan adalah SNI 03-4142-1996.
1. Siapkan tong besi untuk media pembakaran kemudian lumpang dan alu untuk
menumbuk bonggol jagung yang sudah dibakar.
2. Bakar bonggol jagung dalam tong besi dengan suhu dibawah 800°C untuk
mendapatkan abu yang disyaratkan.
3. Setelah selesai pembakaran, ambil abu yang berwarna putih dan atau
keabuan. Lalu ditumbuk agar lebih halus
4. Abu bonggol jagung selanjutnya disaring menggunakan saringan no.200. abu
bonggol jagung yang digunakan adalah yang lolos saringan no.200 (0,075
mm).
Gambar. 3.13 Bonggol Jagung (Kiri) Abu pembakaran Bonggol Jagung (kanan)
Sumber : (Adrian harmaji, dkk. 2019)
Karena kandungan kimiawi dari abu bonggol jagung tidak dianalisa, maka
untuk mendapatkan abu bonggol jagung yang disyaratkan dan mengandung silika
23
dan alumina. Maka pada proses pembakaran harus benar-benar dikontrol suhu
pembakarannya yaitu tidak boleh lebih dari 800°C. Dari hasil pembakaran
tersebut abu Bonggol jagung yang mengandung silika dan alumina biasanya akan
berwarna putih keabuan. Jika suhu pembakarannya lebih dari 800°C biasanya
hasil pembakaran tersebut akan hangus dan berwarna hitam sehingga tidak
mengandung silika dan alumina.
Metode pembuatan benda uji mortar dan metode pengujian kuat tekan mortar
didasarkan pada persyaratan dan peraturan yang berlaku yang telah ditetapkan.
Peraturan atau persyaratn yang digunakan adalah SNI 03-6825-2002 tentang
metode pengujian kekuatan mortar semen portland untuk pekerjaan sipil.
Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kubus dengan
ukuran 5cm x 5cm x 5cm untuk uji kuat tekan mortar dengan jumlah 3 benda uji
untuk setiap komposisi dan variasai campuran abu bonggol jagung. Benda uji
dibuat 3 variasi komposisi campuran semen dan agregat halus yaitu 1 PCC : 3 Psr,
1PCC : 4 Pcr dan 1 PCC : 5 Pcr. Dimana setiap komposisi campuran mortar
ditambahkan dengan variasi abu bonggol jagung sebagai pengganti sebagian
semen sebesar 0%, 4%, 8% dan 12% dari berat semen. Setelah itu dilakukan
perawatan dengan merendam benda uji pada bak air bersih selama 21 hari.
Dengan jumlah benda uji 36 buah detail dari benda uji yang dimaksud dapat
dilihat pada tabel 3.2 berikut ini.
24
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data pengujian kuat tekan.
Karena itu data yang diperoleh berasal dari pembacaan dial yang ada pada mesin
kuat tekan pada saat pengujian berlangsung yaitu beban pada saat benda uji
hancur. Selain itu data yang digunakan adalah luas penampang benda uji yang
diperoleh dari hasil pengukuran penampang benda uji sebelum dilakukan
pengujian.
Tahapan penelitian seluruhnya dapat dilihat pada diagram alir dibawah ini.
Mulai
Persiapan Material
Analisa Data
Selesai
26